Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN MASTITIS


DI BPS BIDAN FATIMAH
TAHUN 2019

DI

OLEH :

NAMA : ZAHRA SAUSAN


NIM : 181010510011

PRODI D-IV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS U’BUDIYAH INDONESIA

TAHUN AJARAN 2018/2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada
primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran
darah (Prawirohadjo, 2010). Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat
disertai atau tidak disertai dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai
laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan
yang adekuat.Mastitisjuga seringkali disebut sebagai abses payudara, dimana
terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan ini
menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat
besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang menyatakan
bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui.
Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
kurang benar merupakan penyebab yang penting, tetapi pada kenyataannya
saat ini masih banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis
masih sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu
pasien mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin
menyarankan pasien tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya hal
tersebut tidak perlu.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat
dari teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya
mastitis, tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih
dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu
membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka
bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang
sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua
populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan
bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah
10% (WHO, 2003).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu
lecet/nyeri sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah
menderita kelecetan pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak
sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena
terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta
abses payudara yang merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang
disebabkan karena meluasnya peradangan payudara. Sehingga dapat
menyebabkan tidak terlaksananya ASI ekslusif (Soetjiningsih, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan kebidanan pada Ibu
nifas dengan mastitis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dasar
mastitis
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan
kebidanan pada Ibu nifas dengan mastitis
c. Mahasiswa mampu melakukan interprestasi data untuk menegakkan
diagnosa
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai perencanaan
terhadap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan mastitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan
payudara. Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus.
Bakteri biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara
(penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik
seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2010).
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini
dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat.Abses
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan
komplikasi berat dari mastitis. Keadaan inilah yang menyebabkan beban
penyakit bertambah berat (Sally I, Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan
peradangan pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting, dapat
berasal dari peredaran darah. Tanda–tanda mastitis yang dirasakan ibu adalah
rasa panas dingin disertai kenaikan suhu, ibu merasa lesu, tidak nafsu makan,
payudara membesar, nyeri perabaan, mengkilat dan kemerahan pada
payudara, dan terjadi pada 3–4 minggu masa nifas. Hal ini dapat diatasi
dengan membersihkan puting sebelum dan sesudah menyusui; menyusui pada
payudara yang tidak sakit; kompres dingin sebelum menyusui;menggunakan
BH untuk menyokong payudara, berikan antibiotik dan analgetik, istirahat
yang cukup dan banyak minum (USU, tanpa tahun).
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan
pada duktus hingga puting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling sering
terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran.Penyebab penting dari
mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui
yang buruk.Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk
menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik
pada payudaranya (Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan
payudara yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus)
yang masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.

B. Klasifikasi
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis
epidemic, mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa.
Dimana keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda.
Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam Djamudin, 2009):
1. Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama
kali bayi dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau
verulen. Masalah ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari
infeksi silang atau bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian
atau seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran
terhenti.Namun proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak
akan selesai dalam 2–3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI
dapat menyebabkan respons peradangan.
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi
ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari
(<400 ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan
proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan oleh respon–respon inflamasi.
Secara normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

C. Etiologi
1. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus.
2. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat,akhirnya terjadi
mastitis.
3. Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan segmental
engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis.
4. Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke
duktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya mastitis.
5. Ibu yang diit jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah terjadinya infeksi.
6. Putting susu yang pecah-pecah atau terluka.
7. Adanya sumbatan pada saluran ASI.
8. Daya tahan tubuh yang lemah.
9. Kurang menjaga kebersihan putting payudara (Soetjiningsih,2009).

D. Tanda dan Gejala


1. Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya local.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (Soetjiningsih, 2009).
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah.
5. Badan demam seperti terserang flu.
6. Menggigil,deman malaise. (Bobak,2005)
7. Nyeri tekan pada payudara. (Bobak,2005)
8. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
a. Nyeri bertambah hebat di payudara.
b. Kuli diatas abses mengkilap.
c. Suhu tubuh (39 – 40 C ).
d. Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara sakit, seolah bayi tahu
bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah. (Prawiroharjo,
2010).

E. Patofisiologi
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat
terjadi karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara
pada proses infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses
laktasi yang normal. Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut
sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan
tidak dapat keluar dengan lancar.Akibatnya mammae menjadi
tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa komponen(terutama
protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI
dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi hingga
sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri
Staphylococcus aureus dan Strepcococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis
yang terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul
fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen.
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium/rontgen (Wiknjosastro, 2005). Namun World Health
Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas
pada beberapa keadaan yaitu bila:
1. Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik
dalam 2 hari;
2. Terjadi mastitis berulang;
3. Mastitis terjadi di rumah sakit; dan
4. Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan
tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting
harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak
menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat
di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa
penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat
dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

H. Penatalaksanaan
1. Menyusui diteruskan,pertama bayi disusukan pada yang terkena selama
dan sesering mungkin agar payudara kosong.kemudian ada payudara
yang normal.
2. Menyokong payudara dan kompres local.
3. Berilah kompres panas bila menggunaka sower hangat / lap basah pada
payudara yang terkena.
4. Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi
tiduran,duduk / posisi memegang bola (Foot ball position ).
5. Pakailah baju dan Bh yang longgar.
6. Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.
7. Banyak minum + 2 liter / hari. Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya
peradangan akan menghiang setelah 48 jam.Jarang sekali menjadi abses
tetapi bila dengan cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaika setelah 12
jam maka diberikan antibiotika selama 5 – 10 hari dan analgesic.
(Soejianingsih, 2009)
8. Berikan Kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari,bila diberikan
sebelum terbentuknya abses biasanya keluhannya akan berkurang.
9. Ibu harus didorong menysui bayinya walaupun ada pus.
10. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan(Saiffudin,
2002)
11. Bila sudah terjadi abses. Satu-satunya pengobatan adalah melakkan
drainase bedah melalui insisi radial diatas daerah yang
berfluktuasi.Perawatan khusus harus diberikan selama pembedahan untuk
menjamin drainase yang adekuat dari semua lokuasi pus pada
payudara.Pemulihan yang cepat dapat diharapkan jia drainase dilakukan
dengan baik. (Fnedman, 2007)
12. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri,berikan
antibiotika dan obat penurun panas. Istirahat yang cukup,minum banyak
air putih,makan makanan yang bergizi.

I. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis.
1. Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras, merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi,
maka kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih
3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang
terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus
yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin
diperlukan aspirasi jarum secara serial/berlanjut. Pada abses yang sangat
besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini
dilakukan, ibu harus mendapatkan terapi medikasi antibiotik. ASI dari
sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan
sesuai dengan jenis kumannya.
2. Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum,
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress.
Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan
antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa
menyusui.
3. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh
jamur seperti candida albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu
mendapat terapi antibiotik.Infeksi jamur biasanya didiagnosis
berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Diantara waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal.
Puting mungkin tidak nampak kelainan. Pada kasus ini, ibu dan bayi
perlu mendapatkan pengobatan. Pengobatan terbaik adalah mengoles
nistatin krim yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap
selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat
yang sama.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN


MASTITIS
Tanggal : 4 Januari 2019
Jam : 11:30 WIB
Tempat : BPS Bidan Fatimah

a. Biodata
Nama Pasien : Ny. K Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku/Bangsa : Aceh/indonesia Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Diploma III Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rambayan Alamat : Rambayan

1. Subyektif

b. KeluhanUtama : Ibu post partum 3 hari yang lalu, mengeluh payudara sakit,
memerah dan terasa nyeri, terasa panas di payudara, bengkak, dan
kepala terasa sakit

c. Pemenuhan Kebutuhan Sehari- hari


1). Pola Nutrisi
Makan : 3 x sehari (lauk, sayur dengan porsi sedang)
Minum : 6 - 8 gelas sehari
2). Pola Eliminasi
BAK : lancar
BAB : 1 x sehari
Keluhan : tidak ada
3). Personal Hygiene
Mandi & Gosok gigi : ada
Ganti Pakaian : 3 x sehari
Ganti Pembalut : setiap duk penuh
4). Istirahat
Tidur : 5-6 jam malam
Keluhan : ibu sulit tidur karena nyeri pada payudara
Aktivitas : - Ibu harus di bantu suami saat menyusukan anaknya
- Ibu harus di bantu suami saat mandi
- Ibu belum bisa menggendong bayinya karena sakit dan
nyeri pada payudara

HubunganSeksual : Tidak melakukan hubungan seksual


Keluhan :-

d. Data Psikologis
1). Respon orang tua terhadap kelahiran bayi dan peran baru sebagai orang tua :
baik, ibu bahagia dan akan merawat bayinya dengan bantuan keluarganya
2). Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi : - baik
3). Dukungan keluarga : - keluarga senang dengan kelahiran bayi ini

2. Obyektif
a. PemeriksaanUmum
1). KeadaanUmum : lemah
2). Kesadaran : compos mentis
3). Kesadaran Emosional :Terlihat cemas
4). Tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
Pernafasan : 22 x/ menit
Suhu : 38 C
b. PemeriksaanFisik
1). Kepala : wajah simetris, tidak pucat dan tidak odeme, wajah tampak lesu, raut
wajah tampak gelisah dan cemas
2). Payudara : (√) Pembengkakan
: (√) Pengeluaran asi sedikit
: (√) Teraba keras dan Nyeri
: (√) Puting susu bersih, tampak tegang puting menonjol
3). Perut : Fundus uteri : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
KandungKemih : Kosong
4). Vulva dan Perineum
Pengeluaran lochea :Rubra
Luka Perineum :tidak ada
5). Ekstremitas : (-) Edema atas/ bawah
(-) Nyeriatas/ bawah
(-) Kemerahanatas/bawah
c. PemeriksaanPenunjang
Hemoglobin :-
Protein urine : -

3. Analisa
Ny. K berusia 25 tahun post partum hari ke 3 dengan mastitis

4. Penatalaksanaan
Tanggal : 4 Januari 2019
Jam : 12:00 WIB

- Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


- Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi
- Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygine
- Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami mastitis, yaitu bengkak, merah meradang,
terasa keras di payudara dan disertai nyeri
- Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan tekhnik yang benar, melakukan perawatan
payudara selama menyusui, dan menggunakan BH yang menyangga payudara
- Menjelaskan pada ibu cara mengurangi rasa nyeri yaitu dengan cara :
 Memasase payudara
 Membasahi puting susu dengan ASI agar bayi mudah untuk menyusui
 Kompres dingin payudara ibu sebelum/sesudah menyusui
 Susukan pada payudara ibu yang sakit agar ASI lancar dan menurunkan
ketegangan pada payudara
- Menjelaskan pada ibu tanda bahaya dalam masa nifas, yaitu :
 Terlalu banyak darah yang keluar
 Penglihatan kabur
 Sakit kepala berlebih disertai mual
 Terjadi pembengkakan wajah dan bagian lainnya
 Suhu tubuh yang mengalami peningkatan
 Mengalami depresi setelah melahirkan

- Memberikan obat anti piretik untuk menghilangkan nyeri, memberikan antibiotik, dan
obat penurun panas
- Ibu mengerti dengan apa yang di jelaskan
- Pendokumentasian
5. Evaluasi

1. Ibu mengerti dengan hal yang disampaikan


2. Ibu paham dengan kondisinya saat ini
3. Ibu mengerti tentang keluhannya
4. Ibu paham tentang nutrisi untuk ibu hamil
5. Ibu bersedia melakukan anjuran untuk menghilangkan rasa nyeri
6. Ibu bersedia untuk istirahat cukup
7. Tindakan telah didokumentasikan
BAB IV
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2010).
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai
dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal
apabila tidak diberi tindakan yang adekuat.
Mastitis juga seringkali disebut sebagai abses payudara, dimana terjadi
pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit
yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengobatannya.

B. SARAN
1. Bagi Ibu Nifas
Diharapkan bagi setiap ibu nifas lebih memperhatikan kebersihan diri,
bekerjasama dengan bidan dan antusias mengikuti saran bidan dengan baik sehingga
dalam nifas tidak ada komplikasi, bila terjadi komplikasi dapat terdeteksi secara dini.
2. Bagi Bidan
Diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan selalu meningkatkan
pengetahuan dan bisa menerapkannya dalam melaksanakan asuhan pada pasien, sehingga
dapat terjalin keselarasan antara ibu nifas dengan bidan. Dapat mengoptimalkan dan
meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Bagi Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan pembuatan laporan kasus yang telah ada dapat dijadikan
acuan, bahan bacaan di perpustakaaan dan bahan perbandingan untuk pembuatan laporan
kasus yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan dengan kasus nifas.
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menggali ilmu lebih dalam lagi serta lebih giat belajar dalam
memahami teori sehingga dapat diterapkan dilahan praktek. Mahasiswa dapat membuat
laporan kasus ibu nifas dengan menggali lebih dalam tentang berbagai permasalahan pada
ibu nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis. [serial online].
http://bidaniaku.com/2013/03/07/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
endokrin/#more-50. (16 Januari 2019).

Carpenito, Moyet, Lynda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Dixon M., dkk. (2005). Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta

Djamudin, syahrul. (2009). Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara.
[serial online]. http://healthycaus..com/ (16 Januari 2019).

Doenges M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta

Fitri. (2009). Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di


Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009. [serial online].
http://karyatulisilmiah/20009/03/07/Gambaran-pengetahuan-ibu-
postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009.pdf(16
Januari 2019).

Jatiarso, Eko. (2012). Makalah Asuhan Keperawatan Mastitis. Terdapat di :


eko.jatiarso.blogspot.com/makalah-asuhan-keperawatan-mastitis.html
diakses pada 16 Januari 2019.

Mansjoer, A. dkk. (2010). Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapius.

Prasetyo, Doddy Yuman, (2010). Asuhan Keperawatan Mastitis. [serial online].


http://doddyy.askepmastitis.com/2010/06/askep-mastitis.pdf (16 Januari
2019)

Prawirohadjo, S. (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: YBP

Soetjiningsih. (2009). Asi: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.

Tapan. (2005). Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media
Komputindo : Jakarta

USU. Tanpa Tahun. Bab II Tinjauan Teori. [serial online].


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24253/4/Chapter%20II.p
df. (16 Januari 2019).

Anda mungkin juga menyukai