Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida
Sang Hyang Widhi Wasa.
Karena atas asungan kertha wara nugrahanya lah Makalah ini tepat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa isi dari peper ini masih banyak kekurangan untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga peper yang saya buat ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para
pembaca sekalian.
Om Santih, santih, santih, om

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Atonia Uteri ............................................................... 3
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri ................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis ........................................................................ 4
2.4 Tanda dan gejala atonia uteri ....................................................... 4
2.5 Diagnosis ..................................................................................... 5
2.6 Pencegahan Atonomi Uteri .......................................................... 5
2.7 Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri ......................... 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 10
3.2 Saran ............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adapun yang melatarbelakangi makalah ini yang membahas mengenai
“ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan
bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini dibuat agar
mahasiswa lebih memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan cara
penanganan atonia uteri.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena
kegagalan mekanisme ini. Perdarahan Pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri
terjadi apabila serabut-serabut miometrium tidak berkontraksi
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian atonia uteri?
1.2.2 Apa saja factor penyebab terjadinya atonia uteri?
1.2.3 Apa saja tanda dan gejala terjadinya atonia uteri?
1.2.4 Apa saja cara penanganan atau penatalaksanaan atonia uteri?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang atonia uteri.
1.3.2 Tujuan Khusus

1
Agar pembaca lebih memahami lagi tentang atonia uteri yang meliputi
:
a. Mengetahui dan memahami tentang atonia uteri.
b. Mengetahui dan memahami factor penyebab terjadinya atonia
uteri .
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala terjadinya atonia
uteri.
d. Mengetahui dan memahami tanda cara penanganan atau
penatalaksanaan atonia uteri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Atonia Uteri


Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir). (Depkes Jakarta : 2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium uterus
untuk berkontraksi dan memendek.
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot
rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta
terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah
bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjdainya syok hipovolemik.
Diagnosis atonia uteri yaitu bila setelah bayi dan placenta lahir
ternyata pendarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lebih lembek.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri


Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca
persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1) Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
a. Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
b. Kehamilan gemelli
c. Janin besar (makrosomia)

3
2) Kala satu atau kala 2 memanjang
3) Persalinan cepat (partus presipitatus)
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5) Infeksi intrapartum
6) Multiparitas tinggi (grande multipara)
7) Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada preeklamsia atau eklamsia.
8) Umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35 tahun)
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam
usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

2.3 Manifestasi Klinis


1) Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2) Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)

2.4 Tanda dan gejala atonia uteri


1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah
2) Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
3) Fundus uteri naik
4) Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih

4
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.

2.6 Pencegahan Atonomi Uteri


Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah (Hidayat, Juni 2009).
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10
unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam
(Hidayat, Juni 2009).
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin (Admin, 2009).

5
2.6.1 Penanganan Umum
1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan
fasilitas tindakan gawat darurat.
2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda
vital(TNSP).
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -
tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut
karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan
pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan
crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik
6. lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan
darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi
uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan
serviks, vagina, dan perineum.
9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti),
periksa kadarHemoglobin:
1. Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia
berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
2. Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60
mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;

2.6.2 Penanganan Khusus


1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
2. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi
kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
3. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan

6
4. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina
dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
5. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah
atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan
bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
 Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap
 Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan
maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya),
keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah
sederhana.
 Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya
koagulopati.

2.7 Langkah-langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri


Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaaan sadar, sedikit anemis, atau sampai
syok berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan tergantung
pada keadaaan klinisnya.
NO Langkah penatalaksanaan Alasan
1 Masase fundus uteri segera Masase merangsang kontraksi
setelah lahirnya uterus. Saat dimasase dapat
plasenta(maksimal 15 detik) dilakukan penilaia kontraksi uterus
2 Bersihkan bekuan darah adan Bekuan darah dan selaput ketuban
selaput ketuban dari vaginadan dalam vagina dan saluran serviks
lubang servik akan dapat menghalang kontraksi
uterus secara baik.

7
3 Pastikan bahwa kantung kemih Kandung kemih yang penuh akan
kosong,jika penuh dapat menghalangi uterus
dapat dipalpasi, lakukan berkontraksi secara baik.
kateterisasi menggunakan teknik
aseptik
4 Lakukan Bimanual Internal (KBI) Kompresi bimanual internal
selama 5 menit memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah dinding uterusdan
juga merangsang miometrium
untuk berkontraksi.
5 Anjurkan keluarga untuk mulai Keluarga dapat meneruskan
membantu kompresi bimanual kompresi bimanual eksternal
eksternal selama penolong melakukan
langkah-langkah selanjutnya
6 Keluarkan tangan perlahan-lahan Menghindari rasa nyeri
7 Berikan ergometrin 0,2 mg IM Ergometrin dan misopostrol akan
(kontraindikasi hipertensi) atau bekerja dalam 5-7 menit dan
misopostrol 600-1000 mcg menyebabkan kontraksi uterus
8 Pasang infus menggunakan jarum Jarum besar memungkinkan
16 atau 18 dan berikan 500cc pemberian larutan IV secara cepat
ringer laktat + 20 unit oksitosin. atau tranfusi darah. RL akan
Habiskan 500 cc pertama secepat membantu memulihkan volume
mungkin cairan yang hilang selama
perdarahan.oksitosin IV akan cepat
merangsang kontraksi uterus.
9 Ulangi kompresi bimanual KBI yang dilakukan bersama
internal dengan ergometrin dan oksitosin
atau misopostrol akan membuat
uterus berkontraksi
10 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontaksiselama
1 sampai 2 menit, hal ini bukan
atonia sederhana. Ibu

8
membutuhkan perawatan gawat
darurat di fasilitas yang mampu
melaksanakan bedah dan tranfusi
darah
11 Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan
Teruskan melakukan KBI tekanan langung pada pembuluh
darah dinding uterus dan
merangsang uterus berkontraksi
12 Lanjutkan infus RL +20 IU RL dapat membantu memulihkan
oksitosin dalam 500 cc larutan volume cairan yang hilang akibat
dengan laju 500 cc/ jam sehingga perdarahan. Oksitosin dapat
menghabiskan 1,5 I infus. merangsang uterus untuk
Kemudian berikan 125 cc/jam. berkontraksi.
Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, berikan 500 cc yang kedua
dengan kecepatan sedang dan
berikan minum untuk rehidrasi

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot
rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi
plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
2) Factor penyebab terjadinya atonia ateri antara lain uterus membesar,
kala 1 dan 2 memanjang, Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi
atau dipercepat dengan oksitosin, iInfeksi intrapartum, multiparitas
tinggi, magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang
pada preeklamsia atau eklamsia, dan umur yang terlalu tua atau terlalu
muda.
3) Tanda dan gejala atonia uteri antara lain Perdarahan pervaginam,
konsistensi rahim lunak, fundus uteri naik, dan terdapat tanda-tanda
syok
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.

3.2 Saran
Atonia uteri adalah penyebab terbanyak perdarahan post partum,
sehingga kita sebagai tenaga medis dan para medis harus mampu mengenali
tanda bahayanya dan dapat mengatasi masalah atonia uteri ini dengan
memahami dan mengetahui langkah-langkah dalam penatalaksanaan atonia
uteri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. Penilaian klinik Pada Atonia Uteri.


http//lh5.ggpht,tom/10UHIGx0P6A/sax/li/AAAvy. Diakses Oleh Asmayarni
Panjaitan Pada Tanggal 14 Maret 2010 Pukul 10.17 wib

Anik, Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.


Trans Info Media

Cunningham, F. G. 2006. Wiliam Obstetrics 21th edition. Jakarta : EGC.

Depkes, RI. 2002. Atonia Uteri. http://www.litbang.depkes.go.id/lanjut/ibu/atonia.htm.


Diakses oleh Asmayarni Panjaitan tanggal 16 Mei 2010 Pukul 13.56 wib

Diro, As. 2009. Pengelolaan Khusus Atonia Uteri. http//ww.uteri.go//sax.10Prh//al.


Diakses Oleh Asmayarni Panjaitan Pada Tanggal 14 Maret 2010 Pukul 10.25 wib

Fika, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Pathologis. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Khairuddin, dr. Bahar. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Pathologis. Jakarta : Trans Info
Media

Madjid, Omo Abdul. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR

Nijam. 2010. Pengaruh Atonia Uteri Pada Ibu Perdarahan Postpartum.


http://depkominfo.go.id. Diakses Oleh Asmayarni Panjaitan tanggal 16 Mei 2010
Pukul 13.00 wib

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : CV. Sagung


Seto.

Prahardina, dr. 2009. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta : GM.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Saifuddin, abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Saptandari, P. 2009. Tindakan Yang Diberikan Pada Ibu Atonia Uteri.


http://dady.blogspirit.com/archive/2006/04/11/perdarahan-pasca-persalinan-1.htm.
Diakses oleh Asmayarni Panjaitan pada tanggal 13 maret 2010 Pukul 13.47 wib

11

Anda mungkin juga menyukai