Disusun oleh :
(044228120003)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kebidanan pada
Ibu dengan Komplikasi Kelainan dan Penyulit Kehamilan dengan abortus,
kehamilan ektopik, dan kehamilan molahidatidosa ini dengan baik.
Pemahaman makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV Patologis, kami
mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materi, akhirul kalam terimakasih
kepada pembimbing.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada
trimester satu. Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi
embrio setelah pembuahan tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi
hidropik. Rahim menjadi lunak dan berkembang lebih cepat dari usia kehamilan
yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan rongga rahim hanya terisi oleh
jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa disebut juga dengan
kehamilan anggur.
Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228
per 100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu
perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak
perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu,
kematian ibu yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab
kematian ibu, tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus dapat
terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Kehamilan ektopik disebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian ibu pada umur kehamilan
trimester pertama. Frekuensi kejadian kehamilan ektopik berkisar 1: 14,6 % dari
seluruh kehamilan.
Ketiga hal ini sangat mempengaruhi suatu proses kehamilan dan jika tidak
ditangani dengan tepat dan baik, akan dapat menyumbangkan Angka Kematian
Ibu. Sehingga seharusnya kita mampu mencegah atau menangani kejadian ini
dengan tepat dan benar.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Abortus?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Abortus
a. Definisi
ibu:
penyakit
infeksi, keracunan,
malnutrisi,
gangguan
perdarahan
banyak,
ostium
terbuka,
ketuban
teraba,
kelainan
endometrium,
kurangi/
hentikan
f. Komplikasi
1) Perdarahan (hemorrhage);
2) Perforasi;
3) Infeksi dan tetanus;
4) Ginjal akut, dan
5) Syok
2. Molahidatidosa
a. Definisi
Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta
akibat kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono
Prawirohardjo,2003).
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan
degenerasi
kristik villi
dan
perubahan
hidropik
sehingga
tampak
3. Kehamilan Ektopik
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama
sekali. Kehamilan ektopik disebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation,
eccecyesis. Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian ibu pada umur
kehamilan trimester pertama.
b. Istilah Dalam Kehamilan Ektopik
Beberapa istilah yang berkaitan dengan kehamilan ektopik antara lain:
1) Kehamilan
ektopik
terganggu
adalah
kehamilan
ektopik
yang
membahayakan wanita.
2) Kehamilan heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang berdekatan
dengan kehamilan ektopik.
3) Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy) adalah
kehamilan intrauterin yang bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin.
4) Kehamilan ektopik rangkap (compound ectopic pregnancy) adalah
kehamilan intrauterin dan ekstrauterin lebih dulu terjadi, tapi janin sudah
mati dan menjadi litopedion (janin yang sudah membatu).
c. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Namun demikian,
penyebab kehamilan ektopik yang paling sering adalah faktor tuba (95%). Di
bawah ini merupakan penyebab kehamilan ektopik:
1) Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba,
operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba,
tumor;
2) Faktor ovum, meliputi: rapid cell devision, migrasi eksternal dan internal
ovum, perlekatan membran granulosa;
3) Penyakit radang panggul;
4) Kegagalan kontrasepsi;
5) Efek hormonal, meliputi: penggunaan kontrasepsi mini pil, dan
6) Riwayat terminasi kehamilan sebelumnya.
d. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba. Tempat implantasi yang
paling sering adalah ampula, kemudian isthmus, fimbriae, kornu, serta uterus
intersisialis. Sedangkan kehamilan ektopik non-tuba sangat jarang terjadi,
tetapi dapat terjadi pada abdomen, ovarium, atau servik
Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:
1) Kehamilan interstisial (kornual)
Kehamilan interstisial merupakan kehamilan yang implantasi embrionya
di tuba falopi. Pasien menunjukkan gejala yang cukup lama, sulit
didiagnosis dan lesi menyebabkan perdarahan masif ketika terjadi ruptur.
Pada usia kehamilan 6-10 minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat
mati dan diresorbsi, keguguran, ruptur tuba. Angka kematian ibu akibat
kehamilan interstisial adalah 2 %. Penanganan pada kasus ini dengan
laparatomi.
2) Kehamilan ovarium
Kehamilan di ovarium lebih sering dikaitkan dengan perdarahan dalam
jumlah banyak dan pasien sering mengalami ruptur kista korpus luteum
secara klinis, pecahnya kehamilan ovarium, torsi, endometriosis.
3) Kehamilan servik
4) Kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal terbagi menjadi: primer (implantasi sesudah
dibuahi, langsung pada peritonium/ kavum abdominal) dan sekunder
(embrio masih hidup dari tempat primer). Kehamilan dapat aterm dan anak
hidup, namun didapatkan cacat. Fetus mati, degenerasi dan maserasi,
infiltrasi lemak jadi lithopedion/ fetus papyraceus. Terapi kehamilan
abdominal adalah: laparotomi, plasenta dibiarkan (teresorbsi).
e. Tanda dan Gejala
Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada
usia kehamilan 6-10 minggu. Adapun gejala dan tanda yang dirasakan antara
lain: amenorea/ tidak haid; Nyeri perut bagian bawah; perdarahan per vaginam
iregular (biasanya dalam bentuk bercak-bercak darah); rasa sakit pada salah
satu sisi panggul; tampak pucat; tekanan darah rendah, denyut nadi meningkat,
ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi
diafragma dari hemoperitoneum.
f. Faktor Predisposisi
Kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik
diantaranya
i. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan akan bergeser dari mencegah kematian menjadi
mengurangi kesakitan dan mempertahankan kesuburan, apabila dilakukan
hemodinamik
tanpa
perdarahan
aktif,
pasien
ingin
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Jadi kuret ini memasukkan alat
instrument ke dalam kandungan anda dengan tujuan untuk membersihkan
jaringan sisa janin yang mati di dinding rahim. Kuretase selain untuk terapi,
kuretase juga dapat dilakukan untuk mengdiagnosis suatu penyakit. Kuretase
diagnostik adalah Tindakan kuretase dengan tujuan mengambil jaringan
endometrium.
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
b. Indikasi Diagnostik Kuretase
Metrorragia, PUD, Infertilitas, Amenore sekunder, Karsinoma endometrium,
Polip uteri. Sedangkan Indikasi terapeutik seperti Abortus inkomplit, Abortus
insipiens, Missed abortion, Sisa jaringan plasenta pascapersalinan, dan
Molahidatidosa.
c. Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan
kuret ada dua yaitu:
1) Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh
dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda
atau jaringan yang tidak diharapkan.
2) Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada
rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda,
tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan
yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.
d. Konseling pra tindakan
1) Memberi informed consent
2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan
dilakukan:
4) garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
5) memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
e. Pemeriksaan sebelum curretage
1) USG (ultrasonografi)
2) Mengukur tensi dan Hb darah
3) Memeriksa sistim pernafasan
4) Mengatasi perdarahan
5) Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit
f. Prosedur Kuretase
1) Menyiapkan pasien
a) Mengosongkan kandung kemih
b) Membersihkan genetalia eksterna
c) Membantu pasien naik ke meja ginek
d) Lakukanlah pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keadaan
jantung, dan paru paru dan sebagainya.
e) Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
f) Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara iv
dengan ketalar.
g) Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus
dipersiapkan dari ruangan
h) Puasa: saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam
sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga
i)
j)
k)
l)
m)
n)
d) Kateterisasi urin
e) Pemeriksaan bimanual ulang untuk menentukan besar & arah uterus
f) Bersihkan vulva & vagina dengan larutan antiseptik
g) Pasang spekulum vagina
h) Jepit dinding depan porsio uteri dengan tenakulum atau klem ovum
i) Masukkan sonde uterus Letak & panjang kavum uteri
j) Dilatasi kanalis servikalis dengan busi Hegar (bila perlu)
k) Pada UK 6 atau 7 mgg pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret
tajam
l) 12. Pada UK > 6 atau 7 minggu gunakan kuret tumpul, setelah
sebagian besar hasil konsepsi lepas dari dinding uterus maka
dikeluarkan dengan cunam abortus dan dilanjutkan kerokan dengan
kuret tajam
g. Komplikasi
1) Perforasi uterus sehingga penting untuk mengetahui arah dan besar uterus.
2) Luka pada serviks uteri dapat terjadi bila jaringan serviks keras & dilatasi
dipaksakan.
3) Perlekatan dalam kavum uteri Hindari miometrium terkerok, kerokan
dihentikan pada suatu tempat bila dirasakan jaringan tidak lembut lagi.
4) Perdarahan terutama pada kehamilan yang agak tua atau molahidatidosa.
5) Infeksi Bila syarat asepsis dan antisepsis tidak diperhatikan.
6) Syok neurogenic.
5. Praktikum Penatalaksanaan Digital
Pengeluaran sisa jaringan secara digital tindakan ini untuk menolong penderita
ditempat yang tidak ada fasilitas
kuretase. Sekurang-kurangnya
untuk
menghentikan perdarahan. Hal ini sering dilakukan pada keguguran yang sedang
berlangsung (abortus insipiens), abortus incomplete. Pembersihan secara digital
hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui
oleh 1 jari longgar dan cavum uteri cukup luas. Karena manipulasi ini akan
menimbulkan rasa nyeri, maka sebaiknya dilakukan dalam narkoseumum intra
vena atau anastesi blok pars servikalis.
Caranya adalah dengan dua jari:
Jari telunjuk dan jari tengah. Tangan kanan dimasukan kedalam jalan lahir dengan
mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri menekan serviks uteri
sebagai fiksasi, kedua jari tangan kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau
sebersihnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pertemuan
ovum
dan
sperma
sewaktu
fertilisasi
(Sarwono
Prawirohardjo,2003).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga
rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali.
Kehamilan ektopik disebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis.
Kehamilan ektopik merupakan penyebab kematian ibu pada umur kehamilan
trimester pertama.
Kuretase adalah Serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrumen
(sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Jadi kuret ini memasukkan alat instrument
ke dalam kandungan anda dengan tujuan untuk membersihkan jaringan sisa janin
yang mati di dinding rahim. Kuretase selain untuk terapi, kuretase juga dapat
dilakukan untuk mengdiagnosis suatu penyakit. Kuretase diagnostik adalah
Tindakan kuretase dengan tujuan mengambil jaringan endometrium.
Digital adalah Pengeluaran sisa jaringan secara digital tindakan ini untuk
menolong penderita ditempat yang tidak ada fasilitas kuretase. Sekurangkurangnya untuk menghentikan perdarahan. Hal ini sering dilakukan pada
keguguran yang sedang berlangsung (abortus insipiens), abortus incomplete.
B. Saran
Diharapkan bidan mampu memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan kasus
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Palembang.
Errol, Norwitz. 2006. At Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: erlangga.
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.
http://www.artikelkedokteran.com/967/kuretase-pengertian-dan-prosedurpelaksanaannya.html diakses pada tanggal 12 maret 2014 pkl.16.58 WIB
http://www.kebidanan.org/kehamilan-mola-hidatidosa diakses pada tanggal 12
maret 2014 pkl.17.35 WIB
http://www.kebidanan.org/abortus diakses pada tanggal 12 maret 2014 pkl. 17.54
WIB
http://www.kebidanan.org/kehamilan-ektopik diakses pada tanggal 12 maret 2014
pkl. 18.08 WIB
Linda, Walsh. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika.