Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PALIATIF

Disusun Oleh:

Nama : Vania Naomi

NIM : 01503220326

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

BOGOR 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

1.1 DEFINISI
Diabetes melitus atau diabetes type 2 dapat diartikan sebagai gejala klinis ditandai
adanya glukosa darah plasma yang meningkat (hiperglikemia) (Ferri, 2015).
Hiperglikemia pada pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan
yang berakibat serius bagi sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah (World Health
Organization, 2017).
Diabetes Melitus juga merupakan hambatan yang terjadi pada metabolisme secara
genetik serta secara klinis tercantum heterogen dengan indikasi adanya kehilangan toleransi
karbohidrat. Diabetes Melitus timbul karena ketidakmampuan dalam mengoksidasi
karbohidrat, terhambatny mekanisme insulin, dan ditandai adanya hiperglikemia,
glikosuria, poliuria, polipdisi, polifagia, asidosis yang kemudian dapat menimbulkan sesak
napas, lipemia, ketonuria serta berakhir koma (Sya’diyah et al., 2020).
1.2 ETIOLOGI

Menurut Angraini (2020) ada beberapa penyebab dari diabetes melitus yaitu :

a. Kelainan genetik
Diabetes melitus bisa diturunkan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabets dapat dibawaoleh
anak jika salah satu orang tuanya memiliki riwayat diabetes mellitus
b. Usia
Orang dengan usia >40 tahun dapat mengalami penurunan fisiologis. Hal ini bisa berisiko menurunya
fungsi endokrin pancreas untuk produksi insulin
c. .Pola hidup dan pola makan
Polas makan yang berlebih dari kadar kalori yang diperlukan tubuh dapat memicu terjadinya
DM.Selain itu pola hidup juga dapat memengaruhi
d. Obesitas
Berat badan >90 kg memiliki kecenderungan dan peluang untuk terkena penyaki DM.
e. Gaya hidup stress
Stres adapat membuat kerja metabolismemeningkat dan meningkatkan juga kebutuhan sumber
energi yang dapat menyebabkan kenaikan kerja pankreas syang kemudian membuat pankreas mudah
rusak dan membuat penurunan insulin.
f. Penyakit dan infeksi pada pankreas
bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas yang dapat membuat pankreas menjadi meradang .Hal
inilah yang membuat sel beta (β) pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi
insulin.
g. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
Bahan kimia tertentu bisa membuat pankreas menjadi iritasi yang berakibat terjadinya radang
pankreas. Peradangan pada pankreas membuat pankreas mengalami penurunan fungsi dalam
mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
1.3 TANDA dan GEJALA
Menurut Parkeni (2015), ada beberapa tanda gejala yang dapat muncul pada pasien DM
yaitu :

Gejala yang dapat ditimbulkan pada seseorang yantg memiliki penyakit diabetes umumnya tidak
ada.. Diabetes Melitus Tipe 2terkadang muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai
setelah bertahun-tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi mulai terjadi.
Penderita diabetes type 2 lebih mudah terkena infeksi, luka susah sembuh , penglihatan memburuk,
dan umumnya menderita hipertensi, hyperlipidemia obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh
darah dan syaraf.

1.4 Patofisiologi
1.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis dilakukan yaitu dengan cara pengaturan pola makan dengan mengatur
pola makan para penderita DM berdasarkan dengan status gizi pasien diabetes lalu
memodifikasi diet .

b. Latihan jasmani Latihan jasmani


Latihan dapat menjadi kuci pengobatan DM karena adanya obesitas atau kurangnya
aktifitas dapat menjadi pemicu pengembangan intoleransi glukosa. Latihan dapat
meningkatkab penggunaan dari glukiosa tubuh,mengurangi kolestrol,menurunkan tekanan
darah,mengurangi dosis insulin,memperbaiki psikologi dengan mengurangi stress

c. Insulin
Insulin ialah obat penting untuk DM tipe 1 dan beberapa kasus DM tipe 2 (Suherman,
2007).

d. Obat hipoglikemik oral


1) Sulfonilurea Sulfonilurea : Merupakan OHO golongan sekretagok insulin yang berefek
hipoglikemik dengan cara menstimulasi sekresi insulin. Obat ini dberguna sebagai
terapi awal farmakologis pada DM tipe 2
2) Glinid (Meglitinid): Repaglinid dan nateglinid yang termasuk dalam golongan ini
mempunyai aksi kerja sama dengan sulfonilurea. Obat ini wajib digunakan dengan hati-
hati pada penderita dengan gangguan hepar atau ginjal
3) Biguanid : Meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga absorpsi glukosa menjadi
meningkat di jaringan perifer .
4) Tiazolidindion (Glitazon) : Yaitupenambah sensitivitas insulin yang bisa menurunkan
kadar glukosa darah yaitu dengan meingkatkan aksi insulin dan mengurangi resistensi
insulin.
5) Penghambat alfa-glukosidase : Enzim alfa-glukosidase di usus halus dan alfa-amilase
pankreas menghidrolisis komplek polisakarida, oligosakarida, trisakarida, dan
disakarida. Akarbose, sebuah penghambat alfa-glukosidase dan alfaamilase, bekerja
dengan menurunkan kecepatan digesti karbohidrat yang berpengaruh terhadap absorpsi
glukosa. Velayati, 2015)

1.6 KOMPLIKASI
Menurut PERKENI komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia( kadar glukosa darah di bawah normal) (< 50 mg/dl). Hipoglikemia terjadi lebih sering pada pasien
DM tipe 1 .Kadar gula darah yang terlalu rendah dapay menimbulkan sel-sel otak menjadi tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia yaitu ketika gula darah mengalami peningkatan secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan
metabolisme yang membahayakan , antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler: yang sering terjadi pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada
sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler: terjadi terutama pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik
retinopati(kebutaan),neuropati,dan amputasi
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang menurut Alief (2012) yaitu :
1. Test Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (200mg/dl).
2. Gula darah puasa normal (70-15 mg/dl) atau diatas normal (>115mg/dl).
3. Gula darah 2 jam post prandial (PP) > 140mg/dL.
4. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal (5-6%).
5. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan osmolalitas urin mungkin meningkat.
6. Kolesterol dan trigliserida serum dapat meningkat.
7. Elektrolit (mungkin normal, menurun atau bahkan meningkat)
a) Natrium: Dapat normal, menurun, atau meningkat
b) Kalium: Dapat normal atau terjadi peningkatan semu akibat perpindahan seluler, selanjutnya akan
menurun
c) Fosfor: lebih sering menurun
8. Insulin darah (mungkin menurun bahkan sampai tidak ada).
9. Hb Glikolisat kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol diabetes
mellitus kurang selama 4 bulan terakhir.
10). Trombosit darah (Ht)
Kemungkinan dapat meningkat (dehidrasi) atau normal, leukositosis hemokonsentrasi merupakan respon
terhadap stress.
1.8 DEFINISI PERAWATAN PALIATIF dan TOTAL PAIN
Pelayanan paliatif yaitu pelayanan yang terintegrasi oleh tim paliatif dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga memberikan support untuk keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien yaitu dengan mencegah dan
juga mengurangi penderitaan pada pasien melalui identifikasi dini, penilaian seksama
,pengobatan nyeri danmasalah lain, baik masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002)
dan pelayanan pada masa dukacita untuk keluarga (WHO, 2005) Perawatan paliatif ialah
perawatan kesehatan terpadu aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi. Tujuan dari perawatan paliatif ini untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang
umur, meningkatkan kualitas hidup pasien , dan memberikan dukungan kepada keluarga
penderita( Anita,2016)
Nyeri total mnerupakan pengalaman holistik yang melampaui aspek fisiologis, merupakan
interaksi faktor psikologis, kognitif, sosial, spiritual, dan budaya yang dapat memengaruhi
pandangan rasa sakit dan pengalaman total. Karena nyeri yang dirasakan pasien tidak hanya
berhubungan dengan faktor-faktor somatik namun juga banyak faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi status psikologinya, maka dari itu penanganan nyeri yang efektif harus bisa
mencakup aspek-aspek tersebut. (Ariani, 2018)
REFERENSI

Welni Fitri Anggraini, P031914401R070 (2020) ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KAMPAR KIRI HULU I GEMA. Diploma thesis,
Poltekkes Kemenkes Riau..

Agustini Putri, N. M. D., Kusumayanti, G. A. D., & Wiardani, N. K. (2020). TINJAUAN KASUS
TINGKAT PENERIMAAN DIET DAN LAMA RAWAT INAP PASIEN DIABETES MELITUS
DI RSUD WANGAYA DENPASAR (Doctoral dissertation, Jurusan Gizi).

World Health Organization. (2017). Diabetes. Genewa: World Health Organization.

Fatmawaty, D. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT Di RSUD Dr
Hardjono Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Fatimah, Restyana Noor. "Diabetes melitus tipe 2." Jurnal Majority 4.5 (2015).

Pambudi, T. D. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN DIABETES MELITUS


TIPE 2 DI RUANG BAITUL IZZAH 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).
Velayati, A. A. R., & Yulianti, T. (2015). Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Keberhasilan
Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Inche
Abdoel Moeis Samarinda (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Anita, A. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan, 7(3),
508-513.

Anda mungkin juga menyukai