Oleh:
NI MADE UDIYANI LESTARI
NIM. 203213234
PENDAHULUAN
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita.
seringkali tidak ditangani dengan serius oleh remaja. Keputihan bisa menjadi indikasi
adanya penyakit (Zalni, 2018). Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga dalam fisik. Proses dalam
penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap yaitu remaja awal, remaja madya,
remaja akhir (Susanti, Kusyoga & Ratih, 2017). Menurut Inter-Agency Working Group
(2010), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya atau kesehatan reproduksi dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang mana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan
aman. Masa reproduksi wanita biasanya mengalami beberapa gejala psikologi yang
negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk ketika saat-
saat menjelang dan selama terjadinya proses pendarahan haid pada tubuhnya.
Salah satu gangguan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah
keputihan (leucorrhea atau flour albus). Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina
seorang wanita yang berwarna bening. Keputihan yang keluar dalam jumlah tidak terlalu
banyak tidak menjadi persoalan atau disebut dengan keputihan fisiologis sedangkan
keputihan yang keluar terlalu banyak disebut dengan keputihan patologis. Keputihan
fisiologis dipengaruhi oleh hormon estrogen yang meningkat pada saat akan mengalami
genetalia seperti membasuh vagina dengan air yang tidak bersih, memakai pembilas
secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
celana dalam. Keputihan patologis tidak bisa dianggap remeh, karena akibat dari
keputihan ini sangat fatal bila terlambat diberi penanganan, tidak hanya bisa
mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan, keputihan yang abnormal juga
bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian
(Triana, 2020).
Data penelitian yang diperoleh dari WHO (2010), masalah kesehatan reproduksi
perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang
diderita pada perempuan di dunia, salah satunya keputihan. Sekitar 75% wanita di dunia
pasti mengalami keputihan paling tidak sekali dalam seumur hidup dan 45% diantaranya
dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Sekitar 90% wanita Indonesia
berpotensi mengalami keputihan karena Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim
keputihan (Azizah & Widiawati, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Bali menunjukkan bahwa total kasus IMS disertai gejala keputihan pada tahun 2015
sebanyak 5.698 orang. Dampak keputihan abnormal yaitu infeksi oleh kuman atau
bakteri yang masuk ke vagina sehingga terjadi keputihan yang berlanjut ke tahap yang
lebih parah dan beresiko untuk terjadi kasus infeksi menular seksual (IMS), IMS
menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati
secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian.
Remaja putri perlu menyadari bahwa risiko untuk terkena IMS lebih besar daripada laki-
laki sebab alat reproduksi perempuan lebih rentan. Hal ini berdampak buruk bagi remaja
putri yang kelak akan menikah dengan pasangannya dan sebagai penular kepada
responden tentang penanganan dan pencegahan keputihan pada siswi SMK Negeri 11
Semarang sebagian besar tergolong kurang baik sebanyak 47 orang (67,1%) sedangkan
pengetahuan baik sebanyak 23 orang (32.9%) dan perilaku responden dalam penanganan
dan pencegahan keputihan sebagian besar tergolong kurang baik sebanyak 38 orang
(54,3%) sedangkan berperilaku baik sebanyak 32 orang (45,7%). Menurut Lidya (2017),
menunjukan bahwa masih terdapat responden yang menunjukan motivasi rendah dalam
pencegahan keputihan yaitu di SMAN 3 Kota Jambi sebanyak 7 orang (17.9%) dan
memiliki motivasi cukup sebanyak 20 orang (61.5%) dan motivasi baik sebanyak 12
prasarana yang lengkap dan juga mempunyai banyak prestasi. Hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan peneliti pada 30 November 2020 di SMP N 1 Abiansemal terhadap
(68,8%) orang mengalami keputihan dengan rasa gatal dan berbau di daerah
kewanitaan, dan sebanyak 13 (81,3%) orang menganggap keputihan adalah hal yang
biasa dan tidak berbahaya. Hal ini menunjukan bahwa perilaku pencegahan keputihan
keputihan dan meningkatkan motivasi diri serta perilaku remaja putri dalam pencegahan
keputihan patologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi diri
dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja putri. Akibat jika penelitian ini tidak
keputihan buruk, informasi yang didapat mengenai keputihan sedikit sehingga dari akibat
tersebut maka akan mengakibatkan masalah keputihan meningkat pada remaja putri.
keputihan agar masyarakat khususnya remaja putri dapat mengetahui cara pencegahan
dan bahaya dari keputihan yang tidak diberi penanganan dengan baik. Penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk perawat agar dapat mengadakan program penyuluhan
tentang keputihan dan penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan untuk menambah
Anonymous. (2019, April). Pengertian motivasi, faktor, fungsi, dan jenis motivasi. Diperoleh
dan-jenis-motivasi.
https://www.popmama.com/life/health/novyagrina/penyebab-keputihan-pada perempuan-
cara-mengatasinya/6.
Azizah, N., & Widiawati, E. (2015). Karakteristik remaja putri dengan kejadian keputihan di
SMK Muhammadiyah Kudus. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 6(1), 57-78.
BKKBN. (2012). Buku suplemen bimbingan teknis kesehatan reproduksi : infeksi menular
https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000229589.
Citrawati, K. N., Nay, H. C., & Lestari, R.T.R. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan
tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA Dharma
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2015). Profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2015. Diperoleh
kesehatan-provinsi-bali-tahun-2015/.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3306692/wajarkah-remaja-mengalami-
keputihan.
reproduksi dalam situasi darurat bencana. Diperoleh tanggal 23 November 2020, dari
https://www.pdfdrive.com/kesehatan-reproduksi-e29507815.html.
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Lidya. (2017). Hubungan motivasi, sikap dan peran petugas kesehatan dengan perilaku
pencegahan keputihan pada remaja di SMA Negeri 3 Kota Jambi tahun 2016. Scientia
Prawira, A.E. (2017, April). 3 komplikasi berbahaya akibat keputihan tidak normal.
komplikasi-berbahaya-akibat-keputihan-tidak-normal.
Putra. (2020, Februari). Pengertian motivasi : fungsi, tujuan dan jenis-jenis teori motivasi.
Siyoto, S. & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta : Literasi Media
Publishing.
Susanti, H., Kusyoga, C., & Ratih, I. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku personal hygiene remaja putri dalam penanganan dan pencegahan keputihan pada
Triana, H. (2020). Hubungan persepsi tentang keputihan dengan perilaku pencegahan dan
penanganan keputihan pada remaja putri di SMAN 1 Banjaran Kabupaten Badung. Jurnal
WHO, UNICEF, UNFPA, Group, W. B., & Division, U. N. P. (2015). Trends in maternal
mortality: 1990 to 2015. Estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the
https://www.alodokter.com/keputihan.
World Health Organization. (2010). The Sexsual and reproductive health of younger
adolescents.
Zalni, R. I. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang vulva hygiene