Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


PERSALINAN LETAK SUNGSANG

Disampaikan kepada Nunik Ningtiyasari, S.Si.T.M.Kes


Sebagai tugas mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal

Disusun oleh

Fiki Oktaviani (190106004)

TINGKAT II B

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

Jl. Raya Tulungagung – Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung

2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Persalinan Letak Sungsang, ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Nunik Ningtiyasari, S.Si.T.M.Kes. selaku
Dosen mata kuliah Gawat Darurat Maternal Neonatal yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian Persalinan Letak Sungsang. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.

Tulungagung, 30 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Perumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.....................................................................................................................
B. Klasifikasi................................................................................................................
C. Komplikasi...............................................................................................................
D. Etiologi.....................................................................................................................
E. Penegakkan Diagnosa..............................................................................................
F. Penatalaksanaan Persalinan Letak Sungsang...........................................................
G. Peran Bidan Dalam Persalinan Sungsang................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih cukup
tinggi yaitu, 334/100.000 kelahiran hidup dan 21,8/1.000 kelahiran hidup. Salah satu
bentuk kompikasi maternal dan neonatal adalah persalinan dengan letak sungsang,
dimana hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kematian neonatal.

Hasil penelitian mendapatkan 152 kasus persalinan letak sungsang yaitu


sebesar 2,2 persen dari total 3347 persalinan. Persentase tertinggi ditemukan pada ibu
multipara (64,5%); usia ibu >35 tahun (28,9%); usia kehamilan 37-40 minggu
(78,3%); complete breech (66,4%); persalinan perabdominal (78,3%). Berat badan
lahir bayi letak sungsang terbanyak pada rentang 2500-3500 g (65,1%) dengan nilai
apgar terbanyak pada nilai 4-6 (61,2%).

B. Perumusan Masalah
          Permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi kelainan letak sungsang?
2. Apa saja jenis dari kelainan letak sungsang?
3. Apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan janin pada persalinan dengan
kelainan letak sungsang?
4. Apa etiologi dari kelainan letak sungsang?
5. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang?
6. Bagaimana cara penanganan dari persalinan dengan kelainan letak sungsang?
7. Bagaimana peran bidan dalam persalinan dengan kelainan letak sungsang?

C. Tujuan Penulisan
     Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Apa definisi dari kelainan letak sungsang.
2. Apa saja jenis dari kelainan letak sungsang.
3. Apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan bayi pada persalinan dengan
kelainan letak sungsang.
4. Apa etiologi dari kelainan letak sungsang.
5. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang.
6. Penanganan dari persalinan dengan kelainan letak sungsang.
7. Untuk mengetahui sejauh mana peran bidan dalam menangani persalinan letak
sungsang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Letak Sungsang

Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin
dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri.
(Manuaba, 2010).
B. Klasifikasi letak sungsang
Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian tubuh janin
berdasarkan presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2013).
1) Frank Breech ( Presentasi bokong murni)

Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi
total di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong
menempati segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank
breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan
untuk mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin
yang berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi
prolaps tali pusat serta janin jarang terjebak di serviks.
2) Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan
di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
3) Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)
C. Komplikasi persalinan letak sungsang

1. Komplikasi pada ibu


a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi

2. Komplikasi pada bayi


a) Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- Kematian bayi karena asfiksia berat.
b) Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
c) Infeksi, dapat terjadi karena :
- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
D. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain –
lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
1) Keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tulang panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

E. Penegakan diagnosa
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting
(kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar,
2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang
keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan
mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis.
Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus
diingat bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang
mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. jari-jari kaki
semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari jari tangan dan
ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut
90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan dengan tangan.

4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi
(Saifuddin, 2011).
Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis
presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012). Pemeriksaan
USG dilakukan untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong, memperkirakan berat
janin dan mengidentifikasi adanya kelainan janin atau plasenta (Tanto, 2014).
F. Penatalaksanaan letak sungsang
A. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala
diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian
turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh
mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau
memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah.
Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu
tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan
cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih
dapat memutar dengan sendirinya.
B. Pada saat persalinan
Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka,
penatalaksanaan persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang
harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah
pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam
tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam,
direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian
cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan
bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan
kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar.
Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra
indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki,
hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed
consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan
pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis
yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi.
 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney

1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk


menentukan jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan
terjadinya hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau
bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya
juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien,
2013).
 Mekanisme persalinan letak sungsang

1. Bokong dan tungkai bawah


1) Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter
bitrochanteric telah melewati PAP, pada RSA maka sacrum ada
dikuadran kanan depan panggul ibu dan diameter bitrochanteric
ada pada diameter oblique kanan oleh karena bokong merupakan
pembuka yang kurang baik. Penurunan berjalan lambat dan
mungkin bokokng masih tetap tinggi sampai persalinan sudah
berjalan beberapa lama . kebanyakan bokong tidak turun sampai
pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah
2) Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul ,
terjadi flexi lateral ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian
terendah . apabila presentasinya bokong murni , kaki kaki janin
bekerja sebagai bidai pemanjang dan dengan mengurangi flexi
lateral dan keluwesannya maka kaki kaki ini dapat menghambat
penurunan bokong.
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar
panggul dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke
anteroposterior . sacrum berputar menjauhi garis tengah dari
kuadran depan ke kanan lintang. Bokong lahir dengan flexi ke
lateral Panggul depan terbentur dibawah symphisis pubis, terjadi
flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar dan dilahirkan diatas
pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus dan panggul
depan tergelncir keluar dari bawah symphisis
2. Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul ,
ketika sakrum berputar dari ke sakrum anterior kanan. Putar paksi
dalam. Bahu depan Berputar dibawah symphisis . dan diameter
basacromalis berputar 45 derajat dari diameter oblique kanan ke
diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum mengikuti dari
sakrum anterior kanan. Bahu lahir dengan Flexi lateral . Bahu depan
terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang dengan lengan
dilahirkan diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian
bayi diturunkan dan bahu depan dengan lengan keluar dibawah
symphisis.
3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala
mencapai panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis
pada diameter oblique kiri. UUK ada dikuadran kanan depan
panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting
bahwa flexi ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan
mengadakan putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu
bawah panggul dengan sutura sagitalis pada diameter
anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum dan UUK dibawah
sympisis. Sakrum berputar kearah pubis sehingga punggung
didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan
kedudukan UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya.
Tengkuk menjadi titik putar dibawah symphisis dan dagu, mulut,
hidung, dahi, bregma, dan UUK dilahirkan diatas perineum dengan
gerakan flexi.
Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :
 Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini
disebut cara Bracht. Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan
yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong
sampai pusat (skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena
tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-gesa mengingat
tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai
lahirnya mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga
terjadi oklusi pembuluh darah tali pusat antara kepala dengan
tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut
fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 – 2
kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3.    Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena
tahapan ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa untuk
menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat
menyebabkan perdarahan intracranial
Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :

(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi


apapun) hingga bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum
memperkenankan ibu mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis
dengan introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak
diperlukan). Gunakan anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan.
Perhatikan hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai
tampak di vulva. Awas : jangan melakukan tarikan atau tindakan
apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang
belakang pinggul janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin
dengan kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul
ibu sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu,
mulut dan seluruh kepala (Saifuddin, 2011).

 Manual aid (partial breech extraction)


Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian
lagi dengan tenaga penolong. Dalam cara ini, terdapat 3 tahap yaitu :

a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan


dengan mengunakan kekuatan tenaga ibu sendiri.
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
 Cara Klasik

Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior


superior dan ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam
kebawah sampai skapula tampak, lalu transi kearah atas untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.
 Cara Mueller

Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah


lengan depan dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang.
Caranya tarik janin vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan
lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan depan bisa spontan
atau diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu
belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan
belakang diikat menyapu kepala.
 Cara lovset

Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran


tersebut bahu dapat dilahirkan.

c) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan


presentasi bokong melalui salah satu perasat berikut ini, yaitu :
 Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan
tersebut ditaruh pada mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari
manis pada maxilla. Tujuan jari berada di mulut tidak untuk
traksi tetapi untuk mengusahakan dan mempertahankan fleksi.
Kemudian dengan tangan lainnya melakukan dorongan
suprapubik pada kepala melalui perut ibu.

 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit

Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari


dimulut dan dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong
meletakkan tangannya yang lain mengangkang diatas bahu bayi dan
dengan cara ini melakukan traksi. Efisiensi prosedur ini meningkat
dengan dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten ketika
penolong mengerjakan perasat Mauriceau.
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah
umbilicus lahir, kepala anak mulai masuk ke rongga panggul
sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul
(Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak
ada kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh
menunggu terlalu lama dan melakukan pertolongan secara manual
aid agar kelahiran dari umbilikus sampai janin lahir seluruhnya
berlangsung < 8 menit (Mochtar, 2013).
 Cunam piper pada kepala menyusul

Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat


melahirkan kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada
tindakan cunam piper langsung dikerjakan pada kepala untuk
menghindari kerusakan struktur pada leher bayi.
 Perasat prague terbalik

Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan


muka janin menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari
sebelah belakang dan punggung anak diletakkan diatas telapak
tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki
dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu
janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu.
Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

 Ekstraksi bokong (total breech extraction)


Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong
(teknik ekstrasi kaki, ekstrasi bokong).
Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh
dokter spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan
dalam situasi gawat seperti gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).
A. Syarat dilakukan ekstaksi bokong
a) Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
b) Pembukaan harus lengkap
c) Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
d) Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
e) Diperlukan asisten yang terlatih
f) Anak harus hidup
B. Jenis ekstraksi total
a) Ekstraksi bokong
 Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan
bokong yang sudah berada didasar panggul.
 Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil
anak dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat
paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait.
Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong
mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan
ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan 19)

- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat


dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera
mengait lipat paha belakang dan secara serentak
melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan
bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang
sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan
Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan

menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong


b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan
bagian kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan
lahir, sedangkan tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri
bokong – pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea)
dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha janin
sehingga sendi lutut menjadi fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan
kaki janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin
tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara
jari ke II dan III dan dituntun keluar dari vagina.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesarean)


Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melalui insisi pada dinding
abdomen dan rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik persalinan
pervaginam dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi tertentu dan
sering digunakan dalam menangani janin beresiko, khususnya pada janin 21 prematur
(Hanretty, 2014).
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel dibawah
dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per abdominal :
Persalinan pervaginam Sectio Caesar
“Presentasi frank Breech”       Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr    Taksiran berat janin ≥3500 gr atau <1500
gr
Ukuran panggul adekuat Diameter Panggul sempit
transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm        
Pembukaan sudah lengkap, bagian Bagian terendah janin belum engaged,
terendah janin sudah engaged Partus lama, Primi tua, Inferttilitas atau
riwayat obstetrik buruk, presentasi kaki,
Kelainan pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal Presentasi bokong tidak sempurna atau
meskipun sedah direncanakan SC presentasi kaki
(pervagiman masih merupakan pilihan Gawat Janin
dibandingkan SC)      

Oleh karna itu, Sebelum melakukan sectio caesarean, petugas diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi masih bokong.
Hati-hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah cedera pada bayi karena
pisau bedah yang mungkin terjadi pada presentasi sungsang. Insisi uterus dengan
ukuran yang tepat, terutama pada kelahiran prematur untuk mencegah penjepitan dan
pelahiran traumatik pada kepala bayi (Endozien, 2013)

Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan


pada :
a) Presentasi kaki ganda
b) Panggul sempit
c) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
d) Kepala hiperekstensi atau defleksi
e) Janin sangat besar
f) Plasenta previa
g) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
h) Primigravida (Oxorn, 2010).

G. Peran bidan dalam persalinan sungsang


1. Mendukung  ibu  dalam  kemampuan  alamiahnya  melahirkan  bayi.
2. Meyakinkan  bahwa  ia  mempunyai  dukungan  kuat  untuk  dirinya  sendiri,bidan 
lain  yang  berpengalaman  dalam  psikologi,  persalinan  dan  kelahiran  non -
medis.
3. Meyakinkan  dan  mempertahankan  pengetahuan  keterampilan  dan  teknik  yang 
prima  untuk  membantu  kelahiran  sungsang.
4. Bidan  harus  mampu  mengenali,  mengkaji  dan  merespon  bila  terjadi  masalah 
dalam  kelahiran  sungsang .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kelainan pada letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam
uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum
uteri. (Manuaba, 2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
o Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
o Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
o Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat
ditolong melalui jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen).
Baik keduanya memiliki risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko
untuk ibu maupun janin.

B. Saran
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong
persalinan sungsang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu
sebagai calon tenaga kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan,
alangkah baiknya sebagai seorang mahasiswi bidan untuk mempelajari dan
memahami semua hal yang berkaitan dengan persalinan sungsang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35977694/ASUHAN_KEBIDANAN_PADA_PERSALINAN_
DENGAN_LETAK_SUNGSANG_docx Diakses pada tanggal 30 Desember 2020
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=807476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4 Diakses
pada tanggal 30 Desember 2020
https://www.scribd.com/doc/67552294/makalah-sungsang Diakses pada tanggal 30
Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai