Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PROGRAM MAGISTER TERAPAN PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2022
Nama : Evi Adawiyyah
Nim : P1337425322017
Prodi : TGM

Perhatian:
Jawablah soal di bawah ini secara lengkap dan komprehensif. Soal dikerjakan urut nomor
dan sifat ujian open book. Hasil pekerjaan ujian dikumpulkan dalam bentuk soft file
paling lambat Jumat, 30 Desember 2022 pukul 10.00 WIB. File dikirim ke bagian
akademik Program Pascasarjana Poltekkes Kemenkes Semarang.

1. Bagaimana Saudara dapat menjelaskan bahwa ilmu filsafat memiliki ciri (metode)
yang khas bila dibandingkan dengan ilmu (science). Jelaskan perbedaan ciri-cirinya
masing-masing, di mana letak hubungan dan pentingnya filsafat bagi ilmu!?
Jawaban :
3 ciri dalam sains/ilmu
a. Eksperimental:
Suatu cara berpikir melihat suatu masalah dengan percobaan. Cara kerjanya akurat karena
terukur. Cara berfikir/bekerja yang selalu menggunakan uji coba: laboratoris, observasi,
praktik lapangan.
1) Proses pendekatan:
a) Setiap asumsi permasalahan dilakukan tes, uji percobaan kuantitatif untuk
memperoleh pembuktian kebenarannya.
b) Langkah uji percobaan tersebut dilakukan secara berulang, untuk verifikasi, dan
validasi kebenaran
c) Hasil verifikasi dan validasi dijaddikan dasar kebenaran/validitas hasil uji coba
Manfaat/keutamaan pendekatan eksperimental:
Membangun sikap mental yang memiliki cara berfikir dan bekerja secara teliti,
cermat dan terukur
Keterbatasannya:
Baru mengenali dan menangkap permukaan arti kebenaran yang bersifat
kuantitatif/empiric. Belum menjangkau tingkat kebenaran terdalam yang substansial
yang justru menjadi basis pengembangan hasil cara kerja eksperimental. Keterbatasan
ini harus dibantu pendekatan esensial dari filsafat.
2) Spesifik : Menjurus
Manfaat/Keutamaan Cara Kerja Spesifik :
Melatih bekerja secara focus, spesifik, intens, professional dan menjadi orang ahli di
bidangnya.
Keterbatasannya:
Baru mengenali dan menangkap satu sisi dari kompleksitas permasalahan hidup.
Belum menjawab keseluruhan dimensi persoalannya. Perlu bantuan pendekatan
komprehensif dari filsafat.
3) Faktual: Berdasarkan fakta yang ada
Manfaat / Keutamaan Cara Kerja Faktual :
Membangun sikap mental realistic dalam menyikapi persoalan hidup. Memiliki
langkah kerja yang pasti, memiliki dasar, bukan sebuah spekulasi. Validitas
kebenaran teruji secara factual.
Keterbatasannya:
Cara kerja factual adalah langkah mengkonstruksi suatu kebenaran secara kuantitatif.
Aspek kualitatif yang berupa permasalahan nilai yang justru menjadi sumber orientasi
pengembangan dan penerapan kebenaran ilmu, tak dapat menjangkaunya, menjadi
terabaikan. Perlu bantuan pendekatan normative dari filsafat.

Ciri filsafat:
a. Esensial:
1) Cara berfikir/pendekatan masalah yang selalu berorientasi pada akar masalah
2) Cara berfikir/ pendekatan masalah yang berusaha melintas batas-batas empirik
permasalahan dan berusaha memasuki area substansi permasalahan
3) Cara berfikir: akal mencoba menanggalkan/mengabaikan hal-hal yang tidak penting
dalam masalah (aksidensi) dan berusaha menangkap hal – hal yang penting
(substansi).
Cara berpikir esensial:
1) Prasyarat: akal/pikiran/rasio sebelum memasuki permasalahan berusaha untuk
menjernihkan diri dari pengaruh emosi dan perasaan yang sering mengganggu jalan
pikiran (pikiran jernih, focus, objektif )
2) Ketika akal sudah memasuki permasalahan berusaha menembus kompleksitas isi
permasalahannya, dan berusaha menanggalkan hal-hal yang tidak penting (aksidensi)
dan terus berusaha memasuki area substansi untuk menemukan hal yang dianggap
penting / akar permasalahan(substansi)
3) Proses berfikir esensial selalu terarah pada substansi permasalahan. Bukan ke arah
hal-hal yang tidak penting (aksidensi)
Manfaat/ keutamaan berpikir esensial:
1) Membangun mentalitas yang memiliki sikap, arif, sportif, bijaksana
2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan objektif
3) Membangun mentalitas yang teguh pendirian, tidak mudah tergoyahkan oleh
kompleksitas permasalahan hidup, tahu mana aksidensi dan substansi permasalahan.
4) Pandai menentukan skala prioritas dalam perencanaan hidup.
b. Komperensif:
Cara berfikir atau pendekatan masalah yang selalu melihat permasalahannya dari
berbagai sudut atau segi penyebab timbulnya masalah
1) Proses berpikir komprehensif:
a) Tangkaplah fakta permasalahannya, kemudian pahami dari berbagai
segi/konteks untuk memotret profil permasalahannya. Tujuannya untuk
memperoleh pemahaman permasalahan secara utuh, tidak parsial/fragmentaris,
agar tidak menyisakan masalah.
b) Setelah menangkap profil permasalahannya, kita dapat memilih dan menentukan
secara tepat cara-cara/metode penylesaian masalahnya.
c) Berfikir komprehensif = pendekatan interdisiplin keilmuan
2) Manfaat/keutamaan berpikir komprehensif:
a) Membangun sikap mental yang adil dalam mengambil keputusuan
b) Berwawasan luas dalam menyikapi permasalahan hidup, dapat bertindak
proporsional
c. Normative:
 Cara berfikir atau pendekatan masalah yang tidak sebatas pada pemahaman fakta
permasalahannya saja, melainkan sampai pada wilayah persoalan nilai: etika, moral,
agama
 Cara berfikir atau pendekatan masalah yang selalu berorientasi pada apa yang
seharusnya dari fakta permasalahan yang ada.
 Cara berfikir atau pendekatan masalah yang syarat dengan pertimbangan nilai, dan
tidak hanya sebatas rasio saja.
1) Proses berpikir normative:
a) Tangkaplah fakta permasalahannya, fahami aspek/ dasar-dasar rasional dalam
permasalahnnya agar kita memperoleh pemahaman dan kebenaran objektif
dari permasalahan itu.
b) Kemudian tarik hasil pemahaman objektif permasalahannya itu ke dalam
konteks system nilai yang berlaku dimana permasalahannya itu akan
dipecahkan.
c) Adaptasikan cara-cara berfikir rasional objektif dengan system nilai yang
berlaku di mana kebenaran itu akan diterapkan.
d) Selalu berorientasi “apa yang seharusnya dari fakta yang ada”
2) Manfaat/keutamaan berpikir normative:
a) Membangun sikap mental adaptif terhadap cara-cara berfikir dengan system
nilai yang ada di lingkungannya
b) Menumbuhkembangkan kepekaan social bagi professional
c) Memberi penguatan akseptabilitas (daya diterimanya) penguasaan
ilmu/ketrampilan/profesi oleh masyarakat
d) Menghindari keterasingan (alienasi) hasil pengembangan IPTEK dari
masyarakat.

 Hubungan Filsafat – Ilmu – Pengetahuan :


Hubungan Filsafat dengan Ilmu terletak pada cara kerjanya masing-masing. Filsafat
diperlukan ketika Ilmu menghadapi persoalan-persoalan mendasar dalam praktiknya di
masyarakat. Ilmu Akan membawa Filsafat ke arah fungsinya secara praktis.

2. Mengapa seorang Magister Kesehatan perlu membekali diri pengetahuan filsafat


ilmu? Jelaskan alasan Saudara dengan pembuktian dalam praktik pelayanan
Kesehatan, riset di bidang Kesehatan!
Jawaban :
a. Tuntutan kompetensi akademik :
Lulusan program S2 diarahkan menjadi ilmuwan, profesional, praktisi, mampu
mengembangkan ilmu (penelitian, eksperimentasi, implementasi)
b. Dalam praktik di lapangan mereka menghadapi permasalahan mendasar keilmuan:
1) Arti dan makna hakiki ilmu (ontology)
2) Bagaimana cara pengembangan/penerapan ilmu yang tepat (epistemology)
3) Untuk apa ilmu itu ditemukan/dikembangkan (axiology)

Pengertian filsafat menurut Aristoteles (384– 322 SM), bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu
umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan
ilmu. Menurut Sidi Gazalba : Berfilsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran ,tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik
dan universal. Menurut Winslow, ilmu kesehatan masyarakat yaitu ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi dimasyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial yang akan mendukung agar setiap
orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka saya menarik kesimpulan bahwa kegunaan
filsafat dalam ilmu kesehatan adalah sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mencari,
meninjau, mengamati dan menyelidiki setiap masalah ataupun kejadian yang terjadi di
masyarakat yang termasuk dalam ruang lingkup kesehatan. Masalah tersebut diselidiki secara
sistematis dengan lebih dalam untuk mendapatkan kebenaran, solusi ataupun pencegahannya.
Selain itu, dengan berfilsafat kita (khususnya sarjana tenaga kesehatan) juga berpikir dengan
lebih logis dan radikal sehingga setiap ide dan tindakan yang diperbuat dapat lebih terarah
dan bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Misalnya dalam ruang lingkup kesehatan yaitu kesehatan gigi. Jika suatu daerah
memiliki lingkungan yang tinggi tingkat karies anak (gigi berlubang) maka kita akan
menyelidiki apa penyebab tingginya angka karies akibat yang ditimbulkan, dampaknya
secara langsung maupun tidak langsung serta solusi atau tindakan yang dilakukan untuk
meminimalisir kejadian karies pada anak dan bahkan menghilangkannya. Semua hal
tersebutdapat dilakukan dengan berfilsafat.

3. Secara filosofis, keberadaan ilmu karena memiliki tiga kerangka eksistensi ilmu
(ontology, epistemology, aksiologi).
a. Jelaskan pengertian dan fungsi masing-masing kerangka eksistensi tersebut bagi
keberadaan suatu ilmu!
Jawaban :
Ada beberapa teori kebenaran menurut pandangan filsafat dalam bidang ontologi,
epistemologi dan aksiologi (Jalaludin, 2007: 126; Suminar, 2016).
1) Ontologi seringkali diidentifikasikan dengan metafisika, yang juga disebut dengan
proto-filsafat atau filsafat yang pertama. Persoalan tentang ontologi menjadi
pembahasan yang utama dalam bidang filsafat, yang membahas tentang realitas.
Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Ada
beberapa problematik tentang keberadaan (eksistensi) persoalan ontologis antara
lain :
 Aspek kuantitas dari sesuatu persoalan
a. Apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural
b. Monisme, dualisme, pluralisme.
 Aspek kualitas dari sesuatu (mutu, sifat)
a. Bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu
b. Mekanisme, teleologisme, vitalisme dan organisme.
Realitas dalam ontologi ini melahirkan pertanyaan-pertanyaan: Apakah
sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; Apakah realitas yang tampak ini
sesuatu realita materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu? Apakah realitas ini
terdiri dari satu bentuk unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau pluralisme?
Dalam pendidikan, kegiatan membimbing anak untuk memahami realita dunia dan
membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan
stimulus menyelami kebenaran tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir
kritis anak-anak untuk mengerti kebenaran telah dibina sejak awal oleh guru di
sekolah atau pun oleh orangtua di keluarga.

Fungsi pengetahuan Ontologis :


a) Dapat memberikan landasan bagi asumsi keilmuan dan membantu terciptanya
komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.
b) Membantu pemetaan kenyataan, batas-batas ilmu dan kemngkinan kombinasi
antar berbagai ilmu. Misal masalah krisis moneter, tidak dpt hanya ditangani
oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yang
tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, maka perlu bantuan ilmu lain seperti
politik, sosiologi.

2) Epistemologi adalah nama lain dari logika material atau logika mayor yang
membahas dari isi pikiran manusia, yaitu pengetahuan. Epistemologi merupakan
studi tentang pengetahuan, bagaimana mengetahui benda-benda. Pengetahuan ini
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: cara manusia memperoleh dan
menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan. Menurut epistemologi,
setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan
benda hingga akhirnya diketahui manusia. Dengan demikian epistemologi ini
membahas sumber, proses, syarat, batas fasilitas, dan hakekat pengetahuan yang
memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan kebenaran
kepada murid-muridnya.
Fungsi pengetahuan Epistemologis :
a) Sarana legitimasi bagi ilmu/ menentukan keabsahan didiplin ilmu tertentu
b) Memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
c) Mengembangkan ketrampilan proses
d) Mengembangkan daya kreatif dan inovatif

3) Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi
aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan
semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-
politik) di dalam kehidupan manusia dan membinanya ke dalam kepribadian anak.
Pertanyaan yang berkaitan dengan aksiologi adalah apakah yang baik atau bagus?
(Muhammad Noor Syam, 1986 dalam Jalaludin, 2007: 84).
Fungsi pengetahuan Aksiologis :
a) Memberikan arah pengembangan ilmu.
b) Mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan ilmuwan.
b. Setiap pengembangan ilmu/teknologi harus berlandaskan pada ketiga kerangka
eksistensi ilmu itu. Jelaskan mengapa demikian dan apa akibat yang dapat timbul
jika pengembangan ilmu/teknologi, riset ilmiah mengabaikan salah satu atau ketiga
kerangka eksistensi ilmu?
Jawaban :
Dari pengertian diatas Ontologi berlandaskan pada realitas, Epistemologi merupakan
studi tentang pengetahuan, Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).
Dalam pengembangan ilmu/teknologi, riset ilmiah apabila mengabaikan salah satu atau
ketiga kerangka eksistensi ilmu maka akan menyebabkan kurang kompleks dalam sebuah
studi khususnya pada dunia kesehatan. Misalnya terjadi sebuah wabah penyakit, yang
harus di cari adalah realita dari kejadian tersebut, selanjutnya mencari tahu sebab akibat
dan pengetahuan tentang wabah tersebut. Lalu mencari nilai-nilai yang bisa diambil
dalam wabah tersebut. Apa penanganan yang terbaik agar wabah tersebut bisa teratasi
secara tepat.
Seorang magister dalam penerapan, pengembangan ilmu tidak cukup hanya
mendasarkan pada keterampilan pengetahuan dan penguasaan teori-teori dalam
bidangnya masing-masing, tetapi juga penguasaan pemahaman mengenai hakikat ilmu
(dasar ontologis), cara pengembangan ilmu yang tepat (dasar epistemologis), dan kaidah-
kaidah nilai yang harus ditaati: moral-etika-agama sebagai arah untuk mengantarkan
kemana dan untuk apa ilmu itu dikembangkan (dasar aksiologis).

4. Bagi seorang professional, praktisi, ilmuwan di bidang Kesehatan setelah mempelajari


filsafat ilmu dapat menyadari bahwa prinsip-prinsip pengetahuan filsafat ilmu itu
dalam praktiknya tidak lepas dari segala permasalahan hidup manusia sehari-hari.
Berikan pembuktiannya disertai contoh!
Jawaban :
Dalam menghadapi permasalahan hidup manusia dalam kegiatan sehari-hari dengan
pengetahuan filsafat ilmu manusia diharapkan :
a. Setiap orang harus mengambil keputusan dan bertindak.
b. Tingkah laku kita adalah milik kita sendiri, dan kita benar-benar bebas hanya ketika kita
mengandalkan kendali batin atau tujuan yang dipilih sendiri.
c. Tingkah laku kita adalah milik kita sendiri, dan kita benar-benar bebas hanya ketika kita
mengandalkan kendali batin atau tujuan yang dipilih sendiri.
d. Filsafat adalah salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan kebiasaan refleksi
e. Kita hidup di zaman ketidakpastian dan perubahan, ketika banyak kepercayaan lama dan
cara melakukan sesuatu tidak memadai.
Contoh :
Ketika terjadi sebuah permasalahan kesehatan di sebuah sekolah, tingkat karies anak setiap
tahunnya meningkat dan itu menyebabkan prestasi anak menurun. Sebagai tenaga kesehatan
dibekali pengetahuan filsafat ilmu kami akan mencari sebab akibat dari sebuah
permasalahan tersebut. Kami akan mencari kebenaran dan fakta yang terjadi yang
menyebabkan angka karies semakin meningkat. Lalu kami akan menggali beberapa aspek-
aspek yang yang bisa mengurangi bahkan menghentikan kejadian tersebut agar anak
terhindar dari karies. Agar proses belajar mengajar menjadi lancar dan prestasi anak menjadi
berkembang dan meningkat.

5. Setelah saudara lulus sebagai Magister Kesehatan Terapan, profil karakter ilmuwan
atau professional seperti apa yang akan dibentuk dengan bekal pengetahuan filsafat
ilmu. Jelaskan!
Jawaban :
Seorang ilmuwan dan profesional lulusan Magister Kesehatan Terapan dituntut
memiliki sikap tanggungjawab dalam kemampuan pemahaman secara ontologis,
epistemologis dan aksiologis keilmuan.
Dengan bekal ilmu pengetahuan filsafat ilmu sebagai lulusan Magister Kesehatan
Terapan diharapkan membentuk karakter profesional yang berpegang teguh pada filosofi,
etika profesi, dan aspek legal dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan gigi. Bertanggung
jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang telah dibuat.
Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir, diharap
dapat menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit menular. Adanya pegetahuan
atau keahlian yang khusus sesuai dengan fokus studi, memahami serta mematuhi standar
moral dan kaidah berdasarkan pada kode etik profesi, sebagai tenaga kesehatan profesional
harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakt dibandingkan kepentingan pribadi,
menghargai waktu, selalu tepat waktu dalam menjalankan tugas.
Menjalankan tugas sesuai dengan komptensi yang dimiliki, mampu bekerja sama dalam
tim. Merupakan tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab dan berintegritas, serta
memiliki perencanaan yang matang dan baik dengan memperhatikan aspek ilmu filsafat dan
melaksanakan riset kesehatan bagaimana dapat mengetahui sebab akibat dari sebuah kasus
dan dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, serta menyimpulkan pendapa
apa yang harus diambil untuk mengatasi permasaahan kesehatan yang ada.

Semarang, 29 Desember 2022


Dosen Pengampu/PJMK
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno,
M.Hum.

Anda mungkin juga menyukai