INFORMED CONSENT
A. Pengertian
Pada awal mula, dikenal hak atas Persetujuan/Consent, baru kemudian dikenal hak atas
informasi kemudian menjadi Informed Consent. Kasus slater vs baker Menurut Appelaum
merupakan kasus yang pertama diinggris di mana di putuskan bahwa dokter harus
memperoleh izin pasien dahulu sebelum melakukan tindakannya. Saat ini, telah mulai diatur
mengenai informed consent, yaitu suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien dan
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Persetujuan (Informed Consent) ini sangat penting mengingat tindakan medis tidak dapat
dipastikan karena tidak ada yang tahu pasti hasil akhir dari pelayanan kedokteran tersebut.
Pentingnya Informed consent ini juga dikaitkan dengan adanya pasal 351 KUHP tentang
penganiayaan, yang bisa saja dituduhkan kepada pihak dokter atau rumah sakit, terkait
tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien. Meskipun yang melakukan tindakan tersebut
seorang dokter, tetap dapat dianggap sebagai penganiayaan, kecuali jika:
Informasi dan penjelasan dianggap cukup, apabila telah mencakup beberapa hal dibawah
ini, yaitu:
a. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa yang
hendak dilakukan terhadap tubuhnya.
b. Semua tindakan medis (diagnostik, terapeutik, maupun paliatif) memerlukan
Informed Consent secara lisan maupun tertulis.
c. Setiap tindakan medis yag mempunyai resiko cukup besar, mengharuskan adanya
persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN BAB 6
Pada peraturan nomor 290 tahun 2008 ini juga dijelaskan, setiap tindakan kedokteran
yang mengandung risiko tinggi harus persetujuan tertulis yang ditandatangani oeh yang
berhak memberikan persetujuan. Sedangkan tindakan yang berisiko tinggi dapat diberikan
secara lisan dalam bentuk ucapan setuju.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan /atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan yang diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan dicatat dalam
rekam medik.
Permenkes 290 tahun 2008, mengatur tentang ketentuan pada situasi khusus seperti yang
dituangkan dalam pasal 14, berupa tindakan penghentian/penundaan bantuan hidup
(withdrawing/withholding life support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan
keluarga terdekat pasien.
Pasien harus memberikan persetujuan lebih dulu terhadap tindakan medis dokter,
misalnya operasi. Sebab apabila dikaitkan dengan pasal 351 KUHP, mengenai penganiayaan,
maka operasi dari dokter, misalnya dengan menusukkan pisau bedah ketubuh pasien tanpa
persetujuan terlebih dahulu dulu, dapat dikenai sanksi pidana karena dikategorikan
penganiayaan.
Berkaitan dengan hukum perikatan yaitu dalam pasal 1320 BW yang intinya harus ada
kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu dokter dan pasien. Ini berarti harus ada informasi
yang cukup dari kedua belah pihak tersebut. Fungsi informasi:
a. Bagi pasien:
Sebagai dasar atas persetujuan/ penolakan yang ia putuskan
Sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri
b. Bagi tenaga kesehatan:
Dapat membantu lancarkan tindakan
Dapat mengurangi timbulnya efek sampingan
Dapat mempercepat proses penyembuhan
Dapat meningkatkan mutu layanan
3. Aspek Hukum Administrasi
Sudah merupakan kebiasaan pada setiap rumah sakit untuk menyodorkan formulir
persetujuan operasi, hal tersebut untuk keperluan administrasi rumah sakit sehingga wajid
dilakukan. Menyadari bahwa tidak semua pasien dapat memahami informasi dari dokter,
maka ada empat kelompok pasien yang tidak perlu mendapat informasi, yaitu:
PERTANYAAN: