Anda di halaman 1dari 8

1.

Pasien terpasang oksigen nasal canul 2-4 lpm


Pemeriksaan fisik :
1. Hasil tanda-tanda vital pasien
TD: 104/64, HR: 82x/menit, RR: 20, T: 36.6, SpO2: 98%
2. GCS: 15 (E4M6V5), Kesadaran Compos Mentis
3. Akral hangat, CRT < 3 detik
4. Pupil isokor pada kedua bola mata (2+) dan terdapat reaksi pupil terhadap cahaya
5. EWS pasien: 0
6. Pasien sudah tidak terpasang cairan Nacl 0,9% 500/12 jam

Data penunjang:
Hasil Laboratorium 02/09/2022 :
Hematology Hasil Nilai Rujukan

Haemoglobin 10.60 11.70 – 15.50

Hematocrit 32.10 35.00 – 47.00

White Blood Cell 4.27 3.60 – 11.00

Biochemistry Hasil Nilai Rujukan


SGOT (AST) 36 5 - 34
Potasium (K) 3.1 3.5 – 5.1
Hasil Rontgen Thorax 02/09/22 :
- Mengarah TB paru lama aktif dengan Endobronchial Spread, Schwarte dextra, dan Pleural Reaction bilateral terutama
sinistra
- Besar & konfigurasi cor normal

Terapi :
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Flixotide Nebu 1 resp TDS (3x1)
Cefspan PO 200mg BD (2x1)
Codipront PO 1 capsul BD (2x1)
3. Diagnosa Keperawatan (PE): 10
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret (NANDA, 2018)
4. Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): 10
1. Mengecek program terapi medik (identitas, indikasi, diagnose medis)
2. Mempersiapkan alat (obat yang dibutuhkan , masker nebulizer, mesin nebulizer, plastik hitam dan kuning, handrub, IMR)
3. Melakukan salam terapeutik, evaluasi dan validasi, kontrak waktu dan menjelaskna tujuan tindakan diberikan
4. Menutup sampiran
5. Mencuci tangan
6. Cek medikasi chart atau IMR pasien
7. Lihat order dengan prinsip 6 benar obat
8. Cek label obat, expiry date, dan nama obat, nama pasien, dosis, waktu serta rute pemberian. Melakukan double check
dengan perawat
9. Tanyakan pasien nama lengkapnya sambil menyamakan nama pasien dengan gelang nama pasien
10. Bantu pasien di posisi duduk (semi fowler/high fowler)
11. Siapkan obat nebulize kedalam chamber nebulizer dan tutup rapat. Kemudian sambungkan selang nebulizer dengan mesin
aerosol
12. Jelaskan pada pasien untuk menarik nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut. Anjurkan pasien untuk bernafas normal
13. Nyalakan tombol on pada mesin nebulizer
14. Beri obat kepada pasien dan tempatkan masker nebulizer tepat pada bagian mulut dan hidung sampai tertutup semua
15. Biarkan selama kurang lebih 10-15 menit sampai obat benar-benar habis
16. Setelah selesai, matikan mesin nebulizer. Buka masker, lalu beri pasien minum air putih
17. Observasi keadaan pasien sambil anjurkan pasien untuk Tarik nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan secret jika ada
18. Merapihkan dan membersihkan alat
19. Mencuci tangan
20. Mengecek respon pasien dan melakukan evaluasi kepada pasien
21. Melakukan dokumentasi
5. Dasar Pemikiran: 15
Asma merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang banyak dijumpai dikalangan anak-anak
maupun orang dewasa. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2018 (dikutip dalam Najiah, 2022), Asma adalah
salah satu penyakit respiratorik kronis dengan adanya peradangan saluran pernapasan kronis dan ditandai dengan riwayat gejala
saluran napas berupa adanya suara napas tambahan wheezing, sesak nafas (dyspnea) dan dada terasa berat, adanya batuk dan aliran
udara ekspirasi yang terbatas serta bervariasi. Menurut Nurarif dan Kusuma 2015 (dikutip dalam Dimayanti et al, 2021) Asma
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Asma Bronkial, dimana penderita ini hiperaktif dan hipersensitif terhadap rangsangan dari luar. Gejala kemunculannya
sangat mendadak sehingga bisa datang secara tiba-tiba. Gejala pada asma bronkial ini bisa terjadi karena adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan yang membuat berkerutnya otot saluran pernafasan, pembengkakan
saluran lender, dan pembentukan timbunan lender yang berlebihan.
2. Asma kardial, yang ditimbulkan akibat adanya kelainan jantung. Gejala yang dialami penderita biasanya adanya sesak
nafas yang hebat dan terjadi pada malam hari.

Obstruksi pada pasien asma dapat disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkus yang menyempitkan jalan napas,
pembengkakkan membrane yang melapisin brokus dan pengisisan bronkus dengan mucus yang kental. Sekresi mucus terjadi
sebagai mekanisme fisiologi dari masuknya iritian. Pada asma bronkial, pengeluaran mucus terjadi secara berlebihan sehingga
semakin menggangu bersihan jalan napas (Najiah, 2022). Pasien dengan penderita asma membutuhkan pengobatan secara rutin
dan teratur, salah satu terapi yang di gunakan pada pasien yaitu dengan menggunakan terapi flixotide nebules (Santoso, 2018).

Pada kasus ini, pasien mengeluh sulit bernapas, sesak dan merasa ada yang mengganjal sehingga dibutuhkan pemberian terapi
flixotide nebules. Pemberian terapi nebulizer ini dimaksudkan untuk memberikan obat langsung ke saluran pernapasan karena
terdapat banyak secret disaluran nafas yang menghambat saluran pernapasan sehingga pasien menjadi sesak, serta mengencerkan
dan memudahkan pengeluaran secret. Flixotide ini memiliki kandungan yang digunakan untuk meredakan sejumlah gejala serta
eksaserbasi penyakit asma pada penderita (Najiah, 2022).
6. Analisa Tindakan Keperawatan: 15
Prinsip tindakan yang digunakan dalam tindakan ini adalah bersih. Tindakan yang dilakukan sudah sesuai SOP Rumah Sakit
dengan memperhatikan dan menerapkan teknik yang benar. Hal lain yang harus diperhatikan adalah posisi pasien dan penurunan
difusi oksigen dalam darah pasien ketika dilakukan pemberian terapi nebulizer, upaya pencegahan penurunan saturasi oksigen
pada pasien dapat dilakukan dengan cara mengatur posisi seperti semi fowler atau high fowler (Anggayanthi et al, 2019). Saat
melakukan tindakan juga sudah menerapkan 6 benar obat dan sudah dilakukan double check dengan kakak perawat dan IMR
pasien. Dosis yang diberikan sudah sesuai dengan dosis yang diperlukan oleh pasien. Selama dilakukan terapi nebulizer pasien
dianjurkan untuk latihan batuk efektif dan postural drainage yang bertujuan untuk mengeluarkan sputum atau sekret yang berlebih
(Dina, 2018).
7. Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10
1. Bahaya:
Penurunan difusi oksigen dalam darah
Pencegahan:
Memberikan posisi semi fowler/high fowler pada pasien dan siapkan oksimeter
2. Bahaya:
Salah dalam pemberian dosis obat
Pencegahan:
Melakukan double check dengan perawat lain dan melihat IMR pasien
8. Hasil yang didapat: 10
Jam evaluasi: 19.45
S:
1. Pasien mengatakan sudah jauh lebih baik setiap kali selesai dilakukan nebulizer
2. Pasien mengatakan masih ada sedikit dahak yang mengganjal ditenggorokannya
3. Pasien mengatakan sesak nafasnya sudah jauh lebih baik dibanding hari pertama di rawat inap
O:
1. Pasien sangat kooperatif
2. Kesadaran pasien komposmentis
3. Dahak pasien berwarna putih atau bening
A : Bersihan jalan napas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan posisi nyaman kepada pasien dengan posisi semi fowler
2. Anjurkan pasien untuk batuk efektif
3. Mengobservasi TTV
4. Terapi sesuai IMR
9. Evaluasi Diri: 5
Kelebihan : Saya percaya diri dalam melakukan tindakan ini secara mandiri, walaupun masih dalam pengawasan perseptor. Saya
juga mengedukasi Ny. S bagaimana caranya batuk efektif yang benar
Kekurangan : Saya lupa menyiapkan tissue dan membawa oksimeter untuk pasien saat persiapan alat, untuk kedepannya saya akan
mempersiapkan secara lengkap apa saja yang dibutuhkan pasien walaupun itu hanya hal-hal kecil.
10. Daftar Pustaka (APA style): 5
Najiah, T. U. (2022). Asuhan Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma Bronkial Dengan Tindakan
Pemberian Terapi Nebulizer Di Rsud Dr. Dradjat Prawiranegara Serang (Doctoral Dissertation, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa).
Damayanti, R. A., Riesmiyatiningdyah, R., Aristawati, E., & Wijayanti, D. P. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan
Pola Nafas Tidak Efektif Pada Diagnosa Medis Asma Didesa Kedawung Pasuruan (Doctoral dissertation, Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia).
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. EGC.
Santoso, T. B. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkhial Dengan Terapi Nebulizer Di Rs. Islam Klaten (Doctoral
Dissertation, Stikes Muhammadiyah Klaten).
Anggayanthi, T. I. E., Putra, P. W. K., & Laksmi, I. A. A. (2019). Perbedaan Efektivitas Posisi Semi Fowler Dan High Fowler
Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma Yang Diberikan Nebulizer Di Rumah Sakit Umum Daerah. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad, 12(2), 119-124.
Dina, P. A. (2018). Efektifitas Nebulizer-Postural Drainage Dan Nebulizer-Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Pada
Pasien Asma Di Rsud Caruban (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti Husada Mulia).
Total 100

Anda mungkin juga menyukai