Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PADA PASIEN DIABETES MILETUS TIPE 2 + ULKUS

Disusun Oleh :

Tri Wulandari

PO.70202210009

DOSEN PENGAMPU :

Mashudi, Ners, M.Kep

Dewi Masyitah, Ners, Sp.Kep.MB

Debbie Nomiko, Ners, M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, bertugas
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya. Pada penderita DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi
terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali
produksi insulin. Terdapat empat klasifikasi DM menurut ADA (American
Diabetes Association) tahun 2014, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, serta diabetes mellitus
gestasional.
Kurang lebih 90% hingga 95% penderita diabetes mellitus mengalami
DM tipe 2 yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin yang disebabkan adanya
kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Mayoritas penderita DM tipe 2
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus atau masalah
kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes misalnya dislipidemia,
hipertensi, maupun obesitas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko
terjadinya DM tipe 2 adalah konsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori
serta minimnya aktivitas fisik
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit DM tipe 2?
2. Bagaimana konsep penyakit DM dengan ulkus diabetikum?
3. Bagiaman konsep asuhan keperawatan DM tipe 2 dengan ulkus diabetikum?
C. Tujuan
Mampu memahami, menerapkan, mendokumentasikan dan
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Komplikasi Ulkus
Diabetikum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


a. Konsep Teori DM
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2010).
Diabetes Militus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insentivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalan rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pancreas, maka diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin
dependent diaebetes mellitus.
2. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), etiologi diabetes mellitus adalah :
1. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun, tetapi
pada usia remaja pun diabetes mellitus dapat terjadi juga pada umur 11
sampai 13 tahun karena sejak awal pancreas tidak menghasilkan insulin
2. Obesitas
Karena ketidakseimbangan hormone dalam tubuh akan membuat hormone
insulin tidak dapat bekerja secara maksimal dalam menghantar glukosa yang
ada dalam darah. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa. Obesitas
terjadi karena tubuh kelebihan lemak minimal 20%, dari berat badan ideal.
3. Riwayat Dalam Keluarga
Pada riwayat keluarga yang salah satunya memiliki riwayat diabetes
melitus bisa diturunkan sejak remaja pada anaknya. Kaum pria sebagai
penderita sesungguhnya dan perempuan sebagai pihak pembawa gen atau
keturunan. Gen yang mempengaruhi pada diabetes tipe 2 adalah gen TC7L2.
Gen ini sangat berpengaruh pada pengeluaran insulin dan produksi glukosa
3. Patofisiologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu:
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sek B pancreas
DM tipe 2 bukan disebabkan kurangnya sekresi insulin, namun karena
sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi
insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta
penuaan. Pada penderita DM tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa
hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
Langerhans secara autoimun seperti DM tipe 2. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita DM tipe 2 hanya bersifat relative dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apanila tidak ditangani dengan baik,
pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pancreas.
Keruskan sel-sel B pancreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes mellitus tipe 3 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, uaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin.
4. Tanda dan Gejala
1. polyuria, polydipsia dan poliafgia
2. keletihsn dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak, sensasi
kesemutan atu kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka
yang lambat sembuh, atau infeksi berulang.
3. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan
berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komlikasi jangka
panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-tahun (misalnya
penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vaskuler perifer). Kompilkasi
dapat muncul sebelum diagnose yang sebenarnya ditegakkan
4. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri andomen,
mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA ynag tidak
tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma, dan
kematian.

5. Penatalaksanaan
Menurut (Aini & Aridiana, 2016) terdapat empat pilar dalam
penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat.
a. Edukasi
Perubahan perilaku sanagt dibutuhkan agar mendapat hasuk pengelolaan
diabetes yang optimal. Dibutuhksn edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang
diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku yang
diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat, meningkatkan kegiatan
jasmani, menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus
secara aman dan teratur, dan lainnya.
b. Terapi Gizi Medis
Pada umunya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J yaitu
jumlah (kalori), jenis dan jadwal. Faktor-faktor yang memerlukan kebutuhan
kalori antara lain jenis kelamin, umur, aktivitas fisik atau pekerjaan, dan berat
badan, penentuan status gizi dapat menggunakan indeks masa tubuh (IMT) .
c. Olahraga
Olahrga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensivitas insulin sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobic seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan drngan umur dan status
kesegaran jasmani.
d. Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi
farmakologis terdiri dari pemberian obat Hipoglikemik dan Oral (OHO) dan
injeksi insulin (Aini &Aridiana, 2016).
a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi empat golongan berikut
:
a) Pemicu sekresi insulin
1) Sulfonilurea
2) Glinid
b) Penambah sensivitas terhadap insulin (Tiazolidindion)
c) Penghambat glukoneoogenesis (Metformin)
d) Penghambat glikosidase alfa (Acarbose)
b) Insulin
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, insulin selain dapat memperbaiki
status metabolic dengan cepat (terutama kadar glukosa darah), juga
memiliki efek lain yang bermanfaat antara lain perbaikan inflamasi. Pada
pasien dm tipe 1, terapi insulin dapat diberikan segera setelah diagnosis
ditegakkan. Sementara pada dm tipe 2 dapat menggunakan hasil consensus
PERKENI 2006 yaitu jika glukosa darah tidak terkontorl dengan baik
(A1C > 6,5%) dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah
ada indikasi untuk memulai terapi kombinasi obat antidiabetic oral dan
insulin.
6. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut perkeni, komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu (Noor F, 2015)
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai
normal
2) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-
tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya
antara lain : ketoasidosis diabetic, koma hiperomoler non ketokik (KHNK)
dan kemolakto asidosis
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita DM
adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung coroner (PJK), gagal jantung kongestif dan stroke
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler seperti nefropati, diabetic retinopati
(kebutaan) neuropati, dan amputasi.

b. Konsep Teori Ulkus Diabetik


1. Definisi
Ulkus diabetik (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot
ulcers,luka neuropati, luka diabetic neuropati. Ulkus0luka diabetic atau
neuropati adalah luka yang terjadi pada pasien yang diabetic, melibatkan
gangguan pada saraf perifer dan otonomik (Suriadi, 2004).
Ulkus kaki diabetic adaalh kerusakan sebagian atau keseluruhan pada
kulit yang dapat meluas ke jaringan di bawah kulit, tendon, otot, tulang,
atau pesrsendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit
diabetes melitus.
2. Etiologi

Penyebab kejadian ulkus diabetik adalah multifaktor atau terdapat tiga


faktor utama yang menyebabkan terjadinya lesi kaki pada diabetik, yaitu
kombinasi dari (Maryunani, 2015):

a. Neuropati perifer (polineuropati).

b. Gangguan vaskuler atau iskemia (mikro dan makro-angiopati), dimana


iskemia jangka panjang menyebabkan nekrosis (gangren).
c. Peningkatan faktor risiko infeksi pada penderita.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya masalah ulkus diabetikum diawali adanya
hiperglikemia pada penyandang diabetes yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluhh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbai
perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabakan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan ulkus diabetikum. Awal proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek pada saraf perifer,
kolagen, keratindan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.
Neuropati sensori perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya
akan terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai
permukaan kulit dan menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme
yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang
inadekuat menimbulkan closed space infection.Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteri sulit dibersihkan dan
infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah
penutupan luka. Regulasi glukosa darah perlu dilakukan. Hal ini
disebabkan fungsi leukosit terganggu pada pasien dengan hiperglikemia
kronik. Menurut Hariani, L, dan Perdanakusuma, D., (2015) dalam Aini
& Aridiana (2016), perawatan ulkus diabetes meliputi hal berikut.
a. Debridement

Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting


dalam perawatan luka. Debridement adalah suatu tindakan untuk
membuang jaringan nekrosis, kalus, dan jaringan fibrotik.
Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor
pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Ketika
infeksi telah merusak fungsi kaki atau membahayakan jiwa
pasien, amputasi diperlukan untuk memungkinkan kontrol
infeksi, dan penutupan luka selanjutnya.
b. Perawatan Luka

Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi


bagian yang penting untuk memastikan penanganan ulkus
diabetes yang optimal. Keuntungan pendekatan ini yaitu
mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi
angiogenesis, dan memungkinkan interaksi antara faktor
pertumbuhan dengan sel target. Beberapa jenis balutan telah
banyak digunakan pada perawatan luka serta didesain untuk
mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu
debridement (enzim), dan mempercepat penyembuhan luka.
c. Terapi tekanan negatif dan terapi oksigen hiperbarik

Penggunaan terapi tekanan negatif berguna pada perawatan


diabetik ulkus karena dapat mengurangi edema, membuang
produk bakteri, dan mendekatkan tepi luka sehingga
mempercepat penutupan luka. Terapi oksigen hiperbarik juga
dapat dilakukan, hal itu dibuktikan dengan berkurangnya angka
amputasi pada pasien dengan ulkus diabetes.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang
diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan
dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan lalu
c. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat Istirahat
f. Kongnitif persepsi
g.Persepsi dan konsep diri
i. Seksualitas
j. Koping toleransi
k. Nilai kepercayaan
3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Vital
b. Pemeriksaan Kulit
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
f. Pemeriksaan Abdomen
g.Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
h.Pemeriksaan Muskuloskeletal
i.Pemeriksaan Ekstremitas
j. Pemeriksaan Neurologi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hiperglikemia
gula darah b.d selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan Observasi :
resistensi insulin gula darah membaik KH :
 Kestabilan kadar glukosa darah membaik
 Status nutrisi membaik - Berikan asupan cairan oral
 Tingkat pengetahuan meningkat Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet
dan olah raga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
 Edukasi program pengobatan
Observasi :
-Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
Agen cedera fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun KH : Observasi :
 Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
 Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri - Identifikasi
skala nyeri
Terapeutik :
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat
teknik nafas dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas
dalam
Infeksi b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi
peningkatan selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi Observasi :
Leukosit menurun KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi
 Tingkat nyeri menurun lokal dan sistematik Terapetik
 Integritas kulit dan jaringan membaik - Berikan perawatan kulit pada area
 Kontrol resiko meningkat edema - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Perawatan luka
Observasi :
- Monitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik :
- Lepaskan balutan dan plester
seccara perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala infeksi
Kolaborasi: - Kolaborasi prosedur
debridement

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua
jenis yaitu : a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi
berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai b.
Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Kelompok IV
Seorang perempuan berumur 52 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
luka di kaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pemeriksaan diperoleh data TD 120/70 mmHg, Nadi 76 kali/menit, Napas 18
kali/menit, Suhu 37,6°C. Konjungtiva subanemis, CRT <3 detik, denyut nadi perifer
kuat, akral hangat. Edema pada tangan dan kaki, teraba hangat pada area ulkus, pulsasi
arteri dorsalis pedis kanan dan kiri (+) kuat, nilai ABI kanan 0,91 kiri 0,90. GDS 292
mg/dl.

Terdapat pruritus pada punggung dan tangan, kulit tampak kering dan kusam.
Terdapat kallus pada plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan
daerah sekitarnya tampak mengeras. Kalus terbuka dan berisi jaringan fibrotik. Pada
plantar dextra terdapat ulkus dengan jaringan nekrotik, dasar luka berwarna kuning,
slough (+), pus (+), ukuran 10cm x 6cm x 2cm, nekrotik > 50%, derajat ulkus menurut
skala Wagner: III, edema derajat 2, bau (+), nyeri ringan saat ganti balutan. Hasil
rontgen pedis dextra menunjukkan hasil : osteomielitis falang proximal digiti I, II, dan
IV. Osteomielitis falangs distal digiti I, falang media II, IV. Lesi amputasi digiti V.

Hasil pengkajian kaki kulit mengkilap, rambut kaki (-), bunion (+), penebalan
kuku (+), kuku tumbuh ke dalam (+), baal (+). Pasienpasien tidak mau diamputasi
seluruh kakinya, jika diamputasi pasien memilih pulang paksa dan berobat alternatif.
Sejak suaminya meninggal 3 tahun yang lalu pasien mengatakan sudah malas untuk
berobat dan kontrol gula. Riwayat DM sejak 15 tahun yang lalu. riwayat
menggunakan obat OHO glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan
dan metformin 2 x sehari pagi dan malam. Klien mulai menggunakan insulin sejak 5
tahun lalu namun sejak 3 bulan terakhir pasien mulai menghentikan pengobatan dan
berobat ke alternatif karena merasa bosan dan jenuh dengan pengobatan yang dijalani.
Riwayat ulkus pada kaki yang sama (kaki kiri) dan riwayat amputasi digiti V pedis 3
tahun yang lalu. Tidak ada anggota keluarga menderita DM.

Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual apa lagi saat makan,
menu makan yang di sediakan hanya habis sebagian, terkadang hanya habis 5 sendok
saja, pasien tampak lemah, lesu, wajah pucat. Hasil lab: Hb 8,2 gr/dl, Ht 26%, albumin
2,7 gr/dl kolesterol total: 60 mg/dl, Leukosit 9.4 ribu/ul.
Pola makan di rumah 3 kali sehari, dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran,
jumlahnya tidak ditakar, jadwal dan jenis makan tidak teratur. Pasien suka ngemil dan
hanya tahu untuk mengurangi makan nasi dan gula murni tapi sangat jarang dilakukan.
Di RS pasien mendapatkan diet DM 1800 kalori dengan pemberian 3 x makan besar
dan 3 kali snack selingan antara makan pagi, siang dan malam. Terapi lain yang
diberikan sukrafalt 3 x 1 sendok makan.

Pasien hanya BAB 1 kali selama 7 hari, BAB terasa keras dan sedikit-sedikit. Distensi
abdomen (-), bising usus (+) 10 x/menit, on terapi laxative. BAK normal. Intake 2000
cc/hari, volume urin 24 jam 1710 cc/hari. Muntah (-), diare (-), mukosa bibir tampak
kering, kulit tampak kering, NaCl 0,9% 500 cc/8 jam. Laboratorium : Na : 142
mmol/l, kalium : 3.1 mEq/L, klorida 92 mEq/L. Pasien mengatakan badan terasa
lemas, aktifitas hanya di atas tempat tidur. ADL dibantu perawat. Keterbatasan
aktifitas karena adanya ulkus. Terdapat kalus pada kaki kanan dan kiri. Pasien
mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam sehari. Wajah terlihat letih, sering menguap,
terdapat lingkaran hitam pada mata dan pasien sering terlihat mengantuk di siang hari.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN
JL. Dr. Tazar No.05 Buluran Kenali Telanaipura Jambi Telp (0741)65816

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal/ jam masuk RS : Kamis, 19 agustus 2021


14.00 WIB
Ruang : Interne
No. Register : 80089
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
Tanggal Pengkajian : 19 Agustus 2021

IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. R Suami/Isteri/Ortu : Adik
Umur : 52 Tahun Nama : Ny. M .............
.............
............
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT .............
.............
............
Agama : Islam Alamat : Sekernan, Muaro .............
Jambi .............
............
Suku/ bangsa : Melayu .............
.............
............
Bahasa : Indonesia Penanggung :......................................
Adik
Jawab
Pendidikan : SMP Nama : Ny. M .............
.............
............
Pekerjaan : IRT Alamat : Sekernan, Muaro .............
Jambi .............
............
Status : Janda .............
.............
............
Alamat : Sekernan, Muaro Jambi.

KELUHAN UTAMA
Datang ke rumah sakit dengan keluhan luka di kaki kanan tidak sembuh-sembuh sejak 12 hari sebelum
masuk rumah sakit.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Terdapat pruritus pada punggung dan tangan, kulit tampak kering dan kusam. Terdapat kallus pada
plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan daerah sekitarnya tampak mengeras. Kalus
terbuka dan berisi jaringan fibrotik. Pada plantar dextra terdapat ulkus dengan jaringan nekrotik, dasar
luka berwarna kuning.
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual.
Upaya yang telah dilakukan : OHO glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan dan
metformin 2 x sehari pagi dan malam.
Terapi lain yang diberikan :
sukrafalt 3 x 1
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Riwayat ulkus pada kaki yang sama (kaki kiri) dan riwayat amputasi digiti V pedis 3 tahun yang lalu

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tidak ada anggota keluarga menderita DM
Genogram :
KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT
Tidak ada
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
- Sejak suaminya meninggal 3 tahun yang lalu pasien mengatakan sudah malas untuk berobat dan kontrol
gula
- Pasien tidak mau diamputasi seluruh kakinya

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Pola makan di rumah 3 kali sehari, dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran, jumlahnya tidak ditakar,
jadwal dan jenis makan tidak teratur.
3. Pola eliminasi
Pasien hanya BAB 1 kali selama 7 hari, BAB terasa keras dan sedikit-sedikit
4. Pola aktivitas
ADL dibantu perawat. Keterbatasan aktifitas karena adanya ulkus
5. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan sulit tidur, tidur 4-5 jam sehari
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Tidak ada masalah
7. Pola konsep diri
.Sejak suaminya meninggal 3 tahun yang lalu pasien mengatakan sudah malas untuk berobat dan kontrol
gula
8. Pola hubungan peran
Tidak ada masalah
9. Pola fungsi seksual-seksualitas
Tidak ada masalah dalam pada fungsi seksual
10. Pola mekanisme koping
Menenangkan diri dan bermusyawarah dengan keluarga jika mempunyai masalah
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam dan pasien percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah ujian dari allah
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum :
Kesadaran : Composmentis GCS : 15
BB sebelum sakit : 60 TB : 157
BB saat ini : 58
BB ideal : .................................................
Perkembangan BB : Menurun
Status gizi : Baik
Status Hidrasi : Baik

Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg Suhu : 37,6 0C
N : 76 x/mnt RR : 18 x/mnt

2. Kepala
Tidak ada pembengkakan ataupun lebam pada kepala.
3. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe t, tidak ada pembesaran vena jugularis
4. Thorak (dada)
Bentuk dada simetris,tidak ada nyeri tekan
5. Abdomen
I: bentuk simetris
A: peristaltic usus 10 x/mnt
P: tympani kuadran 1,2,3,4
P: tidak ada nyeri tekan
6. Tulang belakang
tidak ada kelainan pada tulang belakang
7. Ekstremitas
- Edema pada tangan dan kaki
- Terdapat pruritus pada punggung dan tangan
- Terdapat kallus pada plantar sinistra yang mengering dan berwarna kecoklatan dan daerah sekitarnya
tampak mengeras
- Pada plantar dextra terdapat ulkus dengan jaringan nekrotik, dasar luka berwarna kuning
- Terdapat kalus pada kaki kanan dan kiri
8. Genitalia dan anus
Tidak ada kelainan pada genetalia
9. Pemriksaan neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan neurologis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Hb 8,2 gr/dl, Ht 26%, albumin 2,7 gr/dl kolesterol total: 60 mg/dl, Leukosit 9.4 ribu/ul.
Na : 142 mmol/l, kalium : 3.1 mEq/L, klorida 92 mEq/L
2. Radiologi
Rontgen pedis dextra
Hasil : osteomielitis falang proximal digiti I, II, dan IV. Osteomielitis falangs distal digiti I, falang media
II, IV. Lesi amputasi digiti V.
3. Lain-lain
TD 120/70 mmHg, Nadi 76 kali/menit, Napas 18 kali/menit, Suhu 37,6°C
Nilai ABI kanan 0,91 kiri 0,90.
GDS 292 mg/dl.

TERAPI
1. Oral
glibenklamid 1 x sehari setiap pagi ½ jam sebelum makan dan metformin 2 x sehari pagi dan malam
2. Parenteral
Insulin
3. Lain-lain
Tidak ada
Jambi, 19 Agustus 2021
Mahasiswa

Tri Wulandari
NIM. PO.71202210009

ANALISA DATA
NO. DATA K. PENYEBAB MASALAH
Kerusakan integritas Tekanan perubahan
1. Ds : jaringan status metabolik,
- pasien mengatakan lukanya kerusakan sirkulasi dan
tidak sembuh-sembuh sejak 12 perubahan sensasi
hari sebelum masuk rs
- pasien mengatakan lukanya
berbau
Do :
- Pada ulkus terdapat jaringa
nekrotik
- dasar luka berwarna kuning,
slough (+), pus (+), ukuran 10cm
x 6cm x 2cm, nekrotik > 50%,

2. Ds : Hambatan mobilitas Nyeri pada luka


- Pasien mengatakan sulit fisik
beraktivitas karena adanya ulkus
- Pasien mengatakan badan terasa
lemas
- aktifitas hanya di atas tempat
tidur
Do :
- ADL dibantu perawat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO. TGL/ JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


19-agustus Kerusakan Integritas Jaringan b/d Tekanan perubahan
1. 2021 ptatus metabolik, kerusakan sirkulasi dan perubahan
15.00 wib sensasi

2. 19-agustus Hambatan Mobilitas Fisik b/d Rasa Nyeri Pada Luka


2021
15.00 wib
RENCANA KEPERAWATAN

TGL
DIAGNOSA
/ TUJUAN RENCANA TINDAKAN PARAF
KEPERAWATAN
JAM
Kerusakan NOC : NIC :
1. integritas jaringan - Tissue integrity :
Pressure ulcer prevention wound care
skin and mucous
Kriteria Hasil :
1. Kaji karakteristik luka serta adanya
1. Integritas kulit
eksudat, termasuk kekentalan, warna
yang baik bisa
dan bau. (lokasi, luas dan kedalaman
dipertahankan
luka)
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, 2. Lakukan perawatan luka/kulit
pigmentasi) secara rutin.
2. Tidak ada
3. Bersihkan dan balut luka
luka/lesi pada kulit
menggunakan prinsip sterilitas atau
3. Perfusi jaringan
tindakan aseptic.
baik
4. Menunjukkan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemahaman dalam
pemberian obat
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya sedera
berulang.
5.Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
2 Hambatan NOC : -
Mobilitas Fisik b/d Joint Movement :
NIC : Exercise therapy : ambulation
Rasa Nyeri Pada Active
Luka - Mobility Level 1. Kaji kemampuan pasien dalam
- Self care : ADLs mobilisasi
- Transfer
2. Manajemen nyeri pada klien
performance
Kriteria Hasil :
3. Melakukan pengaturan posisi klien
1. Klien meningkat
dalam aktivitas 4. Ajarkan klien bagaimana merubah
fisik 2. Mengerti posisi dan berikan bantuan jika
tujuan dari diperlukan
peningkatan
mobilitas
3.
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi (walker)
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

NO.
TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
DK
1. 19,08,2021 1. Mengobservasi luka klien S : - Klien mengatakan
18.00 wib setelah lukanya dibersihkan
2. Melakukan perawatan luka
klien merasa nyaman
O : - banyak terdapat
3. Membersihkan dan
jaringan nekrotik pada tepi
membalut luka klien
dan permukaan ulkus
4. Kolaborasi farmakologis : - Ulkus klien sudah dibalut
pemberian obat dengan verban
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 3, 4
dilanjutkan

2 19,08,2021 1. Mengkaji kemampuan pasien S : Klien mengatakan masih


18.00 wib dalam mobilisasi susah untuk beraktivitas
O:
2. Mengobservasi nyeri klien
-Klien tampak mengerti dan
3. Melakukan pengaturan posisi bisa menyebutkan kembali
klien penjelasan yang di jelaskan
oleh perawat
4. Mengajarkan klien bagaimana -Klien tampak di bantu oleh
merubah posisi dan berikan keluargannya dalam
bantuan jika diperlukan beraktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1, 2, 3 di
lanjutkan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Militus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insentivitas
sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalan
rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pancreas, maka
diabetes mellitus tipe 2 dianggap sebagai non insulin dependent diaebetes mellitus.
Ulkus diabetik (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers,luka
neuropati, luka diabetic neuropati. Ulkus0luka diabetic atau neuropati adalah luka
yang terjadi pada pasien yang diabetic, melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik.
B. Saran
Diharapkan mahasiwa lebih termotivasi untuk mencari informasi dan menambah
wawasan tentang DM dan Ulkus karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan
yang luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi


8, Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition,
Aini, N. & Aridiana, L. martha (2016) sistem endokrin. Jakarta: Salemba Medika.
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media
Aesculapius.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Restyana Noor Fatimah.(2010). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority | Volume 4
Nomor 5 | Februari 2015 |93
Suriadi 2004, Perawatan Luka Edisi I, CV. Sagung Seto. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai