Disusun oleh :
kelompok 7
2. Phagia Febriani
5. Anisa meysi
6. Muhammad fadhil
S1 keperawatan 4B
Dosen pembimbing :
TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, Puji beserta syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang mana telah memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan
nikmatnya itulah penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing kita di jalan kebenaran mendapatkan berkah dan kedamaian. Makalah
ini berisikan tentang “Healthy Aging Here and Now”.
Penulis berharap makalah ini akan membantu pembaca untuk memahaminya. Penulis
menyadari bahwa ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk membantu
menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.2. Penuaan.................................................................................................................................8
3.2 Saran.....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Usia tua merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia dan dikenal sebagai masa
kemunduran. Seiring bertambahnya usia seseorang, perkembangan usia tubuhnya semakin
berkurang secara fisik dan mental. Secara fisik lansia memiliki kerutan di kulit, rambut putih dan
tipis, fungsi sensorik yang buruk, dan sistem kekebalan yang melemah yang membuat mereka
lebih rentan terhadap penyakit. Secara psikologis, lansia mulai mengalami penurunan daya ingat,
terbatasnya aktivitas di dalam dan di luar rumah, dan mengalami kebosanan hingga menjadi
kesepian. Alami periode berkelanjutan dari cuti pengasuhan anak hingga usia tua (Sianturi,
2021).
Setiap periode yang dilalui merupakan fase yang saling berhubungan dan tidak dapat terulang
kembali. Apa yang terjadi pada tahap awal perkembangan individu mempengaruhi tahap
selanjutnya. Tahap akhir yang melewati setiap orang adalah orang lanjut usia (lansia). Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan terakhir kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya
kondisi fisik, psikis dan sosial dimana saling berinteraksi (M Hidayati et al., 2019).
Lanjut usia adalah tahapan yang ditandai dengan penurunan kemampuan intelektual dan
fisik ditandai dengan perubahan dalam hidup. Ketika orang mencapai usia dewasa mereka
memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan melahirkan anak. Ketika lingkungan tempat
tinggal berubah orang kehilangan pekerjaan dan fungsinya, memasuki tahap berikutnya tua dan
mati. Tentu saja, rata-rata orang siap menerima setiap situasi dalam hidupnya dan berusaha
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Proses menua merupakan proses alami yang
terjadi pada semua makhluk hidup (Mustikaningrum Hidayati et al., 2020).
PEMBAHASAN
Lansia merupakan kelompok yang paling banyak mengalami masalah kesehatan. Seiring
bertambahnya usia, kekuatan dan daya tahan tubuh seseorang semakin menurun. Penurunan daya
tahan tubuh hingga tingkat tertentu bisa mengakibatkan seseorang menjadi rentan dan mudah
terserang penyakit (Sutinah & Maulani, 2017).
Lansia (Elderly) menurut WHO (World Health Organization) Orang berusia 60 tahun ke
atas.). Lansia merupakan kelompok potensial, dan tidak potensial. Lansia potensial yaitu lansia
mampu melakukan aktivitas secara produktif menghasilkan barang atau jasa baik untuk sendiri
atau orang lain (Mayang, 2020).
2. Kebutuhan dan masalah berkisar dari kesehatan hingga penyakit, dari kebutuhan sosio-
fisiologis hingga kebutuhan spiritual, dan pengkondisian hingga ketidaksesuaian.
2.2. Penuaan
Menua atau menua adalah suatu kondisi dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah
proses seumur hidup yang dimulai tidak hanya pada suatu titik waktu tertentu tetapi juga pada
tahap awal kehidupan. Penuaan merupakan proses alamiah, artinya seseorang telah melewati tiga
tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan lanjut usia. Memasuki usia tua berarti kemunduran,
misalnya kemunduran fisik dengan kulit kendur, rambut putih, gigi jarang, pendengaran kurang
baik, penglihatan terganggu, gerakan lambat, dan bentuk tubuh yang tidak proporsiona
(Argyatiyasa et al., 2015). Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu proses berangsur-angsur
yang mengakibatkan perubahan kumulatif merupakan proses penurunan daya tahan tubuh
terhadap rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Goldman, Ian. and Pabari, 2021)
1. Dukungan Keluarga
Keluarga memainkan peran sebagai tempat berbagi anggota, memenuhi kebutuhan material
dan emosional setiap orang. Adaptasi, kerjasama, kedewasaan, kasih sayang dan keharmonisan
semua terjadi dalam kehidupan keluarga. Orang tua membutuhkan dukungan keluarga sepanjang
hidup mereka untuk merasa bahwa mereka dihargai dan diperhatikan. Harga diri dan hubungan
keluarga telah ditemukan menjadi penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia (Destriande
et al., 2014).
2. Dukungan Sejawat
Dukungan teman sebaya yang kuat memiliki dampak langsung atau tidak langsung pada
peningkatan kualitas hidup lansia. Dukungan teman sebaya secara langsung dapat meningkatkan
aspek psikologis kualitas hidup dengan mengurangi risiko kesepian dan depresi. Kuatnya
dukungan teman juga berpengaruh terhadap peningkatan dukungan keluarg. Dukungan
mendukung semangat lansia agar tetap semangat bertahan hidup. Persahabatan membawa efek
yang saling menguntungkan dari aktivitas dan interaksi yang menyenangkan. Oleh karena itu,
semakin tinggi dukungan sosial, semakin tinggi kualitas hidup (Destriande et al., 2014).
3. Lingkungan Hidup
Pentingnya membangun hubungan sosial yang efisien antar lansia untuk memperkuat
hubungan sosial dengan keluarga, teman dan tetangga, serta meningkatkan kualitas hidup lansia.
Lingkungan hidup saat ini sedang berubah dengan orang-orang, termasuk orang tua bergerak
menuju industrialisasi dan kehidupan perkotaan, membatasi jaringan hubungan dan mengancam
isolasi (Destriande et al., 2014).
4. Kesehatan Jasmani
Penyakit kronis memiliki dampak langsung pada kebebasan individu dan kualitas hidup.
Nyeri merupakan faktor yang membatasi kinerja aktivitas sehari-hari dalam keadaan normal,
membatasi partisipasi sosial, dan menyebabkan persepsi negatif tentang kualitas hidup di
kalangan lansia. Kurang tidur berdampak buruk pada aspek fisik dan psikososial
kehidupan.Kualitas tidur yang buruk menyebabkan usia yang lebih tua, termasuk gangguan
kognitif dan interaksi aktivitas fisik dengan keluarga dan hubungan sosial dan kesehatan yang
buruk.Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi seseorang (Destriande et al.,
2014).
5. Kesehatan Psikologis
Salah satu gangguan jiwa yang dialami oleh lansia adalah demensia. Faktor utama yang
mempengaruhi kualitas hidup penderita demensia adalah penurunan aktivitas hidup sehari-hari.
Suasana hati yang positif, seperti kesejahteraan dan kepuasan hidup, biasanya dikaitkan dengan
peningkatan kualitas hidup lansia dengan demensia. Meningkatkan dukungan untuk lansia
dengan demensia dan meningkatkan kualitas hidup (Destriande et al., 2014).
6. Pelayanan Kesehatan
Semua lansia memiliki akses yang sangat buruk terhadap layanan kesehatan primer terutama
di pinggiran kota dan berada dalam kondisi yang lebih buruk karena terbatasnya layanan dan
aktivitas. Kelompok eksperimen sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan
menunjukkan bahwa kualitas hidup dan perilaku kesehatan mereka berbeda. Rata-rata Skor
Kualitas Hidup dan Perilaku Kesehatan Lansia Setelah Mengikuti Program Pemberdayaan
Lansia Untuk Mencapai Penuaan dan Kualitas Hidup Lansia Secara Signifikan (Destriande et al.,
2014).
7. Status Pernikahan
Jenis kelamin dan status perkawinan mempengaruhi persepsi lansia tentang kesejahteraan
psikologis. Pria yang sudah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada pria
lajang. Sebaliknya, wanita lajang memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada wanita yang
sudah menikah, berpisah atau bercerai (Destriande et al., 2014).
Faktor ini dimulai dengan penuaan sel, jaringan dan struktur anatomi tubuh dan meluas ke
penuaan organ tubuh. Tidak ada yang dapat menahan proses alami kemajuan seperti jam yang
berputar. Pola makan dan gaya hidup yang sehat dipercaya mampu menunda berlanjutnya proses
penuaan (Mustikaningrum Hidayati et al., 2020).
Faktor-faktor yang disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal seseorang dengan faktor
sosial budaya yang paling tepat disebut gaya hidup. Faktor penuaan ekstrinsik ini dikenal
sebagai faktor risiko (Mustikaningrum Hidayati et al., 2020). Faktor exogenic ini yaitu
lingkungan dan gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, kebiasaan istirahat dan kebiasaan
merokok) saling memengaruhi satu sama lain (Sianturi, 2021).
Faktor-faktor endogenic aging dan exogenic aging ini sulit untuk dipisahkan karena saling
memengaruhi dengan erat. Bila faktor tersebut tidak dapat dicegah terjadinya maka orang
tersebut akan lebih cepat meninggal dunia (Sianturi, 2021).
dimensi fisik,
emosional,
intelektual,
sosial-ekonomi,
vokasional,
spiritual.
Dari keenam aspek kesehatan tersebut perlu seimbang, terintegrasi, dan berinteraksi dengan
dukungan lingkungan yang sesuai (Kemenkes RI, 2019).
6. Penghasilan menurun.
8. Di sisi lain, Anda mungkin cukup kaya untuk berisiko mengalami obesitas dan penyakit
terkait gaya hidup lainnya (Mustikaningrum Hidayati et al., 2020).
Aspek lain dari pendidikan, kepribadian yang sehat, keramahan, dan lingkungan semuanya
mempengaruhi penuaan yang sehat dan aktif (Mustikaningrum Hidayati et al., 2020).
Kesehatan seseorang dilihat oleh empat aspek kesehatan: fisik, psikologis, sosial, dan
ekonomi, yang saling mempengaruhi dalam menentukan kesehatan seseorang. Keempat aspek
kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam menentukan kesehatan. Seperti halnya seseorang
yang sehat jasmani dan rohani tidak selalu sehat jiwanya, orang yang sehat jasmani tidak selalu
sehat jiwanya tetapi sehat jasmani dan rohaninya.Orang yang sehat jasmani dan rohani tidak
selalu sehat secara sosial. Oleh karena itu, kesehatan bersifat inklusif dan terdiri dari empat
aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek kesehatan manusia tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Kesehatan fisik ditunjukkan ketika seseorang tidak merasakan sakit, mengeluh, atau
merasa tidak nyaman dan tidak secara objektif terlihat sakit. Semua organ dalam tubuh
berfungsi normal atau tidak rusak.
3. Kesehatan sosial diwakili oleh mereka yang dapat bertindak tanpa memandang ras, suku,
agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dll.
4. . Kesehatan finansial terlihat ketika seseorang (dewasa) produktif dalam suatu kegiatan
yang menciptakan sesuatu yang dia atau keluarganya dapat mendukung secara finansial.
Secara sosial, yang dimaksud dengan "kesehatan lanjut usia" adalah pelayanan sosial,
keagamaan, atau masyarakat lainnya (Sianturi, 2021).
1. Mortalitas (kematian)
Penyebab utama kematian pada lanjut usia yang diukur dengan mortalitas adalah penyakit
jantung, kanker, stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, dan influenza.
Penyakit jantung, stroke, dan PPOK adalah penyebab utama kematian, dengan hampir 7 dari 10
kematian. Selama 10 tahun terakhir, angka kematian orang tua secara keseluruhan berdasarkan
usia terus menurun. Alasan utamanya adalah untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit
jantung dan stroke. Meskipun menurun, penyakit jantung tetap menjadi penyebab utama
kematian pada orang tua, terhitung 35 persen dari semua kematian. Tidak seperti kematian akibat
penyakit jantung dan stroke, kematian akibat kanker sama setiap tahun. Diabetes dan PPOK
memiliki angka kematian tertinggi pada lansia (Sianturi, 2021).
Ketika lansia sering sakit akibat penyakit kronis dan cedera menyebabkan kemampuan
berkurang dan mengakibatkan kualitas hidup lansia memburuk. Jika lansia dapat
mempertahankan kemandiriannya maka secara alami mereka akan menghindari layanan
perawatan jangka panjang yang mahal seperti mandi, berganti pakaian, berjalan atau menaiki
tangga tanpa bantuan dari luar dapat dilakukan sendiri. Hampir sepertiga lansia yang berusia di
atas 70 tahun yang tidak diobati mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, dan
seperempat tidak dapat melakukan setidaknya satu aktivitas fisik (misalnya, berjalan kaki selama
empat menit). Pembatasan olahraga pada lansia meningkat seiring bertambahnya usia, dan
wanita lebih mumungkinkan untuk cepat mengalami pembatasan fisik daripada pria. Aktivitas
yang berkurang dapat dinikmati dengan dua cara: penyakit kronis dan kecacatan (Sianturi, 2021).
Perilaku kesehatan dan faktor sosial merupakan faktor yang mempengaruhi lansia untuk tetap
sehat dan menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa orang tua tidak menganggap diri mereka
terlalu tua untuk mendapatkan manfaat dari perubahan perilaku kesehatan mereka. Itu tidak
benar. Tidak ada kata terlambat untuk melakukan perubahan demi perbaikan. Secara umum,
orang yang lebih tua memiliki perilaku kesehatan yang lebih baik daripada orang yang lebih
muda. Orang tua cenderung minum lebih sedikit dan merokok lebih sedikit karena kesehatan
mereka yang buruk (Sianturi, 2021).
2.6 Gaya Hidup Lansia
Gaya hidup adalah cara orang untuk hidup di dunia dan diekspresikan melalui aktivitas,
minat, dan pendapat mereka. Gaya hidup berarti bahwa seluruh orang bekerja pada lingkungan.
Gaya hidup yang dibentuk oleh pola perilaku individu mempengaruhi kesehatan individu dan
sebagai akibatnya kesehatan orang lain (Sianturi, 2021).
Perawatan kesehatan dapat mengubah gaya hidup seseorang dengan memungkinkan mereka
untuk mengubah gaya hidup mereka tidak hanya dengan mengubah individu tetapi juga dengan
mengubah kondisi sosial dan kehidupan yang mempengaruhi perilaku mereka. Dan tidak ada
aturan gaya hidup yang berlaku untuk semua orang. Budaya yang berbeda, pendapatan, struktur
keluarga, usia, kemampuan fisik, lingkungan hidup dan kerja yang berbeda menciptakan gaya
yang berbeda (Sianturi, 2021).
1. Gizi baik,
2. Aktivitas fisik,
3. Latihan,
5. Tidak merokok,
Yang menyatakan bahwa gaya hidup seperti olahrga, tidak merokok, pola makan, aktivitas
fisik, kebiasaan istirahat dan mengkonsumsi obat akan membantu lansia sehingga tidak akan
mudah terserang penyakit. Gaya hidup tidak baik akan berdampak pada kehidupan sehari-hari
pada lansia (Pinilih et al., 2018).
2.6. Pola Makan ( Diet )
Diet adalah cara individu atau kelompok orang untuk memilih dan mengkonsumsi makanan
sesuai dengan dampak fisiologis, psikologis, budaya dan sosialnya. Diet individu meliputi
makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk (sumber protein hewani dan nabati), sayuran
dan buah-buahan. Komposisi makanan lansia harus mencakup semua zat gizi seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, udara dan serat dalam komposisi yang seimbang dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhannya (Sianturi, 2021).
Kebutuhan serat pangan larut air seperti apel, jeruk, pir, buncis, dan kedelai juga dibutuhkan
oleh lansia. Buah dan sayur tidak hanya sebagai sumber serat pangan, tetapi juga sumber
vitamin dan mineral. Makan serat dan buah-buahan sangat penting bagi lansia untuk mencegah
sembelit. Selain itu, konsumsi susu dapat meningkatkan dehidrasi pada lansia. Berikut beberapa
hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan diet untuk lansia: Jangan makan berlebihan,
makan sesering mungkin, minum air putih sekitar 78 gelas per hari, batasi kopi dan teh, kurangi
garam, lunak dan mudah dicerna, makanan tidak keras terlalu manis, asin, atau gurih/goreng
(Sianturi, 2021).
Kebiasaan makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan baik jumlah maupun
jenis makanannya, antara lain: Konsumsi makanan tinggi lemak, kurangi konsumsi sayur dan
buah, atau kelebihan berat badan (Sianturi, 2021).
Istirahat berarti bersantai atau tidak melakukan apa-apa setelah hari yang sibuk. Istirahat
berarti jeda sementara sampai semua aktivitas sehari-hari selesai. Istirahat yang cukup diperlukan
agar tubuh kembali normal setelah beraktivitas. Istirahat terbaik adalah tidur. Lansia perlu tidur
68 jam sehari. Kebiasaan dan pola tidur lansia dapat berubah dan dapat mempengaruhi
kenyamanan keluarga lain yang tinggal di rumah. Perubahan pola tidur antara lain tidak bisa
tidur sepanjang malam dan sering terbangun di malam hari. Tidur terlalu lama tidak baik untuk
kesehatan (Sianturi, 2021).
Menurut buku Essentials of Clinical Geriatrics karya Robert Kane dan Joseph Ouslander
gejala gangguan kesehatan pada lansia adalah:
2. Ketidakstabilan (tidak stabil untuk berdiri atau berjalan, atau mudah jatuh).
Komunikasi (komunikasi),
Masa pemulihan, (penyembuhan),
8. Isolasi (depresi).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penuaan yang sehat harus diikuti dengan penuaan aktif. Penuaan aktif adalah proses
optimalisasi potensi kesehatan, partisipasi dan kesejahteraan dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup di hari tua. Penuaan yang sehat memanifestasikan dirinya dalam pemeriksaan
kesehatan secara teratur, kegiatan dan hobi yang menyenangkan, dan gaya hidup yang teratur
hingga saat ini. Didukung oleh perilaku green lifestyle terkait dengan ramah lingkungan.
Pembangunan kesehatan tentunya dilakukan sedini mungkin dalam siklus hidup manusia,
dengan memperhatikan faktor risiko yang harus dihindari dan faktor protektif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan guna mencapai penuaan yang sehat. untuk penuaan.
Dari orangtuaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan yang sehat dapat dipisahkan dari
faktor kesehatan fisik, faktor aktif, faktor psikologis, faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor
agama yang dicatat dari masa remaja sampai usia tua. Selain itu, ia terus memperhatikan
kesehatan mental dan penyuluhan pemerintah dalam upaya GERMAS-nya.
3.2 Saran
Diharapkan setelah mempelajari makalah keperawatan gerontik yang berjudulkan “
healthy aging here and now ,pembaca khususnya mahasiswa/ akademi keperawatan dapat
mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Argyatiyasa, N., Suprajitno, S., & Martiningsih, W. (2015). Gaya Hidup Sehat Lansia. Jurnal
Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 2(3), 222–226.
https://doi.org/10.26699/jnk.v2i3.art.p222-226
Destriande, I. M., Faridah, I., Oktania, K., & Rahman, S. (2014). Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia. Jurnal Psikologi, 2(2002), 483–490.
www.jurnal.uwp.ac.id/fpsi/index.php/psikowipa/article/download/41/15
Goldman, Ian. and Pabari, M. (2021). Analisis struktur kovarians indikator terkait kesehatan
pada lansia di rumah dengan fokus pada kesehatan subjektif. 3, 278–284.
Hidayati, M, Lestari, S. P., & Tyoso, J. S. P. (2019). Healthy Aging Yang Berlandaskan Green
Lifestyle. Seminar Nasional Hasil …, 2019, 540–548.
http://jurnal.poliupg.ac.id/index.php/snp2m/article/view/2052
Hidayati, Mustikaningrum, Lestari, S. P., & Tyoso, J. S. P. (2020). Healthy Aging Menuju
Lansia Sehat Dan Aktif. Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada
Masyarakat (SNP2M), 205–211.
Hidayati, W., Kawung, E. J. R., & Paat, C. (2021). Peran Pemerintah Desa Dalam Menangani
Penyebaran Covid-19 Pada Lansia (Lanjut Usia) Di Desa Cemara Jaya Kecamatan Wasile
Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal Holistik, 14(3), 1–14.
Kemenkes RI. (2019). Policy Paper Analisis Kebijakan Mewujudkan Lanjut Usia Sehat Menuju
Lanjut Usia Aktif (Active Ageing). Analisis Determinan Kesehatan, 1–38.
www.padk.kemkes.go.id
Pinilih, S. S., Astuti, R. T., & Rini, D. R. (2018). Hubungan Antara Lifestyle Dengan Fungsi
Kognitif Pada Lansia. Journal of Holistic Nursing Science, 5(1), 25–35.
https://doi.org/10.31603/nursing.v5i1.1876
Putri, M. (2018). Faktor faktor Yang Berpengaruh Terhadap Niat Keaktifan Lansia Dalam
Mengikuti Posyandu Lansia. Jurnal Promkes, 6(2), 213–225.
Sutinah, S., & Maulani, M. (2017). Hubungan Pendidikan, Jenis Kelamin Dan Status Perkawinan
Dengan Depresi Pada Lansia. Jurnal Endurance, 2(2), 209.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1931