Disusun Oleh :
Tri Wulandari
PO.70202210009
DOSEN PENGAMPU :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, bertugas
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada penderita DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin. Terdapat empat klasifikasi DM menurut ADA (American
Diabetes Association) tahun 2014, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, serta diabetes mellitus
gestasional.
Kurang lebih 90% hingga 95% penderita diabetes mellitus mengalami
DM tipe 2 yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin yang disebabkan adanya
kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Mayoritas penderita DM tipe 2
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus atau masalah
kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes misalnya dislipidemia,
hipertensi, maupun obesitas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko
terjadinya DM tipe 2 adalah konsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori
serta minimnya aktivitas fisik
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit DM tipe 2?
2. Bagaimana konsep penyakit DM dengan ulkus diabetikum?
3. Bagiaman konsep asuhan keperawatan DM tipe 2 dengan ulkus diabetikum?
C. Tujuan
Mampu memahami, menerapkan, mendokumentasikan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Komplikasi Ulkus
Diabetikum
BAB II
PEMBAHASAN
5. Penatalaksanaan
Menurut (Aini & Aridiana, 2016) terdapat empat pilar dalam
penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat.
a. Edukasi
Perubahan perilaku sanagt dibutuhkan agar mendapat hasuk pengelolaan
diabetes yang optimal. Dibutuhksn edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang
diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku yang
diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan
jasmani, menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus
secara aman dan teratur, dan lainnya.
b. Terapi Gizi Medis
Pada umunya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J yaitu
jumlah (kalori), jenis dan jadwal. Faktor-faktor yang memerlukan kebutuhan
kalori antara lain jenis kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat
badan, penentuan status gizi dapat menggunakan indeks masa tubuh (IMT) .
c. Olahraga
Olahrga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensivitas insulin sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan drngan umur dan status
kesegaran jasmani.
d. Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi
farmakologis terdiri dari pemberian obat Hipoglikemik dan Oral (OHO) dan
injeksi insulin (Aini &Aridiana, 2016).
a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi empat golongan berikut
:
a) Pemicu sekresi insulin
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b) Penambah sensivitas terhadap insulin (Tiazolidindion)
c) Penghambat glukoneoogenesis (Metformin)
d) Penghambat glikosidase alfa (Acarbose)
b) Insulin
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, insulin selain dapat memperbaiki
status metabolic dengan cepat (terutama kadar glukosa darah), juga
memiliki efek lain yang bermanfaat antara lain perbaikan inflamasi. Pada
pasien dm tipe 1, terapi insulin dapat diberikan segera setelah diagnosis
ditegakkan. Sementara pada dm tipe 2 dapat menggunakan hasil consensus
PERKENI 2006 yaitu jika glukosa darah tidak terkontorl dengan baik
(A1C > 6,5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah
ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetic oral dan
insulin.
6. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut perkeni, komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu (Noor F, 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai
normal
2) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-
tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya
antara lain : ketoasidosis diabetic, koma hiperomoler non ketokik (KHNK)
dan kemolakto asidosis
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita DM
adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung coroner (PJK), gagal jantung kongestif dan stroke
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler seperti nefropati, diabetic retinopati
(kebutaan) neuropati, dan amputasi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua
jenis yaitu : a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai b.
Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Kelompok IV
Seorang perempuan berumur 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
luka di kaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan diperoleh data TD 120/70 mmHg, Nadi 76 kali/menit, Napas 18
kali/menit, Suhu 37,6°C. Konjungtiva subanemis, CRT <3 detik, denyut nadi perifer
kuat, akral hangat. Edema pada tangan dan kaki, teraba hangat pada area ulkus, pulsasi
arteri dorsalis pedis kanan dan kiri (+) kuat, nilai ABI kanan 0,91 kiri 0,90. GDS 292
mg/dl.
Terdapat pruritus pada punggung dan tangan, kulit tampak kering dan kusam.
Terdapat kallus pada plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan
daerah sekitarnya tampak mengeras. Kalus terbuka dan berisi jaringan fibrotik. Pada
plantar dextra terdapat ulkus dengan jaringan nekrotik, dasar luka berwarna kuning,
slough (+), pus (+), ukuran 10cm x 6cm x 2cm, nekrotik > 50%, derajat ulkus menurut
skala Wagner: III, edema derajat 2, bau (+), nyeri ringan saat ganti balutan. Hasil
rontgen pedis dextra menunjukkan hasil : osteomielitis falang proximal digiti I, II, dan
IV. Osteomielitis falangs distal digiti I, falang media II, IV. Lesi amputasi digiti V.
Hasil pengkajian kaki kulit mengkilap, rambut kaki (-), bunion (+), penebalan
kuku (+), kuku tumbuh ke dalam (+), baal (+). Pasienpasien tidak mau diamputasi
seluruh kakinya, jika diamputasi pasien memilih pulang paksa dan berobat alternatif.
Sejak suaminya meninggal 3 tahun yang lalu pasien mengatakan sudah malas untuk
berobat dan kontrol gula. Riwayat DM sejak 15 tahun yang lalu. riwayat
menggunakan obat OHO glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan
dan metformin 2 x sehari pagi dan malam. Klien mulai menggunakan insulin sejak 5
tahun lalu namun sejak 3 bulan terakhir pasien mulai menghentikan pengobatan dan
berobat ke alternatif karena merasa bosan dan jenuh dengan pengobatan yang dijalani.
Riwayat ulkus pada kaki yang sama (kaki kiri) dan riwayat amputasi digiti V pedis 3
tahun yang lalu. Tidak ada anggota keluarga menderita DM.
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual apa lagi saat makan,
menu makan yang di sediakan hanya habis sebagian, terkadang hanya habis 5 sendok
saja, pasien tampak lemah, lesu, wajah pucat. Hasil lab: Hb 8,2 gr/dl, Ht 26%, albumin
2,7 gr/dl kolesterol total: 60 mg/dl, Leukosit 9.4 ribu/ul.
Pola makan di rumah 3 kali sehari, dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran,
jumlahnya tidak ditakar, jadwal dan jenis makan tidak teratur. Pasien suka ngemil dan
hanya tahu untuk mengurangi makan nasi dan gula murni tapi sangat jarang dilakukan.
Di RS pasien mendapatkan diet DM 1800 kalori dengan pemberian 3 x makan besar
dan 3 kali snack selingan antara makan pagi, siang dan malam. Terapi lain yang
diberikan sukrafalt 3 x 1 sendok makan.
Pasien hanya BAB 1 kali selama 7 hari, BAB terasa keras dan sedikit-sedikit. Distensi
abdomen (-), bising usus (+) 10 x/menit, on terapi laxative. BAK normal. Intake 2000
cc/hari, volume urin 24 jam 1710 cc/hari. Muntah (-), diare (-), mukosa bibir tampak
kering, kulit tampak kering, NaCl 0,9% 500 cc/8 jam. Laboratorium : Na : 142
mmol/l, kalium : 3.1 mEq/L, klorida 92 mEq/L. Pasien mengatakan badan terasa
lemas, aktifitas hanya di atas tempat tidur. ADL dibantu perawat. Keterbatasan
aktifitas karena adanya ulkus. Terdapat kalus pada kaki kanan dan kiri. Pasien
mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam sehari. Wajah terlihat letih, sering menguap,
terdapat lingkaran hitam pada mata dan pasien sering terlihat mengantuk di siang hari.
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R Suami/Isteri/Ortu : Adik
Umur : 52 Tahun Nama : Ny. M .............
.............
............
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT .............
.............
............
Agama : Islam Alamat : Sekernan, Muaro .............
Jambi .............
............
Suku/ bangsa : Melayu .............
.............
............
Bahasa : Indonesia Penanggung :......................................
Adik
Jawab
Pendidikan : SMP Nama : Ny. M .............
.............
............
Pekerjaan : IRT Alamat : Sekernan, Muaro .............
Jambi .............
............
Status : Janda .............
.............
............
Alamat : Sekernan, Muaro Jambi.
KELUHAN UTAMA
Datang ke rumah sakit dengan keluhan luka di kaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg Suhu : 37,6 0C
N : 76 x/mnt RR : 18 x/mnt
2. Kepala
Tidak ada pembengkakan ataupun lebam pada kepala.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe t, tidak ada pembesaran vena jugularis
4. Thorak (dada)
Bentuk dada simetris,tidak ada nyeri tekan
5. Abdomen
I: bentuk simetris
A: peristaltic usus 10 x/mnt
P: tympani kuadran 1,2,3,4
P: tidak ada nyeri tekan
6. Tulang belakang
tidak ada kelainan pada tulang belakang
7. Ekstremitas
- Edema pada tangan dan kaki
- Terdapat pruritus pada punggung dan tangan
- Terdapat kallus pada plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan daerah sekitarnya
tampak mengeras
- Pada plantar dextra terdapat ulkus dengan jaringan nekrotik, dasar luka berwarna kuning
- Terdapat kalus pada kaki kanan dan kiri
8. Genitalia dan anus
Tidak ada kelainan pada genetalia
9. Pemriksaan neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Hb 8,2 gr/dl, Ht 26%, albumin 2,7 gr/dl kolesterol total: 60 mg/dl, Leukosit 9.4 ribu/ul.
Na : 142 mmol/l, kalium : 3.1 mEq/L, klorida 92 mEq/L
2. Radiologi
Rontgen pedis dextra
Hasil : osteomielitis falang proximal digiti I, II, dan IV. Osteomielitis falangs distal digiti I, falang media
II, IV. Lesi amputasi digiti V.
3. Lain-lain
TD 120/70 mmHg, Nadi 76 kali/menit, Napas 18 kali/menit, Suhu 37,6°C
Nilai ABI kanan 0,91 kiri 0,90.
GDS 292 mg/dl.
TERAPI
1. Oral
glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan dan metformin 2 x sehari pagi dan malam
2. Parenteral
Insulin
3. Lain-lain
Tidak ada
Jambi, 19 Agustus 2021
Mahasiswa
Tri Wulandari
NIM. PO.71202210009
ANALISA DATA
NO. DATA K. PENYEBAB MASALAH
Kerusakan integritas Tekanan perubahan
1. Ds : jaringan status metabolik,
- pasien mengatakan lukanya kerusakan sirkulasi dan
tidak sembuh-sembuh sejak 12 perubahan sensasi
hari sebelum masuk rs
- pasien mengatakan lukanya
berbau
Do :
- Pada ulkus terdapat jaringa
nekrotik
- dasar luka berwarna kuning,
slough (+), pus (+), ukuran 10cm
x 6cm x 2cm, nekrotik > 50%,
TGL
DIAGNOSA
/ TUJUAN RENCANA TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
JAM
Kerusakan NOC : NIC :
1. integritas jaringan - Tissue integrity :
Pressure ulcer prevention wound care
skin and mucous
Kriteria Hasil :
1. Kaji karakteristik luka serta adanya
1. Integritas kulit
eksudat, termasuk kekentalan, warna
yang baik bisa
dan bau. (lokasi, luas dan kedalaman
dipertahankan
luka)
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, 2. Lakukan perawatan luka/kulit
pigmentasi) secara rutin.
2. Tidak ada
3. Bersihkan dan balut luka
luka/lesi pada kulit
menggunakan prinsip sterilitas atau
3. Perfusi jaringan
tindakan aseptic.
baik
4. Menunjukkan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemahaman dalam
pemberian obat
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang.
5.Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
2 Hambatan NOC : -
Mobilitas Fisik b/d Joint Movement :
NIC : Exercise therapy : ambulation
Rasa Nyeri Pada Active
Luka - Mobility Level 1. Kaji kemampuan pasien dalam
- Self care : ADLs mobilisasi
- Transfer
2. Manajemen nyeri pada klien
performance
Kriteria Hasil :
3. Melakukan pengaturan posisi klien
1. Klien meningkat
dalam aktivitas 4. Ajarkan klien bagaimana merubah
fisik 2. Mengerti posisi dan berikan bantuan jika
tujuan dari diperlukan
peningkatan
mobilitas
3.
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi (walker)
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
NO.
TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
DK
1. 19,08,2021 1. Mengobservasi luka klien S : - Klien mengatakan
18.00 wib setelah lukanya dibersihkan
2. Melakukan perawatan luka
klien merasa nyaman
O : - banyak terdapat
3. Membersihkan dan
jaringan nekrotik pada tepi
membalut luka klien
dan permukaan ulkus
4. Kolaborasi farmakologis : - Ulkus klien sudah dibalut
pemberian obat dengan verban
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 3, 4
dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Militus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insentivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalan
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka
diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diaebetes mellitus.
Ulkus diabetik (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers,luka
neuropati, luka diabetic neuropati. Ulkus0luka diabetic atau neuropati adalah luka
yang terjadi pada pasien yang diabetic, melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik.
B. Saran
Diharapkan mahasiwa lebih termotivasi untuk mencari informasi dan menambah
wawasan tentang DM dan Ulkus karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan
yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA