Anda di halaman 1dari 15

PERJALANAN OBAT DI

DALAM TUBUH SEDIAAN


INTRAMUSKULAR
Oleh:
Kelompok 10
Ni Putu Elsa Nidya(19330715)
Efraim S. Manorek (19330721)
Latar Belakang
■ Intramuskular adalah pemberian obat atau cairan
dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot
(muskulus). Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,
yang tidak terdapat saraf, agar tidak ada
kemungkinan untuk menusuk saraf. Pemberian obat
seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara
berkala dalam bentuk depot obat.
■ Injeksi intramuskular, memungkinkan absorpsi obat
yang lebih cepat daripada rute subkutan karena
pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Guna
memperlambat absorpsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan
larutan atau suspensi dalam minyak misalnya
suspensi penisilin dan hormon kelamin.
Rumusan Masalah
■ Bagaimana anatomi fisiologi dari muskular?
■ Bagaimana saluran pembuluh darah muskular?
■ Bagaimana liberasi, Absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari sediaan
intramuskular?
■ Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan obat intramuskular di dalam tubuh?
■ Bagaimana evaluasi biofarmasetika dari sediaan intramuskular?

Tujuan
■ Untuk memahami anatomi fisiologi muskular
■ Untuk memahami saluran pembuluh darah dari muskular
■ Untuk memahami liberasi, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari sediaan
intramuskular
■ Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan obat intramuskular di dalam
tubuh
■ Untuk memahami evaluasi biofarmasetika dari sediaan intramuskular
Tinjauan Pustaka
■ Intramuskular merupakan pemberian obat dengan cara disuntikan pada otot
skeletal dengan arah jarum tegak lurus (sudut 900C) terhadap tempat
suntikan biasanya pada otot vastus lateralis atau otot deltoideus. Kelarutan
obat dalam air menentukan kecepatan absorpsi. Obat yang sukar larut
dalam air seperti diazepam, penitoin, ampicillin, digoksin akan mengendap
di tempat suntikan sehingga absorbsinya lambat, obat-obatan dalam larutan
minyak atau suspensi akan diabsorbsi dengan sangat lambat dan konstan
(Djamaludin, 2018).
■ Absorpsi biasanya berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Namun,
kecepatan absorpsi juga bergantung pada vaskularitas tempat suntikan Obat-obat yang diberikan secara
dengan kecepatan peredaran darah antara 0,027-0,07 ml/menit. I.M:
■ Absorpsi obat i.m dalam larutan lebih cepat daripada rute subkutan karena Metoclopramid, codein, fentanyl,
pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Adapun kekurangan dari cara vaksin (Hepatitis A dan rabies),
i.m yaitu yaitu nyeri di tempat injeksi, jumlah volume yang diinjeksikan suspensi penisilin, hormon kelamin
terbatas yang bergantung pada masa otot yang tersedia. (testosteron, estradiol valerate)

■ Pembawa Sediaan Intramuskular


1. Larutan dalam air
2. Suspensi larut air
Anatomi dan Fisiologi Muskular
Menurut letaknya, otot- otot tubuh dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :

1. Otot bagian kepala


2. Otot bagian leher
3. Otot bagian dada
4. Otot bagian perut
5. Otot bagian punggung
6. Otot bagian bahu dan lengan
7. Otot panggul
8. Otot anggota gerak bawah
Tempat Injeksi Intramuskular
1. Otot Dorsogluteus (bokong)
2. Otot Vastus Lateralis (paha depan): terletak dibagian lateral
anterior paha dan pada orang dewasa membentang sepanjang
satu tangan di atas lutut sampai sepanjang satu tangan di
bawah trokanter femur
3. Otot Deltoid (Lengan atas)
4. Otot Ventrogluteal: Otot ventrogluteal meliputi gluteus
Dorsogluteus Vastus lateralis Deltoid Ventrogluteal medius dan minimus
Perjalanan Obat di Dalam Tubuh
■ Absorpsi
merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya,
tempat pemberian obat salah satunya adalah melalui otot (muskulus).
■ Distribusi
Setelah berada dalam sirkulasi darah, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Berdasarkan penyebarannya,
distribusi obat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu fase I dan fase II.
1. Fase I berlangsung segera setelah proses absorpsi berlangsung yang terjadi pada organ yang perfusinya sangat
baik, yaitu jantung, hati, ginjal, dan otak.
2. Fase II mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik fase I, seperti otot, visera, kulit, dan jaringan lemak
■ Metabolisme
adalah proses tubuh mengubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara yaitu: menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan; dan
menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisa dimetabolisme lanjutan
■ Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal
dan melalui urin. Obat juga dapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan usus
melalui empedu (feses).
Pembahasan
Anatomi Fisiologi
 Jaringan intramuskular terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap
20mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah).
 Area injeksi intramuskular dipilih pada area dengan ukuran otot yang memiliki jumlah saraf dan
pembuluh darah minimum, dimana jauh dari pembuluh arteri, vena dan nervus.
 Pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah ¼
bagian atas luar otot gluteus maksimus (di bokong).
 Pada bayi dan anak kecil otot deltoid di lengan atas otot midlateral di paha lebih disukai sebagai tempat
penyuntikan intramuskular (i.m).

Saluran Peredaran Darah


■ Sebagian zat aktif melewati dinding kapiler darah secara difusi pasif atau dengan cara filtrasi
dengan melintasi pori-pori yang merupakan 0,2% dari seluruh luas permukaan endothelium
pembuluh darah. Molekul yang kecil dalam bentuk terlarut dari jaringan interstitial otot,
berdifusi melewati pembuluh darah kapiler dan masuk ke dalam aliran darah sistemik.
Sirkulasi darah sistemik adalah sirkulasi darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen
dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. karena obat setelah
diabsorpsi berada dalam bentuk terlarut dalam darah, maka obat tersebut akan dibawa dan
didistribusikan ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah.
Perjalanan Obat sediaan Intramuskular di Dalam Tubuh

■ Pemberian obat secara intramuskular termasuk ke dalam pemberian secara ekstravaskular, yaitu dilakukan
dengan cara memberikan obat di luar pembuluh darah, otot sebagai tempat terjadinya absorpsi, setelah melewati
proses absorpsi, obat akan berdifusi keluar dari otot ke cairan yang mengelilingi jaringan dan kemudian akan
mencapai pembuluh darah.
■ Setelah berada dalam sirkulasi sistemik, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh mengikuti aliran darah,
namun belum memberikan efek karena belum tepat pada organ target sesuai dengan fungsi obat tersebut.
Perjalanan Obat sediaan Intramuskular di Dalam Tubuh

■ Selanjutnya setelah obat didistribusikan ke seluruh tubuh,


karena obat belum memberikan efek, obat akan
dimetabolisme oleh hati, dihati obat akan mengalami proses
perubahan struktur kimia dengan bantuan enzim.
■ Senyawa obat akan diubah menjadi senyawa yang lebih
polar sehingga lebih mudah larut dalam air dan lebih mudah
dieksresi melalui ginjal. Partikel obat yang dibutuhkan oleh
organ target akan diedarkan ke organ target tersebut untuk
memberikan efek terapi, sedangkan bagian partikel yang
tidak dibutuhkan tubuh akan diekskresikan dari tubuh
melalui berbagai organ ekskresi (ginjal, paru-paru, hati,
usus melalui empedu (feses), kulit) dalam bentuk hasil
metabolisme atau dalam bentuk asalnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan obat intramuskular
di dalam tubuh:
■ Aliran darah ke tempat absorpsi. Semakin kecil suplai darah, semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk obat yang akan diserap
■ Faktor fisiko-kimia obat. Formulasi intramuskular dapat untuk melepaskan obat secara
cepat atau lambat dengan mengubah pembawa sediaan injeksi. Adsorpsi sediaan
intramuskular juga dipengaruhi oleh besar kecilnya partikel yang tersuspensi, semakin
kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi
■ Bentuk obat. obat suntik dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada dalam
bentuk suspensi dan obat dalam sediaan air lebih cepat diabsorpsi daripada sediaan
minyak.
■ Anatomi dari tempat injeksi intramuskular akan mempengaruhi laju absorpsi obat. Obat
yang diinjeksikan ke dalam otot deltoid diabsorpsi lebih cepat daripada obat yang sama
diinjeksikan ke dalam gluteus maksimus karena aliran darah dalam otot deltoid lebih
baik.
■ Kepadatan jaringan didaerah penyuntikan. Absorpsi obat cara suntikan i.m pada pria
lebih cepat daripada wanita karena pada wanita lebih banyak terdapat jaringan adiposa.
Evaluasi Biofarmasetik Rute Intramuskular
Langkah-langkah dalam evaluasi biofarmasetika obat yang
diberikan melalui parental, yaitu:
■ Menentukan waktu aksi yang diharapkan.
■ Evaluasi in vivo yaitu menentukan kadar obat (zat aktif) di
dalam darah setiap saat (Bioavaibilitas).
Contoh: menentukan waktu efek sedasi dari ketamin secara
intramuskular, dengan menggunakan metode uji klinis acak
terkontrol. Sampel diberikan ketamin intramuskular 5mg/kg BB.
Selesai pemberian ketamin, waktu dicatat sebagai T0, dan level
sedasi dinilai dengan menggunakan bispectral index. Bioavaibilitas
ketamin adalah 93% setelah pemberian intramuskular. Kadar Kurva waktu-konsentrasi plasma ketamin
plasma puncak biasanya dicapai dalam waktu 10-15 menit setelah
injeksi intramuskular (Riandika, 2019).
Kesimpulan
■ Anatomi Fisiologi dari muscular yaitu jaringan intramuskular terbentuk dari otot bergaris yang
mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm 3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah).
Area injeksi dipilih pada area dengan ukuran otot yang memiliki jumlah saraf dan pembuluh
darah minimum (otot ventrogutal, gluteus maksimus, deltoid, dan vastus lateralis.
■ Pada saluran pembuluh darah muscular, dimana molekul yang kecil dalam bentuk terlarut akan
masuk ke jaringan interstitial otot, kemudian berdifusi melewati pembuluh darah kapiler dan
masuk ke dalam aliran darah sistemik. Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi darah yang
mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh.
■ Pelepasan obat intramuskular diawali dengan obat masuk ke dalam otot, mengalami pelarutan
dan sebagian zat aktif melewati dinding kapiler darah secara difusi pasif atau dengan cara filtrasi
dengan melintasi pori-pori setelah itu obat didistribusikan ke seluruh tubuh, dimetabolisme di
hati, dan diekskresikan keluar tubuh.
■ Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan obat intramuskular di dalam tubuh yaitu, kecepatan
aliran darah, faktor fisiko-kimia obat, bentuk obat, anatomi dari tempat injeksi intramuskular.
■ Evaluasi biofarmasetik rute intramuskular yaitu dengan menentukan waktu aksi yang diharapkan,
evaluasi in vivo yaitu menentukan kadar obat di dalam darah setiap saat. Contohnya yaitu
menentukan waktu efek sedasi dari ketamin secara intramuskular, dengan menggunakan metode
uji klinis acak terkontrol.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai