Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI PENGLIHATAN
DOSEN PENGAMPUH : NS. ECHA EFFENDY SISWANTO AMIR, S.KEP

DISUSUN OLEH :

HILDA ANANTA KONI (02010010045)


LEONY GANIA SANGER (02010010015)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan jiwa tentang halusinasi penglihatan”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa 2.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka dari itu
kami mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman
lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah ini agar dapat bermamfaat bagi
seluruh pembaca.

Kotamobagu, 20 september 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................................
B. Rumusan masalah ........................................................................................................
C. Tujuan penelitian .........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................


A. Definisi halusinasi .......................................................................................................
B. Klasifikasi halusinasi ...................................................................................................
C. Etiologi halusinasi .......................................................................................................
D. Fase halusinasi .............................................................................................................
E. Tanda dan gejala halusinasi .........................................................................................
F. Pohon masalah halusinasi ............................................................................................
G. Penatalaksanaan halusinasi ..........................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................


A. Pengkajian ....................................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan .................................................................................................
C. Intervensi keperawatan ................................................................................................
D. Implementasi keperawatan ..........................................................................................
E. Evaluasi keperawatan ..................................................................................................

BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................


A. Kesimpulan ..................................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan yang profesional yang didasarkan
pada ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjangsiklus kehidupan dengan respon
psiko-sosial,dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah mempertahankan dan
memulihkan masalah keperawatan kesehatan jiwa individu keluarga dan masyarakat (
Riyadi & purwanto,2009).
Kesehatan jiwa adalah kesejahteraan emosional dan psikologis, kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain, mengatasi stres yang bisa terjadi dalam kehidupan
sehari-hari (steres normal) dan merusakan hal-hal disekitarnya secara nyata (ANA,
2007).

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan teori asuhan keperawatan (Definisi, klasifikasi, etiologi, fase
halusinasi, tanda dan gejala, pohon masalah, penatalaksanaan) pada
halusinasi ?
2. Menjelaskan kasus asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan)pada halusinasi?

C. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa dapat memahami teori asuhan keperawatan (Definisi,
klasifikasi, etiologi, fase halusinasi, tanda dan gejala, pohon masalah,
penatalaksanaan) pada halusinasi

2. Agar mahasiswa dapat memahami kasus asuhan keperawatan (pengkajian,


diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan) pada halusinasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien
melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.

B. Klasifikasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

4. Halusinasi peraba (tactile)


Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. faktor predisposisi
a. biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
1) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofren
2) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
3) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. sosial budaya
Kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
4. faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

D. Fase halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.

2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai
lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan
dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih
dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

E. Tanda dan gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala
klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :

1. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan


Gejala klinis:
a. Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

F. Pohon masalah

Effect Gangguan persepsi sensori : halusinasi


penglihatan

Isolasi Sosial : Menarik diri


Core Problem

Causa Gangguan konsep diri :


Harga diri

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2. Melaksanakan program terapi dokter
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
4. Memberi aktivitas pada pasien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
3.1 Identitas Pasien
Inisial : Ny. A
Ruang Rawat : Yayasan pemenang jiwa sumatera utara
Tanggal Pengkajian : 3 maret 2021
Umur : 39 Tahun
Agama : Buddha
Informan : Pasien dan pegawai Yayasan Pemenang
jiwa

3.2 Alasan Masuk


Pasien Awalnya marah-marah karena kesal, melamun, sering bicara sendiri,
mondar mandir, mendengar suara-suara tanpa wujud, sering melihat orang-
orang arab tanpa wujud, tertawa sendiri.

3.3 Faktor Predisposisi


Pasien sebelumnya mengalami gangguan jiwa sejak SMP kelas 1 dan
sebelumnya juga pasien belum pernah dibawa ke yayasan pemenang jiwa.
Dirumah pasien tidak pernah minum obat, sehingga timbul gejala-gejala
seperti diatas. Pasien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang
karena kesal, suka menyendiri, melamun, sering bicara sendiri, mondar
mandir, mendengar suara-suara tanpa wujud, tertawa sendiri akhirnya
keluarga membawa pasien ke Yayasan Pemenang Jiwa Provinsi Sumatera
Utara pada tanggal 16 Januari 2016 . Keluarga pasien tidak ada yang pernah
mengalami gangguan jiwa.
3.4 Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 82x/i ; S : 36,5oC ; P : 20x/i.
Pasien memiliki tinggi badan 168 cm dan berat badan 67 Kg.
3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram

Penjelasan :
Pasien merupakan anak keempat dari 4 bersaudara, pasien memiliki 2
abang
dan 1 kakak perempuan. Pasien belum menikah.

:laki-laki

: perempuan

: meninggal

: pasien

3.5.2 Konsep diri


a) Gambaran diri : pasien menyukai tubuhnya yang tidak ada cacat.
b) Identitas : pasien anak ke 4 dari 4 bersaudara
c) Peran : pasien hanya sempat sekolah SMP kelas 1 yang
saat ini tidak memiliki pekerjaan
d) Ideal diri: pasien sudah merasa bosan dan ingin secepatnya pulang
ke rumah.
e) Harga diri : pasien merasa malu berada di YPJ dan merasa
bosan

3.5.3 Hubungan social


Pasien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat
berarti dalam hidupnya, terutama orangtuanya. Pasien mengatakan
tidak mengikuti kegiatan di kelompok/masyarakat. Pasien
mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain karena pasien sulit bergaul dan selalu ingin menyendiri
dan pasien juga beranggapan bahwa orang-orang yang disekitanya
jahat dan suka mara-marah

3.5.4 Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama kristen dan yakin dengan
agamanya.
a. Kegiatan Ibadah : Pasien melakukan ibadah selama dirawat.

3.5.4 Status Mental


1. Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa pada umum nya.
2. Pembicaraan Pasien bicara dengan lambat.
3. Aktivitas Motorik
Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari.
4. Suasana perasaan
kliien tidak mampu mengepresikan perasaan nya pada saat
mendengarkan suara – suara.
Masalah keperawatan ; Gangguan Sensori Persepsi : Halusinas
5. Afek :
wajah sesuai dengan topik pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi
Pasien mengatakan bahwa ia mendengar ada suara-suara
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
8. Proses Pikir
Pasien mampu menjawab apa yang ditanya dengan
9. Isi pikir
Pasien dapat mengontrol isi pikirnya,pasien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Pasien tidak mengalami
fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali
waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Pasien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.
13. Kemampuan penilaian
Pasien dapat membedakan hal yang baik dan yang Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari penyakit yang diderita, pasien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit
jiwa buruk (mampu melakukan penilaian).

3.6 Mekanisme Koping


Pasien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu pasien dapat berbicara
baik dengan orang lain.
3.7 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena pasien selalu
ingin menyendiri.

3.8 Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa


Pasien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat
yang dikonsumsinya.

3.9 Aspek Medik


Diagnosa medis : halusinasi
Terapi medis yang diberikan:
Resperidon tablet 2 mg 2x1

3.10 Analisa Data

No Data Masalah keperawatan

1 Ds : Gangguan persepsi sensori


- Staf pegawai mengatakan, bahwa : halusinasi penglihatan
pasien suka tertawa sendiri dan
berteriak
- Pasien sering melihat orang-orang
asing seperti : orang arab, tanpa
wujud dan terkadang mendengar
suara-suara bisikan.
- Pasien mengatakan orang arab
yang tanpa wujud tersebut
muncul 3 kali/ hari disaat dia
menyendiri dan ketika melihat
orang ramai.
- Pasien sangat takut dan gelisah
jika melihat orang arab tersebut.
DO :
- Pasien sering bicara ngawur,
terkadang bicara sendiri,
senyum-senyum sendiri.

2 Ds : Isolasi Sosial : Menarik


Diri
Pasien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan di kelompok/masyarakat.
Pasien mengatakan mempunyai
hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena pasien sulit
bergaul dan selalu ingin menyendiri.
Do :
Pasien tampak menghindari
interaksi, terlihat sedih, pendangan
menunduk kebawah

3 Ds : Harga Diri Rendah


Pasien mengatakan malu dan malas
berinteraksi dengan orang lain, pasien
merasa dibuang oleh keluarganya, malu
karena tidak mempunyai pekerjaan dan
penghasilan sendiri, pasien memilih
memendam masalahnya sendiri,

Do :
Pasien tampak lemah dan tidak
bersemangat, kontak mata kurang,
pasien lebih sering menyendiri.
3.11 Pohon Masalah

Gangguan presepsi sensori :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan persepsi sensori : SP 1:
halusinasi
1. Identifikasi isi, waktu terjadi,
DO :
situasi pencetus, dan respon
Pasien sering bicara ngawur, terhadap halusinasi
terkadang bicara sendiri, senyum- 2. Mengontrol halusinasi dengan
senyum sendiri. cara menghardik

SP 2:
Mengontrol Halusinasi dengan cara
Ds :
minum obat secara teratur
- Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien SP 3:
suka tertawa sendiri dan
mengontrol halusinasi dengan cara
berteriak
bercakap – cakap dengan orang lain
- Pasien sering melihat orang-
orang asing seperti : orang
SP 4:
arab, tanpa wujud dan
terkadang mendengar mengontrol halusinasi dengan cara
suara-suara bisikan. melakukan aktifitas terjadwal
- Pasien mengatakan orang
arab yang tanpa wujud
tersebut muncul 3 kali/
hari disaat dia menyendiri
dan ketika melihat orang
ramai.
- Pasien sangat takut dan
gelisah jika melihat orang
arab tersebut.

2 Isolasi sosial Bina hubungan saling percaya dengan


Mengemukakan prinsip komunikasi
terapeutik
Sp1:
Menjelaskan keuntungan dan kerugian
mempunyai teman
Sp2:
Melatih pasien dengan berkenalan
dengan 2 orang
Sp3:
Melatih pasien bercakap-cakap sambil
melakukan kegiatan harian.
Sp4 :
Melati berbicara sosial: seperti
meminta sesuatu, berbelanja dan
sebagainya.

D. Implementasi dan Evaluasi

Waktu Implementasi Evaluasi


09 maret 1. Data S : Senang
2021 Tanda dan gejala :bicara O :
sendiri, marah – marah
- Pasien mampu mengenali
tanpa sebab ,
halusinasi yang dialami nya: isi,
Jam 10:45 memalingkan muka ke
frekuensi, waktu terjadi, sruasi
arah telinga, ketakutan
pencetus,perasaan, respon dengan
pada suatu yang tidak
mandiri
jelas.
- Pasien mampu Mengontrol
2. Diagnosa Keperawatan
halusinasinya dengan cara
Husinasi penglihatan. menghardik dengan mandiri
A : Halusinasi (+)
P:
3. Tindakan Keperawatan - Latihan mengidentifikasi
halusinasinya; isi, frekuensi,
Sp1 halusinasi
watu terjadi, sruasi pencetus,
1.Identifikasi isi, waktu perasaan dan respon halusinasi
terjadi, sitausi pencetus, dan 3x/hari
respon terhadap halusinasi. - Latihan menghardik halusinasi
2.Mengontrol halusinasi 3x/ hari
dengan cara menghardik

4.RTL
Sp2; mengontrol halusinasi
dengan cara minum obat
Sp3; mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap -
cakap

12 maret 1. Data S : pasien mengatakan dia merasa


senang bisa bercakap-cakap dengan
2021 Tanda dan gejala : bicara
orang lain
atau tertawa sendiri,
Jam 10 :30 O : Pasien mempraktekkan cara
mudah marah – ketakutan
bercakap-cakap dengan orang lain
pada suatu yang tidak
A : Halusinasi penglihatan (+)
jelas, sering meludah..
P : Intervensi dilanjutkan
Kemampuan:
- Latihan menghardik halusinasi
2. Diagnosa keperawatan 3 x/ hari
Halusinasi - Latihan minum obat dengan
prinsip 6 benar 2 x/ hari
3. Tindakan keperawatan - Latihan bercakap-cakap
Sp4 : Halusinasi dengan orang lain 3x/ hari
Latihan kegiatan spritual
- Mengevaluasi
kemampuan
Menghardik
Halusinasi
- Melatih pasien untuk
melakukan kegiatan
spritual dengan cara
berdoa.
-
RTL :
Halusinasi ; : Follow up dan
evaluasi Sp 1-4 Halusinasi

19 maret Diagnosa keperawatan : S: Senang, wajah cerah


2021 Isolasi sosial.

O: - Pasien dapat menyebutkan


Tindakan keperawatan : keuntungan dalam berhubugan
Bina hubungan saling
memiliki teman dan pasien juga
percaya dengan dapat menyebutkan kerugian tidak
Mengemukakan prinsip
memiliki teman.
komunikasi terapeutik - Pasien dapat berkenalan
Sp1: dengan orang lain
disekitarnya dengan baik.
Menjelaskan keuntungan
A: Sp 1- Sp 2 tercapai.
dan kerugian mempunyai
teman P: intervensi dilanjutkan Sp3-Sp4.
Sp2:
Melatih pasien dengan
berkenalan dengan 2 orang

RTL:
Sp3 dan Sp4 :

Sp3: S: pasien mengatakan senang dapat


berinteraksi dengan temannya yang
Melatih pasien bercakap-
lain,
cakap sambil melakukan
O: pasien dapat mempraktekkan
kegiatan harian.
cara berkenalan dengan orang lain,
Sp4 :
dan bercakap-cakap, pasien dapat
Melati berbicara sosial: melakukan kegiatan sehari-harinya.
seperti meminta sesuatu, A: Sp 3- Sp4 dapat tercapai.
berbelanja dan sebagainya. P: intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah
kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi
penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami E, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Ervina,I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi keperawatan Generalis dan Psikoreligius pada pasien
pada gangguan sensori persepsi: Halusinasi penglihatan. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 2(2),
114-123. http://dx.doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106

Anda mungkin juga menyukai