LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PASIEN MASTITIS POST PARTUM
PERIODE 05-10 JULI 2021
DOSEN PEMBIMBING:
Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep.
DISUSUN OLEH
Mastifah
NIM. 132023143029
Oleh:
Mastifah NIM 132023143029
Oleh:
Pembimbing Akademik
B. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
Peradangan pada payudara (Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi
mastitis.
b) Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
c) Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
d) Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang
menuju infeksi
C. Manifestasi klinis
1. Bengkak, nyeri seluruh payudara / nyeri lokal.
2. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya lokal.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak
seperti pecah-pecah.
5. Badan demam seperti terserang flu.
6. Menggigil, deman malaise.
7. Nyeri tekan pada payudara.
8. Bila sudah masuk tahap abses, gejalanya
a. Nyeri bertambah hebat di payudara.
b. Kuli diatas abses mengkilap.
c. Suhu tubuh (39 - 40 C).
d. Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara sakit, seolah bayi
tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
D. Patofisiologi
Pada dasarnya gejala yang timbul akibat mastitis ialah timbulnya
benjolan di payudara. Benjolan/penebalan ini berwarna merah, juga terasa panas
dan nyeri. Nyeri yang timbul ialah berupa rasa 'nyut-nyut' di daerah payudara,
apalagi bila benjolan ini sebagai bisul yang pecah, maka penampilannya jadi
mengerikan selain nyeri yang menyertainya. Rasa nyeri inilah yang merupakan
perbedaan mendasar antara mastitis dan kanker payudara. Pada kanker payudara,
pada awalnya pengidap tidak akan merasa nyeri sama sekali, melainkan hanya
timbul benjolan.
Benjolan yang ada pada mastitis bukan seperti kanker yang bentuknya
keras, melainkan berupa penebalan yang berisi cairan. Radang biasanya
menyerang salah satu payudara saja, tapi tidak menutup kemungkinan bisa
menyebar hingga kedua payudara terinfeksi. Pada beberapa kondisi, mastitis bisa
menyebabkan keluarnya cairan dari daerah puting, cairan ini berwarna putih
kekuningan serupa nanah. Lain dengan kanker payudara dimana cairan yang
keluar dari puting biasanya merah atau kuning kecoklatan seperti noda darah.
Terkadang perasaan seperti puting tertarik juga dialami pengidap.
Ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis,
dan mastitis supurativa. Mastitis pueperalis atau disebut juga lactational mastitis,
jenis ini banyak diidap wanita hamil atau menyusui. Menurut dr. Samuel, sekitar
90 persen penyebab utama mastitis jenis ini ialah akibat kuman yang menginfeksi
payudara ibu. Hal ini dikarenakan air susu merupakan media yang subur bagi
pengembang biakan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling umum
ditemui pada mastitis jenis ini ialah Staphylococcus aureus, yang bisa ditransmisi
ke puting ibu melalui kontak langsung. Ibu yang sedang menyusui, bisa
mendapatkan kuman ini dari kontak dengan mulut bayi, tapi bisa juga dilakukan
penularan sebaliknya, dari ibu ke bayi melalui plasenta.
E. WOC
Fisura pada puting
Stasis ASI
Bakteri masuk
MASTITIS
Reaksi imun
Ukuran Penekanan Menyusui
mammae reseptor tidak efektif
membesar nyeri Muncul pus
Kurang
terpapar Kurang
Gangguan Nyeri informasi pengetahua Risiko
citra tubuh akut n infeksi
Ansietas
Mammae bengkak
dan merah
G. Penatalaksanaan
Terapi :
Terapi pengobatan.
Antibiotic yang dipesankan untuk pemakaian 10 hari penuh,
sekalipun jika gejala telah reda dalam beberapa hari. Antipiretik
seperti asetaminofen dan obat antiinflamasi nonsteroid juga
digunakan.
Dianjurkan pemberian ASI kontinu. Bila ada infeksi jamur, baik
ibu dan bayi, keduanya diobati dengan nistatin selama 14 hari.
Penatalaksanaan abses pada payudara.
Jika terbentuk abses pada mammae, drainase ASI dikultur. Area
yang mengalami abses perlu diinsisi, didrainase serta dikompres
dengan kasa steril.
Tindakan pencegahan
1) Berikan obat-obatan analgetik per oral sesuai pesanan dan obat ini
biasanya diberikan sebelum menyusui, untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan.
2) Ajari ibu untuk meningkatkan frekuensi menyusui, meningkatkan
asupan cairan (6-8 gelas air sehari), anjurkan teman atau anggota
keluarga membantu dalam perawatan, sehingga dapat
meningkatkan masa istirahat, pemberian ASI mula-mula
diberikan, pada mammae yang tidak terkena, hingga terjadi
pengeluaran ASI (meningkatkan pengosongan yang komplet dari
kedua mammae), memperlihatkan pengeluaran susu paling sedikit
setiap 3 jam, dan memijat area mammae yang melekuk kearah
puting susu selama menyusui
3) Suhu tubuh ibu biasanya dipantau setiap 4 jam, hingga infeksi
dapat diatasi
4) Anjurkan ibu mengunjungi tempat pelayanan kesehatan jika tidak
ada kemajuan dalam 12-14 jam atau jika demam berlangsung
lama, sebaliknya ia memberi tahu penyedia asuhan kesehatan.
Jika ibu sedang mengkonsumsi antibiotik dan bayi menjadi diare,
sebaliknya ia menjelaskan hal ini kepada dokter.
5) Berikan motivasi jika ibu membutuhkan penghentian pemberian
ASI untuk sementara, dan melatihnya mengeluarkan susu.
B. Diagnosa Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Firyunda ayu putri, 2019. KTI Asuhan keperawatan pasien dengan postpartum
spontan di RSUD AWS Samarinda. Poltekes. Samarinda, 2019
Mansjoer, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta
Prawirohadjo, S. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:YBP
Soetjiningsih. 1997. Asi: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Helen Farrer, 2011. Perawatan Maternitas. Jkarta : EGC
DPP PPNI, 2017 SDKI Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta 2017
DPP PPNI, 2017 SLKI Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI
Jakarta 2017
DPP PPNI, 2017 SIKI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.DPP PPNI
Jakarta 2017