Anda di halaman 1dari 26

JOBSHEET INFEKSI PAYUDARA (MASTITIS)

Referensi

Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. BukuSakuDiagnosaKeperawatan. Jakarta: EGC.


Mansjoer,A.dkk. 2001. KapitaselektaKedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohadjo, S. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP
Djamudin, syahrul. 2009. Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara. [serial online].
http://healthycaus..com/ (8 April 2020).
Prasetyo, Doddy Yuman, 2010. Asuhan Keperawatan Mastitis. [serial online].
http://doddyy.askepmastitis.com/2010/06/askep-mastitis.pdf (8 April 2020)
USU. Tanpa Tahun. Bab II Tinjauan Teori. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24253/4/Chapter%20II.pdf. (8 April
2020).

Capaian Pembelajaran

Menguasai dan memahami deteksi dini dan penanganan awal kegawatdaruratan dalam
Nifas

Dasar Teori

A. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal
bila tidak diberikan tindakan yang adekuat.Abses payudara, pengumpulan nanah lokal
di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang
menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam
Anonim, 2013)
B. Jenis-jenis Mastitis
1. Mastitis Puerparalis Epidemik biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini
paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3 minggu.
Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons peradangan.
3. Mastitis Subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai
dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat
berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi. Secara normal, ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
C. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal dari mulut
bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit pada
puting susu.Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering
terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui
mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara (Mastitis) di
sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
D. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang
terasa nyeri.
2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi
rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam,
rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
5. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama
dengan payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena
sumbatan saluran ASI antara lain:
1. Payudara terasa nyeri
2. Teraba keras
3. Tampak kemerahan
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–
pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa
infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat
sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan
kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara
namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut buka
mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).
E. Komplikasi
1. Abses payudara
2. Mastitis berulang/kronis
3. Infeksi jamur

Keselamatan Kerja

 Cuci tangan
 Menggunakan APD
 Jaga privasi

Peralatan dan perlengkapan

 Bisturi
 Lampu
Bahan

 Kasa Steril
 Sarung tangan steril
Prosedur Pelaksanaan

No. Langkah-langkah Gambar


1 Ucapkan Salam

2 Jelaskan mengenai pengertian mastitis kepada


pasien dan keluarga pasien.

3 Siapkan informed consent tindakan yang akan


dilakukan untuk ditanda tangani oleh pasien atau
keluarga pasien.

4 Cuci tangan dengan air mengalir


5 Melakukan Pemeriksaan fisik
 Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi
dan pernafasan).
 Pemeriksaan payudara :
- Payudara bengkak
- Lebih teraba hangat
- Kemerahan dengan batas tegas
- Adanya rasa nyeri
- Unilateral
- Dapat pula ditemukan luka pada
payudara
6 Megompres payudara pasien dengan air hangat

7 Melakukan breast care pada pasien dan


mengajarkan pasien
8 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
tentang teknik menyusui yang benar

9 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien


tentang cara mengatasi putting lecet: olesi putting
dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui

10 Bila sudah terjadi abses: dapat dilakukan


insisi/sayatan untuk mengeluarkan nanah dan
dilanjutkan dengan drainase dengan
pipa/handscoen drain agar nanah dapat keluar.
Sayatan sebaiknya dibuat sejajar dengan ductus
laktiferus untuk mencegah kerusakan pada
jalannya ductus tersebut.

11 Memberikan Farmakoterapi
 Obat penghilang rasa sakit
 Obat anti inlamasi
 Obat Antibiotik 3x1miniml 3 hari.

12 Menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang satu


minggu kemudian

Evaluasi

1) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami pengertian Mastitis
2) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami Jenis-jenis mastitis
3) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami Etiologi mastitis
4) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami tanda dan gejala mastitis
5) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami komplikasi yang dapat tejadi pada mastitis
PATHWAY MASTITIS

Stasis Fisura pada


ASI puting

Jaringan mammae
menjadi tegang

Lubang duktus
laktiferus lebih Terbukanya
terbuka port de entry

Bakteri masuk

MASTITIS

Ketegangan Laktasi Proses infeksi


pada jaringan terganggu bakteri
mammae

Ukuran Menyusui Reaksi Imun


mamae Penekanan tidak Efektif
membesar reseptor
nyeri

Muncul Pus
Kurang
Pengetahuan
Gangguan
citra tubuh Nyeri Akut

Risiko tinggi
Ansietas Infeksi

Ukuran
mammae
membesar
JOBSHEET LASERASI JALAN LAHIR

Referensi

Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC


Prawiroharjo, Sarwono, 2008. Buku Panduan Praktis pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta; YBP-SP
Prawiroharjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Capaian Pembelajaran

Menguasai dan memahami deteksi dini dan penanganan awal kegawatdaruratan dalam
Nifas

Dasar Teori

1. Pengertian Laserasi pada Jalan Lahir


Laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.
Sedangkan luasnya laserasi ditentukan berdasarkan kedalamannya. Pada laserasi
perineum derajat I dan II jarang terjadi perdarahan, namun pada laserasi derajat III
dan IV sering menyebabkan perdarahan pospartum (Karkata, 2008).
2. Etiologi Laserasi pada Jalan Lahir
Menurut Mochtar (2011), yang dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir
adalah:
1. Partus presipitatus.
2. Kepala janin besar dan bayi besar.
3. Pada presentasi defleksi (dahi, muka).
4. Pada primigravida.
5. Pada letak sungsang dan after coming head.
6. Pimpinan persalinan yang salah.
7. Pada obstetrik operatif pervagina: ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, versi dan
ekstraksi serta embriotomi.

3. Tanda dan Gejala Laserasi pada Jalan Lahir


 Perdarahan segera
 Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
 Uterus kontraksi baik
 Plasenta baik
 Pucat
 Lemah
 Menggigil
4. Klasifikasi Derajat Laserasi Jalan Lahir
Menurut (Sulistyawati,2012: 181) derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai
berikut:
a) Derajat I
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.Tidak
perlu dijahit jika tidak ada perdarhan dan posisi luka baik
b) Derajat II
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum.Jahit menggunakan teknik yang sesuai kondisi pasien
c) Derajat III
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum,otot spingter ani
d) Derajat IV
Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum,otot spingter ani,rektum
5. Komplikasi Robekan Jalan Lahir
 Perdarahan
 Fistula
 Hematoma
 Infeksi

Keselamatan Kerja

 Cuci tangan
 Menggunakan APD
 Jaga privasi

Peralatan dan perlengkapan


 Lampu sorot
 Hecting set
 Bengkok

Bahan

 Handscoon steril
 Kasa Steril
 Kapas DTT

Prosedur Pelaksanaan

PROSEDUR PELAKSANAAN
No Langkah – Langkah Key Point
1. Menjelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan

2. Pastikan prosedur persetujuan telah dijalankan

3. Pastikan penolong menggunakan APD agar terhindar


dari resiko tertularnya penyakit

4. Memeriksakan kontraksi pada uterus


5. Lalu pasang lampu sorot agar membantu penerangan
dan lebih fokus

6. Lihat dan raba sambil memisahkan labia dengan


tangan

7. Periksa apakah ada robekan atau hematoma

8 Tekan yang kuat dinding vagina belakang ibu dengan


jari, jika terdapat banyak darah, serap dengan kain
kasa agar dinding vagina bisa terlihat

9. Lihat sampai jauh kedalam vagina. Perdarahan dan


laserasi mungkin saja bisa berupa cucuran perlahan
atau semburan deras arteri yang berdenyut

10. Tekan dinding vagina secara perlahan dan gerakkan


jari kebagian atas dinding vagina satu persatu
11. Pastikan semua prosedur sudah dilakukan sesuai
urutan yang benar

Evaluasi

6) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami pengertian laserasi pada jalan lahir
7) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami etiologi dari laserasi pada jalan lahir
8) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami tanda dan gejala dari laserasi pada jalan lahir
9) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami klasifikasi laserasi pada jalan lahir
10) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami komplikasi laserasi pada jalan lahir
PATHWAY LASERASI PADA JALAN LAHIR

PERSALINAN

POWER PASSAGER PASSAGE PENOLONG


RR PERSALINAN

Partus Makrosomia, Kerapuhan perineum dan Partus diselesaikan


presitipatus Malpresentasi, varikositas vulva yang secara tergesa-gesa
Distosia bahu melemahkan jaringan dengan dorongan
vagina fundus yang
berlebihan

Jalan lahir

Ruptur jaringan

Hematoma / Laserasi
Perineum

Identifikasi area trauma

Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV

Hemostasis reparasi

Pemantauan ketat paska persalinan


Sumber : Nugroho, 2012; Yanti, 2010; Harry, 2010
JOBSHEET METRITIS

Referensi

Prawiroharjo, Sarwono, 2008. Buku Panduan Praktis pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal, Jakarta; YBP-SP
Prawiroharjo, Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Capaian Pembelajaran

Menguasai dan memahami deteksi dini dan penanganan awal kegawatdaruratan dalam
Nifas

Dasar Teori

6. Pengertian Metritis
Myometritis / Metritis adalah radang miometrium. Metritis adalah infeksi uterus
setlah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu.
7. Tanda dan Gejala Metritis
Tanda dan Gejala metritis, yaitu:
 Demam menggigil
 Nyeri dibawah perut
 Lochea berbau dan bernanah
 Nyeri tekan uterus
 Subinvolusi uterus
 Syok
8. Etiologi Metritis
 Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan seksio seasarea timbulnya metritis pada
persalinan pervaginam relatif jarang bila persalinan pervaginam disertai penyulit
yaitu pada ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang.
 Persalinan Seksio Saesarea
Seksio Saesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya metritis
kaitannya dengan status ekonomi pasien. Faktor resiko penting timbulnya
infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah.
9. Klasifikasi Metritis
 Metritis Akuta
Metritis akuta biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum.
Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi
yang lebih luas.
 Metritis Kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan
leukorea.
10. Komplikasi Metritis
 Abses pelvik
 Peritonitis
 Syok septik
 dispareunia

Keselamatan Kerja

 Cuci tangan
 Menggunakan APD
 Jaga privasi

Peralatan dan perlengkapan

 Tensimeter, stetoscop, thermometer, dan jam tangan


 Infus set
 Abocath
 Torniquet
 Bengkok

Bahan

 Cairan RL
 hypafix
 Kasa steril
 Handscoon steril
 Kapas alcohol
 Obat antibiotik
Prosedur Pelaksanaan

PROSEDUR PELAKSANAAN
No Langkah – Langkah Key Point
1. Bidan memberikan salam sapa senyum kepada pasien
dan keluarga

2. Bidan melakukan inform consent kepada pasien dan


keluarga.

3. Bidan melakukan anamnsa keluhan dan gejala utama,


seperti: demam disertai menggigil, nyeri abdomen,
lochea berbau, proses persalinan, dan tindakan
persalinan yang lalu.

4. Lakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan


dengan 6 langkah

5. Lakukan pemeriksaan TTV : suhu tubuh >380C, nadi


meningkat (takikardi)

6. lakukan pemasangan sarung tangan steril


7. Pasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit untuk
rehidrasi cairan pasien

8 Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas


demam 48 jam, ampicillin 2 gr IV setiap 6 jam.
Gentamycin 5 mg/kg BB IV setiap 24 jam.
Metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam dosis tunggal
(antibiotik oral tidak diperlukan setelah terapi
suntikkan)
9. Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler
mencegah penyebaran infeksi

10. Anjurkan pada ibu untuk makan yang cukup dan


mengandung gizi yang baik

11. Observasi perdarahan untuk deteksi dini komplikasi


dan tanda bahaya.

Evaluasi

1) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami pengertian misteritis
2) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami tanda dan gejala misteritis
3) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami etiologi misteritis
4) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami klasifikasi misteritis
5) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami komplikasi misteritis
PATHWAY METRITIS
METRITIS

Seksio Sesarea Pecahnya Ketuban

MK : Nyeri Luka bekas insersio


pplacenta

Kuman masuk pada MK : Resiko


miometrium Infeksi

Terjadi peradangan pada


miometrium

Infeksi pada pelvic

Abses Pelvic Terjadi nyeri dibawah


perut

Metritis Akuta Metritis Kronik

Pada abortus septik Pada uterus lebih


atau infeksi besar dari biasa,
postpartum sakit pinggang dan
leukorea.
JOBSHEET PERITONITIS

Referensi

Silvia A. Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG ;


JakartaDiagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006 Prima Medika : Jakarta
PMK no 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer

Capaian Pembelajaran

Mampu memahami deteksi dini kegawatdaruratan dalam masa Nifas yaitupada


Peritonitis
Mampu melaksanakan penanganan awal kegawatdaruratan dalam masa Nifas yaitu
pada Peritonitis

Dasar Teori

1. Definisi Peritonitis
Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang
membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya.
Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bacterial ataupun kimiawi.
Peradangan peritoneum dapt disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia
iritan, dan benda asing
2. Etiologi Peritonitis
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial Peritonitis
(SBP) dan peritonitis sekunder. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar
molekul komponen asites pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah
bakteri gram negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas,
Proteus dan gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus
pnemuminae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%,
selain itu juga terdapat anaerob dan infeksi campur bakteri.
3. Klasifikasi Peritonitis
 Peritonitis Bakterial Primer
 Peritonitis Bakterial Akut Sekunder (Supurativa)
 Peritonitis tersier
 Peritonitis Bentuk lain dari peritonitis:
• Aseptik/steril peritonitis 
• Granulomatous peritonitis
• Hiperlipidemik peritonitis
• Talkum peritonitis
4. Tanda dan Gejala Peritonitis
 Demam tinggi
 Hipotermia
 Mual dan Muntah
 Dehidrasi
 Hipotensi
 Nyeri abdomen yang hebat
 Urin
5. Komplikasi
 Eviserasi luka
 Pembentukan abses

6. Pemeriksaan penunjang
 Test laboratorium
Leukositosis, Hematokrit meningkat, Asidosis metabolic
 Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :Illeus
merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis. Usus halus dan usus besar
dilatasi.Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.

Keselamatan Kerja

 Mencuci tangan
 Menggunakan APD sesuai ketentuan
 Menjaga privasi

Peralatan dan perlengkapan

 APD
 Baskom ukuran sedang
 Kain/Handuk kecil
 Bantal
 Tabung oksigen
 Nasal kanul

Bahan

 Analgesik
 Cairan Infus NaCl
 Antiemetik

Prosedur Pelaksanaan

PROSEDUR PELAKSANAAN
No Langkah – Langkah Key Point
1. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan
focus utama dari penatalaksanaan medik.

2. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan


muntah

3. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan


distensi abdomen
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk
memperbaiki fungsi ventilasi.
5. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan
ventilator juga diperlukan

6. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab


kematian utama).

7. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi


( appendks ), reseksi , memperbaiki (perforasi ), dan
drainase ( abses )

8 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih
meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000 /mm3.Sel
darah merah mungkin meningkat menunjukan
hemokonsentrasi.

9. Albumin serum, mungkin menurun karena


perpindaahan cairan.

10. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.


12. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan
distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai
etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen.

Evaluasi

11) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami definisi peritonitis
12) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami etiologi peritonitis
13) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami klasifikasi
14) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami tanda dan gejala peritonitis
15) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami komplikasi peritonitis
16) Berdasarkan hasil pembelajaran yang sudah saya dapatkan saya mengetahui dan
memahami pemeriksaan penunjang untuk peritonitis
PATHWAY PERITONITIS

Bakteri Streptokok. Cedera perforasi Benda asing,


Stapilokok saluran cerna dialysis, tumor
eksternal

Masuk saluran
cerna Keluarnya enzim Porte de entre
Masuk ke ginjal pancreas, asam benda asing,
lambung, bakteri
Peradangan empedu
saluran cerna Perdangan ginjal

Masuk ke rongga
peritoneum

PERITONITIS

Fase Merangsang Merangsang Perangsangan


penyembuhan aktivitas pusat nyeri di pirogen di
parasimpatik talamus hipotalamus

Perlekatan
fibrosa nyeri hipertermi
Absorpsi
menurun
Obstruksi usus
Diare

Refluk makan ke
atas Kekurangan
volume cairan
dan elektrolit
Mual, muntah,
anoreksia

Intake inadekuat

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai