Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi


respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan
atau minuman, zat kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi
apabila makanan, minuman, zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek
dari suatu obat yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan
(Ganiswara, 2000).
Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan resep,
maka mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama dapat
memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja
obat kedua. Interaksi obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada
terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan tingkat kerusakan-
kerusakan pada pasien, dengan demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus
terjadinya interaksi obat dapat dikurangi (Mutschler, 1991).
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun dengan
komplikasi yang baru terlihat lima belas atau dua puluh tahun kemudian. Penyakit
diabetes melitus sering pula berlangsung tanpa keluhan atau gejala sampai kemudian
menampakkan diri dalam bentuk kerusakan pada organ-organ tubuh (misal, jantung,
pembuluh darah, ginjal, saraf, otak, mata, kulit) (Hartono, 1995).
Menurut Lestari (2006), kasus interaksi antara obat anti DM dengan obat anti
DM lain yang paling sering terjadi adalah interaksi antara golongan biguanid dengan
golongan sulfonilurea yaitu sebesar 6,67%, dan kasus interaksi antara obat anti DM
dengan obat lain yang paling sering terjadi adalah interaksi antara kelompok obat
anti DM dengan furosemid sebesar 28,33 % serta interaksi antara golongan
sulfonilurea dengan ranitidin sebesar 28,33 %.
Mengingat risiko terjadinya interaksi obat pada pasien DM dari penelitian
yang sudah ada, maka tinjauan interaksi obat terhadap pasien DM sangat penting
untuk mengurangi terjadinya DRP (Drug Related Problem), sehingga dapat

1
memperkecil kemungkinan terjadinya efek yang tidak dikehendaki.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana interaksi obat yang terjadi pada pasien diabetes mellitus?
1.2.2 Bagaimana penanganan terhadap interaksi obat pada pasien diabetes
mellitus?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk memahami interaksi obat yang terjadi pada pasien diabetes
mellitus

1.3.2 Untuk memahami cara penanganan terhadap interaksi obat pada pasien
diabetes mellitus

1.4 Manfaat Makalah

1.4.1 Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca terkait ilmu interaksi


obat terhadap kondisi khusus yaitu pada pasien diabetes mellitus

1.4.2 Memberi pemahaman mengenai cara penanganan terhadap interaksi


obat pada pasien diabetes mellitus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes


Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Soegondo, 2005 a).

Diabetes mellitus adalah penyakit pada orang yang kelenjar pankreasnya


gagal menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau yang tubuhnya tidak
dapat menggunakan insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang membawa
gula dari darah ke sel tubuh yang membutuhkannya yang mengubahnya
menjadi energi. Pada pasien diabetes mellitus, gula tetap berada dalam darah
(keluar melalui urin) dan tidak dibawa ke sel untuk digunakan. Karena tidak ada
gula, sel harus membakar lemak dan protein lebih dari biasanya. Pemecahan
lemak dan protein secara berlebihan ini akan membebaskan produk-buangan
asam ke dalam darah.

Diabetes yang tidak ditangani atau diawasi dengan baik dapat


menimbulkan efek merugikan dalam jangka panjang dan dapat menyebabkan
krisis metabolik dan koma diabetik. Gejala diabetes adalah rasa lapar yang
berlebihan (tubuh menyadari kebutuhannya yang meningkat akan bahan bakar),
banyak buang air kecil, rasa haus yang amat sangat (tubuh harus menggantikan
kehilangan cairan karena buang air kecil yang berlebihan), lesu, mengantuk,
kehilangan bobot badan.

Biasanya penderita diabetes, dalam keadaan berpuasa, mempunyai kadar


gula darah diatas 130 mg/100 ml dan setelah makan kadarnya diatas 170 mg/ml.
Banyak penderita dapat ditangani hanya dengan mengatur kebiasaan makan dan
bobot badan saja. Sebagian memerlukan pengobatan secara oral. Penderita
diabetes berusia mudan dan penderita dewasa yang tidak dapat diobati hanya

3
dengan sediaan oral atau pengaturan makan, membutuhkan suntikan insulin
setiap hari.

Baik sediaan oral maupun insulin dapat menurunkan kadar gula darah.
Sediaan oral bekerja dengan merangsang pankreas untuk menghasilkan lebih
banyak insulin atau dengan menambah kemampuan tubuh menggunakan
insulin. Suntikan insulin menutupi langsung kekurangan insulin dalam darah
(Harkness, Richard., 2013).

2.2 Interaksi Obat

Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat
lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau
lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu atau
lebih akan berubah (Fradgley, 2003).

Interaksi obat terjadi ketika modifikasi aksi obat yang satu dengan obat yang
lain di dalam tubuh. Biasanya seperti aksi kuantitatif, yaitu peningkatan atau
penurunan dalam ukuran respon yang diharapkan. Interaksi obat mungkin
merupakan hasil perubahan farmakokinetik, perubahan farmakodinamik, atau
kombinasi keduanya (Katzung dan Trevor, 2002).

2.3 Tabel Interaksi Obat Diabetes Mellitus dan penanganannya

NO OBAT 1 OBAT 2 MEKANISME EFEK YANG PENANGA


INTERAKSI DITIMBILKAN NAN
1 Antasida Sulfonilurea Interaksi ini terjadi pada Absorbsi Pemberian
proses absorbsi, yaitu sulfonilurea obat antasida
antasid akan meningkat   dengan
meningkatkan pH sulfonilurea
lambung. Peningkatan pH diberi jarak
ini akan meningkatkan waktu.
kelarutan dari sulfonilurea
sehingga absorbsinya
dalam tubuh juga akan
meningkat.

4
2 Fenilbutazon Glibenclamide Fenilbutazon Efek Obat boleh
menghambat ekskresi hipoglikemia diberikan
renal dari glibenklamid, glibenklamid bersamaan
sehingga dapat bertahan diperpanjang tetapi tetap
lebih lama dalam tubuh & dipantau
memperpanjang t1/2
glibenklamid
3 Alkohol Obat ADO proses perombakan efek disulfiram Tidak boleh
(klorpropamid) enzimatis dari alkohol di (efek antabuse)   diberikan
hati akan terhambat pada secara
fase asetaldehid, sehingga bersamaan,
jumlah asetaldehid dalam sehingga
darah meningkat. Efek diberikan
yang terjadi berupa nyeri jeda waktu
kepala, jantung berdebar, pemberian
flushing, berkeringat. Rx : obat
C2H5OH →CH3CHO →
CH3COOH Peningkatan
ini akan merangsang
pelepasan prostaglandin.
4 Sulfonilurea Acarbose sulfonilurea merangsang meningkatkan Obat boleh
sel beta untuk melepaskan efek diberikan
insulin yang selanjutnya hipoglikemia secara
akan merubah glukosa bersamaan,
menjadi glikogen. Dengan tetapi tetap
adanya akarbose akan dipantau
memperlambat absorbsi &
penguraian
5 Allupurinol ADO Alupurinol meningkatkan Hipoglikemi >> Diberikan
(klorpropamid) t1/2 dari klorpropamid. jarak waktu
Hipoglikemia dan koma dalam
dapat dialami oleh pasien pemakaian
yang mengkonsumsi obat

5
gliclazide dan alupurinol.
6 Sulfonamida Sulfonilurea Sulfonamida dapat Peningkatan Obat tidak
menggantikan posisi dari efek boleh
sulfonilurea dalam hal hipoglikemia diberikan
pengikatan pada protein secara
dan plasma sehingga bersamaan,
sulfonilurea dalam darah sehingga
meningkat diberikan
jeda waktu
pemberian
obat
7 Gemfibrozil Glimepiride Gemfibrozil menghambat Hipoglikemi >> Obat tidak
metabolisme glimepirida boleh
pada sitokrom P450 diberikan
dengan isoenzim CYP2C9 bersamaan,
yang merupakan perantara sehingga
metabolisme dari diberikan
glimepirida dan jeda waktu
antidiabetika golongan pemberian
sulfonilurea lainnya obat
seperti glipizida,
glibenklamida &
gliklazida sehingga efek
hipoglikemi meningkat
8 Kloramfenic ADO Kloramfenikol dapat Hipoglikemi Obat tidak
ol (sulfonilurea) menginhibisi enzim di Akut boleh
hati yang memetabolisme diberikan
tolbutamid dan secara
klorpropamid. Hal ini bersamaan,
menyebabkan terjadinya sehingga
akumulasi di dalam tubuh, diberikan
waktu paruh akan jeda waktu
semakin panjang. pemberian

6
obat

9. Kaptopril Glibenclamid Kaptropil meningkatkan Hipoglikemia Diatasi


efek glibenclamid melalui dengan
sinergisme menurunkan
farmakodinamik. dosis
antidiabetes
10. Gemfibrozil Glimepirid Gemfibrozil Peningkatan Dimonitor
meningkatkan efek efek glimepiride kadar gula
glimepiride melalui darah
kompetisi pengikatan
protein plasma
11. Omeprazole Glyburide Omeprazole akan Hipoglikemia Untuk
meningkatkan level atau menghindari
efek dari glyburide interaksi
dengan mempengaruhi dengan obat
metabolisme hati golongan
CYP2C19/10 antasida,
sebaiknya
glyburide
dimulai dari
dosis paling
kecil dan
dapat
ditingkatkan
2-4 minggu
sampai target
glikemik
tercapai.

7
8
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Interaksi obat yang terjadi pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi pada
tahap absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Dimana pada
peningkatan efek obat diabetes mellitus dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia.

3.1.2 Penanganan terhadap interaksi obat pada pasien diabetes mellitus dapat
dilakukan dengan cara mengontrol kadar gula darah secara teratur dan
memberikan jeda waktu pemberian obat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, S. G. 2000. Famakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Harkness, Richard., diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.


Widianto. 2013. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB

Lestari, A. 2006. Tinjauan Interaksi Obat pada Pasien Diabetes Mellitus di


Instalasi Rawat Inap RSI Surakarta tahun 2005, Skripsi. Surakarta:
Fakultas Farmasi Universitas muhammadiyah Surakarta

Soegondo, S. 2005a. Diagnosis dan Klasifikasi DM Terkini, dalam Soegondo,


P., Subekti, I., Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai