Anda di halaman 1dari 39

ANATOMI

FISIOLOGI
ANESTESI

dr. H. Mudzakkir Sp.An


Anatomi tubuh manusia adalah ilmu yang
mempelajari struktur tubuh manusia.
Tersusun atas sel, jaringan, organ, dan
sistem organ.
ANATOMI TUBUH MANUSIA
 1. Sistem rangka

Tubuh manusia didukung oleh sistem rangka, yang terdiri dari 206 tulang yang dihubungkan oleh tendon,
ligamen, dan tulang rawan.

Tulang ini disusun oleh kerangka aksial dan kerangka apendikular :


1) Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang yang terletak di sepanjang sumbu tubuh manusia.
2) Kerangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang merupakan tulang-tulang pelengkap yang menghubungkan
kerangka aksial.
2. Sistem Otot

– Sistem otot terdiri dari sekitar 650 otot yang membantu pergerakan, aliran
darah, dan fungsi tubuh lainnya.
– Terdapat tiga jenis otot yaitu otot rangka yang terhubung dengan tulang, otot
polos yang ditemukan di dalam organ pencernaan, dan otot jantung yang
ditemukan di jantung dan membantu memompa darah
3. Sistem peredaran darah

Sistem peredaran darah terdiri dari jantung,


pembuluh darah, dan sekitar 5 liter darah yang
dibawa oleh pembuluh darah.
Sistem peredaran darah memiliki tiga fungsi utama yaitu:

– Mengedarkan darah ke seluruh tubuh.


– Melindungi tubuh melalui sel darah putih dengan melawan
patogen (kuman) yang telah masuk ke dalam tubuh.
– Mempertahankan homeostasis (keseimbangan kondisi tubuh)
pada beberapa kondisi internal.
4. Sistem pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari rongga mulut, faring (tenggorokan),


laring (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan berakhir di
anus. Selain saluran pencernaan, ada beberapa organ aksesori penting
dalam anatomi tubuh manusia yang membantu mencerna makanan.
Organ aksesori dari sistem pencernaan meliputi gigi, lidah, kelenjar
ludah, hati, kantong empedu, dan pankreas.
5. Sistem Endokrin

Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar yang mengeluarkan


hormon ke dalam darah. Kelenjar-kelenjar ini termasuk hipotalamus,
kelenjar pituitari, kelenjar pineal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
kelenjar adrenal, pankreas, dan kelenjar kelamin (gonad). Kelenjar
dikendalikan secara langsung oleh rangsangan dari sistem saraf dan
juga oleh reseptor kimiawi dalam darah dan hormon yang diproduksi
oleh kelenjar lain.
6. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ


sensorik, dan semua saraf yang menghubungkan organ-organ ini
dengan bagian tubuh lainnya. Otak dan sumsum tulang belakang
membentuk pusat kontrol yang dikenal sebagai sistem saraf pusat.
7. Sistem Pernapasan

Sel-sel tubuh manusia membutuhkan aliran oksigen untuk tetap hidup.


Sistem pernapasan menyediakan oksigen ke sel tubuh sambil
mengeluarkan karbon dioksida dan produk limbah yang bisa
mematikan jika dibiarkan menumpuk. Tiga bagian utama dari sistem
pernapasan yaitu saluran napas, paru-paru, dan otot-otot respirasi.
Saluran napas meliputi hidung, mulut, faring, laring, trakea, bronkus,
dan bronkiolus. Saluran ini membawa udara melewati hidung menuju
paru-paru.
8. Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan tubuh adalah pertahanan tubuh terhadap bakteri,


virus, dan patogen lainnya yang mungkin berbahaya, dengan menjaga
dan menyerang dari patogen-patogen tersebut. Ini termasuk , limpa,
sumsum tulang, limfosit (termasuk sel B dan sel T), timus, dan
leukosit, yang merupakan sel darah putih.
 
9. Sistem Limfatik

Sistem limfatik mencakup kelenjar getah bening, saluran getah


bening, dan pembuluh getah bening, dan juga berperan dalam
pertahanan tubuh. Tugas utamanya adalah membuat dan
memindahkan getah bening, cairan bening yang mengandung sel
darah putih, yang membantu tubuh melawan infeksi
10. Sistem Ekskresi dan Urinaria

Sistem ekskresi mengeluarkan zat sisa yang tidak dibutuhkan lagi oleh
manusia. Pada anatomi tubuh manusia, organ-organ ekskresi terdiri
dari ginjal, hati, kulit, dan paru-paru.

Sistem urinaria atau perkemihan termasuk ke dalam sistem eksresi


yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
11. Sistem Reproduksi

– Sistem reproduksi pria mencakup penis dan testis, yang menghasilkan sperma

– Sistem reproduksi wanita terdiri dari vagina, rahim dan ovarium, yang menghasilkan
ovum (sel telur).

– Selama pembuahan, sel sperma bertemu dengan sel telur di tuba falopi. Kedua sel
tersebut kemudian melakukan pembuahan yang ditanamkan dan tumbuh di dinding
rahim. Bila tidak dibuahi, dinding rahim yang telah menebal untuk mempersiapkan
kehamilan akan luruh menjadi menstruasi.
12. Sistem Integumen

Sistem ini melindungi dari dunia luar dan merupakan pertahanan


pertama tubuh melawan bakteri, virus dan patogen lainnya. Kulit juga
membantu mengatur suhu tubuh dan menghilangkan limbah zat sisa
melalui keringat. Selain kulit, sistem integumen meliputi rambut dan
kuku.
FISIOLOGI ANESTESI

Istilah anestesi dimunculkan pertama kali oleh dokter Oliver Wendell


Holmes (1809-1894) berkebangsaan Amerika, diturunkan dari dua
kata Yunani : An berarti tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi
nyeri. Secara harfiah berarti ketiadaan rasa atau sensasi nyeri. Dalam
arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa
terhadap suatu rangsangan.
Pemberian anestetikum dilakukan untuk mengurangi dan
menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Seringkali anestesi dibutuhkan pada
tindakan yang berkaitan dengan pembedahan.
Tahapan Anestesi Umum

Tahapan anestesi sangat penting untuk diketahui terutama dalam


menentukan tahapan terbaik untuk melakukan pembedahan,
memelihara tahapan tersebut sampai batas waktu tertentu, dan
mencegah terjadinya kelebihan dosis anestetikum. Tahapan anestesi
dapat dibagi dalam beberapa langkah, yaitu: preanestesi, induksi,
pemeliharaan, dan pemulihan.
 Preanestesi

Preanestesi adalah pemberian zat kimia sebelum tindakan anestesi umum dengan
tujuan utama menenangkan pasien, menghasilkan induksi anestesi yang halus,
mengurangi dosis anestetikum, mengurangi atau menghilangkan efek samping
anestetikum dan mengurangi nyeri selama operasi maupun pasca operasi.
Pemilihan preanestetikum dipertimbangkan sesuai dengan spesies, status fisik
pasien, derajat pengendalian, jenis operasi, dan kesulitan dalam pemberian
anestetikum.
Klasifikasi Anestesi

Obat-obatan anestetika umumnya diklasifikasikan berdasarkan rute


penggunaannya, yaitu:
1).Topikal misalnya melalui kutaneus atau membrana mukosa;
2).Injeksi seperti intravena, subkutan, intramuskular, dan
intraperitoneal;
3).Gastrointestinal secara oral atau rektal; dan
4).Respirasi atau inhalasi melalui saluran nafas
Anestetetikum juga dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah atau
luasan pada tubuh yang dipengaruhinya, yaitu :

1). Anestesi lokal, terbatas pada tempat penggunaan dengan


pemberian secara topikal, spray, salep atau tetes, dan infiltrasi.
2). Anestesi regional, mempengaruhi pada daerah atau regio tertentu
dengan pemberian secara perineural, epidural, dan intratekal atau
subaraknoid.
3). Anestesi umum, mempengaruhi seluruh sistem tubuh secara
umum dengan pemberian secara injeksi, inhalasi, atau gabungan
(balanced anaesthesia).
Anestesi Lokal

Anestetikum lokal adalah suatu bahan kimia yang mampu


menghambat konduksi syaraf perifer tanpa menimbulkan kerusakan
permanen pada syaraf tersebut. Mekanisme kerja anestetikum lokal
dengan cara menghambat (blok) saluran ion sodium (Na) pada syaraf
perifer, konduksi atau aksi potensial pada syaraf terhambat sehingga
respon nyeri secara lokal hilang.
Sifat sifat yang harus dimiliki oleh obat anestetikum lokal
adalah poten, artinya efektif dalam dosis rendah, daya
penetrasinya baik, mula kerjanya cepat, masa kerjanya
lama, toksisitas sistemik rendah, tidak mengiritasi jaringan,
pengaruhnya reversibel, dan mudah dikeluarkan dari
tubuh.
Penggunaan anestetikum lokal bisa dilakukan dengan
meneteskan pada permukaan daerah yang akan dianestesi
(surface aflication), dengan melakukan injeksi secara sub-
kutan pada daerah yang akan dianestesi (subdermal,
intradermal), serta dengan melakukan pemblokiran pada
daerah tertentu (field block anestesi).
Anestesi Regional

Anestesi regional adalah tindakan menghilangnya nyeri yang


dilakukan dengan cara menyuntikkan anestetikum lokal pada
lokasi syaraf yang menginervasi regio atau daerah tertentu
sehingga menyebabkan hambatan konduksi inpuls yang
reversibel. Anestetikum ini dapat menghilangkan rasa nyeri pada
suatu daerah atau regio tertentu secera reversibel tanpa disertai
hilangnya kesadaran.
Anestesi epidural dihasilkan dengan cara menginjeksikan
anestetikum lokal diantara duramater dan periosteum dari canalis
spinalis (epidural space) dan digunakan untuk laparotomi,
amputasi ekor, urethrostomi, pembedahan cesar, pembedahan
daerah pelvis, dan amputasi daeran kaki belakang.
Spinal atau intrathekal atau subaraknoid anestesi sama
dengan anestesi epidural tetapi dilakukan melalui
duramater dan subaraknoid dimana jarum menembus
duramater dan subaraknoid sehingga anestetikum masuk
ke dalam dan langsung mengenai syaraf spinal,
menghasilkan anestesi yang segera dan lebih cepat.
Anestesi Umum

Anestesi umum adalah keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh


dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan
melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi
secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf. Agen
anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat
(SSP) secara reversible.
Anestesi umum akan melewati beberapa tahapan dan tahapan
tersebut tergantung pada dosis yang digunakan. Tahapan teranestesi
umum secara ideal dimulai dari keadaan terjaga atau sadar
kemudian terjadi kelemahan dan mengantuk (sedasi), hilangnya
respon nyeri (analgesia), tidak bergerak dan relaksasi (immobility),
tidak sadar (unconsciousness), koma, dan kematian atau dosis
berlebih.
Anestesi umum yang baik dan ideal harus memenuhi kriteria:

- Tiga komponen anestesi atau trias anestesi (sedasi, analgesi, dan


relaksasi),
- Penekanan refleks,
- Ketidaksadaran,
- Aman untuk sistem vital (sirkulasi dan respirasi),
- Mudah diaplikasikan dan ekonomis.
Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu metode
anestesi umum yang dilakukan dengan cara
memberikan agen anestesi yang berupa gas dan atau
cairan yang mudah menguap melalui alat anestesi
langsung ke udara inspirasi.
Anestetika umum inhalasi yang pertama kali dikenal dan
digunakan untuk membantu pembedahan adalah N2O.
Kemudian menyusul, eter, kloroform, etil klorida, halotan,
metoksifluran, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran,
dan xenon. Anestetika umum inhalasi yang umum
digunakan saat ini adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran,
desfluran, sevofluran, dan xenon.
Obat obat anestesi yang lain ditinggalkan, karena efek sampingnya
yang tidak dikehendaki. Misalnya, eter mudah terbakar dan meledak,
menyebabkan sekresi bronkus berlebihan, mual dan muntah,
kerusakan hati, dan baunya yang sangat merangsang. Kloroform
menyebabkan aritmia dan kerusakan hati. Metoksifluran
menyebabkan kerusakan hati, toksik terhadap ginjal, dan mudah
terbakar.
Perubahan Aspek Fisiologi dalam Anestesi

Pengamatan aspek fisiologi untuk pengawasan suatu anestesi dapat


dikatakan sempurna apabila seluruh perubahan aspek fisiologi dapat
diamati, tetapi perubahan aspek fisiologi pada sistem kardiovaskuler,
respirasi dan suhu tubuh merupakan parameter yang terpenting
diamati selama periode anestesi. Kunci efektifitas anestesi dan
tingkat keamanan selama periode anestesi adalah dilakukannya
pengawasan dan pemantauan (monitoring) anestesi yang baik.
Perubahan fisiologi yang diperiksa selama periode anestesi

– Respirasi : kecepatan, kedalaman, dan sifat (gerak kantong reservoir dan gerakan
dada).
– Warna membrana mukosa dan capillary refill time (CRT).
– Denyut jantung
– Pulsus : kecepatan dan kekuatan
– Ketegangan rahang, posisi bola mata, dan aktivitas refleks palpebral.
– Oksigenasi (kecepatan aliran dan tekanan)
– Temperatur tubuh pasien
Tanda-tanda vital dan refleks harus diperiksa selama teranestesi.
Tanda vital menunjukkan variabel yang mengindikasikan mekanisme
respon keseimbangan (homeostasis) terhadap anestesi, seperti
denyut jantung, kecepatan respirasi, capillary refill time (CRT), dan
temperatur. Tanda vital bagi pasien menandakan kemampuan pasien
untuk mempertahankan fungsi respirasi dan sirkulasi selama
teranestesi. Tanda vital dapat diamati dengan indera (sentuhan,
pendengaran).
Pemantauan Anestesi

Pemberian anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi


menyebabkan pasien akan tetap merasakan nyeri, masih dalam
keadaan sadar, masih adanya refleks dan masih ada pergerakan.
Apabila dosis anestetikum yang diberikan dalam keadaan cukup atau
berlebihan, mengancam terjadinya kematian. Guna mencegah dua
kejadian yang ekstrim tersebut, harus dilakukan pemantauan yang baik
selama teranestesi. Pemantauan dilakukan terhadap fungsi respirasi,
fungsi sirkulasi, dan temperatur tubuh serta tetap mempertahankan
kedalaman anestesi.

Anda mungkin juga menyukai