Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GANGGUAN AKIBAT KECANDUAN DAN

SALAH PENGGUNAAN OBAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Abnormal


Dosen Pengampu:
Nur Aziz Afandi, M.Si

Disusun oleh :

1. Riris Ayu Andarini (933408519)


2. Rizki Eriana Putri (933411319)
3. Pradita Dila Anggraini (933411419)
4. Via Mellinda Devi (933411719)

KELAS F
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN) KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan hidayah-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gangguan Akibat Kecanduan dan
Salah Penggunaan Obat. Tak lupa pula shalawat serta salam kami hanturkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberi suri
tauladan yang baik kepada kita semua. Makalah ini telah kami buat sedemikian
rupa dengan tujuan yang pertama untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Abnormal semester 5. Untuk itu, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Nur Aziz Afandi, M.Si yang telah berkenan mengampu kami. Serta
kepada teman-teman sekalian sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kelemahan,


kekurangan, dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Kebahagiaan dan ketenangan dalam menjalani hidup adalah harapan yang


hendak dicapai oleh setiap individu, untuk memperoleh hal tersebut banyak hal-
hal yang bisa dilakukan, seperti menyalurkan hobby, melakukan berbagai aktivitas
yang menarik. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan IPTEK telah
membawa manusia pada perubahan zaman yang lebih modern. Adanya perubahan
gaya hidup yang lebih konsumtif dan pergaulan yang bebas menjadi ciri-ciri dari
perkembanagn zaman. Saat ini pengguanaan zat psikoaktif (psychoactive) atau
obat-obatan yang bisa mengubah mood sedang marak digunakan oleh masyarakat
terutama dikalangan generasi muda. Obat-obatan yang disalahgunakan atau tidak
digunakan sesuai standar pengobatan dapat menimnulkan akibat yang sangat
merugikan bagi perseorangan atau masyarakat yang khususnya anak muda.

Generasi muda menjadi sasaran penyalahgunaan obat-obatan karena


mereka masih sangat labil dalam memilih teman atau pergaulan. Obat-obatan
tersebut bisa membuat manusia menjadi berhalusinasi. Generasi muda yang sudah
memulai menggunakan zat-zat ini karena adanya anggapan bahwa seseorang yang
tidak mencoba norkotika sering dianggap kampungan, terbelakang, bahkan tidak
gaul. Selain itu ada faktor lainnya yang membuat generasi muda menggunakan
narkotika, yaitu adanya tekanan dari teman sebaya atau karena orang tua dan figur
otoritas lainnya melarang mereka.

Permasalahan pengguaan obat-obatan menjadi momok yang menakutkan,


karena penggunaan obat-obatan seperti narkotika dan sejenisnya dapat
mengancam dan merusak masa depan penggunanya. Penggunaan zat akan
mempengaruhi mood dan perilaku termasuk cukup normal. Banyak yang
beranggapan jika mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk menenangkan
diri atau mengurangi rasa sakit. Banyak generasi muda membanjiri aliran
darahnya dengan menggunakan nikotin melalui rokok, hal tersebut merupakan hal
yang mereka sebut normal bagi mereka.
Adapun zat-zat psikoaktif yang tergolong illegal dan terlarang untuk
digunakan, seperti kokain, mariyuana dan heroin. Sedangkan zat psikoaktif
lainnya dapat diperoleh dengan resep, seperti obat penenang minor dan
amfetamin. Dan yang lainnya bahkan ada juga yang tersedia tanpa resep atau di
toko, seperti tembakau (yang mengandung nikotin, stimulant ringan) dan alkohol
(yang merupakan depresan). Zat yang paling mudah didapatkan, yaitu tembakau
dan alkohol yang bisa menyebabkan kematian melalui penyakit dan kecelakaan.
BAB II

PEMBAHASAN

Penyalahgunaan zat merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara


sadar ketika saat menggunakan obat-obatan tertentu seperti nakortika dan obat-
obatan terlarang lainnya yang secara tidak tepat dan bukan melalui resep dokter.
Orang dapat menyalahgunakan atau tergantung pada lebih dari satu zat pada saat
yang bersamaan. Ada berbagai jenis narkotika yang umumnya sering
disalahgunakan seperti tembakau, alkohol, dan obat-obatan terlarang yang dapat
menyebabkan keracunan. Penyalahgunaan zat merupakan penggunaan obat yang
dilakukan secara tetap yang tidak bertujuan untuk pengobatan yang tidak
dilakukan secara medis. Penggunaan obat tanpa menggunakan resep dokter dapat
menyebabkan berbagai macam gangguan. Gangguan akibat penggunaan zat
(substance-induced disorder) adalah gangguan yang dapat muncul karena
penggunaan zat atau obat-obatan psikoaktif, seperti intoksikasi (keracunan), gejala
putus zat, gangguan mood, delirium, demensia, amnesia, gangguan psikotik,
gangguan kecemasan, difungsi seksual, dan gangguan tidur.

Penyalahgunaan zat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang cukup


lama. Hal tersebut dapat meningkat menjadi ketergantungan zat (substance
dependence), yaitu tipe gangguan penggunaan obat yang lebih parah di mana
penyalahgunaan diasosiasikan dengan tanda-tanda fisiologis ketergantungan
(toleransi atau gejala putus zat) atau penggunaan kompulsif dari suatu zat. Orang-
orang yang sudah ketergantungan atau yang disebut dengan pecandu, tidak dapat
lagi mengendalikan penggunaan obat. Sebagian dari mereka mungkin sadar akan
bagaimana penggunaan obat-obatan dapat menganggu hidup mereka bahkan dapat
merusak kesehatan mereka, tetapi mereka merasa tidak mampu untuk
menghentikan penggunaan obat.

Penggunaan zat secara berulang dapat mengubah reaksi fisiologis tubuh,


yang dapat menyebabkan perkembangan toleransi atau gejala putus zat secara
fisik. Toleransi (tolerance) adalah kondisi habituasi fisik terhadap suatu obat
sehingga penggunaan obat yang cukup sering akan membutuhkan dosis yang lebih
tinggi agar mendapatkan efek yang sama. Sindrom putus zat mencakup
sekelompok karakteristik yang terjadi saat orang yang tergantung pada obat-
obatan secara mendadak menghentikan penggunaannya. Orang yang mengalami
gejala putus zat seringkali menggunakan zat kembali untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman akibat putus zat. Gejala putus zat sangat bervariasi tergantung pada
tipe obat yang digunakan. Zat yang dapat mengakibatkan sindrom putus zat, selain
alkohol antara lain, yaitu opioid, kokain, amfetamin, sedatif dan barbiturat,
nikotin, serta agen anti kecemasan (obat penenang minor).

Menurut DSM, penyalahgunaan zat yang berulang menyebabkan


konsekuensi merusak. Konsekuensi yang merusak bisa seperti kegagalan dalam
memenuhi tanggung jawab utama seseorang, misalnya sebagai siswa, orang tua,
atau pekerja. Penggunaan zat dengan mencampurkannya dengan zat-zat yang lain
juga sangat berbahaya. DSM menggunakan istilah penyalahgunaan zat dan
ketergantungan zat untuk menggolongkan orang-orang yang penggunaan zatnya
merusak fungsi mereka. Di sisi lain, orang bisa menjadi tergantung secara
fisiologis pada suatu obat namun tidak menjadi pengguna kompulsif secara
psikologis. Contohnya yaitu, setelah menjalani operasi orang-orang diberi
narkotik yang berasal dari opium sebagai penghilang rasa sakit (painkiller).1

Di Indonesia, terdapat lembaga pemerintah non kementrian (LPNK) yang


berfungsi pada pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap
psikotopika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya selain dari bahan adiktif bagi
tembakau juga alkohol yakni Badan Narkotika Nasional (BNN).2 Ada beberapa
zat atau obat-obatan yang umumnya banyak digunakan oleh masyarakat, yaitu :

1. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Yunani, narke atau narkam yang
mempunyai arti terbius hingga tidak bisa merasakan apa-apa. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) narkotika merupakan obat untuk

1
Jeanette Murad dkk, Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid 2,(PT. Gelora Aksara Pratama:
Erlangga, 2003, hal. 7.
2
Muhammad Y. Wijaya, Melkian Naharia, Gloridei Kapahang, “EFEKTIVITAS RATIONAL
EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECANDUAN PADA
PENGGUNA NARKOBA JENIS LEM X DI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI
MALUKU UTARA”, (Manado: Universitas Negeri Manado, 2021), hal. 91.
menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa kantuk,
atau merangsang (seperti opium ganja). Ada berbagai dampak
penyalahgunaan narkotika pada seseorang tergantung pada jenis narkoba
yang digunakan, kepribadian pengguna serta situasi dan kondisi pengguna.
Secara umum dampak ketergantungan atau kecanduan narkotika dapat
dilihat dari fisik, psikis dan sosial atau lingkungan masyarakat. (Hasni,
2018). Berdasarkan data, penyalahgunaan jenis obat-obatan beserta zat
adiktif atau yang disebut dengan narkoba saat ini terus mengalami
peningkatan di generasi muda. Penyalahgunaan narkotika merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
termaktub dalam pasal 7 UU narkotika yang menyatakan bahwa narkotika
hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau
pengembangan ilmu pengetahuan teknologi. Artinya apabila ada tindakan
yang dilakukan diluar tujuan tersebut maka suatu bentuk tindak pidana
terhadap narkotika.3
1. Fisik
Ada beberapa dampak terhadap fisik yang sering kali dirasakan,
yaitu sakit kepala, mual dan sesak nafas. Hal tersebut disebabkan
karena penggunaan dosis obat-obatan dalam jumlah yang berlebihan.
2. Psikis
Adapun dampak yang dirasakan pada kondisi kejiwaan seseorang
yang mengkonsumsi narkotika, yaitu tidak bisa, memiliki semangat
yang tinggi, hal tersebut merupakan efek langsung yang dapat
dirasakan oleh seseorang setelah menggunakan obat-obatan tersebut.
Hal ini merupakan efek dari amphetamine yang terdapat pada shabu-
shabu, sehingga energi akan meledak-ledak dan memiliki semangat
yang tinggi.
3. Lingkungan
Dampak lingkungan akibat penyalahgunaan narkotika pada
individu bisa berdampak pada lingkungan keluarga penyalahguna.
Keluarga penyalahguna akan merasa malu karena salah satu anggota
3
Departemen Pendidikan Nasional , Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), h. 270.
keluarganya menggunakan obat-obatan terlarang, karena penggunaan
obat-obatan tersebut merupakan suatu Tindakan yang melanggar
hukum.
Menurut (Kandon dkk, 2019) penyalahgunaan obat-obatan
terlarang bisa terlihat pada fisik atau psikis seseorang. Dampak bagi
Kesehatan dan penyakit-penyakit yang muncul, yaitu :
a. Gangguan pada system syaraf, yaitu kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, yaitu infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit, yaitu penanahan (abses), alergi, eskim
d. Gangguan pada paru-paru, yaitu penekanan fungsi pernafasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering merasakan sakit kepala, mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Gangguan pada kesehatan reproduksi, yaitu gangguan pada
endoktrin, seperti penurunan fungsi hormone reproduksi
(estrogen, progesterone, testosterone), serta gangguan fungsi
seksual.
g. Gangguan pada kesehatan reproduksi perempuan, yaitu
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan
amenorhoe (tidak menstruasi)
h. Bagi pengguna narkotika melalui jarum suntik, kususnya
penggunaan jarum suntik secara bergantian beresiko tertular
penyakit hepatitis B, C, dan HIV. 4

2. Mariyuana
Mariyuana berasal dari tanaman Cannabis sativa. Mariyuana
kadang menghasilkan halusinasi ringan, sehingga dianggap sebagai
halusinogen minor. Zat prikoaktif dalam mariyuana adalah delta 9
tetrahydricannabinol, atau THC. THC ditemukan di cabang dan daun

4
Sumarlin Adam, ‘Dampak Narkotika Pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat’ Jurnal
Health and Sport, 5.2, (2012), hlm 15-26 .
tenaman, akan tetapi paling tinggi konsentrasinya pada getah tanaman
betina. Mariyuana mengandung hidrokarbon karsinogenik, pengguna
kronis berisiko terkena kanker paru-paru dan penyakit pernapasan lainnya.

Obat yang disalahgunakan umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok


besar: (1) depresan, seperti alkohol dan opioid, (2) stimulan, seperti amfetamin
dan kokain, (3) halusinogen.

1. Depresan
Depresan adalah obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem
saraf pusat. Obat ini mengurangi rasa cemas dan perasaan tegang, dan
menyebabkan gerakan kita menjadi lambat dan dapat merusak kognitif.
a. Alkohol minuman yang mengandung alkohol, seperti bir, anggur,
dan minuman keras lain ternyata juga mengandung depresan yang
disebut etil alkohol atau etanol. Konsentrasi obat bervariasi
tergantung tipe minuman. Alkohol, bukan kokain atau obat lain,
merupakan obat yang dipilih dan obat utama yang
disalahgunakan.
b. Opioid adalah istilah yang digunakan untuk obat adiktif yang
memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan
tidur. Opioid terdiri dari opiat yang tumbuh secara alami (morfin,
heroin, kodein) yang berasal dari sari tanaman poppy dan juga
obat sintetis (demerol, percodan, darvon) yang dibuat di
laboratorium dan memiliki efek seperti opiat. Opioid akan
menumpulkan kesadaran seseorang akan masalah pribadinya.
2. Stimulan
Stimulan seperti amfetamin dan kokain yaitu zat psikoaktif yang
meningkatkan aktivitas sistem saraf. Efeknya membuat perasaan euforia
dan self confidence.
a. Amfetamin merupakan golongan stimulan sintetis. Di Indonesia
dikenal dengan shabu-shabu. Amfetamin sering digunakan dalam
bentuk pil, dihisap dalam bentuk murni disebut “ice” atau
“crystal meth”.
b. Kokain merupakan stimulan natural yang disuling dari daun
tanaman coca, diyakini bahwa kokain tidak menyebabkan adiksi
secara fisik, akan tetapi adanya ciri adiktif yaitu menghasilkan
efek toleransi dan sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi,
yang ditandai dengan mood yang depresif dan gangguan dalam
tidur serta selera makan. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk
bubuk atau dihisap dalam bentuk crack.
3. Halusinogen
Dikenal sebagai psychedelics, adalah golongan obat yang menghasilkan
distorsi sensori atau halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi
warna dan pendengaran. 5

Meskipun jalan menuju ketergantungan zat bervariasi antara satu orang


dengan yang lain, pola umum yang dapat digambarkan melalui tahapan berikut
ini:

1. Eksperimentasi. Pada saat tahap eksperimentasi atau


penggunaan berkala, obat sementara akan membuat
penggunanya merasa nyaman. Pengguna merasa terkendali dan
yakin dapat berhenti kapan saja.
2. Penggunaan rutin. Pada saat penggunaan rutin, orang akan
mengatur hidup mereka seputar menggunakan dan
mendapatkan obat. Pengguna merasa apa yang sebelumny
penting, seperti keluarga dan pekerjaan, menjadi kurang
penting dibandingkan obat.
3. Adiksi atau ketergantungan. Penggunaan rutin menjadi adiksi
atau ketergantungan saat pengguna merasa tidak berdaya untuk
menolak obat, baik saat mengalami efek obat atau menghindari
konsekuensi putus zat.6

Mereka yang mengalami kecanduan obat, dapat diberikan rehabilitasi


medis dan rehabilitasi sosial untuk mengobati secara terpadu untuk membebaskan

5
Jeffrey S. Nevid, op.cit, hal. 23.
6
Jeffrey S. Nevid, op.cit, hal. 8.
pecandu dari ketergantungan obat sehingga dapat kembali menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk masyarakat disekitarnya. Ketentuan mengenai rehabilitasi bagi
pengguna (pecandu) narkotika diatur secara umum di UU No. 5 Tahun 1997
tentang Psikotropika, secara khusus di Bab VIII Pengguna Psikotropika dan
Rehabilitasi Pasal 36 s.d Pasal 44 dan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
dan secara khusus di dalam Bab IX Pengobatan dan Rehabilitasi khususnya di
Pasal 53 s.d Pasal 59. Pemakai/pengguna/pecandu narkotika dalam perspektif
hukum merupakan seorang pelaku pidana.7

7
Ernawati, Purwanto, dan Burham Pranawa, “REKONSTRUKSI PENANGANAN MASALAH
KECANDUAN OBAT NARKOTIKA OLEH POLISI RESORT SURAKARTA”, (Boyolali:
Universitas Boyolali, 2017), hal. 18.
Kasus yang sesuai dengan topik

Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya
meliputi zat alami atau sintesis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan
fungsi fisik dan psikis serta menimbul kan ketergantungan8, NAPZA bekerja pada
pusat penghayatan kenikmatan otak sebagaimana kenikmatan sensasi makan dan
stimulasi seksual, sehingga sering muncul dorongan yang kuat untuk
menggunakan NAPZA dengan tujuan memperoleh kenikmatan

Penyalahgunaan adalah penggunaan obat atau beberapa jenis NAPZA secara


berkala, teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Penyalahgunaan NAPZA biasanya terjadi
karena rasa ingin tahu yang tinggi, kemudian menjadi kebiasaan, dan penggunaan
NAPZA juga dapat disebabkan oleh masalah hidup atau berteman dengan
pemakai dan pecandu NAPZA, biasanya juga mengikuti trend an ingin terlihat
keren, dan juga karena adanya masalah mental seperti depresi dan kecemasan.

Kecanduan adalah kondisi seseorang yang kehilangan control terhadap suatu hal,
didorong rasa suka yang terlalu kuat pada suatu hal, penyebabnya adanya
perubahan yang terjadi pada otak ketika mencoba zat tertentu. Menueut Davis
(dalam Soetjipto, 2005) mendifinisikan kecanduan adalah bentuk ketergantungan
secara psikologis antara seseorang dengan suatu stimulus. Kecanduan obat adalah
ketergantungan pada obat, kecanduan pada narkoba merupakan kondisi seseorang
yang tidak dapat mengendalikan penggunaan dan keinginan untuk selalu
mengonsumsi. Narkoba mengandung zat kimia yang berkaitan dengan reseptor
yang ada di otak dan tubuh,9 ikatan narkoba dengan reseptor di otak menyebabkan
otak mengeluarkan zat neurotransmitter yang menimbulkan efek tubuh
ketergantungan dari jenis narkoba tersebut, dengan penggunaan narkoba yang
sering maka jumbah reseptor akan semakin meningkat, akibatnya tubuh akan
8
Alya nurmaya. “Penyalahgunaan napza di kalangan remaja”. Jurnal psikologi pendidikan &
konseling. Vol. 2 No. 1, Sumber 2016, hal. 26-32
9
Hesty Damayanti Saleh, Dewi rokhmah, iken nafikadini. “Fenomena Penyalahgunaan NAPZA di
kalangan remaja ditinjau dari interaksi simbolik di Kabupaten Jember”. Fenomena
penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja ditinjau dari e-Jurnal Pustaka Kesehatan”. Vol.2. No.
3, sumber 2014.
mengalami keinginan menggunakan lagi setelah efek itu habis, semakin lama
tubuh akan mengalami toleransi dan memerlukan dosis yang lebih besar dalam
menggunakan narkoba untuk mendapat efek seperti sebelumnya, dan jika tidak
dipenuhi dosis tersebut maka tubuh akan mengalami ketidaknyamanan, inilah
yang dinamakan kecanduan dan sulit untuk terlepas dari NAPZA tersebut.

Gejala yang dirasakan oleh pecandu NAPZA adalah, keinginan menggunakan


oabt terus setiap hari, dorongan yang kuat untuk menggunakan obat, dosis akan
bertambah seiring waktu, keinginan untuk menyetok NAPZA, melakukan segala
hal untuk dapat membeli NAPZA, tetap menggunakan walaupun sudah tau
efeknya bagi psikologis, tubuh, dan sosial, melakukan aktivitas yang berbahaya
kita terpengaruh NAPZA, selalu gagal saat mencoba berhenti menggunakan
NAPZA. 10Apabila obat yang digunakan adalah heroin dan morfin maka gejalanya
adalah, hidung akan merasa tersumbat, gelisah, keringat yang berlebihan, sulit
tidur, sering menguap, mengalami nyeri otot. Apabila obat yang salah digunakan
adalah kokain maka gejala yang ditimbulkan adalah, dpresi, gelisah, tubuh terasa
letih atau lelah, nafsu makan meningkat, mimpi buruk, lambat dalam beraktivitas.

Kemudian pada fase kecanduan NAPZA yang parah dan dosisnya terus meningkat
akan menyebabkan kematian akibat overdosis, gejala overdosis adalah, mual dan
muntah, mengalami kesulitan bernapas, mengantuk, kulit merakasan dingin,
berkeringat dan panas, merasakan nyeri di dada, penurunan kesadaran.

Metode penanganan kecanduan akibat penyalahgunaan NAPZA berbeda setiap


orang tergantung dari kondisi dan obat NAPZA apa yang disalahgunakan.
Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk penanganan kecanduan NAPZA.
11
Di Indonesia rehabilitasi memiliki tiga tahap, pertama detoksifikasi, yaitu dokter
akan memberikan obat yang bertujuan untuk mengurangi gejala putus obat
(sakau). Kedua terapi prilaku kognitif, pada tahap ini psikolog dan psikiater akan
membantu pasien dalam menentukan tipe terapi yang sesuai, ketiga yaitu bina
lanjut, pasien akan ikut dalam kegiatan yang sesuai dengan minat, pasien juga

10
Topo santoso, Anita salalahi. “Penyebab narkoba di kalangan remaja: suatu perspektif”. Jurnal
kriminologi Indonesia. Vol. 1. No. 1. Sumber 2000, hal. 37-45.
11
Alya nurmaya. “Penyalahgunaan napza di kalangan remaja”. Jurnal psikologi pendidikan &
konseling. Vol. 2 No. 1, Sumber 2016, hal. 26-32
dapat kembali ke sekolah, pekerjaan namun tetap dalam pengawasan terapis.
Kemudian ada dukungan dari keluarga, dan orang terdekat, pasien dianjurkan
untuk terbuka kepada meraka, hal ini dapat membantu dalam proses rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. (2012). Dampak narkotika pada psikologi dan kesehatan masyarakat. Jurnal


Health and Sport, 5(2).

Ernawati, E. (2017). REKONSTRUKSI PENANGANAN MASALAH


KECANDUAN OBAT NARKOTIKA OLEH POLISI RESORT
SURAKARTA. Jurnal Bedah Hukum, 1(1).

Umam, RNU, Dewi, S., Cahyana, IB, & Jannah, M. (2021). PENDEKATAN


PSIKOLOGIS DALAM UPAYA MENGATASI KECANDUAN
PENYALAHGUNAAN NARCOTIKA. Jurnal Keislaman , 4 (1), 101-115.

Wijaya, MY, Naharia, M., & Kapahang, G. (2021). EFEKTIFITAS TERAPI RATIONAL


EMOTIVE BEHAVIOR TERHADAP PENGGUNAAN NARKOBA TIPE LEM X DI
BADAN NARKOBA PROPINSI MALUKU UTARA. PSIKOPEDIA , 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai