Anda di halaman 1dari 64

PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI DI
KAMAR BEDAH

ANTHONETA PALIAMA,SKp,SpKV
23 Januatri 2022
Resertifikasi bedah dasar
PP HIPKABI
JAKARTA
Nama : Anthoneta Paliama
PENDIDIKAN
• S1 Keperawatan Universitas Indonesia
• SpKV ( Spesialis Kardiovaskular
PEKERJAAN
• Manajer Kamar Operasi
• Konsultan Perawat Klinik Kamar Operasi
TRAINING
• Spesialis Kardiovaskular
• Tenaga Pelatih Program Kesehatan(TPPK)
• Master Of Training
• TOT
• Assesor Keperawatan
081293950011
anthopali62@gmail.com
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah pembelajaran selesai, peserta mampu :


• Memahami dan menjelaskan pengendalian infeksi di kamar
bedah
• Memahami pengertian tentang Infeksi daerah operasi
(IDO)
• Menjelaskan faktor faktor risiko infeksi daerah operasi
• Menjelaskan klasifikasi infeksi daerah operasi
• Menjelaskan kriteria dari infeksi daerah operasi
• Menjelaskan penatalaksanaan pencegahan IDO
POKOK PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pencegahan infeksi di kamar operasi
1. Pengertian Infeksi daerah operasi
2. Faktor - faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi
3. Jenis dari infeksi daerah operasi
4. Kriteria infeksi daerah operasi
B. Peran Perawat Perioperatif dalam pengendalian Infeksi di Kamar
Bedah
1. Persiapan Pra Operasi : pasien dan tim bedah
2. Selama operasi
3. Post Operasi
PENGERTIAN

HAIs (Healthcare Associated Infections)


• Infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang.
• terjadi selama pasien dirawat lebih dari 48 jam di
RS yang tidak muncul pada saat masuk rumah sakit
(WHO 2018 dan CDC 2017), PMK no 27 tahun 2017
HAIs (Healthcare Associated Infections)

Jenis HAIs yang paling sering terjadi :

1. Ventilator associated pneumonia (VAP).


2. Infeksi Aliran Darah (IAD).
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK).
4.Infeksi Daerah Operasi (IDO)
(Madani, dkk, 2009).
AGEN
INFEKSIUS /
CoV2

IMUNITAS
SOURCE
MENURUN MANUSIA, ALAT,
PASIEN, PETUGAS, LINGKUNGAN
PENGUNJUNG

RANTAI INFEKSI
PINTU MASUK PINTU KELUAR
(manusia)
(manusia)
MUKOSA/KULIT
MUKOSA/KULITCEDERA
CEDERA

CARA
TRANSMISI
KONTAK, DROPLET,
AIRBORNE
Dampak HAIs

DAPAT DICEGAH
Pendahuluan

 Infeksi daerah operasi (IDO) adalah penyebab utama dari beban besar
bagi pasien, insurance maupun RS di seluruh dunia
 Staf bedah bertanggung jawab untuk menilai:
- Faktor risiko infeksi pasien yang akan dibedah
- Melakukan intervensi mengurangi faktor risiko infeksi yang dapat
dimodifikasi
- Menerapkan praktik terbaik untuk persiapkan pasien operasi yang aman

Pencegahan IDO sangat penting bagi keselamatan,


kualitas, dan keterjangkauan layanan kesehatan pasien
References: CDC Guideline for the Prevention of Surgical Site Infection 2017; WHO Global Guidelines for The Prevention of
Surgical Site Infection 2016
Tujuan PPI di Kamar Bedah

1. Memastikan bahwa pasien yang menjalani prosedur di


dalam ruang bedah menerima perawatan yang aman
dan efektif.
2. Meminimalkan kontaminasi oleh mikroorganisme
3. Mencegah atau mengurangi risiko terjadinya Infeksi
daerah operasi ( IDO)
Diperkirakan ratusan juta pasien terinfeksi terkait HAI’s di seluruh dunia
setiap tahun. Tidak ada negara yang bebas dari beban HAIs.

IDO adalah komplikasi yang terkait


dengan semua jenis prosedur termasuk
HAIs yang dapat dicegah ( 40 % - 60 %)

IDO paling sering di negara berpenghasilan


rendah dan menengah (rata-rata 6.8 -7%)
Ke 2 atau ke 3 di USA dan Eropa.

(Cosgrove, M. Yale New Haven Health System from ClinicalKey.com/nursing by Elsevier on October 03, 2018)
Latar Belakang
Dampak Tanpa IDO DENGAN IDO

Mortalitas 3,3 % 7,8 %


ICU 18 % 29 %
admission
Lama Rawat 6 hari 11 hari
Biaya ( Rp) 53,816,000 105,434,000
Readmissions 7% 41.%
Pengertian Infeksi Daerah Operasi (IDO)
 Infeksi yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian
tubuh lain atau lingkungan, masuk kedalam insisi terjadi dalam

waktu 30 hari dan implant terjadi 1(satu) tahun


paska operasi yang ditandai dengan adanya pus, inflamasi,
bengkak, nyeri dan rasa panas. (Awad et. Al 2009 )

IDO terjadi 2 -3 minggu pertama sesudah operasi


( Ramos et.al 2008 )
ENDOGENOUS
1. KULIT PASIEN
2. MEMBRANE MUKOSA

EXOGENOUS
1. TIM BEDAH
2. LINGKUNGAN
3. PERALATAN, INSTRUMEN
MASALAH YANG SERING DITEMUI DI OK

• Preparasi kulit yang tidak adekuat • Ventilasi ruang operasi


• Pencukuran sebelum operasi ( metode dan • Lama prosedur operasi
cara, waktu. clipper)
• Jumlah petugas yang melebihi standar
• Memakai perhiasan( cincin, jam tangan dll)
• Pembersihan OK
• Barang pribadi dibawa ke OK
• Pembersihan alat – alat anestesi tidak adekuat
• Alat Pelindung Diri
• Pengunaan alat – alat yang berpotensi infeksi
• Alur di OK (alat yang jatuh dilantai)
• Kepatuhan kebersihan tangan
• Teknik Aseptik
• Melakukan prosedural suction, pasang
• Sterilisasi instrumen
kateter, IV line tanpa cuci tangan
• Perawatan luka
• Antimikroba profilaksis tidak adekuat
• Hipotermia
Belajar dari masalah
Apa Yang Terjadi

Mengapa harus Terjadi

Apa yang harus dilakukan untuk


menurunkan risiko SSI

Bagaimana kita tahu risikonya


berkurang?
Kaji faktor risiko pasien ( Intrinsik) PREOP
✓ Usia
✓ Obesitas
✓ Diabetes mellitus
✓ Malnutrisi
✓ Merokok
✓ Cancer atau immunotherapy
✓ Lama rawat pre operasi
 Kadar albumin pra opn< 3,5 mg/dl
 Bilirubin total > 1,0 mg / dl
 Kaji prosedur yang risiko tinggi SSI

References: CDC Guideline for the Prevention of Surgical Site Infection 2017; WHO Global Guidelines for The Prevention of Surgical Site Infection 2016
Mengkaji Faktor Risiko
INTRA OPERASI Samb....INTRA OPERASI POST OPERASI

1. Terkait Prosedur 4. Alur di Kamar Operas Post- Operasi


a. Darurat dan kompleks a.Personel yang sering masuk/ 1) Hiperglikemia dan
b. Klasifikasi luka keluar kamar operasi diabetes
c. Pembedahan terbuka b. Alur barang kotor dan bersih 2) Perawatan luka
2. Fasilitas yang berbeda pascaoperasi
a. Pertukaran udara 3) Transfusi
b. Sterilisasi instrumen tdk memadai 5.Intra-operasi
3. Persiapan Pasien a.Durasi operasi yang lama
a. Infeksi yang sdh ada b.Transfusi darah
b. Persiapan kulit tdk memadai c.Asepsis dan tekhnik
c. Pencukuran rambut pra op pembedahan
d. Antibiotik ( durasi yg tdk tepat, d.Cuci tngan
pilihan dan pemberian ) e. Sarung Tangan
f. Hipoksia
g. Hipotermia
h.Pengendalian Kadar GD
CRITERIA FOR DEFINING A SURGICAL
SITE INFECTION (SSI)

Deep Insicional SSI Organ/ Space SSI


Superficial Incision SSI ( ITP Dalam ) ( ITP organ dalam )

• melibatkan jaringan • suatu bagian anotomi


•Merupakan infeksi yang yang lebih dalam tertentu (contoh,
terjadi pada kurun waktu
30 hari paska operasi dan
• ( contoh, jaringan otot organ atau ruang)
infeksi tersebut hanya atau fasia ) pada pada tempat insisi
melibatkan kulit dan tempat insisi yang dibuka
jaringan subkutan pada • Tanda : purulen, • Tanda : cairan purulen,
tempat insisi Tanda :
purulen, kuman dan tanda
dehisensi Kultur +, abses
radang
KLASIFIKASI LUKA OPERASI
Klasifikasi Keterangan
Operasi Bersih Operasi pada sal. cerna,sal. napas,sal kemih tidak dibuka ,terjadi
infeksi 2-4%. Contohnya hernia, tumor payudara, tumor kulit.

Operasi bersih Operasi pada saluran napas, saluran kemih, atau


terkontaminasi pemasangan drain terjadi infeksi 5-15%
Contohnya prostatektomi, apendiktomi tanpa
radang berat, kolesistektomi elektif.
Operasi Operasi yang pada luka yang terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa
benda asing. Risiko infeksi 16-25%.
terkontaminasi Luka operasi yang membuka semua sistem traktus kecuali ovarium
dan nyata menjadi pencemaran baru, luka trauma dan insisi yang
akut < 6 jam

Operasi kotor Operasi pada daerah luka yang telah terjadi > 10 jam.
Tanda-tanda klinis infeksi luka contohnya luka trauma yang lama,
perforasi usus. Risiko infeksi 40-70%.
RANTAI INFEKSI

SUMBER MEDIA PENERIMA


PENYAKIT INFEKSI
Apa Solusi untuk
menurunkan IDO
Pre operasi
Intra operasi
Post operasi
Cara mencegah dan
mengendalikannya

1. Persiapan pasien
2. Petugas
3. Lingkungan
4. Peralatan
10 INTERVENTION SSI

WHO Education Review and Effective use of


Surveillance analyze the timely
Surgical Checklist program antimicrobial
data of SSI agent

Proper hair Preoperative anti


removal infective Blood Glucose Intraoperative Suplemental OXYGEN
agents Skin control normothermia administration
preparation
Pre operasi

Pastikan pasien Lakukan Gunakan Gunakan Cuci tangan


mandi sebelum pencukuran bedah untuk
dengan antibiotik sesuai chlorexidinealc mengurangi
pembedahan rekomendasi ohol-based
Clipper untuk bioburden
mengurangi mengurangi dengan solutions untuk bakteri pada
kolonisasi pada multiplikasi kulit tim
kulit pertimbangan persiapan kulit
bakteri bedah
untuk untuk
( tgg 2 –5 menit mempertahan mengurangi
sebelum dibilas
kadar dlm flora dikulit
jaringan yg
memadai
Harus memiliki
Contoh protokol mandi preoperatif instruksi tertulis
untuk diberikan
Edukasi kepada pasien
dan keluarga.
 Dalam penelitian terbaru protokol penggunaan CHG 4 %
untuk mandi sebanyak 118 ml / setiap mandi minimum 2 kali
dan biarkan 1 – 2 menit sebelum dibilas
 Dilakukan pada malam hari dan pagi sebelum operasi
 Beberapa kondisi pasien datang ke RS, akan dimandikan
sebelum operasi oleh staf yang dilatih tentang :
• agent yang dipakai,
• cara menggunakan agent dengan benar,
• berapa lama tinggal dikulit,
• bagian tubuh mana saja yang harus dihindari

Source: Adapted from Edmiston CE Jr, et al. Evidence for a standardized preadmission showering regimen to achieve maximal antiseptic skin
surface concentrations of chlorhexidine gluconate, 4%, in surgical patients. JAMA Surg. 2015 Nov;150(11):1027–1033.
Nasal Decolonization
Dekolonisasi hidung sebelum operasi dan
pengobatan mupirocin telah dilaporkan efektif
dalam mengurangi risiko SSI

Intervensi dekolonisasi kulit dengan mandi


chlorhexidine

Dilakukan dalam 1 jam sebelum prosedur bedah

Pasien yang menjalani operasi jantung dan


diketahui dengan Staphylococcus aureus -
obati dengan salep mupirocin 2%

Harus ditentukan dalam kebijakan RS

References: CDC Guideline for the Prevention of Surgical Site Infection 2017;
WHO Global Guidelines for The Prevention of Surgical Site Infection 2016
Perlindungan Diri (Barrier)

• Gunakan sarana PERLINDUNGAN DIRI untuk


menghindari kontak kulit, darah atau
cairan tubuh dari pasien
o Sarung Tangan
o Masker
o Pelindung Mata
o Penutup kepala
o Gaun, sepatu, dll. ( Depkes 2003 )
Antimikroba profilaksis
• Pemberian antimikroba
• Pantau kepatuhan dengan pemberian
antibiotik profilaksis sesuai kebijakan RS profilaksis hanya boleh
• Dengan prinsip : dilakukan jika memang
 bukti keefektifannya diindikasikan.
 minimal efek samping terhadap • Antimikroba profilaksis
pasien
harus diberikan dalam
 minimal efek terhadap kekebalan
tubuh pasien waktu 1 jam sebelum
insisi

Antimicrobial stewardship programmes in health-care facilities in low- and middle-income countries.


A practical toolkit. Geneva: World Health Organization; 2019.
Allegranzi B Lancet Infect Dis 2016
1. Batasi personil
2. Pintu selalu tertutup
3. Pastikan semua alat yg digunakan
STERIL
4.Perioperative oxygenation
5.Maintaining normothermia
6.Blood glucose control
INTRA 7.Normovolemia
OPERATIVE 8.Drapes and gowns
Recommendation 9.Laminar airflow ventilation systems
10.Wound dressings
11. Kebersihan lingkungan
12. Teknik Bedah
FASE INTRA OPERASI
Faktor Risiko SSI yg harus dikelola
Antibiotik Profilaksis
Glukosa Darah
Normothermia
Penggunaan APD
Antisepsis kulit
Cek alat steril sebelum dibuka pengbungkusnya
Penggunaan sarung tangan
Kebersihan lingkungan
Penanganan benda tajam
Semua tim mempunyai hati nurani
Alat yang digunakan sesuai dengan instruksi pabrik
Faktor Intraoperatif
1. Teknik operasi
2. Hemostasis yang buruk
3. Ketidakmampuan menutup
“dead space”
4. Trauma jaringan
5. Penutupan kulit
6. Derajat kontaminasi luka
7. Operasi emergensi
Normothermia

Bagaimana menjaga pasien agar tetap normothermia


Hipotermia : suhu inti < 36°C terjadi selama dan setelah prosedur bedah yang
berlangsung > 2 jam. Gangguan kontrol termoregulasi yang diinduksi anestesi, lebih
dari paparan lingkungan OR yang dingin, adalah peristiwa utama yang
menyebabkan hipotermia
 Pasien harus dihangatkan minimal 15 menit sebelum induksi anestesi.
 Gunakan warm air selama pasien dioperasi
 Jaga normothermia pasien selama intraoperatif dengan pemanasan
 Gunakan cairan intravena hangat (IV) jika volume besar diberikan dan cairan irigasi hangat
untuk operasi perut bagian dalam, panggul atau rongga dada.
 Ukur suhu tubuh secara interval.
 Edukasi pasien dan keluarga pada periode pra-operasi tentang penghangat
 Catat suhu ruang operasi dan lakukan koordinasi dengan tim teknik untuk menjaga suhu dan
kelembaban di OK
https://www.europeanreview.org/wp/wp-content/uploads/224-239.pdf
Blood Glucose Management

CDC merekomendasikan target <200 mg / dL pada pasien dengan dan tanpa


diabetes (CDC 2017 )

DM ..>Memengaruhi system saraf , vaskuler dan muskuloskeletal

Pengelolaan kadar glukose yang baik dan mengatasi hiperglikemia selama


operasi akan menurunkan SSI

Konsensus pedoman pencegahan SSI 2016 dari American College of Surgeons


dan Surgical Infection Society (ACS / SIS)
Kadar glukosa perioperatif antara 110 - 150 mg / dL

Fungsi ini harus ada dalam ceklist preop


Teknik Bedah :
Dapatkah diukur?

 Senior
 Haemostasis
 Gentle handling and dissection
 Mencegah of dead space
cut well,
 Menghindari necrosis dan tension sew well,
 Tidak ada benda asing ditubuh
atau kontaminasi
get well

No Mention Of Infection
(primum non nocere)
Mempertahankan Normovolemia

 Terapi cairan perioperatif dapat mencegah


hipoksia jaringan dengan meningkatkan
oksigenasi arteri dan memaksimalkan curah
jantung selama operasi.(WHO 2016)
 Petugas harus berhati-hati agar tidak terjadi
Hypervolemia atau hipovolemia
 Untuk menilai volume termasuk tekanan nadi,
tekanan darah, vena central (CVP) perlu
pemantauan secara kontinyu
Supplemental Oxygen

• Pasien terintubasi harus menerima FiO2 80% dan pasca


operasi selama 2-6 jam
• O2 tambahan dapat dimulai sebelum sayatan atau fase awal
pra operasi
• Periksa kadar oksigen pasien secara rutin sejak preop
• FiO2 yang tinggi akan meningkatkan tekanan oksigen dalam
darah, sehingga mengompensasi perfusi yang berpotensi tidak
memadai pada tempat pembedahan
• Optimalkan oksigen jaringan dengan normotermia perioperatif
dan penggantian volume yang adekuat.
• Harus tertulis dalam kebijakan rumah sakit

WHO Global Guidelines for The Prevention of Surgical Site Infection 2016
Pasien Bedah dengan Penyakit Menular

Konfigurasi ruangan dan ventilasi diperlukan untuk pasien


dengan air bone
Penggunaan respirator N95 untuk ditularkan melalui udara
Harus diuji dengan baik cara mengenakan N95
Petugas harus dilatih untuk menggunakan masker N 95
Mengkomunikasikan hasil penilaian penyakit menular untuk
memastikan bahwa operasi dengan meminimalkan
interaksi dan pajanan dengan pasien lain
Lingkungan Intra operatif

1) Ventilasi di ruang operasi harus pasti merupakan ventilasi tersaring dan terkontrol

2) Temperatur ruangan dipertahankan sekitar 19 ° C - 24 ° C.

3) Kelembaban relatif udara harus dijaga antara 20% - 60%;

4) Pertahankan ventilasi tekanan positif di kamar operasi

5) Pertahankan minimal pergantian udara 15 - 20 kali perjam

6) Ruang bedah menggunakan aliran udara laminair.

7) Udara disaring dengan menggunakan high efficiency particulate filter (HEPA Filter).
Steril intra-operative Setting
1.Untuk memastikan Tim tentang sterilitas
AUTOCLAB
instrument/alat (indicator steril) selama procedure
2. Menciptakan dan memelihara lingkungan
aseptik yg berpengaruh langsung kepada hasil
perawatan pasien

3. Tanggung jawab Tim dan perawat perioperatif


adalah Meminimalkan risiko pasien bedah
terhadap SSI EO
Prinsip Pembersihan

Pembersihan: dari
• ATAS ke BAWAH
• Dari daerah BERSIH ke KOTOR
Pembersihan searah jarum jam dengan
metode pembersihan dari area bersih
ke kotor dan dari area atas ke bawah
Membersihkan area yang sering
dipegang
PEMBERSIHAN DI KAMAR OPERASI
Pembersihan Lantai
Pembersihan dan desinfeksi
permukaan lantai :
 Mulai dari pinggir ruangan
 Bergerak menuju tengah ruangan
Bagian Tengah Ruangan adalah tempat
dilakukan tindakan bedah
Pada bagian tengah Ruangan
Cendrung lebih kotor
POST OPERASI

CARING POST OPERASI

Meminimalkan kontaminasi luka


Memantau tanda-tanda SSI
Program kebersihan tangan yang efektif
Kebersihan tubuh pasien
Status penyembuhan luka
Wound dressing
Peran perawat sebagai tim untuk mengurangi risiko SSI

Kurang tepat jk Aktif Periksa kondisi luka


meneruskan antibiotik terhadap infeksi dan gunakan
dressing sesuai standar pada
mencegah infeksi luka primer

Survailance SSI secara Penggunaan antibiotik dan teknik bedah


integral yang merupakan yang benar membantu menghentikan
penyebaran resistensi antibiotik
program PPI

Kerjasama tim, komunikasi yang baik,


keterlibatan staf yang mendukung pencegahan SSI
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
 Tahap penyembuhan luka dan gejala yang diharapkan
 Perawatan luka operasi
 Tanda dan gejala infeksi daerah operasi
 Ganti pakaian, irigasi luka, atau prosedur aplikasi pengobatan
 Instruksi mandi dengan luka operasi dan cara berpakaian
 Saluran drainase, kateter urin atau vaskular
 Pakaian yang meminimalkan trauma mekanis hingga luka
 Menekuk, mengangkat, atau meregangkan untuk mencegah
cedera pada luka
Peran penting dalam PENCEGAHAN SSI

1. Melakukan observasi langsung kepatuhan praktik aseptic


2. Mengevaluasi lalu lintas OR untuk menetapkan tingkat masuk dan keluar
staf di ruang bedah.
3. Kembangkan kebijakan kepatuhan penggunaan baju dan APD yang benar
4. Mengevaluasi praktik yang berkaitan dengan pencukuran BILA
dibutuhkan
5. Tetapkan prosedur dan frekuensi pembersihan dan peralatan OR
6. Mengevaluasi sterilisasi instrument yang akan digunakan
7. Edukasi pd staf baru terkait protap SOP di OR
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
PADA MASA PENDEMIK COVID-19
WHO menganjurkan strategi-strategi PPI
untuk mencegah atau membatasi
penyebaran COVID-19
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di
tempat layanan kesehatan termasuk:
1. Menjalankan langkah-langkah kewaspadaan standar untuk
semua pasien.
2. Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal, dan
pengendalian sumber.
3. Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris
atas kasus- kasus suspek infeksi COVID-19.
4. Menerapkan pengendalian administrasi.
5. Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa.
PEMBERSIHAN DAN DISINFEKSI PERMUKAAAN
LINGKUNGAN TERKAIT COVID-19

 Penggunaan disinfeksi pada permukaan spraying atau fogging


menggunakan
(fumigation/misting) dalam ruangan (indoor), tidak direkomendasikan
berkaitan dengan COVID-19
 Spraying
tidak efektif dalam melepaskan kontaminan di zona arah
penyemprotan.
 Spraying berisiko mengiritasi kulit dan saluran pernafasan.
 Spraying atau fogging zat kimia, seperti
formaldehid, bahan berbasis klorin, atau
komponen quartenary ammonium, tidak direkomendasikan karena mempunyai
efek simpang pada tenaga kesehatan
 Harus dilakukan dengan lap dengan menggunakan kain yang sudah direndam disinfektan.

WHO: Cleaning and disinfection of environmental COVID-19 Interim guidance 14 May 2020
PRISIP VENTILASI DAN TATA RUANG DI INSTALASI
BEDAH ERA PANDEMI COVID-19

• TEKANAN NEGATIF, BILA TERSEDIA, IDEAL MENGURANGI RISIKO PAJANAN.


• SIKLUS PERGANTIAN UDARA MINIMAL 25 ACH  EFEKTIF MENGURANGI “VIRAL LOAD”
KAMAR OPERASI
• LOKASI KAMAR OPERASI TERDEKAT DARI PINTU MASUK IBS
• RESTRIKSI JUMLAH PERSONIL. SETELAH MASUK KAMAR OPERASI, TIDAK BOLEH KELUAR
SAMPAI SELESAI TINDAKAN
• RUTE TRANSFER PASIEN DIRANCANG BEBAS DARI PENGUNJUNG DAN SESINGKAT
MUNGKIN
• SAAT INTUBASI, HANYA SpAn dan ASISTEN BERADA DALAM KAMAR OPERASI. LAINNYA
DILUAR
PRINSIP PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
PASIEN COVID 19

 TAMBAHAN FILTER HEPA “PORTABLE”  MENGURANGI “VIRAL LOAD”


 PINTU SELALU TERTUTUP SELAMA OPERASI.
 GUNAKAN “SMOKE EVACUATOR” MENGGUNAKAN CAUTER.

 SELAMA FASE “RECOVERY” PASIEN TETAP DI KAMAR OPERASI SAMPAI LAYAK TRANSFER (KE
RUANG ISOLASI ATAU ICU SESUAI KONDISI)

 PASCA BEDAH SEGERA DILAKUKAN PROSES DEKONTAMINASI-TERMINALIS


KAMAR OPERASI

 TERSEDIA RUANG KHUSUS “DONNING” DAN “DOFFING” APD TERPISAH DENGAN


FASILITAS DISPOSAL APD
Penutup
• Pengendalian terhadap infeksi kamar bedah akan berpengaruh
secara signifikan terhadap morbiditas, mortalitas, kualitas dan
biaya rawat kamar bedah.
• Pengetahuan yang komprehensif mengenai semua aspek
pencegahan infeksi di kamar bedah merupakan suatu
KEHARUSAN bagi seluruh staf yang bekerja di kamar bedah.
• Kemauan yang kuat untuk melaksanakan, disertai dgn disiplin dan
kontrol yang terus menerus merupakan faktor penentu
keberhasilan pelaksanaannya.
• Pemberian dan penyegaran materi pencegahan infeksi harus rutin
dilaksanakan secara berkala (1-2x/bulan)
Masalah yang sering timbul di Pandemi COVID
 1. Penggunaan masker :Menurut WHO, N95 mampu menyaring partikel sampai ukuran 0,1 mikrometer. Sebagai
perbandingan, ukuran nCoV2 antara 0,15-0,2 mikrometer (150-200 nanometer).

 tekanan ruangan kamar operasi :Instalasi Bedah harus memiliki minimal 1 Kamar operasi khusus melayani pasien Covid
19 (suspek atau “confirm”). Lokasinya dipilih yang terdekat ke pintu masuk instalasi. Bila tidak tersedia kamar operasi
bertekanan negatif, setidaknya memiliki ventilasi pergantian udara 25 ACH dan gunakan filter HEPA. Ruang antara gunanya
agar udara dari kamar operasi saat pintu dibuka, tidak langsung mengalir ke koridor.

 tindakan operasi pasien Covid 19 di ruang OK dengan tekanan negative Rekomendasi American College of
Surgeons (ACS) operasi pasien Covid 19 adalah di kamar operasi bertekanan negative bila tersedia. Bila tidak tersedia,
minimal memiliki ruang-antara, mempunyai ventilasi pergantian udara 25 ACH (untuk fungsi “dilusi” partikel aerosol) dan
filter HEPA (untuk fungsi filtrasi partikel aerosol ).

 Apakah diruang operasi bertekanan negatif harus mempunyai exhaust ?


 Setiap kamar operasi harus memiliki exhaust dengan target agar tercapai
ventilasi dengan pergantian udara sesuai standar yang ditetapkan.
 Bagaimana kebijakan skrining untuk pasien yang akan dilakukan operasi ?
Bila tanpa gejala infeksi jalan napas, dilakukan pemeriksaan rapid test dan
PCR dalam 2 hari sebelum jadwal. Bila mengalami gejala infeksi jalan napas,
diperlukan pemeriksaan tambahan CT Scan Thorax.
 Selain pemeriksaan rutin Pra-Bedah, minimal dilakukan pemeriksaan rapid-
test dan PCR dalam 2 hari sebelum jadwal.
“ Thailand’s SSI Prevention Bundle”.
This care bundle includes :
• Smoking cessation
• weight-based antibiotic prophylaxis
• appropriate hair removal
• skin preparation with alcohol-based solution
• wound protectors for abdominal surgery
• antimicrobial-coated sutures for clean operation in high-risk
patients
• elective digestive surgery
• perioperative glucose control,
• intra-operative normothermia,
• peri-operative maintenance of oxygen saturation at least 92%
or preferably at least 95%, changing contaminated gloves and
• surgical instruments before wound closure.

Anda mungkin juga menyukai