ATONIA UTERI
Dosen pengampu
Intan Komalasari,APP, M.kes
Disusun Oleh
Kelompok 3 Tingkat 2A
1. Bella Kurnia (PO.71.20.1.18.021)
2. Defi Puspita (PO.71.20.1.18.022)
3. Della Ananda (PO.71.20.1.18.023)
4. Delistia Ramadani (PO.71.20.1.18.024)
5. Della Rusmini (PO.71.20.1.18.025)
6. Derisman (PO.71.20.1.18.026)
7. Desti Syafitri (PO.71.20.1.18.027)
8. Dewi Dian Pertiwi (PO.71.20.1.18.028)
9. Dewi Febriani (PO.71.20.1.18.029)
10. Dewinda (PO.71.20.1.18.030)
11. Gita Rizkia Aslamiya (PO.71.20.1.18.045)
12. Hary Akbar (PO.71.20.1.18.046)
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ 1
Daftar Isi.......................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian................................................................................................................. 5
2.2 Etiologi..................................................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi............................................................................................................. 6
2.4 Pathway.................................................................................................................... 7
2.5 Tanda dan Gejala....................................................................................................8
2.7 Pencegahan.............................................................................................................. 8
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................9
3.1 Pengkajian................................................................................................................ 24
3.3 Intervensi.................................................................................................................. 28
3.4 Implementasi............................................................................................................ 31
3.5 Evaluasi.................................................................................................................... 31
BAB IV Penutup............................................................................................................ 32
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 32
4.2 Saran......................................................................................................................... 32
Daftar Pustaka................................................................................................................ 33
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami :
a. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri
b. Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil
c. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri
d. Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri
e. Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri
f. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul
g. Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
5
2.2 Etiologi
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak
berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat
implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan
menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan
dengan resiko perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, diantaranya
adalah :
a. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan termasuk :
1. Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion)
2. Kehamilan gameli
3. Janin yang besar (makrosomia)
b. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang
c. Persalinan cepat
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e. Infeksi inpartu
f. Multiparitas tinggi/grandemultipara
g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklampsia.
2.3 Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-
serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi
terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium
dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan
postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang
sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya
faktor predisposisi dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan
perawat terhadap gangguan tersebut.
6
2.4 Pathway
7
2.5 Tanda gejala
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L.
Pernoll (2009), di antaranya:
a. Perdarahan pervaginam
Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri
jika kita menemukan:
a. uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. perdarahan segera setelah anak lahir.
8
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin.Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri.Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir.Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit
IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini.Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
9
3. Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan
lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus
berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi
maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual
eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM
(jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500
ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi, pantau
ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka
rujuk segera.
4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping
pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus,
efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
10
perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi
merupakan tindakan terakhir.
Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan
keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan
yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan
lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi
dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan
menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas
terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga
meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya.
Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh
dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan
Lia (2010) seperti :
1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus
seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
11
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas Klien
b. Alasan Datang ke Rumah Skit
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan
dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
f. Pola aktifitas sehari-hari.
12
1995 )
3) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat
serta perawatan mengganti balutan atau duk.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Mulut : bibir pucat
2) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
3) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
4) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
5) Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
1) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
2) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan Umum
13
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik
dan pembulu darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
- Diafragma meninggi.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi
pernapasan dada.
8) Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
10) System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal
4. Pemeriksaan Khusus
14
komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Pengkajian ini meliputi :
1) Nyeri/ketidaknyamanan
- Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
- Ketidaknyamanan vagina/pelvis,
- sakit punggung (hematoma).
2) Sistem vaskuler
- Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam
- Tensi diawasi tiap 8 jam
- Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak
dan merah
- Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
- Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni
purpura.
3) Sistem Reproduksi
- Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post
partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
- Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap
warna, banyak dan bau
- Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-
tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas
- Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
- Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan
kolostrum
- Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4) Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi
15
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
5) Traktur gastro intestinal
- Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
- Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
4. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
5. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
yang berlebihan
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi
hemoragi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang
tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan
membatasi terjadinya komplikasi.
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi
oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan
adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan
menentukan kebutuhan penggantian.
c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan
16
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil
menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa
banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat
menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas
simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama
masase.
d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler
atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat
dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%.
Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari
volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan
tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan
reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan
aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ
vital lainnya lebih besar.
g. Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana
sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
h. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi
kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan
dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
i. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan
pemeriksaan vagina dan/atau rektal
17
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal,
vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
j. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan
kebutuhan metabolik.
k. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina.
Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan
lanjut pada laserasi jalan lahir.
l. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari
myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio
placenta terhadap tanda-tanda KID.
Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan
placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
m. Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan
kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap
atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau
produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah
pembekuan.
n. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol
dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan
menghentikan hemoragi pada adanya atonia.
o. Magnesium sulfat
Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4
memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
p. Terapi Antibiotik.
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah
infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang
18
disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
q. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap
ml darah membawa 0,5 mg Hb.
19
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
Intervensi :
a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian
hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan koinsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan.
Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang,
memperberat ancietasnya.
b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya
tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena
respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
faktor-faktor psikologis.
c. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol
emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis.
Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk
memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan
meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan
masalah.
20
jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat
dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri
berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan
inversio uterus.
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan
ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada
perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan
menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan
vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan
relaksasi.
21
kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila
tidak teratasi.
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan
(perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent),
mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih
(urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan
yang efektif.
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai
indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat
pemulihan dan merusak sistem imun.
22
perawatan bayi
d. Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum
dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada
kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk
melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang
kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana
tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan,
perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya
dibawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan perawat.
(Nursalam, 2001 : 63).
E. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan
dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk
mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai (Nursalam, 2001 : 71).
23
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 39 tahun
Atonia Uteri
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, sah. Lama menikah
sudah 11 tahun.
d. Riwayat menstruasi
Menarche umur 15 tahun, siklus teratur, lama 6-7 hari, keluhan tidak
ada. Ganti pembalut 4 kali/hari.
a. Riwayat Obstetri
24
b. Riwayat Kontrasepsi
c. Riwayat persalinan
Ibu
f) Kelainan :-
g) Perdarahan :
- Kala I : 50 ml (8 Jam)
- Kala II : 100 ml (30 Menit)
- Kala III : 200 ml (15 menit)
- Kala IV : 500 ml
Bayi
e) Panjang badan : 48 cm
25
1) Nutrisi
a. Makan : 2 kali/hari
b. Jenis : nasi, sayur, lauk pauk dan buah
c. Makan pantang : tidak ada
d. Alergi : tidak ada
e. Minum : 6 gelas/hari
f. Masalah/keluhan : tidak ada
2) Eliminasi
a. BAK : 3 kali, warna kekuningan, keluhan : tidak ada
b. BAB : ibu mengatakan belum BAB, keluhan : tidak ada
3) Istirahat
a. Siang : 1 jam
b. Malam : 6 jam
4) Aktivitas
Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari
masih perlu dibantu.
5) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok
gigi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali/minggu.
6) Riwayat psikososial
- Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat.
- Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan yang ke lima ibu dan
keluarga sangat bahagia.
- Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.
- Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan ke-empat
anaknya.
5. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Keadaan emosional : Tidak stabil
Kesadaran : compos
mentis
26
Vital sign :
TD : 80/60 mmHg
S : 36,5 oC
N: 100x/mnt
R: 28x/mnt
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe
b. Wajah : simetris, tidak ada oedem
c. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
e. Gigi dan mulut : tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat
stomatitik, keadaan gigi bersih
f. Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar
tiroid dan vena jogularis
h. Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada
benjolan abnormal
i. Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit
j. Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,
pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
k. Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada
varises
l. Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
m. Punggung : tulang belakang sedikit lordosis
n. Rectum : tidak ada hemoroid
27
3) Pangeluaran darah pervaginan
- Warna merah tua
- Jumlah +500ml
- Perineum terjadi laserasi
2.3 Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Hipovolemia O:
Setelah dilakukan
b.d • Periksa
tindakan keperawatan selama tanda
1x24 jam dan gejala
terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria
hasil : hipovolemia(mis frekuensi nadi meningkat,nadi ter
peningkatan
permabilotas
kapiler
•
T:
Tujuan : hitung kebutuhan cairan
1.kekurangan volume cairan teratasi.
berikan asupan cairan oral
Kriteria hasil: 1.tidak mengalami haus 2.Turgor kulit bagus
E:
3.Mata tidak
• anjurkan memeperbanyak
asupan cairan oral.
K:
• kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis( mis NaCl,RL)
28
cekung
2. Nyeri akut
O:
b.d agen Setelah dilakukan
tindakan • Indentifikasi
pencedera keperawatan lokasi,karateristik,frekuensi
selama 1x24 ,kualitas,intensitas nyeri
fisik.
jam terpenuhi , • indentifikasi skala nyeri
dengan tujuan • indentifikasi respon nyei
dan kriteria non verbal
hasil : • indentifikasi faktor
Tujuan yang memperberat dan
: memperingan nyeri
T:
1. agar nyeri • berikan teknik
berkurang,hilang nonfarmakologis
atu teratasi. intuk
Kriteria hasil: mengurangi
1.nyeri nyeri(mis.kompres
berkurang atau hangat/dingin)
dapat diatasi. • kontrol lingkingan
2. klien yang memperbera
tidak rasa nyeri( mis,suhu
gelisah ruangan,pencahayaan atau
kebisingan)
E:
• jelaskan
penyebab,periodedan pemicu
nyeri.
• jelaskan strategi
meredahkan nyeri
• anjurkan monitor
nyeei secara mandiri
• anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
K:
• kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
3. Ancietas terhad
ap Setelah dilakukan tindakan keperawatan
b.d selama 1x24 jam
ancaman
29
O:
• in
d
e
n
ti
fi
k
a
si
p
e
n
u
r
u
n
a
n
ti
n
g
k
at
energi,ketidakma
mpuan
30
kematian. berkonsentrasi atau gejal
terpenuhi , lain yang mengganggu
dengan tujuan kemampuan kognitif.
dan kriteria • indentifikasi teknik
hasil : relaksasi yang efektif
Tujuan : T: digunakan
1.klien
menujukan • ciptakan lingkungan tenang
pengendalian diri tanpa gangguan dengan
pada ansietas. pencahayaan dan suhu ruang
yang nyaman
Kriteria hasil: • berikan informasi tertulis
1.dapat tentang prosedur teknik
melanjutkan E: relaksasi.
aktivitas yang
dibutuhkan • jelaskan
walaupun cemas. tujuan,manfaat,batasan dan
2.klien tidak jenis relaksasi yang
terlihat gelisah tersedia ( mis musik,napas
akibat cemas dalam)
• jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang di
pilih
• anjurkan mengambil posisi
K:- nyaman
4. Perfusi perifer O: • anjurkan rileks dan
Setelah erasan sensasi relaksasi.
tidak efektif dilakukan
b.d tindakan
keperawatan
kekurangan • periksa sirkulasi perifer(mis nadi
selama 1x24 jam
terpenuhi , perifer,edema,pengisian
volume cairan dengan tujuan kapiler,warna,suhu)
dan kriteria
hasil : • monitor
T: panas,kemerahan,nyeri,atau
Tujuan:
bengkak pada ekstremitas.
1.agar sirkulasi
darah pada
levelkapiler • hindari pemasangan infus
kembali normal atau pengambilan darah di
Kriteria hasil E: area keterbatasan perfusi
tekanan darah
secara teratur
32
K:-
2.tekanan darah
klien meningkat.
2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan
yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam
tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara
optimal .
2. 5 Evaluasi
Keefektifan dari intervensi keperawatan adalah dengan
melakukan reassessment secara terus menerus berdasarkan pada
petunjuk observasi dan hasil yang diharapkan :
1. klien/keluarga dapat mengidentifikasi pendarahan yang keluar
2. klien akan meningkatkan aktivitasfisik
3. klien akan mendapatkan support yang adekuat
4. klien mempertahankan sikap positif terhadap cemas yang di rasakan
5. keluarga menjadi aktif dalam memantau pendarahan pasie
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang atonia uteri
sebagai salah satu penyebab utama perdarahan post partum yang juga sebagai
penyebab seringnya kematian pada ibu setelah melahirkan. Dan kepada ibu
dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik
dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang atonia uteri terutama yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan secara umum, dan secara lebih khusus
pada ibu yang mengalami atonia uteri.
34
DAFTAR PUSTAKA
I.M.S. Murah Manoe, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi,
FK UNHAS, Makassar, 1999.
Muliyati, Bahan Kuliah Keperawatan Maternitas II, Makassar, 2005.
Dongoes, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta, 2001
35