HALUSINASI PENGLIHATAN
DOSEN PENGAMPUH : NS. ECHA EFFENDY SISWANTO AMIR, S.KEP
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan jiwa tentang halusinasi penglihatan”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa 2.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka dari itu
kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman
lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah ini agar dapat bermamfaat bagi
seluruh pembaca.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan yang profesional yang didasarkan
pada ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjangsiklus kehidupan dengan respon
psiko-sosial,dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah mempertahankan dan
memulihkan masalah keperawatan kesehatan jiwa individu keluarga dan masyarakat (
Riyadi & purwanto,2009).
Kesehatan jiwa adalah kesejahteraan emosional dan psikologis, kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain, mengatasi stres yang bisa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari (steres normal) dan merusakan hal-hal disekitarnya secara nyata (ANA,
2007).
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan teori asuhan keperawatan (Definisi, klasifikasi, etiologi, fase
halusinasi, tanda dan gejala, pohon masalah, penatalaksanaan) pada
halusinasi ?
2. Menjelaskan kasus asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan)pada halusinasi?
C. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa dapat memahami teori asuhan keperawatan (Definisi,
klasifikasi, etiologi, fase halusinasi, tanda dan gejala, pohon masalah,
penatalaksanaan) pada halusinasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.
B. Klasifikasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
C. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. faktor predisposisi
a. biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
1) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren
2) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
3) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. sosial budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
4. faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
D. Fase halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan
dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih
dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
F. Pohon masalah
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
4. Memberi aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
3.1 Identitas Pasien
Inisial : Ny. A
Ruang Rawat : Yayasan pemenang jiwa sumatera utara
Tanggal Pengkajian : 3 maret 2021
Umur : 39 Tahun
Agama : Buddha
Informan : Pasien dan pegawai Yayasan Pemenang
jiwa
Penjelasan :
Pasien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, pasien memiliki 2
abang
dan 1 kakak perempuan. Pasien belum menikah.
:laki-laki
: perempuan
: meninggal
: pasien
3.5.4 Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama kristen dan yakin dengan
agamanya.
a. Kegiatan Ibadah : Pasien melakukan ibadah selama dirawat.
Do :
Pasien tampak lemah dan tidak
bersemangat, kontak mata kurang,
pasien lebih sering menyendiri.
3.11 Pohon Masalah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan persepsi sensori : SP 1:
halusinasi
1. Identifikasi isi, waktu terjadi,
DO :
situasi pencetus, dan respon
Pasien sering bicara ngawur, terhadap halusinasi
terkadang bicara sendiri, senyum- 2. Mengontrol halusinasi dengan
senyum sendiri. cara menghardik
SP 2:
Mengontrol Halusinasi dengan cara
Ds :
minum obat secara teratur
- Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien SP 3:
suka tertawa sendiri dan
mengontrol halusinasi dengan cara
berteriak
bercakap – cakap dengan orang lain
- Pasien sering melihat orang-
orang asing seperti : orang
SP 4:
arab, tanpa wujud dan
terkadang mendengar mengontrol halusinasi dengan cara
suara-suara bisikan. melakukan aktifitas terjadwal
- Pasien mengatakan orang
arab yang tanpa wujud
tersebut muncul 3 kali/
hari disaat dia menyendiri
dan ketika melihat orang
ramai.
- Pasien sangat takut dan
gelisah jika melihat orang
arab tersebut.
4.RTL
Sp2; mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
Sp3; mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap -
cakap
RTL:
Sp3 dan Sp4 :
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah
kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi
penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Ervina,I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi keperawatan Generalis dan Psikoreligius pada pasien
pada gangguan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2),
114-123. http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106