Anda di halaman 1dari 16

BIMBINGAN KONSELING UNTUK MANULA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Konseling Populasi Khusus
Dosen Pengampu : Sari Wardani Simarmata, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 12
BKPI-3/SEM VI
Nama :
1. Khairunnisa Panggabean (030318111)

2. Nurul Azmi (0303183225)

3. Rikatul Khasanah (0303183168)

4. Syabdila Juliani Tri Utami (0303182104)

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhir nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Konseling Populasi Khusus dengan judul “Bimbingan
Konseling Untuk MANULA”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pembimbing Konseling Populasi Khusus kami Ibu Sari Wardani Simarmata, M.Pd yang telah
membimbing saya dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Medan, 12 Juli 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2

C. TUJUAN ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manula ............................................................................. 3

B. Masalah Umum Yang Dialami Manula .............................................. 4

C. Peran Konselor Bagi Manula ............................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................. 11

B. SARAN ............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia sudah tentu dialami oleh setiap manusia,pada usia lanjut terjadi penurunan kondisi
fisik maupun biologis. Lansia merupakan rentang terakhir dalam kehidupan manusia. Setiap
individu pasti menginginkan dapat menjalani masa tuanya dengan kebahagiaan. Namun,
dikarenakan kondisi dimasa tua yang mengalami berbagai kemunduran dari fungsi fisik maupun
psikis maka kebahagiaan yang diinginkan oleh lansia akan sulit untuk didapatkan. 1

Masa usia lanjut merupakan masa mempertahankan kehidupan (defensive strategy) dalam arti
secara fisik berusaha menjaga kesehatan agar tidak sakit-sakitan dan menyulitkan atau
membebani orang lain. Pada saat itu memang terjadi berbagai penurunan status yang disebabkan
oleh penurunan berbagai aspek, seperti: fisiologis, psikis, dan fungsi-fungsi sensorik-motorik
yang diikuti oleh penurunan fungsi fisik, kognitif, emosi, minat, sosial, ekonomi dan keagamaan.
Usia lanjut berhasil difasilitasi oleh konteks sosial yang memberi peluang para usia lanjut untuk
mengelola perubahan hidupnya secara efektif. 2

Individu lanjut usia umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah terhadap kondisi
fisik maupun lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu digaris bawahi adalah
meraih usia panjang tidak hanya persoalan untuk menjaga fisik pada lansia, tetapi yang lebih
penting adalah mental seseorang dalam menyikapi rentang hidupnya. Keadaan yang ada pada
lansia cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
secara khusus, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Oleh karena itu diperlukan
bimbingan dan konseling kepada lansia agar dapat menerima keadaan dengan mencari sisi positif

1
Wahiudi Nugroho, “Perawatan Lanjut Usia”, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1992), hal 14

2
Noor Jannah, Bimbingan Konseling Keagamaan bagi Kesehatan Mental Lansia, Jurnal Bimbingan Konseling Islam,
Vol. 6, No. 2, Desember 2015, hlm 360.

1
dari kemampuan dan pengalaman yang ada pada lansia, agar ia berfikir bahwa ia masih berguna
dan dibutuhkan orang lain. 3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manula ?
2. Apa saja masalah umum yang sering dialami oleh manula ?
3. Bagaimana peran konselor kepada manula ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manula
2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dialami oleh manula
3. Untuk mengetahui bagaimana peran konselor kepada manula

3
Astiani Karni,”Urgensi Bimbingan dan Konseling Islam Bagi Lanjut Usia”, Syi’ar, Vol. 17 No. 2, 2017, hal 53

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manula

Manula adalah singkatan dari Manusia Lanjut Usia. Lansia (lanjut usia) umumnya digunakan
untuk pria dan wanita yang telah berusia lanjut.4 Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (lansia), yang dimaksud lanjut usia (lansia) adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Menurut pasal 1 ayat (2), (3),
(4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan lansia dikatakan bahwa usia lanjut atau lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 5

Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa,
ia memiliki kemampuan reproduksi, atau melahirkan anak kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki fase selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. 6

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh
gagalnya seorang untuk mempertahankan keseimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis
nya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara
individual. Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat
mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan
tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat
menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia. Jika dilihat dari
segi usia, batasan usia lansia berkisar diatas 60 atau 65 tahun ke atas, adapun acuan yang

4
R. Siti Maryam, dkk, “Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”, (Jakarta: Salemba Medika, 2008), hal 32

5
Abrurrahman M. Al. Isawi, “Islam dan Kesehatan Jiwa” (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hal 101

6
Elizabet B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan”, ter. Istiwidayanti, Soedarjowo, (Jakarta: Erlangga, Edisi-5, 1980),
hlm 380

3
dijadikan alasan dalam menentukan masa lansia ini adalah alasan ekonomi, seperti sudah
pensiun, dan pembebasan pajak penghasilan. 7

Sadoso Sumosardjuno menyatakan bahwa menua atau menjadi tua adalah proses alami yang
dialami setiap orang. Namun batasan atau kategori usia tua masih relatif. Ada seorang yang
sudah berusia 80 tahun masih tetap sehat dan akuf bekerja, tapi ada juga yang baru berusia 45
tahun sudah ddak kuat bekerja karena menderita suatu penyakit. Meski begim badan kesehatan
dunia WHO mengunakan batasan lansia secara kronologis pada usia 60 tahun ke atas dan
menganjurkan negara-negara anggotanyauntuk menjadikan sebagai patokan baku detni
memudahkan dalam menyusun kebijakan masalah kesehatan oleh WHO. 8

B. Masalah Umum Yang Dialami Manula

Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat dikelompokkan kedalam empat
bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun
atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapat yang
kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang, pangan,
papan, kesehatan, rereasi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian usia lanjut, karena kondisinya
yang tidak memungkinkan, berarti masa tua tidak produktif lagi dan berkurang atau bahkan
tiada penghasilan. Pada sisi lain, usia lanjut dihadapkan kepada berbagai kebutuhan yang
semakin meningkat, seperti kebutuhan akan mkanan yang bergizi dan seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang mengalami penyakit ketuaan, kebutuhan sosial
dan rekreasi
2. Masalah kesehatan
Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada
kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit

7
Santrock, John W, “Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup)”, Jilid II, Edisi Ke lima, (Jakarta: Renika
Cipta, 2004).

8
Suryanto, “Pentingnya Olahraga Bagi Lansia”, Medikora. Vol. VI No. 1, 2010, hal 25

4
degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, dan membebani
perekonomian baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena masing-masing penyakit
memerlukan dukungan dana atau biaya.
3. Masalah sosial
Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota
keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat dari terputusnya hubungan
hubungan kerja karena pensiun. Disamping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau
keluarga batih dari pada keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Selain
itu, perubahan sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik,
berpengaruh bagi para usia lanjut yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering tersisih
dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Kurangnnya kontak sosial ini menimbulkan
perasaann kesepian, murung. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk
sosial yang dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
4. Masalah psikologis
Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya meliputi, kesepian, terasing
dari lingkungan, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri,
ketergantungan, keterlantaran terutama bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome,
dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial biasanya
berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan, dapat menimbulkan konflik atau
guncangan. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-fungsi fisik dan
psikis sebagai akibat dari proses penuaan. Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam
kehidupan seorang usia lanjut.
Berdasarakan pemaparan diatas mengenai permasalahan yang dihadapi lansia dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya secara umum masalah yang dihadapi lansia dapat digolongkan
kedalam empat bagian yaitu masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan psikologi. Dari keempat
masalah ini lansia sangat membutuhkan bantuan orang lain (konselor) agar lansia dapat
menyelesaikan atau menghadapi permasalahan yang dihadapinya. 9

9
Dwi Wulandari, Skripsi : “Bimbingan dan Konseling Pada Lansia Post Power Syndrome (Studi Kasus 3 Orang) Di
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Welas Asih Yayasan Sinar Jati Lampung”, (Lampung: UIN Raden Intan
Lampung, 2018), hal 36-39

5
Masalah yang dihadapi para lansia adalah penurunan organ secara sistemik, seperti
penurunan fungsi ginjal, fungsi jantung, mata maupun fungsi kognitif (intelekmal), yang harus
diperhatikan sebelum merencanakan diet dan olahraga yang sesuai. Perubahan-perubahan
tersebut menurut Jeffry Tenggara dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jantung
Jantung adalah organ maskular (sebagian besar adalah otot) yang berperan dalam
memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung yang mengalami beban berat secara kronik akibat
penyakit akan mengalami pembesaran otot. Berbeda dengan otot bisep yang bisa dilatih
hingga membesar dan bertambah kuat, pembesaran otot jantung akan mengakibatkan
kelelahan otot dan failure dalam memompa darah. Apabila hal ini telah mencapai batas
ambang yang dapat ditoleransi akan menimbulkan keluhan seperti lelah, sesak nafas, dan
pada kondisi berat dapat terjadi henti jantung.
2. Ginjal
Ginjal adalah organ yang memilki fungsi utama untuk menyaring darah dan membuang
racun hasil metabolisme maupun racun yang kita konsumsi secara tidak sengaja. Pada lansia
sehat, ginjal akan tetap berfungsi baik. Namun bila ginjal mengalami kerusakan yang
diakibatkan terutama oleh hipertensi, kencing manis, infeksi berulang, atau batu ginjal, akan
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsinya. Jaringan parut akan menumpuk sebagai
respon dari pcrbaikan kerusakan, sehingga filter yang ada akan tidak berfungsi baik. Akibat
dari gagal ginjal adalah sesak, muntah hebat hingga kejang yang mengharuskan untuk
dilakukan cuci darah.
3. Kognitif Otak
Pada lansia, umum (namun tidak selalu) terjadi penurunan fungsi intelektual/kognitif.
Penyakit yang sering kita lihat adalah Kepikunan/Demensia, Parkinsonisme. Stroke dengan
berbagai gejalanya. Beberapa kondisi di atas memang dapat dicegah dan salah satunya adalah
dengan latihan fisik teratur.
4. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
Pada lansia beberapa penyakit yang sering dijumpai adalah katarak, gangguan retina
karena kencing manis dan hipertensi. Penurunan fungsi mata dan telinga harus diperhatikan

6
dalam merencanakan olahraga, karena akan berpengaruh dalam sistem keseimbangan dan
resiko jatuh pada lansia.10

C. Peran Konselor Bagi Manula


Peran konselor adalah sebagai pendamping klien untuk meneguhkan kesadaran dan
komitmen yakni: membina hubungan silaturrahmi, menumbuhkan kesadaran klien,
membangkitkan kesediaan klien membuka diri dan masalah-masalahnya, menumbuhkan
motivasi klien untuk bersedia mengikuti proses konseling, membina partisipasi klien
menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya, membangun sikap optimis klien
dalam menerima konsekuensi-konsekuensi berserah diri kepada Allah. 11
Secara umum peran bimbingan dan konseling pada lansia adalah membantu lansia untuk
dapat mengatasi masalah-masalahnya, dapat menerima diri, mengembangkan diri,
mengaktualisasikan diri sehingga dapat merasakan kebahagiaan hidup di usia senja. Secara
khusus peran BK pada lansia sejalan dengan masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang
dihadapi oleh lansia. Lansia akan merasa bahagia apabila kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi,
atau mereka dapat melaksanakan tugas perkembangan secara baik. 12
Dalam pelaksanaan konseling lansia, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
konseling eklektik, artinya menggabungkan beberapa pendekatan untuk disesuaikan dengan
permasalahan klien. Adapun beberapa pendekatan yang relevan dengan karakteristik lansia
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Psikoanalisis Klasik
Pedekatan psikoanalisis klasik merupakan salah satu pendekatan konseling yang
dicetuskan oleh Sigmund Frued. Pendekatan ini adalah salah teori personaliti, yang paling
banyak ditentang oleh ilmuan psikologi Islam, karena dianggap terlalu merendahkan derajat
manusia yang identik dengan hewan, dan perilaku manusia dikendalikan oleh nafsu syahwat.
Tujuan konseling menurut pendekatan psikonanalisa agar proses reedukasi

10
Suryanto, “Pentingnya Olahraga Bagi Lansia”, Medikora. Vol. VI No. 1, 2010, hal 25-26

11
M. Jamil Yusuf, Model Konseling Islami, (Banda Aceh: Arraniry Press, 2012), hlm.193.
12
Monks F. J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono, “Psikologi Perkembangan”, (Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada, 1994), hlm 76

7
terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional. Maksudnya adalah menjadikan hal-hal yang
tidak disadari klien menjadi disadarinya. Dalam hal ini konselor membantu klien menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik
yang direpresi. Setelah pengungkapan materi yang tidak disadari dan mengganggu itu, kemudian
konselor berusaha merasionalkan kesan-kesan itu, sehingga klien menyadari bahwa kesan yang
dibawanya tersebut tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Aplikasi pedekatan atau teori psikoanalisis klasik dalam konseling terhadap lansia adalah,
pada tahap penjajakan masalah klien, dalam prosesnya teknik yang digunakan berdasarkan teori
psikoanalisis klasik adalah:
a. Asosiasi Bebas; penerapannya teknik ini pada lansia, adalah dengan cara konselor
memberikan ruang dan kesempatan yang luas bagi lansia untuk dpaat bercerita atau
menyampaikan kondisi masalalunya, sampai membuat klien merasa lega (Khatarsis),
menurut telaah penulis pendekatan ini cukup relevan dengan kondisi lansia yang cendrung
secara perkembanganya suka bercerita, terutama menceritakan kejayaan, keberhasilan dan
kesuksesan mereka di masa lalu, yang akahirnya akan terungkap berbagai hambatan dan
persoaaln yang lansia alami, dan ini salah satu hal yang sangat bagus bagi konselor untuk
menjajaki akar permasalahan yang dialami oleh lansia. Tanpa harus bertanya tentang masalah
yang mereka alami.
b. Interferensi; penerapan teknik ini pada lansia adalah dengan cara konselor menanyakan
apakah lansia sering mengalami mimpi, atau mengigau, jika lansia seringa mengalami mimpi
buruk, sering dibayang-bayangi dengan hal-hal yang menakutkan, maka konselor dapat
menghubungkan atau memaknasi hal yang dipikirkan atau dirasakan lansia tersebut dengan
kondisi rill, sehinggaada perubahan pola pikir yang rasional pada lansia.
c. Transferensi, penerapan teori ini dalam konseling terhadap klien yang lansia adalah dengan
cara memberikan ruang kepada lansia untuk meluahkan pikiran dan perasaannya pada
konselor, misalnya kekecewaan mereka terhadap anak, pasangan, sehingga ada persaan lega
apada diri klien, dan tentunya akan mengurangi tekanan emosi negatif yang selama ini
terpendam dalama pikiran maupun perasaan klien.
2. Pendekatan Konseling Realitas
Pendekatan konseling realitas merupakan pendekatan konseling yang dikembangkan oleh
Willean Gleser. Kebalikan dari teori psikoanalisi klasik pada pendekatan konseling realitas,

8
justru lebih fokus terhadap kondisi masa kini, atau masa sekarang, sehingga pendekatan ini
sangat relevan di lakukan pada tahap pembinaan masalah klien. Setelah dijajaki dengan
menggunakan teori psikoanalisis klasik.
Aplikasi pendekatan konseling realitas dalam proses konseling lansia adalah kenyataan
atau realitas bahwa kondisi lansia yang sudah memasuki usia enam puluh tahun ke atas,
dengan kondisi anak yang sudah besar atau sudah dewasa bahkan sudah menikah dan punya
kehidupan sendiri, mengharuskan lansia untuk hidup sendiri, apalagi yang sudah ditinggal
mati pasangannya, kenyataan rill di lapangan pada umumnya lansia lebih nyaman tinggal
sendiri di rumahnya, dibandingan tinggal serumah dengan anak, menantu dan cucunya,
namun pilihan ini tentu menimbulkan berbagai macam permasalahan baru, seperti rasa
kesepian, rasa ketidakberdayaan, kurang perhatian, artinya ini akan menjadi salah satu
penyebab dari permasalahan lansia, yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis dari
orang-orang terdekatanya, dan jika lansia tidak dapat merasionalkan atau menerima
kenyataan dengan penuh kesyukuran tentu hal ini akan menjadi kondisi stressor yang berat,
atau dapat menjadi penyebab depresi ringan pada lansia.
3. Pendekatan Konseling Logotraphy (Religius)
Pendekatan konseling logoteraphy merupakan pendekatan konseling yang dikembangkan
oleh Viktor Frankl. Pendekatan Logoteraphy adalah suatu proses terapi pengobatan atau
penyembuhan untuk menemukan makna hidup dan pengembangan spiritual seseorang. Jika
Makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan
demikian berarti dan berharga, dan tentunya akan meminimlaisir persoalan atau masalah
dalam hidup. Pendekatan logoteraphy ini pada hakikanya disamping mengarahkan klien
untuk mengambil hikmah dari setiap masalah yang menimpanya, juga mengarahkan klien
untuk berpikir positif.
Aplikasi dari pendekatan logotraphy dalam proses konseling lansia adalah;
a. Persuasif; Penerapan teknik ini dalam konseling lansia adalah dengan cara membantu klien
untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya. Misalnya
jika lansia memiliki masalah dengan kenyaman tidur atau insomnia, maka untuk maka klien
seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan
pikiran dan sebagainya, karena hal ini justru membuat bertambah tidak tidur, langkah yang

9
paling tepat adalah diarahkan untuk berusaha terjaga selama mungkin. setelah itu baru klien
akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong klien untuk melangkah ke tempat tidur.
b. De-reflection; penerapan teknik “dereflection”, pada lansia adalah dengan cara
memanfaatkan kemampuan transendensi diri (selftranscendence) yang dimiliki setiap
manusia dewasa. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak
lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan
mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Gambaran dari
teknik ini adalah ketika klien dihadapkan dalam situasi yang sulit, misalnya karena kematian
pasangan, teman seusia, anak ataupun cucu atau orang-orang terdekatnya, yang membuat ia
sangat terpukul, sehingga klien tidak memiliki gairah untuk hidup atau tidak memiliki
motivasi untuk hidup, cenderung murung, merasakan kekosongan dan kehampaan dalam
hidup.13

13
Hermi Pasmawati, “Pendekatan Konseling Untuk Lansia”, Syi’ar Vol. 17 No. 1, 2017, hal 54-59.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (lansia),
yang dimaksud lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun keatas. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan lansia
dikatakan bahwa usia lanjut atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun. Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa,
ia memiliki kemampuan reproduksi, atau melahirkan anak kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki fase selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati.
Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat dikelompokkan kedalam empat
bagian, yaitu sebagai berikut : 1) Masalah ekonomi, 2) Masalah kesehatan, 3) Masalah sosial, 4)
Masalah psikologis. Masalah yang dihadapi para lansia adalah penurunan organ secara sistemik,
seperti penurunan fungsi ginjal, fungsi jantung, mata maupun fungsi kognitif (intelektual).

Secara umum peran bimbingan dan konseling pada lansia adalah membantu lansia untuk
dapat mengatasi masalah-masalahnya, dapat menerima diri, mengembangkan diri,
mengaktualisasikan diri sehingga dapat merasakan kebahagiaan hidup di usia senja. Secara
khusus peran BK pada lansia sejalan dengan masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang
dihadapi oleh lansia. Lansia akan merasa bahagia apabila kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi,
atau mereka dapat melaksanakan tugas perkembangan secara baik. Adapun beberapa pendekatan
yang relevan dengan karakteristik lansia adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan psikoanalisis
klasik, 2) Pendekatan Konseling Realitas, dan 3) Pendekatan konseling logotraphy (religius).

B. Saran

Adapun saran dari pemakalah adalah konselor harus lebih mengerti tentang klien, terutama
manula karena manula cukup sensitive oleh karena itu konselor harus lebih memahami apa mau
klien agar tidak terjadi kesalah pahaman, konselor juga harus bekerja sama dengan pihak
keluarga dari manula untuk mengetahui masalah apa saja yang dialami dan pihak keluarga juga

11
harus lebih peka dan mengerti sifat manula tersebut serta memberikan kasih sayang penuh
kepada manula, dan seorang konselor juhga harus lebih sabar dalam melakukan proses konseling
terhadap manula karena lansia merupakan fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
seseorang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock Elizabet B.1980. Psikologi Perkembangan. ter. Istiwidayanti, Soedarjowo. Jakarta:


Erlangga, Edisi-5

Isawi Abdurrahman M.Al.2005. Islam dan Kesehatan Jiwa. Jakarta :Pustaka Al-kautsar

Jannah Noor.2015. Bimbingan Konseling Keagamaan bagi Kesehatan Mental Lansia.jurnal


bimbingan dan konseling Islam,vol.6, no.2

John Santrock.2004. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid II, Edisi Ke
lima. Jakarta: Renika Cipta

Karni Astiani.2017.Urgensi Bimbingan dan Konseling Islam Bagi Lanjut Usia,Syi’ar, vol.17 No
02

Maryam Siti R.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatan nya”.jakarta: salemba medika

Monks,Konoers, dkk.1994.Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Nugroho Wahiudi.1992.Perawatan Lanjut Usia.Jakarta: Buku kedokteran EGG.

Pasmawati Hermi.2017.Pendekatan Konseling Untuk Lansia. Syi’ar, vol.17 No 01

Suryanto.2010.Pentingnya Olahraga bagi Lansia. Medikora. vol.VI no.1

Wulandari Dwi.2018. Bimbingan dan konseling pada lansia post power syndrome(studi kasus 3
orang)di lembaga kesejahteraan Sosial (LKS) Welas Asih yayasan sinar jati Lampung.
Lampung: UIN Raden Intan Lampung

Yusuf Jamil M.2012.Model Konseling Islami. Banda Aceh: Arraniry Press

13

Anda mungkin juga menyukai