Anda di halaman 1dari 16

PERJALANAN OBAT dalam tubuh

dari sediaan REKTAL

Nama Kelompok :

• Achmad Ari Hermawanto (16330063)

• Christoper Ellon (17330041)

• Annisa Rahmawati (17330062)


BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Pemberian obat rektal dapat diterima baik untuk penghantaran obat lokal dan
sistemik. Pemberian obat rektal efektif digunakan untuk mengobati penyakit local
pada area anorektal juga untuk menghasilkan efek sistemik sebagai alternatif dari
pemberian oral. Obat-obat yang mengalami metabolisme lintas pertama ketika
diberikan oral, masalah ini dapat diatasi dengan pemberian obat tersebut melalui
rute rektal. Formulasi penghantaran obat melalui rektal terdapat dalam berbagai
bentuk sediaan, antara lain supositoria, gel, aerosol, busa (foam), krim maupun
controlled release.
1.2.RUMUSAN MASALAH

1. Anatomi dari rektum? 

2.Bagaimana pembuluh darah dari rektum? 

3.Bagaimana mekanisme ADME dari pemberian rektum?

4.Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi absorpsi obat di rectum ?

5. bagaimana evaluasi dari sediaan obat yang diberikan di rektum ?


1.3.TUJUAN

1. MAHASISWA MENGETAHUI ANATOMI DARI


REKTUM
4. MAHASISWA MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI ABSROBSI OBAT DI
2. MAHASIWA MENGETAHUI PEMBULUH DARAH
REKTUM
DI REKTUM

5. MAHASISWA MENGETAHUI EVALUASI


SEDIAAN OBAT YANG DIBERIKAN DIREKTUM

3.MAHASISWA MENGETAHUI MEKANISME ADME


DARI PEMBERIAN REKTUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dari rektal

Rektum (rektal) adalah organ terakhir dari usus besar pada beberapa jenis mamalia yang
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali
dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi
BAB III
PEMBAHASAN

Anatomi dari Rektal


 
Rektal atau rektum merupakan salah satu organ dalam saluran pencernaan yang diketahui
sebagai bagian akhir proses ekskresi feses sebelum anus. Rectal merupakan bagian dari
kolon. Luas permukaan rectal 200-400 cm2, pada saat kosong rectum mengandung
sejumlah kecil cairan (1-3 ml) dengan kapasitas buffer yang rendah; pH sekitar 7,2 karena
kD(kecepatan disolusi), pH akan bervariasi sesuai obat yang terlarut di dalamnya. Panjang
dari kolon sekitar 5 kaki (150 cm) dan terbagi lagi menjadi 5 segment. Rectum adalah
segmen anatomi terakhir sebelum anus yang merupakan bagian distal usus besar.
Rektum dialiri 3 jenis pembuluh darah  :

Vena haemorrhoidales superior yang bermuara ke vena


mesentericum inferior, selanjutnya masuk kedalam vena porta, dan
juga membawa darah langsung ke peredaran umum.

Vena haemorrhoidales medialis dan vena haemorhoidales inferior


yang bermuara ke venae cava inferior dengan perantara venae iliaca
interna selanjutnya membawa darah ke peredaran umum (kecuali
hati).

Vena haemorrhoidales anterior = Vena haemorrhoidales medialis 


• Volume cairan dalam rektum sangat sedikit ( 2 mL) sehingga laju
difusi obat menuju tempat absorpsi lebih lambat.
• pH cairan rektum netral 7,2 -7,4, sehingga kemungkinan obat
melarut lebih kecil dibanding oral yang terdiri dari beberapa
bagian.
Gambar 1. ,Rektum dialiri pembuluh • Adanya feses menghambat penyerapan, sehingga sebaiknya
darah pemberian sediaan setelah defekasi. 
RE
MEKANISME ADME DARI PEMBERIAN REKTUM

ABSROPSI
Jika obat diberikan dalam bentuk supositoria, pelelehan atau pencairan basis harus terjadi dan hal ini
akan menentukan penyebaran dosis keseluruh rektum. Obat juga harus melarut pada cairan rektal yang
jumlahnya terbatas, antara 1 ml sampai 3 ml. Jumlah obat yang tersedia untuk diserap bisa dikurangi
oleh isi lumen, adsorpsi isi lumen dan defekasi. Obat kemudian harus berdifusi melewati air dan
lapisan mucus menuju epithelium. Obat bisa diserap melalui selepitel atau melalui tight junction,
dengan mekanisme transport pasif. Vena balik dari kolon dan vena di rectum atas merupakan vena
portal menuju kehati. Jika obat diberikan pada bagian atas rektum, maka obat akan diangkut kesistem
portal dan akan mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Satu-satunya cara menghindari
metabolisme lintas pertama adalah memberikan obat pada bagian bawah rektum.
DISTRIBUSI
Dalam rangka untuk mengobati kolon melaui rectal, bukan hanya bertujuan untuk absorpsi rectal,
sediaan harus terdistribusi secara efisien. Hal ini membatasi pengobatan topical dai kolon ke daerah
distal ke fleksura lienalis. Sejumlah upaya telah di lakukan untuk meningkatkan penetrasi melalui
penggunaan formulasi baru, menggunakan skintigrafi untuk mengevaluasi distribusi sediaan. Aktivitas
penyakit di klitoris ulserative tidak berpengaruh pada sifat penyebaran dari volume yang berbeda dari
enema mesalazine, namun volume yang diberikan memiliki efektifitas signifikan.
30 ml enema (disuntikan) yang tertinggal terutama di kolon sigmoroid (99%), 60 ml enema
yang didistribusikan melalui rectum (9%) yang sigmoid (61%) dan kolon menurun (15%) dan
100 ml enema yang didistribusikan antara kolon sigmoid (66%) dan menurun (25%).
Akibatnya tampak bahwa peningkatan volume yang diberikan menyebabkan dosis untuk
menyebar lebih efektif ke dalam kolon. Dalam upaya meningkatakan penetrasi volume cairan
kecil telah dipelajari enema busa. Namun penyebaran busa lenih rendah dari pada larutan
enema yang terbatas pada kolon sigmoid.
Metabolisme
Pemberian obat melalui rectal sebagian bertujuan untuk mencegah metabolisme
lintas pertama di hati. Vena superior rektal yang terdapat pada bagian atas rectum
menuju vena portal dan hati sedangkan vena inferior dan tengah rektum yang
terdapat di bagian bawah rektum dan memasuki vena cava inferior dan tidak
melewati hati sebelum memasuki sirkulasi umum. Sehingga obat yang diberikan
pada bagian bawah rectum tidak melewati hati dan menghindarkan terjadinya
metabolisme lintas pertama hepatik dan meningkatkan sirkulasi sistemik .
Ekskresi
Obat mengalami ekskresi untuk keperluan detokstfikasi obat tersebut. segala jenis obat
yang diberikan melalui rute apapun bisa melalui oral, sublingual, intravena,
intramuskular bahkan rectal sekalipun akan mengalami fase eksresi, Apabila obat tidak
diekskresi maka obat akan tertinggald alam tubuh dan mengakibatkan ketoksikan pada
organism bersangkutan. biasanya untuk fase ekskresi bisa terjadi di ginjal dan di hati
karena dua mekanisme tersebut merupakan mekanisme ekskresi dari kebanyakan obat.
Faktor-Factor yang Mempengaruhi Absorpsi
Rektal
a. Faktor Fisiologis
Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya
berlipoid, maka diutamakan permeabel terhadap obat yang tak terionisasi

b. Faktor Fisika Kimia dari Obat atau Basis


Koefisien partisi, ukuran molekular, muatan (terionisasi-tidak terionisasi) dan kemampuan
pembentukan ikatan hydrogen merupakan faktor fisika kimia obat yang mempengaruhi absorpsi
obat di rektum
Evaluasi sediaan rectal

Sediaan obat bentuk supositoria mempunyai beberapa keuntungan karena dapat diberikan kepada orang yang kareana
alasannya tertentu tidak dapat menggunakan secaa oral atau karena sifat obatnya yang tidak dapat di berikan secara oral.
Supositoria juga dapat digunakan untuk pebgobatan baik local maupun sistemik.

Absorpsi obat dari supositoria banyak dipengaruhi factor antara lain fisiologi anorektal, basis supositoria, Ph pada tempat
absorpsi, pKa obat, derajat ionisai, dan kelarutan obat dalam lemak.

Pelepasan obat dari masa supositoria yang telah meleleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
• Kelarutan obat dalam basis.
• Konsentrasi obat
• Koefisien difusi obat dalam basis
Kesimpulan
Keuntungan Penghantaran Obat Rektal
a. Bentuk sediaan relative besar dapat ditampung dalam rektum
b. Rute rekta laman dan nyaman bagi pasien usia lanjut dan muda
c. Pengenceran obat diminimalkan karena volume cairan residu rendah
d. Rektum umumnya kosong
e. Adjuvant absorpsi memiliki efek lebih jelas dari pada di saluran pencernaan bagian atas
f. Enzim degradatif dalam lumen rectal berada pada konsentrasi yang relative rendah
g. Terapi dapat dengan mudah dihentikan

Kerugian Penghantaran Obat Rektal


a. Kurangnya keterterimaan dan kepatuhan pasien
b. Potensi untuk hilangnya obat
c. Terbatasnya cairan dalam rectum
d. formulasi
e. Biaya Supositoria dan bentuk sediaan rektal lain memerlukan biaya yang lebih banyak untuk penyiapan
dan pencampuran dibandingkan tablet sederhana
Pemberian obat rectal efektif digunakan untuk mengobati penyakit local pada area
anorectal juga untuk menghasilkan efek sistemik sebagai alternative dari pemberian oral.
Obat-obat yang mengalami metabolisme lintas pertama ketika diberikan oral.

Kesimpulan untuk evaluasi sediaan rektal


1. Konsentrasi obat dalam tiap unit sediaan supositoria tidak menunjukkan harga yang
proporsional dengan harga DE20.
2. Makin tinggi kadar obat dalam tiap unit sediaan supositoria, makin banyak obat
dapat dilepas ke dalam medium penerima.
3. Alat tipe disolusi non-intrinsik memberikan hasil DE20 yang lebih besar
dibandingkan dengan alat tipe disolusi intrinsik berapapun kadar obat yang
terkandung di dalam unit sediaan supositoria

Anda mungkin juga menyukai