Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

ATONIA UTERI

Dosen pengampu
Intan Komalasari,APP, M.kes

Disusun Oleh
Kelompok 3 Tingkat 2A
1. Bella Kurnia (PO.71.20.1.18.021)
2. Defi Puspita (PO.71.20.1.18.022)
3. Della Ananda (PO.71.20.1.18.023)
4. Delistia Ramadani (PO.71.20.1.18.024)
5. Della Rusmini (PO.71.20.1.18.025)
6. Derisman (PO.71.20.1.18.026)
7. Desti Syafitri (PO.71.20.1.18.027)
8. Dewi Dian Pertiwi (PO.71.20.1.18.028)
9. Dewi Febriani (PO.71.20.1.18.029)
10. Dewinda (PO.71.20.1.18.030)
11. Gita Rizkia Aslamiya (PO.71.20.1.18.045)
12. Hary Akbar (PO.71.20.1.18.046)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Atonia Uteri.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 25 Februari 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ 1
Daftar Isi.......................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 3

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 4

BAB II Tinjauan Pustaka.............................................................................................5

2.1 Pengertian................................................................................................................. 5

2.2 Etiologi..................................................................................................................... 6

2.3 Patofisiologi............................................................................................................. 6

2.4 Pathway.................................................................................................................... 7
2.5 Tanda dan Gejala....................................................................................................8

2.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................8

2.7 Pencegahan.............................................................................................................. 8

2.8 Penatalaksanaan......................................................................................................9

2.9 Asuhan Keperawatan teoritis................................................................................12

BAB III Pembahasan Kasus........................................................................................24

3.1 Pengkajian................................................................................................................ 24

3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................28

3.3 Intervensi.................................................................................................................. 28

3.4 Implementasi............................................................................................................ 31

3.5 Evaluasi.................................................................................................................... 31

BAB IV Penutup............................................................................................................ 32

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 32

4.2 Saran......................................................................................................................... 32

Daftar Pustaka................................................................................................................ 33

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan yang terjadi segera setelah melahirkan dapat disebabkan
oleh banyak penyebab. Sekitar separuh dari kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh kausa pascapartum dini ini. Jika dijumpai
perdarahan yang berlebihan, etiologi spesifiknya perlu dicari. Atonia uterus,
retensi plasenta termasuk plasenta akreta dan variannya, serta laserasi saluran
genital merupakan penyebab tersering perdarahan dini.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
Atonia uteri dapat disebabkan oleh overdistention uterus seperti:
gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalu
muda atau terlalu tua. Multipara dengan jarak keahiran pendek.Partus lama /
partus terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha
melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri?
b. Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil?
c. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri?
d. Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri?
e. Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri?
f. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul?
g. Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan?

3
1.3 Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami :
a. Apa yang dimaksud dengan atonia uteri
b. Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil
c. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri
d. Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri
e. Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri
f. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul
g. Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi


dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir)
(Depkes Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus
untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan
post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir
hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai Yeyeh, Lia,
2010).
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Apri, 2009).
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan pasca
persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah
persalinan.

(Kontraksi Uterus Normal dan Atonia Uteri)

5
2.2 Etiologi
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak
berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat
implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan
menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan
dengan resiko perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, diantaranya
adalah :
a. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan termasuk :
1. Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion)
2. Kehamilan gameli
3. Janin yang besar (makrosomia)
b. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang
c. Persalinan cepat
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e. Infeksi inpartu
f. Multiparitas tinggi/grandemultipara
g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklampsia.

2.3 Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi serat-
serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta menjadi
terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi myometrium
dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab utama perdarahan
postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum kadang-kadang
sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya
faktor predisposisi dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan
perawat terhadap gangguan tersebut.

6
2.4 Pathway

7
2.5 Tanda gejala
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson & Martin L.
Pernoll (2009), di antaranya:

a. Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa


sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah.
b. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
1. Fundus uteri naik
2. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:

a) nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)


b) tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c) pucat
d) keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e) pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f) gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g) urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)

2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas pada atonia uteri
jika kita menemukan:
a. uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. perdarahan segera setelah anak lahir.

2.7 Pencegahan Atonia Uteri


Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan
obat tersebut sebagai terapi.Menejemen aktif kala III dapat mengurangi
jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

8
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu
onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau
kontraksi tetani seperti ergometrin.Pemberian oksitosin paling bermanfaat
untuk mencegah atonia uteri.Pada manajemen kala III harus dilakukan
pemberian oksitosin setelah bayi lahir.Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit
IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti
sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini.Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat,
mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit.
Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV
dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin
ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

2.8 Penatalaksanaan Atonia Uteri


Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), menejemen atonia uteri meliputi :
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan
awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, monitoring saturasi
oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan
untuk persiapan tranfusi darah.

2. Masase dan kompresi bimanual


Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus
yang akan menghentikan perdarahan. Pemijatan fundus uteri segera
lahirnya plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi maka lakukan
evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung,
periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit
atau rujuk segera.

9
3. Jika uterus tidak berkontraksi
Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan
lubang servik, pastikan bahwa kandung kemih telah kosong, lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus
berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala IV dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi
maka anjurkan keluarga untuk memulai melakukan kompresi bimanual
eksterna, keluarkan tangan perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg LM
(jangan diberikan jika hipertensi), pasang infus menggunakan jarum
ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 oksitosin. Habiskan 500
ml pertama secepat mungkin, ulangi KBI jika uterus berkontraksi, pantau
ibu dengan seksama selama kala IV. Jika uterus tidak berkontraksi maka
rujuk segera.

4. Pemberian uterotonika
Oksitosin merrupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis.obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya
meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekuensi tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infus ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa
diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal 9IMM). Efek samping
pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus,
efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.

5. Kompresi bimanual (dilakukan oleh bidan yang berpengalaman)


Menurut Ai Yeyeh, Lia (2010) kompresi uterus bimanual dapat
ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit. Biasanya hal inii
sangat baik untuk mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan
perdarahan secara sempurna. Bila uterus refrakter oksitosin, dan

10
perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi
merupakan tindakan terakhir.
Peralatan yang digunakan meliputi sarung tangan steril dan
keadaan sangat gawat lakukan dengan tangan telanjang dengan tangan
yang telah dicuci. Tekniknya yaitu basuh genetalia eksterna dengan
lakukan desinfektan dalam kedaruratan tidak diperlukan. Eksplorasi
dengan tangan kiri sisipkan tinju dalam vornik anterior vagina, tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan
menangkap dari belakang atas, tamgan dalam menekan uterus keatas
terhadap tangan luar, itu tidak hanya menekan uterus tetapi juga
meregangkan pembuluh aferen sehingga menyempitkan lumennya.
Berikut merupakan cara kompresi bimanual eksterna (hanya boleh
dilakukan oleh bidan yang sudah berpengalaman) menurut Ai Yeyeh dan
Lia (2010) seperti :
1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan
korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri. Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus
seluas mungkin.
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

11
2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis
A. Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas Klien
b. Alasan Datang ke Rumah Skit
c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan
dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas,
tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
e. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
f. Pola aktifitas sehari-hari.

1) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi,


baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun
makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
2) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,
konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi
hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,

12
1995 )
3) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
4) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat
serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi
1) Mulut : bibir pucat
2) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
3) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
4) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
5) Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
1) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
2) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
c. Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +

3. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:


1) Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Mata : pucat, anemis

13
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik
dan pembulu darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
- Diafragma meninggi.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi
pernapasan dada.
8) Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
10) System musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rectal

4. Pemeriksaan Khusus

Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda

14
komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Pengkajian ini meliputi :
1) Nyeri/ketidaknyamanan
- Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
- Ketidaknyamanan vagina/pelvis,
- sakit punggung (hematoma).
2) Sistem vaskuler
- Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam
- Tensi diawasi tiap 8 jam
- Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak
dan merah
- Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
- Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni
purpura.
3) Sistem Reproduksi
- Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post
partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
- Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap
warna, banyak dan bau
- Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-
tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas
- Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
- Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan
kolostrum
- Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4) Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi

15
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
5) Traktur gastro intestinal
- Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
- Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
4. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.
5. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
yang berlebihan
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi
hemoragi
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang
tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan
membatasi terjadinya komplikasi.
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi
oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan
adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan
menentukan kebutuhan penggantian.
c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan

16
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil
menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa
banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat
menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu tangan diatas
simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama
masase.
d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler
atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat
dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%.
Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
e. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau
tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari
volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
f. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan
tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan
reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan
aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ
vital lainnya lebih besar.
g. Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana
sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
h. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi
kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan
dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
i. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan
pemeriksaan vagina dan/atau rektal

17
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal,
vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
j. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan
kebutuhan metabolik.
k. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina.
Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan
lanjut pada laserasi jalan lahir.
l. Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari
myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio
placenta terhadap tanda-tanda KID.
Rasional : Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan
placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
m. Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan
kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap
atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai
indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau
produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah
pembekuan.
n. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol
dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan
menghentikan hemoragi pada adanya atonia.
o. Magnesium sulfat
Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4
memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
p. Terapi Antibiotik.
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah
infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang

18
disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
q. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap
ml darah membawa 0,5 mg Hb.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia


Intervensi :
a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji
status nutrisi, tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya
kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan
yang buruk meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan
oksigen.
b. Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan
dengan derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi
pernapasan dapat menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis
metabolik.
c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari
hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai
kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.
d. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan
suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital,
sirkulasii pada pembuluh darah perifer diperlukan yang
mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
e. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor
sirkulasi kejaringan.
f. Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi
Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.

19
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
Intervensi :
a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian
hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan koinsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan.
Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang,
memperberat ancietasnya.
b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya
tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena
respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh
faktor-faktor psikologis.
c. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol
emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis.
Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan
kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk
memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan
meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan
masalah.

4. Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.


Intervensi :
a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien
terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada
vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan
metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma,
karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau

20
jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat
dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri
berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan
inversio uterus.
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan
ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada
perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan
menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan
vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan
relaksasi.

5. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.


Intervensi :
a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan
diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan
membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut,
tissue, dan balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran
organinisme infeksious.
b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari
beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum),
tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri
menandakan infeksi.
c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus
atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik,

21
kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila
tidak teratasi.
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan
(perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent),
mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih
(urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan
yang efektif.
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai
indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat
pemulihan dan merusak sistem imun.

6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


Intervensi :
a. Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus
terhadap penyebab hemoragi.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu
klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.
b. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien
untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan
waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk
mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress
dan ancietas, yang menghambat pembelajaran, dan memberikan
klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
c. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum,
seperti perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi
(klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap diri dan
bayinya segera sesuai keinginannya).
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu
yang realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas

22
perawatan bayi
d. Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum
dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada
kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk
melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang
kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.

D. Implementasi
Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana
tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan,
perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya
dibawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan perawat.
(Nursalam, 2001 : 63).
E. Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan
dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk
mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai (Nursalam, 2001 : 71).

23
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Pengkajian dan Pemeriksaan fisik

1. Identitas Klien

Nama : Ny. M

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Pengkajian : 25 April

2016 Diagnosa Medis :

Atonia Uteri

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan, “pusing”

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti


DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS
maupun TBC.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan, “pusing kepala dan merasakan nyeri pada genitalia


dengan skala 3”

c. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, sah. Lama menikah
sudah 11 tahun.

d. Riwayat menstruasi

Menarche umur 15 tahun, siklus teratur, lama 6-7 hari, keluhan tidak
ada. Ganti pembalut 4 kali/hari.

HPHT : 17-10-2012 HPL : 24-07-2013

a. Riwayat Obstetri

Klien mengatakan, “pernahhamil dan 4 kali


melahirkan sebelumnya dengan persalinan spontan”.

24
b. Riwayat Kontrasepsi

Klien mengatakan “Menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 5 tahun dari


anak yang terakhir dilahirkan sebelumnya”.

c. Riwayat persalinan

Ibu

a) Jenis Persalinan : Spontan

b) Masa Gestasi : 37-38 Minggu

c) Komlokasi persalinan : Tidak ada

d) Plasenta : lahiran lengkap, spontan

e) Tali pusat panjang : 50 cm

f) Kelainan :-

g) Perdarahan :
- Kala I : 50 ml (8 Jam)
- Kala II : 100 ml (30 Menit)
- Kala III : 200 ml (15 menit)
- Kala IV : 500 ml

h) Tindakan lain : terpasang infus RL

Bayi

a) Lahiran : 18-2-2007, pukul : 19.45 WIB

b) Keadaan : bayi lahir segera menangis

c) Jenis kelamin : laki-laki

d) Berat badan : 3100 gram

e) Panjang badan : 48 cm

f) Cacat warna : tidak ada

4. Pola kebutuhan sehari-hari

25
1) Nutrisi
a. Makan : 2 kali/hari
b. Jenis : nasi, sayur, lauk pauk dan buah
c. Makan pantang : tidak ada
d. Alergi : tidak ada
e. Minum : 6 gelas/hari
f. Masalah/keluhan : tidak ada
2) Eliminasi
a. BAK : 3 kali, warna kekuningan, keluhan : tidak ada
b. BAB : ibu mengatakan belum BAB, keluhan : tidak ada
3) Istirahat
a. Siang : 1 jam
b. Malam : 6 jam
4) Aktivitas
Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari
masih perlu dibantu.
5) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok
gigi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali/minggu.
6) Riwayat psikososial
- Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat.
- Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan yang ke lima ibu dan
keluarga sangat bahagia.
- Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.
- Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan ke-empat
anaknya.
5. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Keadaan emosional : Tidak stabil
Kesadaran : compos
mentis

26
Vital sign :
TD : 80/60 mmHg
S : 36,5 oC
N: 100x/mnt

R: 28x/mnt
BB Sebelum hamil : 55 kg
BB Sesudah hamil : 65 kg
LILA : 23,5 cm
Tinggi Badan : 162 cm

2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe
b. Wajah : simetris, tidak ada oedem
c. Mata : bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih
e. Gigi dan mulut : tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat
stomatitik, keadaan gigi bersih
f. Telinga : simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar
tiroid dan vena jogularis
h. Dada : simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada
benjolan abnormal
i. Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola
hiperpigmentasi, kolostrum keluar hanya sedikit
j. Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,
pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
k. Ekstremitas : fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada
varises
l. Genetalia : tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
m. Punggung : tulang belakang sedikit lordosis
n. Rectum : tidak ada hemoroid

27
3) Pangeluaran darah pervaginan
- Warna merah tua
- Jumlah +500ml
- Perineum terjadi laserasi

- Kandung kemih kosong


4) Pemeriksaan penunjang
- Darah Hb 8,0%
- Urine tidak dilakukan

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permabilitas kapiler.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

4. Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan

2.3 Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI

KRITERIA HASIL

1. Hipovolemia O:
Setelah dilakukan
b.d • Periksa
tindakan keperawatan selama tanda
1x24 jam dan gejala
terpenuhi , dengan tujuan dan kriteria
hasil : hipovolemia(mis frekuensi nadi meningkat,nadi ter
peningkatan

permabilotas
kapiler

T:
Tujuan : hitung kebutuhan cairan
1.kekurangan volume cairan teratasi.
berikan asupan cairan oral
Kriteria hasil: 1.tidak mengalami haus 2.Turgor kulit bagus
E:
3.Mata tidak
• anjurkan memeperbanyak
asupan cairan oral.
K:
• kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis( mis NaCl,RL)

28
cekung

2. Nyeri akut
O:
b.d agen Setelah dilakukan
tindakan • Indentifikasi
pencedera keperawatan lokasi,karateristik,frekuensi
selama 1x24 ,kualitas,intensitas nyeri
fisik.
jam terpenuhi , • indentifikasi skala nyeri
dengan tujuan • indentifikasi respon nyei
dan kriteria non verbal
hasil : • indentifikasi faktor
Tujuan yang memperberat dan
: memperingan nyeri
T:
1. agar nyeri • berikan teknik
berkurang,hilang nonfarmakologis
atu teratasi. intuk
Kriteria hasil: mengurangi
1.nyeri nyeri(mis.kompres
berkurang atau hangat/dingin)
dapat diatasi. • kontrol lingkingan
2. klien yang memperbera
tidak rasa nyeri( mis,suhu
gelisah ruangan,pencahayaan atau
kebisingan)
E:
• jelaskan
penyebab,periodedan pemicu
nyeri.
• jelaskan strategi
meredahkan nyeri
• anjurkan monitor
nyeei secara mandiri
• anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
K:
• kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu

3. Ancietas terhad
ap Setelah dilakukan tindakan keperawatan
b.d selama 1x24 jam
ancaman

29
O:

• in
d
e
n
ti
fi
k
a
si
p
e
n
u
r
u
n
a
n
ti
n
g
k
at
energi,ketidakma
mpuan

30
kematian. berkonsentrasi atau gejal
terpenuhi , lain yang mengganggu
dengan tujuan kemampuan kognitif.
dan kriteria • indentifikasi teknik
hasil : relaksasi yang efektif
Tujuan : T: digunakan
1.klien
menujukan • ciptakan lingkungan tenang
pengendalian diri tanpa gangguan dengan
pada ansietas. pencahayaan dan suhu ruang
yang nyaman
Kriteria hasil: • berikan informasi tertulis
1.dapat tentang prosedur teknik
melanjutkan E: relaksasi.
aktivitas yang
dibutuhkan • jelaskan
walaupun cemas. tujuan,manfaat,batasan dan
2.klien tidak jenis relaksasi yang
terlihat gelisah tersedia ( mis musik,napas
akibat cemas dalam)
• jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang di
pilih
• anjurkan mengambil posisi
K:- nyaman
4. Perfusi perifer O: • anjurkan rileks dan
Setelah erasan sensasi relaksasi.
tidak efektif dilakukan
b.d tindakan
keperawatan
kekurangan • periksa sirkulasi perifer(mis nadi
selama 1x24 jam
terpenuhi , perifer,edema,pengisian
volume cairan dengan tujuan kapiler,warna,suhu)
dan kriteria
hasil : • monitor
T: panas,kemerahan,nyeri,atau
Tujuan:
bengkak pada ekstremitas.
1.agar sirkulasi
darah pada
levelkapiler • hindari pemasangan infus
kembali normal atau pengambilan darah di
Kriteria hasil E: area keterbatasan perfusi

1. klien dapat • lakukan pencegahan infeksi


beraktivitas
dan tidak
• anjurkan minum obat
pusing lagi
31
pengontol

tekanan darah

secara teratur

32
K:-
2.tekanan darah
klien meningkat.

2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan
yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam
tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara
optimal .

2. 5 Evaluasi
Keefektifan dari intervensi keperawatan adalah dengan
melakukan reassessment secara terus menerus berdasarkan pada
petunjuk observasi dan hasil yang diharapkan :
1. klien/keluarga dapat mengidentifikasi pendarahan yang keluar
2. klien akan meningkatkan aktivitasfisik
3. klien akan mendapatkan support yang adekuat
4. klien mempertahankan sikap positif terhadap cemas yang di rasakan
5. keluarga menjadi aktif dalam memantau pendarahan pasie

33
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan beberapa hal


yaitu sebagai berikut:

1. Atonia uteri adalah kegagalan mekanisme akibat gangguan miometrium


atau uterus tidak berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung
pembuluh darah ditempat implantasi placenta tidak dapat dihentikan
sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
2. Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada atonia uteri adalah
kekurangan volume cairan tubuh, gangguan perfusi jaringan, ancietas,
resiko terjadi Infeksi, nyeri, dan kurangnya pengetahuan.

3.2 Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang atonia uteri
sebagai salah satu penyebab utama perdarahan post partum yang juga sebagai
penyebab seringnya kematian pada ibu setelah melahirkan. Dan kepada ibu
dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik
dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang atonia uteri terutama yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan secara umum, dan secara lebih khusus
pada ibu yang mengalami atonia uteri.

34
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal, Penerbit JNPK – KR, Jakarta, 2002


Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor
and Birth, Yayasan Essenta Medika, 1990

I.M.S. Murah Manoe, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi,
FK UNHAS, Makassar, 1999.
Muliyati, Bahan Kuliah Keperawatan Maternitas II, Makassar, 2005.
Dongoes, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta, 2001

35

Anda mungkin juga menyukai