Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi DM
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula
darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein karena kekurangan hormone insulin. Masalah utama pada
penderita DM ialah terjadinya komplikasi, khususnya komplikasi DM kronik yang
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian penderita DM (Surkesda, 2008).
DM adalah suatu sindrom kronik gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang
dituju (Dorland, 2005).

2. Definisi Diabetes Mellitus Tipe II


Diabetes Mellitus (DM) Tipe II merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada
dalam rentang normal. Karena insulin tetap di hasilkan oleh sel-sel beta pankreas,
maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) (Corwin, 2001).

Penderita Diabetes Tipe II di Indonesia


Pada tahun 2015, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10
juta orang dengan rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes
Internasional). Namun, hanya sekitar separuh dari mereka yang menyadari
kondisinya.
Hasil penelitian Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dari Kementrian
Kesehatan Indonesia pada tahun 2013, sekitar 12 juta penduduk Indonesia yang
berusia di atas 15 tahun menderita diabetes tipe 2. Ini berarti 6,9 persen dari total
penduduk usia di atas 15 tahun. Tapi hanya 26 persen saja yang sudah terdiagnosis,
sedangkan sisanya tidak menyadari dirinya sebagai penderita diabetes tipe 2.

Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II


Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe II disebabkan kegagalan relatif sel
β dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glikosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat
dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
3. Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe II
Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II (Smeltzer & Bare,
2002) antara lain:
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes,
karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.

b. Usia
Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara
drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka
yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

c. Gaya hidup stress


Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-
manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini
mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula
dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko mengidap penyakit DM tipe II.

d. Pola makan yang salah


Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang dapat
mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin). Obesitas bukan
karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah
konsumsi yang terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang disimpan
didalam tubuh sangat bearlebihan.
Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang taergolong gemuk.
4. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus Tipe II
Seseorang yang menderita DM tipe II biasanya mengalami peningkatan
frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia), rasa haus (polidipsi), cepat lelah,
kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada
penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30
tahun, tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.
Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan
akibat kerja, jika glukosa darah sudah tumpah kesaluran urin dan urin tersebut tidak
disiram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda adanya gula (Smeltzer &
Bare, 2002).

5. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II


Tujuan utama pada penatalaksanaan DM adalah menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik, pengobatan primer dari diabetes tipe I adalah insulin,
sedangkan untuk pengobatan utama diabetes mellitus tipe II adalah penurunan berat
badan (Brunner & Suddart, 2002).
Pada pasien DM tipe II cukup dengan menurunkan berat badan sampai
mencapai berat badan ideal, tapi bila harus dengan obat ada dua jenis obat yaitu untuk
pasien gemuk dan untuk pasien kurus.
Beberapa prinsip pengelolahan kencing manis adalah : (1) Edukasi kepada
pasien, keluarga dan masyarakat agar menjalankan perilaku hidup sehat, (2) Diet
(nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan pola makan yang sehat, (3) Olah
raga seperti aerobik (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat) paling tidak tiga kali
seminggu, setiap 15-60 menit sampai berkeringat dan terengah-angah tanpa membuat
nafas menjadi sesak atau sesuai dengan petunjuk dokter, (4) Obat-obat yang
berkhasiat menurunkan kadar gula darah, sesuai dengan petunjuk dokter.

Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik be-ratkan pada 4 pilar penatalaksanaan


DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam peru-bahan perilaku sehat yang
memerlukan partisi-pasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi
dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien
untuk memiliki perilaku sehat.
Tujuan dari edukasi diabetes adalah men-dukung usaha pasien penyandang
diabetes un-tuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya,
mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat
masih reversible, ketaatan perilaku peman-tauan dan pengelolaan penyakit secara
mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti me-rokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengu-rangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.

b. Terapi Gizi Medis


Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan yang
seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing indi-vidu, dengan
memperhatikan keteraturan jadw al makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi
makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%,
protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat seki-tar 25g/hari.

c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama
kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik seperti
berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan meningkatkan
sensitifitas insulin.

d. Intervensi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan
pasien, pengaturan makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari
obat oral dan bentuk suntikan. Obat yang saat ini ada antara lain:
I. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
 Pemicu sekresi insulin:
a. Sulfonilurea
 Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
 Pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang
 Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan
faal hati dan ginjal serta malnutrisi
b. Glinid
 Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
 Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan
pada sekresi insulin fase per-tama.
 Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandia

 Peningkat sensitivitas insulin:


a. Biguanid9
 Golongan biguanid yang paling banyak diguna-kan adalah Metformin.
 Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap
kerja insulin pada ting-kat seluler, distal reseptor insulin, dan menu-
runkan produksi glukosa hati.
 Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes gemuk,
disertai dislipidem-ia, dan disertai resistensi insulin.

b. Tiazolidindion1,9
 Menurunkan resistensi insulin dengan mening-katkan jumlah protein
pengangkut glukosa se-hingga meningkatkan ambilan glukosa perifer.
 Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena
meningkatkan retensi cairan.

 Penghambat glukoneogenesis:
a. Biguanid (Metformin)
 Selain menurunkan resistensi insulin, Metfor-min juga mengurangi
produksi glukosa hati.
 Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan
kreatinin serum > 1,5 mg/ dL, gangguan fungsi hati, serta pasien
dengan kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis.
 Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti
golongan sulfonylurea.
 Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun
bisa diatasi dengan pemberian sesudah makan.

 Penghambat glukosidase alfa :


a. Acarbose
 Bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus.
 Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti
golongan sulfonilurea.
 Acarbose mempunyai efek samping pada salur-an cerna yaitu kembung
dan flatulens.
 Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1
(GLP-1) merupakan suatu hormone peptide yang dihasilkan oleh sel L
di mukosa usus. Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk.
GLP-1 merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat
glukagon. Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang
tidak aktif oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan
penglepasan insulin dan menghambat peng-lepasan glukagon.

II. OBAT SUNTIKAN Insulin


a) Insulin kerja cepat
b) Insulin kerja pendek
c) Insulin kerja menengah
d) Insulin kerja panjang
e) Insulin campuran tetap

a. Agonis GLP-1/incretin mimetik


 Bekerja sebagai perangsang penglepasan in-sulin tanpa menimbulkan
hipoglikemia, dan menghambat penglepasan glucagon.
 Tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan sulfonilurea.
 Efek samping antara lain gangguan saluran cer-na seperti mual
muntah.

Dengan memahami 4 pilar tata laksana DM tipe 2 ini, maka dapat dipahami
bahwa yang menjadi dasar utama adalah gaya hidup sehat (GHS). Semua pengobatan
DM tipe 2 diawali dengan GHS yang terdiri dari edukasi yang terus menerus,
mengikuti petunjuk pengaturan makan secara konsisten, dan melakukan latihan
jasmani secara teratur. Sebagian penderita DM tipe 2 dapat terkendali kadar glukosa
darahnya dengan men-jalankan GHS ini. Bila dengan GHS glukosa darah belum
terkendali, maka diberikan monoterapi OHO.
Pemberian OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Pemberian OHO berbeda-beda tergantung
jenisnya. Sulfonilurea diberikan 15-30 menit sebelum makan. Glinid diberikan sesaat
sebelum makan. Metformin bisa diberikan sebelum/sesaat/sesudah makan. Acar-bose
diberikan bersama makan suapan pertama. Tiazolidindion tidak bergantung pada
jadwal makan, DPP-4 inhibitor dapat diberikan saat makan atau sebelum makan.
Bila dengan GHS dan monoterapi OHO glukosa darah belum terkendali maka
diberikan kombinasi 2 OHO. Untuk terapi kombinasi harus dipilih 2 OHO yang cara
kerja berbeda, misalnya golong-an sulfonilurea dan metformin. Bila dengan GHS dan
kombinasi terapi 2 OHO glukosa darah be-lum terkendali maka ada 2 pilihan yaitu
yang per-tama GHS dan kombinasi terapi 3 OHO atau GHS dan kombinasi terapi 2
OHO bersama insulin ba-sal. Yang dimaksud dengan insulin basal adalah insulin kerja
menengah atau kerja panjang, yang diberikan malam hari menjelang tidur.
Bila dengan cara diatas glukosa darah terap tidak terkendali maka pemberian
OHO dihentikan, dan terapi beralih kepada insulin intensif. Pada terapi insulin ini
diberikan kombinasi insulin basal untuk mengendalikan glukosa darah puasa, dan
insulin kerja cepat atau kerja pendek untuk mengendalikan glukosa darah prandial.
Kombinasi insulin basal dan prandial ini berbentuk ba-sal bolus yang terdiri dari 1 x
basal dan 3 x prandial.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-danupanggi-5294-3-bab2.pdf
(diakses pada tanggal 19 April 2018)
http://e-journal.uajy.ac.id/377/3/2BL01043.pdf (diakses pada tanggal 19 April 2018)
http://cme.medicinus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabetes_Mellitus_Tipe_2_dan_ta
ta_laksana_terkini.pdf (diakses pada tanggal 19 April 2018)
https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2 (diakses pada tanggal 19 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai