PENDAHULUAN
yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi
insulin (resisten insulin) pada organ target terutama hati dan otot
yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik,
1
2
dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas diabetes melitus.
Gejala khas diabetes melitus terdiri dari poliuri, polidipsi, polifagia dan berat
adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe
2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes melitus. Hampir
80% orang diabetes ada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada
tahun 2015 di Asia Tenggara, 415 juta orang dewasa dengan diabetes,
kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an (WHO, 2016).
Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Pada
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang
dengan diabetes sebesar 10 juta. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun
sampai 57% (WHO, 2016). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
3
prevalensi diabetes melitus didaerah urban untuk usia diatas 15 tahun sebesar
umur.
kelamin.
4
darah puasa.
1.4.1 Teoritis
itu, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.2 Praktisi
a. Peneliti
c. Bagi masyarakat
pencegahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
resistensi insulin pada jaringan yang dituju. Diabetes melitus terdapat dalam
dua bentuk utama yaitu diabetes melitus tipe satu dan tipe dua, yang berbeda
2.2 Etiologi
melitus (Price, 2014). Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan puncak onset
usia antara usia 50 dan 60 tahun, onset yang bertahap dengan beberapa gejala
6
7
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja
mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan
menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk
2.3 Klasifikasi
resistensi insulin atau defek fungsi sekresi sel beta pankreas yang
melitus tipe lain adalah defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang
insulin.
laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes melitus karena secara fisik
wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar.
diabetes melitus di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka
kejadian diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana
proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang
tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Faktor pola makan orang
tua juga dapat berisiko terhadap keturunannya karena akan selalu diikuti
2. Obesitas
3. Faktor umur
Diabetes melitus sering muncul pada usia lanjut terutama setelah usia
a. 18-40 tahun
b. 41-60 tahun
c. >60 tahun
IMT atau BMI merupakan cara atau formula yang sederhana untuk
berat badan kurang dan berlebih. Indeks massa tubuh dapat dihitung
dengan rumus berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam
meter dikuadratkan (m2). Pada pengukuran ini hanya berlaku pada usia
dewasa diatas 18 tahun dan tidak berlaku pada bayi, anak, remaja, ibu
2.5 Patogenesis
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan kerusakan fungsi sel beta pankreas
jaringan sebagai respon terhadap insulin. Kadar insulin dapat normal, turun
asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas (Soegondo, 2015).
insulin pada organ target terutama otot dan hati. Awalnya resistensi insulin
masih belum menyebabkan diabetes secara klinik. Pada saat tersebut sel beta
oleh sel beta pankreas. Seiring dengan progresifitas penyakit maka produksi
awalnya terjadi saat otot gagal melakukan ambilan glukosa dengan optimal.
Pada fase berikutnya dimana insulin semakin menurun, maka terjadi produksi
sekresi insulin yang sudah ada dan disebut glukotoksisitas (Soegondo 2015).
12
1. Kegagalan sel beta pankreas: Pada saat diagnosis diabetes melitus tipe 2
ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti diabetik
2. Liver: Pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi resistensi insulin yang
Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang menekan
proses gluconeogenesis.
4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja
5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar
DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja
6. Sel Alpha Pankreas: Sel-α pankreas merupakan organ ke-6 yang berperan
glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini akan
sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urin. Pada penderita diabetes
tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urin. Obat yang
8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu
yang obes baik yang diabetes melitus maupun non diabetes melitus,
akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat yang
Gejala khas diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia dan
berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas
diabetes melitus diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal,
mata kabur (Purnamasari, 2015). Keluhan dan gejala yang khas ditambah
hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa
2.7 Diagnosis
laboratorium:
A. Anamnesis
penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya dan keluhan tidak khas
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan penunjang
3. Urinalisis
diabetes melitus harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
plasma vena.
diabetes melitus:
jam.
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
tidak merokok.
a. <140mg/dl = normal
c. >200mg/dl = diabetes
18
2.8 Komplikasi
kronik. Perubahan dasar atau disfungsi tersebut terutama terjadi pada endotel
pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah maupun pada sel mesangial
a) Nefropati diabetik
diabetes melitus masih belum diketahui, namun beberapa teori yang telah
b) Neuropati diabetik
diabetes melitus dengan ND antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang
c) Retinopati diabetik
Retinopati diabetik ialah suatu kelainan mata pada pasien diabetes yang
2.9 Tatalaksana
diabetes melitus.
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan
a. Riwayat penyakit
glukosa darah.
ekonomi.
b. Pemeriksaan fisik
c. Evaluasi laboratorium
d. Penapisan komplikasi
melalui pemeriksaan:
22
1. Edukasi
secara holistik.
3. Latihan jasmani
(3-5 hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150
menit perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
4. Intervensi farmakologis
a) Sulfonilurea
b) Glinid
2) Metformin
3) Tiazolidindion (TZD)
(glucose dependent).
Ipragliflozin.
1) Insulin
2006;145:125-34).
c. Terapi kombinasi
menjadi pilihan.
2.10 Prognosis
Prognosis pada diabetes melitus tipe 2 baik selama terapi ade kuat, tanpa
adanya penyakit yang fatal (sepsis, syok septik, infark miokard akut, dan lain-
Keterangan:
*Obat yang terdaftar, pemilihan dan penggunaannya
disrankan mempertimbangkan faktor keuntungan,
kerugian dan ketersediaan
**Penghambat SGLT-2, Kolesevelam belum tersedia di
Indonesia dan Bromokriptin-QR umumnya digunakan
pada terapi tumor hipofisis
30
GULA
UMUR JENIS KELAMIN DARAH IMT
PUASA
DIABETES
MELITUS TIPE
2
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengertian variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
1. Umur adalah usia penderita yang terhitung dari hari lahir sampai dengan
a. 18-40 tahun
b. 41-60 tahun
c. >60 tahun
31
32
2. Jenis kelamin adalah identitas penderita secara biologis dan fisik yang
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Kadar gula darah yang menjadi patokan pada peneliti ini adalah kadar gula
darah puasa. Kadar gula darah puasa adalah glukosa yang beredar dalam
yang sekalipun hanya estimasi, tetapi lebih akurat dari pada pengukuran
berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan
saat ini karena orang yang kelebihan berat badan atau yang gemuk lebih
(PERKENI, 2015).
33
3.4.1. Populasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan
3.4.2. Sampel
2017.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling.
Menurut Sugiyono (2014) total sampling adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada penelitian ini semua
pasien diabetes melitus tipe 2 yang tercatat di buku register Puskesmas Koya
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Pada penelitian ini data diambil dari buku register Puskesmas
dilakukan dengan memasukan data dalam tabel sesuai dengan variabel yang
𝐹
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan :
P : Persentase yang dicari
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel
Prinsip etika yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
35
bersifat rahasia dan data kelompok tertentu saja yang akan disajikan atau
Desember 2017.
sedangkan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang paling rendah pada
36
37
kelamin.
darah puasa.
berdasarkan gula darah puasa, dimana pasien dengan gula darah puasa
dengan gula darah puasa yang paling baik adalah sebanyak 7 orang
(18.43%).
4.3 Pembahasan
rekam medik pasien yang telah diagnosis diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas
paling tinggi pada umur >60 tahun yaitu sebanyak 24 orang (63%).
pada usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 1 orang (3%). Penelitian ini
Berdasarkan data tabel (4.3) pasien dengan gula darah puasa yang
gula darah puasa yang paling baik adalah sebanyak 7 orang (18.43%).
80 – 109 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa yang buruk adalah
≥ 126 mg/dl.
Berdasarkan data tabel (4.4) pasien dengan IMT yang paling tinggi
sebelumnya yang dilakukan oleh Jin Ook Chung, Dong Hyeok Cho,
Dong Jin Chung, dan Min Young Chung (2012) dalam Associations
Penelitian yang dilakukan dari Februari 2009 sampai Januari 2011 ini
darah puasa. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
melitus tipe 2. Hasil penelitian ini berarti semakin besar nilai indeks
masa tubuh, semakin besar pula nilai gula darah puasanya. Semakin
Hal ini sesuai dengan teori Suyono (2011), bahwa faktor risiko dari
5.1 Kesimpulan
diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Koya Barat pada tahun 2017. Data
yang diperoleh dari data sekunder dibagian rekam medis Periode Januari-
perempuan (71,05%).
obesitas I (39,47).
42
43
5.2 Saran
berat badan berlebih. Petugas juga dapat mengajarkan pola diet yang
Amir, S., W. Herlina, & P. Damajanti. 2015. ‘Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado’. Jurnal
e-Biomedik (eBm), vol. 3, no. 1, hh. 32-40.
Chung JO, Cho DH, Chung DJ, Chung MY. Associations among Body Mass Index,
Insulin Resistance, and Pancreatic β-Cell Function in Korean Patients with
New Onset Type 2 Diabetes. Korean Journal Intern Medicine 2012: 66-71.
Dansinger M, MD. 2014. Weight Loss and Body Mass Index (BMI).
Overview; United Kingdom di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Ed Rev. Bina Upaya Kesehatan. Jakarta.
45
46
Soetomo, S., 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya.
Edisi II. Surabaya.
Suyono, S. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II; 6th Ed. Interna
Tanto, C. 2014 Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Media Aesculapius. Jakarta
Trisnawati, SK, Soedijono S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes melitus Tipe
2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. Vol 5. No 1. Hal 6-11. Universitas Lampung, Lampung:
hl 95,96.
47