Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH

TERKAIT PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI


PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPK STA. MARIA ASSUMPTA
KUPANG

PROPOSAL

OLEH

MARIA A. PUTRI LAMAN


139302719

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 dari 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak
85% diantarnya hidup di Negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda
berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan 2000, kelompok umur 15-24 tahun
jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% menjadi 21 juta dari total
jumlah populasi penduduk Indonesia (Eny Kusmiran, 2012).
Data World Health Organization (WHO) mengatakan remaja merupakan anak dalam
rentang umur 10-19 tahun, menurut Menteri Kesehatan RI No 25 tahun 2014, remaja
merupakan anak dalam rentang umur 10-18 tahun, serta bagi Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang umur remaja merupakan 10-24 tahun serta belum
menikah. Jumlah kelompok umur 10-19 tahun di Indonesia bagi sensus penduduk sebanyak
43,5 juta ataupun berkisar 18% dari jumlah penduduk. Di Amerika Serikat menampilkan
jumlah anak muda usia 10-19 tahun berkisar 15% populasi di Asia pasifik dimana
penduduknya ialah 60% penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia, remaja usia 10-19 tahun
berjumlah sekitar 43 jiwa atau 19,61% (Pardede, 2020).
Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti
tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan
fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Pusdatin, 2017). Adapun dari aspek
program pelayanan, fase remaja merupakan periode yang paling rawan dalam perkembangan
hidup manusia setelah ia mampu bertahan hidup, yang mana secara fisik ia akan mengalami
perubahan yang spesifik dan secara psikologi cenderung mencari identitas diri.
Memasuki usia remaja atau pubertas, beberapa jenis hormon, terutama hormon estrogen
dan progesteron mulai berperan aktif sehingga organ-organ reproduksi mulai berfungsi.
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem
reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan
perhatian khusus, agar dapat tertangani secara tuntas. Beberapa ciri masa pubertas pada
perempuan adalah mulai terjadinya menstruasi, mulai tumbuh payudara, pinggul lebar dan
membesar. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingunggkan remaja yang
mengalaminya (Batubara, 2016).
Salah satu ciri masa pubertas pada perempuan adalah mulai terjadinya menstruasi.
Dimana menstruasi merupakan keluarnya darah dan jaringan dari lapisan rahim dalam setiap
bulannya (Lubis et al., 2017). Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada
perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa
organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche
(menstruasi pertama kali) adalah usia 12-16 tahun. Periode ini akan mengubah perilaku dari
beberapa aspek, misalnya psikologi dan lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali
mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi
setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari (Eny Kusmiran, 2012).
Sirklus menstruasi bervariasi pada setiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki sirklus
25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki sirklus 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi. Hal ini
dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai
dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai
(Mulastin, 2011). Kesehatan reproduksi remaja khususnya remaja wanita erat kaitannya
dengan menstruasi. Dimana tidak setiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang teratur
(Mulastin, 2011).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah suatu
kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan namun dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi atau fungsi-
fungsinya serta prosesnya. Hampir seluruh Negara menjadikan kesehatan reproduksi remaja
sebagai salah satu program Negara (Yasnani, 2016).
Remaja putri rentan terhadap infeksi alat reproduksi. Penyebabnya adalah kebersihan diri
yang kurang saat haid. Remaja putri kurang memperhatikan kesehatan reproduksi. Masalah
tersebut disebabkan tingkat pendidikan yang relatif rendah serta usianya yang masih muda,
maka diasumsikan ketidakadaan faktor pathogen infeksi dapat menyerang organ reproduksi
(Pythagoras, 2017). Hygiene perorangan yang buruk saat menstruasi dapat memicu
timbulnya penyakit yaitu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Demikian mempunyai dampak
besar untuk remaja putri serta berperilaku sehat ketika haid. Adanya informasi terkait
hygiene sangat penting dikarenakan apabila tidak diimplementasikan menimbulkan dampak
negatif yakni infeksi organ reproduksi, keputihan, kanker leher rahim serta apabila tidak
diberikan penanganan segera bisa mengakibatkan kemandulan, akibatnya kualitas hidup
seseorang akan menurun.
Berdasarkan data WHO (2017), presentase infeksi saluran reproduksi (ISR) paling tinggi
didunia yaitu diderita oleh dewasa muda (27% - 33%), remaja (35% - 42%), bacterial
vaginosis (20% - 40%), prevelensi kandidiasis (25% - 50%), serta trichomoniasis (5% -
15%). Keputihan patologis karena infeksi jamur, parasit, kuman ataupun virus. Serta dapat
dikarenakan perawatan yang kurang pada remaja putri terhadap alat genetalianya misalnya
membersihkan vagina menggunakan air yang tergenang dalam ember, memakai pembilas
dengan berlebihan, menggunakan celana berbahan yang tidak mampu melakukan penyerapan
keringat, tidak sering mengganti celana dalam, serta jarang mengganti pembalut ketika haid
(Jubaedah et al., 2020).
Kebersihan ketika haid dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksinya. Kurangnya pemahaman kesehatan reproduksi membuat wanita tidak dapat
menerapkan hygiene menstruasi dengan benar ketika haid bisa menyebabkan bahaya bagi
kesehatan reproduksinya (Lajuna et al., 2019). Masa remaja, tingkat pendidikan ibu dan
akses informasi juga menjadi penyebab kurangnya pengetahuan tentang menstruasi. Sumber
informasi pertama terkait haid ialah ibu, dengan demikian kesalahpahaman tentang
kebersihan menstruasi dan kesehatan reproduksi dapat dihindari.
Di Indonesia, prevelensi terjadinya infeksi saluran reproduksi (ISR) akibat kurangnya
hygiene pada organ genetalia masih cukup tinggi, jumlah penderita infeksi saluran reproduksi
di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Berdasarkan survey
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI) tahun 2007 bahwa secara nasional remaja
yang berperilaku hygiene dengan benar sebesar 21,6%. Sedangkan menurut Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), perilaku remaja putri dalam menjaga hyginitas
menstruasi masih buruk, yaitu 69,3%.
Perilaku hygiene merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Salah
satu untuk mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan
perilaku personal hygiene. Personal hygiene yang berarti perorangan dan hygiene berarti
kesehatan. Kebersihan seseorang merupakan implementasi untuk tetap menjaga pola
kebersihan diri dan kesehatan pada area vagina diwaktu menstruasi sehingga dapat terhindar
dari infeksi alat reproduksi (Batubara, 2020). Perilaku personal hygiene ketika
haid/menstruasi merupakan hal yang sangatlah berperan penting dilakukan untuk
memastikan kesehatan organ-organ remaja putri baik secara fisik maupun mental. Maka dari
itu, ketika wanita sedang menstruasi harusnya benar-benar mampu menjaga organ reproduksi
sebaik mungkin terutama pada bagian kemaluan guna untuk tetap menjaga dan memelihara
kesehatan diri dan meminimalkan risiko terjangkit suatu penyakit (Susanti & Lutfiyati,
2020).
Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genetalia, seperti mencucinya dengan air kotor,
memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap
keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi
pencetus timbulnya infeksi. Perilaku hygiene pada saat menstruasi tidak akan menjadi begitu
saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak
positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Yusiana, 2016).
Namun hal ini akan semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi ini
sangat kurang ditambah lagi pendidikan orang tua yang kurang dan mereka menganggap
bahwa anak akan mengetahui dengan sendirinya (Prautami, 2018).
Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat diperlukan pada remaja. Survey World Health
Organization (WHO) pada tahun 2010, seperlima penduduk dunia adalah remaja usia 10-19
tahun, dimana 83% diantaranya hidup di Negara berkembang. WHO menekankan pentingnya
penyuluhan kesehatan reproduksi remaja muda (younger adolescents) pada kelompok usia
10-14 tahun karena pada usia tersebut merupakan masa emas untuk membentuk landasan
kuat pada diri remaja sebagai dasar pengambilan keputusan yang bijak dalam berperilaku
(Irianto, 2015). Menurut Data Pusat Statistik (DPS) dan Bappenas tahun 2010, sebagian
besar dari 63 juta jiwa remaja di Indonesia rentan berperilaku kurang hygiene pada saat
menstruasi (30%), dan lingkungan yang tidak bersih serta penggunaan pembalut yang kurang
sehat saat menstruasi (50%) (Junita, 2016).
Sangat penting untuk melakukan personal hygiene serta memelihara kesehatan organ
reproduksi. Hal tersebut dikarenakan ketika haid pembuluh darah yang ada di rahim sangat
sensitif. Sehingga akan mudah sekali untuk terinfeksi ketika kuman masuk kedalam saluran
rahim dan menimbulkan penyakit pada alat reproduksi (Rosyida, 2019). Merawat diri sendiri
pada saat menstruasi sangat dibutuhkan guna memelihara, menjaga kesehatan organ
reproduksi, alternatatif tersebut seperti melakukan penggantian pembalut setelah 3-4 jam
sekali, membersihkan diri setiap hari, membersihkan area genital mulai dari depan (vagina)
menuju ke belakang (anus) setelah buang air besar atau kecil, melakukan aktifitas fisik
seperti olahraga, mencukupi asupan makanan dengan sayur dan buah-buahan mengandung
kaya zat besi dan kalsium (Santina et al., 2013).
Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan kebersihan dan
kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan
kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang, serta
tujuan dilakukannnya personal hygiene adalah meningkatkan derajat kesehatan seseorang,
memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang,
mencegah suatu penyakit, meningkatkan rasa percaya diri, dan menciptakan keindahan
(Meilan, 2019).
Permenkes RI No 1464/Menkes/Per/X2010 pasal 9, peran tenaga kesehatan dalam hal ini
sangat dibutuhkan oleh remaja terutama remaja putri. Sebagaimana dalam tugasnya bisa
memberikan penyuluhan dan mengajarkan personal hygiene saat menstruasi, berguna untuk
menjaga kesehatan reproduksi remaja. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan
untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup
sehat bagi remaja, disamping mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang
memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja
diharapkan mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan
keluarga dengan reproduksi yang sehat (Astusi, 2017).
Berdasarkan data dari pihak sekolah di SMPK Sta. Maria Assumpta, para remaja putri
setiap bulannya mendapat tablet penambah darah. Tetapi di sekolah tersebut belum ada
penyuluhan, edukasi atau mengajarkan dari pihak kesehatan secara khusus mengenai
personal hygiene saat menstruasi. Sehingga untuk kedepannya sangat berisiko terkena
berbagai macam penyakit pada organ reproduksi dan kurangnya informasi yang mereka
dapat. Oleh karena itu, peneliti ingin mnegetahui pengaruh tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah terkait personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di SMPK Sta. Maria
Assumpta Kupang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimana tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah terkait personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
kelas VIII di SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan
sebelum dan sesudah terkait personal hygiene saat menstruasi pada remaja putrid kelas VIII
di SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri kelas VIII di SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.
2. Mengidentifikasi pengetahuan personal hygiene sebelum diberikan stimulus saat
menstruasi pada remaja putri kelas VIII di SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.
3. Mengidentifikasi pengetahuan personal hygiene sesudah diberikan stimulus saat
menstruasi pada remaja putri kelas VIII di SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.
4. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah terkait personal
hygiene saat menstruasi pada remaja putri kelas VIII di SMPK Sta. Maria
Assumpta Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Untuk menambah informasi atau pengetahuan tentang personal hygiene saat menstruasi.

1.4.2 Praktis
1. Bagi Siswi SMPK Sta. Maria Assumpta
Proposal ini dapat dijadikan sebagai referensi kepada siswa-siswi SMPK Sta. Maria
Assumpta mengenai tingkat pengetahuan personal hygiene saat menstruasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pertimbangan dan bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan
penelitian selanjutnya tentang personal hygiene saat menstruasi.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Untuk keperawatan dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang personal
hygiene.
4. Bagi Peneliti
Proposal ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene saat menstruasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Masa remaja menurut Papalia dan Olds adalah periode transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau
13 tahun dan berakhir pada remaja akhir atau awal 20 tahun (Saputro, 2018).
Remaja menurut WHO adalah penduduk dalam kisaran usia 10-19 tahun. Masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup
semua perkembangan yang dialami dalam persiapan menuju kedewasaan (Pramesti et
al., 2019).
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
dimana periode ini dimulai dari masa pubertas hingga tercapainya kematangan
(Ahyani & Astuti, 2018). Remaja adalah kelompok usia dalam rentang 10 hingga 24
tahun dan belum menikah (BKKBN, 2017).

2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja


Tahap perkembangan remaja menurut Pramesti et al., (2019), remaja mengalami
perkembangan dengan pembagian sebagai berikut :
1. Early Adolescence (Remaja Awal)
Remaja masih menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di tubuh mereka
dan momentum yang menyertai perubahan ini. Mereka mengembangkan pikiran baru,
tertarik pada lawan jenis.
2. Middle Adolescent (Remaja Menengah)
Remaja senang jika mereka memiliki banyak teman yang menyukai mereka. Ada
kecenderungan narsistik untuk mencintai diri sendiri dengan cara menyukai teman
yang memiliki sifat seperti itu.
3. Late Adolescent (Remaja Akhir)
Masa remaja terakhir adalah masa dewasa yang ditandai dengan lima prestasi. Ini
menciptakan tembok yang memisahkan kepentingan seseorang dari orang lain, diri
sendiri (individu itu sendiri) dan masyarakat umum.

2.1.3 Ciri-Ciri Masa Remaja


Ciri perkembangan pada masa remaja sebagimana diuraikan oleh Saputro (2018)
yaitu:
1. Periode Yang Penting
Masa remaja, baik konsekuensi langsung maupun jangka panjang tetap penting,
selama periode perkembangan fisik ini terjadi begitu cepat disertai dengan
perkembangan mental yang cepat, terutama pada remaja awal yang membutuhkan
penyesuaian mental dan kebutuhan untuk membentuk sikap, nilai, dan minat.
2. Periode Peralihan
Remaja bukan lagi anak-anak atau orang dewasa; keadaan remaja yang tidak jelas
ini menguntungkan karena memberi mereka waktu untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang terbaik bagi mereka.
3. Periode Perubahan
Tingkat perubahan sikap dan perilaku pada remaja bertepatan dengan tingkat
perubahan fisik. Jika perubahan fisik terjadi dengan cepat, perubahan perilaku dan
sikap terjadi dengan cepat, dan ketika perubahan fisik menurun, perubahan sikap dan
perilaku menurun.
4. Usia Bermasalah
Masalah remaja seringkali sulit untuk dipecahkan oleh anak laki-laki dan
perempuan, seringkali gagal untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara yang
mereka yakini, dan banyak remaja menemukan bahwa solusi tersebut tidak selalu
memenuhi harapan mereka.
5. Masa Mencari Identitas
Adaptasi remaja awal terhadap kelompok masih penting bagi anak laki-laki dan
perempuan, kondisi ini menciptakan keraguan yang mengarahkan remaja untuk
mengalami "krisis identitas" atau masalah ego remaja.
6. Usia Yang Menimbulkan Ketakutan
Stereotip budaya bahwa remaja ingin melakukan apa yang mereka inginkan atau
"apa yang saya inginkan" untuk menjalani kehidupan remaja yang cenderung
berperilaku tidak dapat diandalkan dan merusak, dengan orang dewasa takut akan
tanggung jawab dan tidak berbelas kasih dengan perilaku remaja normal.
7. Masa Yang Tidak Realistik
Pada masa remaja, cenderung melihat kehidupan diri sendiri dan orang lain seperti
yang diinginkan. Harapan dan cita-cita yang tidak realistis, terutama tidak hanya untuk
dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan teman-temannya, menjadi penyebabnya.
8. Ambang Masa Dewasa
Remaja sangat ingin meninggalkan stereotip remaja mereka dan memberikan
kesan hampir dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai fokus pada perilaku yang
berkaitan dengan status dewasanya: merokok, alkohol, penggunaan narkoba, dan
gangguan seksual. Mereka beranggapan bahwa perilaku seperti ini akan memberikan
gambaran yang mereka harapkan.

2.1.4 Perubahan Pada Remaja


Remaja mengalami beberapa perubahan selama periode perkembangan ini, adapun
perubahan yang terjadi menurut Ahyani & Astuti (2018) meliputi :
1. Perubahan Fisik

a. Ukuran tubuh

Perubahan fisik remaja adalah perubahan tinggi dan berat badan. Rata-rata
wanita bertambah tinggi 7,5 cm sebelum menstruasi, dan setelah menstruasi,
tingkat pertumbuhan menurun sekitar 2,5 cm per tahun dan berhenti pada usia 18
tahun. Anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan tinggi yang pesat dimulai
rata-rata pada usia 12,8 tahun, berakhir pada usia 15,3 tahun dan puncaknya
pada usia 14 tahun.
b. Proporsi tubuh

Bagian tubuh yang terlalu kecil lebih cepat matang daripada bagian tubuh
lainnya, sehingga sekarang membesar. Ini terlihat jelas di hidung, kaki dan
tangan. Tubuh kurus dan panjang mulai memanjang di pinggul dan bahu, dan
ukuran pinggang bertambah. Kakinya panjang dan kondisi ini berlangsung
hingga usia 15 tahun.

c. Ciri-ciri seks primer


Pada usia 14 tahun, ciri utama kelamin laki-laki di skrotum, yaitu perubahan
gonad atau testis di luar tubuh, hanya sekitar 10% dari ukuran dewasa, dan pada
wanita, semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa pubertas. Petunjuk
pertama bahwa sistem reproduksi gadis itu semakin matang adalah datangnya
menstruasi, yang merupakan pengeluaran darah, lendir, dan sel jaringan dari
rahim secara berkala.
d. Ciri-ciri seks sekunder
Perubahan ciri-ciri seksual sekunder tidak terkait langsung dengan
reproduksi. Ketika karakteristik seksual sekunder berkembang, anak laki-laki
dan perempuan terlihat semakin berbeda.

2. Kemampuan Berpikir (Kognitif)

Remaja awal dapat menerima dan memproses informasi abstrak dari lingkungan
dan dimasukkan dalam tahap operasional formal untuk menentukan apakah
pendapat orang tua atau orang dewasa lainnya benar atau salah.

3. Sikap dan Emosi Remaja Awal


Remaja awal berusaha untuk bertindak sesuai dengan kebiasaan kelompok. Ini
untuk memastikan mereka diterima dan tidak dikucilkan oleh rekan-rekan mereka.
Emosi yang sering muncul pada awal masa remaja antara lain marah, malu, takut,
cemas, cemburu (iri), cemburu (cemburu), sedih, bahagia, kasih sayang, dan rasa
ingin tahu.
4. Minat Dan Cita-Cita

a. Pribadi dan sosial


Minat pribadi muncul karena remaja menyadari bahwa kesan mereka
terhadap lingkungannya berdampak besar pada penerimaan sosial.
b. Rekreasi
Anak muda menarik minat rekreasi ini ke pengembangan hobi, terutama
olahraga.
c. Agama
Para remaja mulai mendiskusikan topik agama dengan teman sebayanya.
Mereka mulai membandingkan apa yang tampak nyata dengan yang ideal dalam
teori.

d. Sekolah dan karier

Masa remaja awal dipengaruhi oleh minat orang tua dan kelompok sosial.
Dengan kata lain, ketika orang tua atau kelompok sosial berorientasi pada
pekerjaan, remaja cenderung lebih tertarik pada sekolah kejuruan yang
memprioritaskan keterampilan kejuruan, dan jika orang tua atau kelompok sosial
berorientasi pada pendidikan, mereka lebih tertarik pada sekolah kejuruan
sementara. Remaja cenderung lebih tertarik untuk mengejar ilmu ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

5. Perkembangan Moral

Setiap tindakan bermanfaat dalam hal menjaga kesan baik dari sudut pandang
orang lain. Standar perilaku baik dan buruk ditujukan untuk menyetujui perilaku
orang lain.

6. Perkembangan Sosial
Pencarian identitas sosial remaja cenderung menggunakan cara modelling
terhadap orang-orang yang mereka idolakan.
2.2 Konsep Menstruasi

2.2.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik yang terjadi di dalam rahim yang dimulai
secara berkala sekitar 14 hari setelah ovulasi akibat pelepasan endometrium (Sinaga et
al., 2017).
Menstruasi adalah proses alami tubuh mengeluarkan darah dari rahim melalui
vagina dan zat penghubung sebagai bagian dari siklus menstruasi, dan menarche
adalah periode awal menstruasi ketika seorang wanita pertama kali menstruasi (Gibson
et al., 2019).

2.2.2 Proses Menstruasi


Proses menstruasi terjadi karena tidak adanya pembuahan sel telur oleh sperma,
sehingga endometrium menebal, sehingga tidak memungkinkan untuk mempersiapkan
kehamilan. Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, siklus menstruasi terjadi
setiap bulan (Sinaga et al., 2017).

2.2.3 Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan pola yang menggambarkan jarak antara hari pertama
menstruasi dengan hari pertama menstruasi berikutnya (Yudita et al., 2017). Siklus
menstruasi normal seorang wanita adalah 28-35 hari, dan periode menstruasi adalah 3-
7 hari. Jika siklus haid kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari, siklus haid dikatakan
abnormal (Sinaga et al., 2017).

2.2.4 Fase Siklus Menstruasi


Fase-fase yang terjadi pada siklus menstruasi menurut Sinaga et al., (2017) sebagai
berikut :
1. Siklus Endometrium

a. Fase menstruasi
Tahapan di mana endometrium dilepaskan dari dinding rahim dengan
perdarahan, yang biasanya berlangsung selama 5 hari (kisaran 3-6 hari). Pada
permulaan fase menstruasi, kadar estrogen, progesteron, dan LH (luteinizing
hormone) menurun atau mencapai level terendah, sedangkan siklus dan kadar
FSH (follicle stimulating hormone) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi
Periode pertumbuhan yang cepat dari sekitar hari ke-5 hingga sekitar hari ke-
14 dari siklus menstruasi. Pada tahap ini ovarium sedang dalam proses
pembentukan dan pematangan sel telur.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung dari ovulasi hingga sekitar 3 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Pada tahap ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen
dan progesteron) meningkat, sehingga pada tahap ini wanita mengalami sindrom
pramenstruasi (PMS).
d. Fase iskemi/premenstrual
Korpus luteum, yang mengeluarkan estrogen dan progesteron, berkontraksi
tanpa pembuahan dan transplantasi, dan spasme arteri heliks dengan kontraksi
tajam kadar estrogen dan progesteron, suplai darah ke endometrium fungsional
terputus dan nekrosis terjadi. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan dasar,
menyebabkan perdarahan menstruasi.

2. Siklus Ovarium
Ovulasi adalah peningkatan kadar estrogen yang menghambat pelepasan FSH
(hormon perangsang folikel), dan kelenjar pituitari mengeluarkan LH (hormon
luteinizing), dan jika implantasi tidak terjadi, tubuh luteal menurun dan kadar
hormon progesteron menurun, sehingga kelangsungan hidup endometrium.
2.2.5 Faktor Menstruasi
Menurut pendapat Nugraheni, (2018), haid dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Hormon
Hormon yang mempengaruhi menstruasi wanita adalah follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang diproduksi oleh kelenjar
pituitari serta hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium.
2. Enzim
Enzim hidrolitik hadir dalam sel-sel kerusakan endometrium yang berperan
dalam sintesis protein yang mengganggu metabolisme, yang menyebabkan
degenerasi dan perdarahan endometrium.
3. Vaskular
Selama fase proliferasi, pembentukan sistem vaskular terjadi di lapisan
fungsional endometrium. Dalam pertumbuhan endometrium, arteri dan vena juga
tumbuh, dan hubungannya dengan degenerasi endometrium terjadi secara statis
pada vena dan saluran yang terhubung ke arteri, yang akhirnya membentuk
hematoma baik di arteri maupun vena, yang mengakibatkan nekrosis dan
perdarahan. pembuluh darah.
4. Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Prostaglandin dilepaskan
sebagai akibat dari kolapsnya endometrium, yang menyebabkan kontraksi otot
rahim sebagai faktor pembatas pendarahan selama menstruasi.

2.2.6 Masalah Saat Menstruasi


Masalah–masalah yang terjadi pada saat menstruasi menurut Sinaga et al., (2017)
yaitu :
1. Sindroma Pre-Menstruasi (PMS)
Sindrom pramenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala tidak menyenangkan
fisik dan psikologis yang dialami oleh wanita sekitar satu hingga dua minggu
sebelum menstruasi. PMS bukan disebabkan oleh kadar hormon yang tidak normal,
melainkan kepekaan atau kepekaan seseorang terhadap perubahan kadar hormon
yang terjadi di dalam tubuh saat menstruasi.
Tanda dan gejala yang paling sering dialami remaja antara lain: bengkak dan
nyeri pada payudara; Jerawat berkembang. Nafsu makan meningkat; menjadi
gemuk; Sakit perut dan kembung, terkadang kram; Sembelit (sembelit); sakit
kepala; Menyakiti; Terkadang ada pembengkakan di ujung jari, tangan, atau kaki
Anda. Sakit punggung; Kelemahan dan kelesuan; Mudah lelah Mudah tersinggung
dan mudah tersinggung; bantahan; depresi; Kesulitan berkonsentrasi; Dan insomnia
(insomnia).

2. Dismenorea
Dismenorea disebut juga dismenore atau dismenore. Nyeri haid biasanya terjadi
di perut bagian bawah, tetapi bisa menyebar ke punggung bawah, punggung bawah,
panggul, paha atas, dan betis. Nyeri juga dapat disertai dengan kram perut yang
parah, yang disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat kuat saat darah
menstruasi mengalir keluar dari rahim.
Gangguan menstruasi yang dialami remaja biasanya bukan karena suatu
penyakit dan disebut sebagai dismenore primer. Dismenore primer disebabkan oleh
bahan kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel yang melapisi dinding rahim yang
disebut prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot polos di endometrium untuk
berkontraksi. Semakin tinggi level prostaglandin, semakin kuat kontraksi dan
semakin intens rasa sakit yang Anda rasakan. Dismenore sekunder disebabkan oleh
penyakit atau gangguan pada sistem reproduksi, seperti fibroid, radang panggul,
endometriosis, atau kehamilan ektopik.

3. Amenorea
Amenore adalah suatu kondisi di mana haid berhenti atau tidak terjadi selama
masa subur atau saat haid harus terjadi secara teratur. Amenore dibedakan menjadi
dua jenis: amenore primer dan amenore sekunder.
a. Amenorea Primer
Amenore primer adalah istilah yang digunakan untuk wanita yang mulai
terlambat menstruasi. Gangguan menstruasi dapat memiliki beberapa penyebab,
termasuk gangguan hormon, masalah kesehatan fisik, atau masalah stres mental
dan emosional.
b. Amenorea sekunder
Amenore sekunder juga disebut sebagai kondisi di mana tidak terjadi
menstruasi setidaknya selama tiga bulan berturut-turut dari menstruasi
sebelumnya. Amenore sekunder bisa disebabkan oleh rendahnya kadar hormon
pelepas hormon gonadotropin, yaitu hormon yang berfungsi mengatur siklus
menstruasi.

4. Polimenorea
Polimenorea adalah kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan seorang
wanita mengalami menstruasi beberapa kali dalam sebulan. Wanita yang
mengalami kram memiliki siklus menstruasi kurang dari 21 hari dengan pola
teratur, dan jumlah perdarahannya sama atau lebih tinggi dari biasanya. Gangguan
menstruasi disebabkan oleh ketidakseimbangan sistem hormon ovarium
hipotalamus-hipofisis, menghasilkan siklus menstruasi yang lebih pendek

5. Menoragia
Perdarahan menstruasi yang berlebihan adalah perdarahan menstruasi yang
berlebihan dimana perdarahan melebihi 7 hari atau terlalu banyak (lebih dari 80 ml)
dari rata-rata jumlah perdarahan normal wanita selama menstruasi (sekitar 30-40 ml
darah selama sekitar 5 sampai 7 hari saat menstruasi). Beberapa gejala yang
menyebabkan overdosis menstruasi antara lain: ketidakseimbangan hormon, tumor
fibroid rahim, polip serviks, polip endometrium, radang panggul atau yang lebih
buruk, kanker serviks, kanker endometrium, atau gangguan pembekuan darah.
2.3 Konsep Personal Hygiene
2.3.1 Definisi Personal Hygiene
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun
psikologis (Hidayat, 2008).
Personal hygiene berasal dari kata Yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (wartonah, 2006).
Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah suatu
upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik disekolah dan
dirumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatnnya akan
menjadi lebih baik.

2.3.2 Definisi Menstrual Hygiene


Higiene saat haid merupakan komponen higiene pribadi (personal hygiene) yang
berperan penting dalam keadaan perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari
disfungsi alat reproduksi (Pemiliana, 2019).
Kebersihan menstruasi bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan selama
menstruasi sehingga individu dapat mencapai kesejahteraan fisik dan psikologis dan
meningkatkan kesehatan mereka. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi menyebabkan perempuan terutama remaja tidak berperilaku
higienis saat menstruasi (Pramesti et al., 2019).
Menstrual Hygiene merupakan manajemen kebersihan yang berkaitan dengan
proses menstruasi, remaja melakukan manajemen kebersihan pada saat periode
menstruasi dengan menggunakan sabun dan air untuk mencuci tubuh sesuai kebutuhan
dan memiliki akses ke fasilitas yang aman dan nyaman untuk membuang material
yang digunakan pada periode tersebut (Gibson et al., 2019).
2.3.3 Personal Hygiene Saat Menstruasi
Pengetahuan tentang kesehatan sistem reproduksi merupakan faktor penting dalam
menentukan prilaku higienis pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak berprilaku higienis pada
saat menstruasi dan personal hygiene yang kurang pada remaja akan menimbulkan
masalah kesehatan reproduksi. Personal hygiene menstruasi adalah kebersihan diri
seorang wanita ketika menstruasi yang bertujuan untuk mencegah penyakit serta
meningkatkan perasaan sejahtera.

2.3.4 Hal-Hal Yang Diperhatikan Saat Menstruasi


Adapun indikator yang perlu diperhatikan untuk personal hygiene pada saat
menstruasi dalam Sinaga (2017) adalah :
a. Kebersihan Pakaian Sehari-Hari Dan Celana Dalam
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam. Celana
dalam yang baik adalah yang berbahan katun dan tidak ketat, serta dapat mencover
daerah pinggul agar dapat menopang pembalut dengan kuat. Jangan menggunakan
sejenis G-string atau yang minimalis. Celana dalam yang ketat membuat sirkulasi
udara tidak lancar. Akibatnya, membuat kulit iritasi. Keringat yang tidak terserap
dengan baik juga beresiko mengundang kuman jahat untuk bersarang. Ketika haid,
tak jarang celana dalam kita lebih kotor dari biasanya karena ada bercak darah yang
menempel dan kadang- kadang noda darah tersebut sulit untuk dihilangkan. Untuk
mengatasi hal ini celana dalam dicuci dengan menggunakan air hangat agar bercak
darah lebih cepat hilang. Selanjutnya sabun mandi atau sabun mild ditambahkan
padanya, jangan menggunakan detergen karena akan mengubah sifat dari celana
dalam dan berpengaruh terhadap daerah kewanitaan wanita.

b. Pemanfaatan Pembalut
Bahasan pemanfaatan pembalut saat menstruasi terdiri dari beberapa topik, yaitu
penjagaan kebersihan pembalut, pemilihan pembalut, jenis pembalut sekali pakai
dan pembalut cuci ulang (Sinaga et al., 2017).
1. Penjagaan kebersihan pembalut
Saat menstruasi, rahim seorang permpuan sangat mudah terinfeksi sehingga
diperlukan penggantian pembalut sesering mungkin. Pada masa awal
menstruasi, biasanya darah yang keluar jumlahnya cukup banyak maka perlu
pengantian pembalut lebih dari 3 kali dalam sehari. Bila terlalu lama tidak
diganti, menyebabkan pembalut jadi sangat kotor oleh darah, dan hal ini bisa
menjadi tempat bersarangnya bakteri dan jamur. Sehingga, jika tidak secara
berkala diganti maka bakteri akan berkembang dan membuat daerah
kewanitaan bermasalah.
2. Pemilihan pembalut
Sejak dahulu ternyata perempuan sudah berusaha melakukan segala cara
agar dapat merasa nyaman selama masa menstruasi. Seorang perempuan
diharapkan mampu memilih pembalut yang tepat. Kesalahan memilih pembalut
dapat berakibat iritasi kulit, alergi, hingga penyakit kulit dan infeksi. Pembalut
yang baik adalah yang memiliki permukaan halus dan berdaya serap tinggi,
juga tidak mengandung pewangi dan materialnya tidak terlalu padat atau
ringan. Kriteria tersebut agar sirkulasi udara di vagina tetap terjaga dan selalu
kering karena keadaan lembab membuat baketeri lebih mudah berkembang
biak dan dapat menyebabkan iritasi. Pembalut yang dipilih dengan criteria itu
juga harus disesuaikan dengan aktivitas wanita (Sinagaet al., 2017).
a) Jenis pembalut sekali pakai
Hampir semua wanita menggunakan pembalut ketika datang bulan. Tidak
hanya pembalut, kini para wanita menggunakan Pantyliner dalam kehidupan
sehari-hari demi menjaga kebersihan organ intimnya bermaksud agar
kesehatan dan kebersihannya senantiasa terjaga. Pembalut dan Pantyliner
yang pada umumnya berasal dari bahan kapas atau kertas yang rentan
terhadap bahan klorin yang biasa digunakan untuk memutihkan bahan
bakunya (Dinta Arum, Eva Rosita dalam Sinaga et al., 2017). Cukup banyak
beredar di masyarakat saat ini yaitu iritasi pada wanita saat menggunakan
pembalut ketika menstruasi. Klorin yang mungkin saja terkandung dalam
pembalut bisa menjadi faktor terjadinya iritasi.Memang tidak dapat kita
kenali secara kasat mata, melainkan harus dilakukan uji laboratorium.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
472/MENKES/PER/V/1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan, mencantumkan bahwa bahan kimia Klorin bersifat racun dan
iritasi.
b) Jenis pembalut cuci ulang
Saat ini pembalut cuci ulang sudah ada yang dijual di pasaran dan bisa
juga dibuat sendiri.Untuk yang dijual di pasaran ada beberapa jenis, di
bawah ini dicantumkan beberapa bahan dasarnya dan manfaatnya serta
kelebihan masing-masing dari berbagai produsen yang mengedarkannya di
Indonesia. Pembalut cuci ulang yang beredar di pasaran ini memiliki
kombinasi warna yang menarik, mempunyai harga relative terjangkau dan
tentu saja ramah lingkungan karena dapat dicuci dan dipakai ulang (Sinaga
et al., 2017). Ada bahan untuk pembalut cuci ulang yang mengguanakan
bahan dasarkain kaos untuk lapisan luar dan dalam juga memiliki ketebalan
10 lapis. Penggunaan berbaham kaos dengan mutu tinggi dipilih karena
memiliki sifat :
1) Memiliki daya serap yang kuat.
2) Lembut dan nyaman dipakai.
3) Jika terkena noda/darah tidak melekat dan mudah dicuci.
4) Tahan panas (setrika) sehingga menjaga bahan steril.
5) Warna tidak luntur dan aman dipakai setiap saat.
6) Tidak menimbulkan iritasi sehingga aman dipakai.
7) Tidak mempunyai efek samping karena tidak mengandung bahan kimia
berbahaya.
8) Dapat digunakan dalam waktu lama karena tidak mudah rusak 3 tahun (±
36 kali pemakaian).

Cara penggunaan pembalut wanita cuci ulang sangat mudah, dalam Sinaga
et al. (2017) diantaranya sebagai berikut :
1) Sebelum digunakan pembalut dicuci terlebih dahulu.
2) Lalu pembalut disetrika untuk menjaga tetap steril.
3) Pembalut cuci ulang bersayap dipakai untuk haid yang tidak terlalu deras
cukup satu saja.
4) Untuk haid yang cukup deras dapat dengan menggabungkan 2 pembalut,
yaitu satu yang bersayap dengan yang tidak bersayap.
5) Jika haid banyak/deras, maka pembalut diganti setiap 3-4 jam agar lebih
nyaman dan aman.
6) Jika dibutuhkan, rendam dengan air hangat dan cuci dengan sabun mandi
jika noda benar-benar melekat. Selain dari bahan yang menggunakan kaos,
ada juga produsen yang membuat pembalut cuci ulang dari bahan yang
berbeda-beda untuk setiap lapisannya (Sinaga et al., 2017).

c. Perawatan Kulit, Wajah Dan Rambut


Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja terutama
remaja putri. Pada saat menstruasi kelenjar sebascus akan meningkat sehingga
produksi keringat meningkat, oleh sebab itu mencuci muka dua sampai tiga kali
sehari dapat membantu mencegah timbulnya jerawat. Mencuci rambut di saat
menstruasi harus tetap dilakukan, pelarangan mencuci rambut untuk wanita
menstruasi adalah suatu mitos yang masih dipercayai sebagian masyarakat
Indonesia justru dikala menstruasi seorang wanita harus menjaga kebersihan kulit
kepala karena adanya perubahan hormone (Sinaga et al., 2017).
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan
sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun biasa, pada saat mandi organ
reproduksi terluar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan
yang terbaik adalah membasuhnya dengan air bersih, selain itu yang harus
diperhatikan ketika membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang air besar
(BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke
arah anus), bukan sebaliknya. Karena jika terbalik arah, maka kuman dari daerah
anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina. Saat membersihkan
alat kelamin, tidak perlu menggunakan cairan pembersih karena cairan tersebut
akan makin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan
sabun, sebaiknya gunakan sabun lunak (dengan pH 3,5) misalnya sabun bayi yang
biasanya ber pH netral. Penghilangan sabun dengan air sampai bersih sangat
diharuskan, selanjutnya di kerinkan menggunakan tissue toilet. Vagina memiliki pH
yang asam, yakni sekitar 3,5-4,5. Tingkat keasaman ini dapat memungkinkan
vagina untuk memelihara bakteri baik. Jadi tidak diperlukan penggunaan sabun
khusus pembersih vagina. Jika mengunakan sabun antiseptik, dapat membahayakan
bakteri baik tersebut. Ketika bakteri baik mati, bakteri jahat dan jamur jadi akan
lebih mudah bersarang. Di sekitar kita, banyak beredar produk berbahan kimia
seperti pewangi daerah kewanitaan yang berbentuk sabun, spray, krim, hingga
bedak (Sinaga et al., 2017).
Selama haid, disarankan mandi menggunakan shower atau gayung dan tidak
disarankan mandi menggunakan bath tub agar kotoran ikut terbuang langsung
bersama dengan air. Mandi dengan air hangat lebih baik apalagi, jika seorang
wanita mengalami nyeri haid. Air hangat bisa membantu melenturkan otot serta
merilekskan tubuh, sehingga seusai mandi seorang wanita akan merasa lebih segar
dan siap kembali beraktivitas. Setelah mandi seperti biasa, pengeringan daerah
kewanitaan dapat digunakan paper towel, paper towel dijepit dengan paha, sambil
menyiapkan pembalut dan celana dalam (Nugraheni, 2019).

2.3.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene


Sikap dan perilaku sesorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
sejumlah faktor antara lain :
a. Citra Tubuh (Body Image)
Pandangan seseorang terhadap dirinya mempengaruhi seseorang memelihara
hygiene. Seseorang yang mempunyai perilaku hygiene yang buruk berarti
gambaran terhadap dirinya buruk, begitu pula sebaliknya.
b. Praktik Sosial
Kelompok sosial mempengaruhi personal hygiene seseorang. Pada masa anak-
anak kebiasaan keluarga yang mempengaruhi hygiene remaja, teman juga
mempengaruhi kebiasaan hygiene mereka.
c. Status Sosial Ekonomi
Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana
yang memadai seperti kamar mandi, peralatan mandi serta perlegkapan mandi yang
cukup, misalnya: sabun, sikat gigi, sampo dan lain-lain. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, status ekonomi seseorang sangat berpengaruh. Seseorang yang
status ekonominya baik, cenderung mempunyai sarana dan prasarana yang
memadai.
d. Pengetahuan Dan Motivasi
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Namun, pengetahuan tanpa motivasi adalah hal
yang sulit untuk diwujudkan. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara
personal hygiene untuk mencegah dari kondisi atau keadaan sakit.
e. Budaya
Lingkungan sesorang sangat mempengaruhi personal hygiene. Karena berbeda
lingkungan seseorang, berbeda pula kebudayaan dan nilai pribadi yang
mempengaruhi kemampuan perawatan personal hygiene.
f. Kebiasaan
Kebiasaan seseorang meliputi pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan
melakukan perawatan rambut serta pemilihan produk seperti sabun, sampo dan lain
lain berdasarkan selera pribadi, kebutuhan, dan dana.
g. Kondisi Fisik
Seseorang dengan keterbatasan fisik, kemampuan untuk merawat diri berkurang
sehingga memerlukan bantuan orang lain (Tarwoto dalam Nugraheni, 2019).

2.3.6 Dampak baik dan buruk personal hygiene saat menstruasi


Mengganti pembalut sebaiknya dilakukan sesering mungkin dan tidak perlu
menunggu hingga pembalut tersebut penuh. Darah yang terkumpul dalam pembalut
jika didiamkan lama akan muncul kuman patogen dan saat menstruasi, pembuluh
darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan genitalia
harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan
penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu perilaku positif saat menstruasi yaitu
mengganti pembalut paling sedikit (3–4) kali sehari, pemakaian pembalut tidak boleh
lebih dari enam jam dan diganti sesering mungkin bila sudah penuh dengan darah.
Perawatan organ genital adalah salah satu cara agar alat kelamin selalu sehat dan
terhindar dari penyakit yang terjadi pada alat kelamin. Organ genital harus diberi
perawatan dengan baik, organ genital merupakan organ yang sangat penting bagi
setiap individu (Widyaningrum, 2016).
Saat sedang menstruasi, kebersihan organ reproduksi sangatlah penting untuk
dijaga dan diperhatikan kebersihannya agar terhindar dari masalah kesehatan
reproduksi. Perlu kita ketahui bahwa darah haid merupakan tempat yang ideal bagi
pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab keputihan dan infeksi. Ada mitos yang
masih dipercayai sebagian besar masyarakat sampai saat ini, seperti larangan keramas
saat sedang haid, faktanya keramas saat haid justru sangat dianjurkan agar kepala tetap
bersih dan segar, apalagi saat sedang menstruasi produksi keringat menjadi lebih
banyak dari biasanya termasuk di kulit kepala sehingga kebersihan tubuh dan rambut
haruslah tetap dijaga. Pendidikan kesehatan tentang personal hygiene genitalia yang
dilakukan kepada remaja memiliki dampak yang baik terhadap perilaku hygiene siswi
saat menstruasi. Pemberian pendidikan kesehatan hendaknya diberikan secara rutin,
tidak hanya mengenai personal hygiene, dapat mempengaruhi tindakan seseorang
untuk bertindak sesuai dengan teori yang benar (Maharani, 2017).
Salah satu akibat kurangnya pemahaman personal hygiene pada genetalia adalah
terjadi gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran kemih (ISK),
dan penyakit radang panggul (PRP) serta kemungkinan terjadi kanker leher rahim,
sehingga dibutuhkannya informasi yang sangat baik tentang kesehatan reproduksi agar
remaja memiliki pemahaman yang baik dan dapat mencegah ancaman penyakit
reproduksi. Salah satu gangguan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat
kelamin adalah keputihan (Tristanti, 2016).

2.3.7 Tanda Dan Gejala Personal Hygiene


Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), tanda dan gejala individu dengan
kurang perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan baud an pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapih.

2. Psikologis
a. Malas dan tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri atau isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.3.8 Tujuan Personal Hygiene


Menurut wartonah (2003), tujuan dari personal hygiene adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang
kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya
diri.

2.3.9 Alat Ukur Personal Hygiene Saat Menstruasi


Menurut Nursalam (2008), pengukuran personal hygiene saat menstruasi
menggunakan skala likert dengan kategori :
a. Keterangan dari pernyataan positif
1. Selalu (SL), jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan skor 4.
2. Sering (SR), jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan
skor 3.
3. Kadang-kadang (KK), jika responden kadang-kadang dan diberikan skor 2.
4. Tidak pernah (TP), jika responden tidak setuju dan diberikan skor 1.
b. Keterangan pernyataan negatif
1. Tidak pernah (TP), jika responden tidak setuju dan diberikan skor 4.
2. Kadang-kadang (KK), jika responden kadang-kadang dan diberikan skor 3.
3. Sering (SR), jika responden setuju dengan pernyataan dan diberikan skor 2.
4. Selalu (SL), jika responden sangat setuju dengan pernyataan dan diberikan skor
1.

Dengan hasil presentase diperoleh dengan rumus :


n = SP x X 100%
SM
Keterangan :
n : nilai yang didapat
SP : skor yang didapat
SM : skor maksimal

Kriteria penilaian :
Baik : >76%
Cukup : 56-75%
Kurang : <56%
(Nursalam, 2008)
2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi
2.4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO, kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terintegrasi tidak hanya
bebas dari penyakit atau cacat pada semua aspek yang berkaitan dengan organ
reproduksi, fungsi dan prosesnya, dan kesehatan reproduksi mengukur kesuburan
dengan menggunakan alat reproduksi dan memungkinkan terjadinya kehamilan dan
persalinan serta berbahaya. Tanpa kemampuan melahirkan bayi dengan selamat (sehat
ibu bayi) kemudian kesehatannya kembali normal (Rohan & Siyoto, 2013).
Kesehatan reproduksi adalah keseluruhan keadaan kesehatan mental, kesehatan
fisik dan pekerjaan sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan
proses, serta tidak adanya penyakit dan kecacatan.

2.4.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi


Menurut Noviana (2017) tujuan diantaranya yaitu :
1. Mengurangi risiko kehamilan dan aborsi yang tidak diinginkan.

2. Menurunkan angka penyakit menular seksual dan HIV / AIDS.

3. Penyediaan informasi kontrasepsi (setelah aborsi).

4. Konseling kesehatan reproduksi agar mereka dapat membuat keputusan sendiri.

2.4.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi secara umum
menurut Permata (2017) meliputi :
1. Faktor sosial ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah, ketidaktahuan akan perkembangan seksual dan proses reproduksi,
pemukiman terpencil).

2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktik tradisional yang mempengaruhi


kesehatan reproduksi, kepercayaan bahwa banyak anak beruntung, informasi
tentang fungsi reproduksi yang bingung karena anak-anak dan remaja saling
bertentangan, dll.). Contoh lain adalah seorang wanita yang suka minum jamu
untuk gaya hidup orang Jawa, terutama untuk kesehatan sistem reproduksi. Faktor
budaya dan lingkungan meliputi pandangan agama, status perempuan,
ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat mereka tinggal dan bersosialisasi, serta
lingkungan sosial tidak sehat / tidak sehat yang dapat mengganggu kesehatan fisik,
mental dan emosional remaja.

3. Faktor psikologis (efek perpecahan orang tua pada remaja, depresi akibat
ketidakseimbangan hormon, dan ketidakberhargaan wanita pada pria yang
menjalani kebebasan materi). Faktor psikologis lainnya termasuk kekerasan di
rumah atau lingkungan, tekanan teman sebaya, harga diri, dan ketidakharmonisan
keluarga.

4. Faktor biologis, seperti cacat lahir, cacat pada sistem reproduksi setelah penyakit
menular seksual, dll. Faktor biologis lain yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
pada remaja antara lain malnutrisi kronis, anemia dan kondisi energi kronis, serta
gangguan sistem reproduksi bawaan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja selama


menstruasi, menurut Ariyani, (2016), termasuk :
1. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses pembelajaran, dan semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
Pendidikan tinggi seseorang selalu cenderung mendapatkan informasi dari orang
lain dan media massa. Semakin banyak informasi yang Anda dapatkan, semakin
banyak pula pengetahuan yang Anda miliki tentang kesehatan.

2. Sumber informasi
Informasi memengaruhi pengetahuan seseorang. Bahkan jika Anda
berpendidikan rendah, Anda bisa menambah pengetahuan dengan mendapatkan
informasi baik dari berbagai media seperti televisi, radio, dan koran.
3. Sosial dan Budaya
Sosial budaya adalah kebiasaan atau tradisi yang diyakini dan dipraktikkan
orang. Status ekonomi adalah keadaan ekonomi seseorang yang menentukan
ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu, yang mana
status sosial ekonomi tersebut mempengaruhi kesehatan reproduksi seorang remaja.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu di sekitar individu, baik fisik, biologis, atau
sosial. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan remaja di
lingkungan tersebut. Ini terjadi karena interaksi atau tidak semua remaja bereaksi
dengan pengetahuan.

2.4.4 Masalah Reproduksi Pada Saat Menstruasi


Karena saluran reproduksi wanita lebih pendek dan lebih dekat ke anus atau uretra,
wanita lebih rentan terhadap infeksi saluran reproduksi (ISR) dibandingkan pria.
Infeksi saluran reproduksi bisa disebabkan oleh kurangnya kebersihan saat mencuci
organ kewanitaan saat buang air kecil atau pun buang air besar, terutama akibat sisa
debu akibat kurang higienisnya saat haid. ISR adalah infeksi yang disebabkan oleh
jamur, bakteri, atau virus.
Menurut Pramesti et al., (2019), masalah yang timbul terkait kesehatan reproduksi
pada remaja saat menstruasi antara lain :
1. Fluor Albus (Keputihan)
Fluor albus (keputihan) dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, pada wanita,
keputihan fisiologis normal biasanya terjadi di antara siklus menstruasi karena
faktor hormonal. Kedua, keputihan patologis yang menyebabkan keputihan dalam
jumlah banyak, warna kuning atau kuning kehijauan, bau busuk dan keputihan yang
tidak normal seperti nyeri dan gatal-gatal.
2. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, jamur
Candida albicans, kandidiasis dengan berbagai gejala pada vagina yang
menyebabkan gatal-gatal hebat, rasa terbakar, iritasi, dan bercak putih seperti keju
pada dinding vagina. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi ini
antara lain penggunaan kontrasepsi, kebersihan wanita dalam jangka panjang,
penggunaan pakaian dalam yang ketat dan kain yang tidak mudah menyerap, cara
mencuci area kewanitaan yang tidak benar, dan penggunaan bahan pengawet yang
berlebihan pada vagina.
3. Bacterial Vaginosis
Bakteri vaginosis adalah displasia saluran vagina yang menghasilkan cairan
berbau, berair atau putih atau keabu-abuan. Vaginosis bacterial ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan pH vagina, yang mendorong pertumbuhan bakteri patogen
dalam keadaan basa, sehingga menimbulkan rahasia.
4. Trikomonisiasis Vaginalis
Trikomoniasis vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa
Trichomonas vaginalis. Parasit ini muncul ketika pH vagina meningkat ke arah
pangkalan. Gejalanya meliputi keluarnya cairan berwarna kuning ke hijau, busa,
bau, dan dispareunia.
5. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Penyakit radang panggul adalah peradangan pada organ genital bagian atas.
Mekanisme infeksi ini biasanya menyebar pada saat menstruasi, persalinan dan
aborsi. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri streptokokus, bakteri stafilokokus, jamur
klamidia, dan virus. Gejala umum yang terjadi adalah keputihan, nyeri buang air
kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat berhubungan seks.
6. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
Radang kandung kemih, atau sering disebut dengan sistitis, merupakan hasil dari
reaksi peradangan yang terjadi akibat mikrobiologi saluran kemih bagian bawah.
Keadaan ini ditandai dengan gejala klinis yang sering terjadi setelah peningkatan
jumlah bakteri dan sel darah putih dalam urin dan ketidakmampuan untuk
mentolerir buang air kecil dan nyeri saat buang air kecil.
2.5 Konsep Kesehatan Pada Wanita
2.5.1 Definisi Kesehatan Wanita
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “Suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan” (Calundu, 2018).
Sedangkan wanita adalah perempuan dewasa. Kesehatan wanita adalah seluruh aspek
kesehatan wanita termasuk kesehatan reproduksi dapat atau tanpa berkaitan dengan
lingkungan yang saling mempengaruhinya (Manuaba, 2000).

2.5.2 Gambaran Status Kesehatan Wanita di Indonesia


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non-diskriminatif,
partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia
Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional.
1. Menopause
Menopause adalah istilah dari bahasa yunani yang diambil dari kata menos, yang
berarti bulan dan pause yang berarti berhenti, yang berarti berhentinya siklus datang
bulan (Rosental, 2009). Menopause secara harfiah merujuk pada waktu berhentinya
menstruasi untuk pertama kali dan menggambarkan periode waktu dimana
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikologis.
a. Estrogen
Pada menopause, produksi estrogen, terutama estradiol, lebih menurun dari
kadar pada premenopause. Estradiol sisa dihasilkan secara tidak langsung oleh
kelenjar adrenal. Estron dan testosteron diubah menjadi estradiol pada
jaringan perifer.
b. Progesteron
Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum, kadar progesteron
pascamenopause hanya 30% dibanding wanita yang masih ovulasi selama
fase folikuler.
c. Androgen
Androgenion adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh folikel yang
sedang berkembang. Dengan terhentinya perkembangan folikuler pada wanita
pascamenopause, kadar androstenendion turun 50%. Variasi diurnal
androstenedion dapat terlihat mengikuti aktivitas kelenjar adrenal setelah
menopause. Setelah menopause hanya 20% androstenedion yang disekresi
oleh ovarium.
d. Gonadotropin
Setelah menopause LH dan FSH sangat meningkat, kadar FSH dan Lh
adalah 4-30 mlU/ml selama usia subur. Setelah menopause kadar keduanya .
100 mlU/ml.

2. Pernikahan Dini

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anaka-anak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda , jika
pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih
tergantung pada orangtua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok
remaja. Pernikahan dini pada remaja dapat berdampak pada kesehatan remaja itu
sendiri, baik secara fisik maupun psikis.
Seperti yang telah dikatan oleh beberapa ahli bahwa dari usia pernikahan yang
terlalu muda, dapat beresiko terhadap kesehatan. Penyebab pernikahan usia remaja
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri
sendiri dan juga dari luar dirinya. Pernikahan muda atau pernikahan dini banyak
terjadi pada masa pubertas, ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku
seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah
sehingga menyebabkan kehamilan yang kemudian solusi yang diambil adalah
dengan menikahkan mereka.

2.5.3 Kajian Masalah Kesehatan pada Wanita Dewasa Muda, Menengah dan Tua

1. Masa Remaja
Secara fisik masa remaja ditandai dengan pematangan alat-alat kelamin pada
seorang anak. Secara anatomis  berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan
tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurnadan secara faali alat-
alat kelamin tersebut sudah dapat befungsi secara sempurna pula. Pada remaja putri
yang memasuki masa remaja tanda-tanda yang akan nampak yaitu pinggul
membesar, payudara membesar, tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu,
serta mengalami menstruasi setiap bulannya. Sedangkan pada remaja putra ciri-ciri
yang nampak adalah jakun membesar, suara berubah menjadi berat, bahu melebar
serta dada bidang, otot-otot terbentuk dengan baik, tumbuh rambut pada daerah-
daerah tertentu, tumbuh kumis dan janggut, serta mengalami mimpi basah. Masa
pematangan ini berlangsung kurang lebih 2 tahun sejak menstruasi pertama pada
remaja putri dan mimpi basah pertama pada masa putra. Masa 2 tahun ini
dinamakan pubertas.
Selain ciri-ciri fisik terdapat pula beberapa ciri serta karakteristik lain dimiliki
oleh remaja, yaitu antara lain :
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus
lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
f. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
g. Keinginan untuk menjelajah ke  alam sekitar yang lebih luas, misalnya
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok pecinta alam, dll..
h. Aktivitas berkelompok tumbuh sedemikian besar.
i. Sering mengkhayal dan berfantasi

2. Masa Dewasa
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang
ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini
didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah
kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri
masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri
perkembangan dewasa awal adalah :
a. Usia Reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan
membentuk rumah tangga. Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan.
Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka
menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
b. Usia Memantapkan Letak Kedudukan (Setting Down Age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembang pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai
akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola
hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat
menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang
bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan
bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang
pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda
diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah
tangga.
c. Usia Banyak Masalah (Problem Age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap
memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan,
persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan
penyesuaian di dalamnya.
d. Usia Tegang Dalam Hal Emosi (Emostional Tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan,
perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali
dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran.
Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada
suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
pergumulan persoalan.
e. Masa Keterasingan Sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam
pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga,
hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang,
dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah
akan terus berkurang. Sebab akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua
orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial.
f. Masa Komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang
mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu
tanggungjawab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang
mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk
selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan
anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai
gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda,
besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru
besar”.
g. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa
biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada
pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan
mereka.
h. Masa Perubahan Nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan
ekonomi orang dewasa.
i. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung
pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang
menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

3. Masa Tua
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut
Elida Prayitno yaitu:
a. Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel
tubuh.
b. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
c. Penurunan Dorongan Seks.

Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel
sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. Selain itu pada masa
tua juga sering terjadi gangguan-gangguan psikologisyang dapat berupa :
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan sensorik dan kognitif
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan
gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,
gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan
kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak
mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara : apakah penderita mengenali
namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.

2.5.4 Kebijakan Pemerintah dan Masalah Kesehatan Utama Wanita


Keputusan ICPD Kairo tahun 1994 memutuskan 10 program kesehatan reproduksi,
berupa kesehatan primer yang harus diperhatikan oleh semua negara termasuk
Indonesia, sebagai berikut :
1. Pelayanan sebelum, semasa kehamilan dan pasca kehamilan.
2. Pelayanan kemandulan.
3. Pelayanan KB yang optimal.
4. Pelayanan dan penyuluhan HIV/AIDS.
5. Pelayanan aborsi.
6. Pelayanan dan pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
7. Pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi remaja.
8. Tanggung jawab keluarga.
9. Peniadaan sunat dan mutilasi anak perempuan.
10. Pelayanan kesehatan lansia.

Berkaitan dengan pengaturan kesehatan reproduksi di Indonesia, dapat ditemukan


sejumlah payung hukum yang mengatur baik dalam bentuk peraturan perundang-
undangan, instrumen internasional dan kebijakan nasional.
Peraturan Perundang-Undangana :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1. Tahun 1945 Pasal 28 H ( 1 ).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2. 2009 tentang Kesehatan
Bagian Keenam, Kesehatan Reproduksi, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74,
Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77. Bagian Ketujuh, Keluarga Berencana, Pasal 78.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 3. 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
4. Bab III Hak dan Kewajiban Penduduk, Pasal 5 huruf c dan huruf l.
5. Keluarga Berencana, Pasal 20, Pasal 21.
6. Penurunan Angka Kematian, Pasal 30, Pasal 31.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 4. 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.

2.5.5 Kebutuhan Kesehatan Pada Populasi Wanita


Kesehatan seseorang tidak hanya ditandai dengan tidak adanya penyakit dalam
tubuhnya tetapi lebih mengarah pada keseimbangan kesehatan fisik/badan dan
mental/jiwa. Ketika seorang perempuan sehat, dia akan memiliki semangat dan
kekuatan untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, untuk memenuhi perannya dalam
keluarga dan masyarakat, dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Dengan kata lain, kesehatan perempuan mempengaruhi setiap aspek kehidupannya.
Selama beberapa tahun, kesehatan perempuan kurang diperhatikan dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan pada ibu, seperti perawatan selama kehamilan dan
persalinan. Pelayanan ini penting tetapi hanya mengacu pada pelayanan seorang
perempuan ketika dia menjadi seorang ibu.
Walaupun kesehatan laki-laki juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas,
perempuan sebagai suatu kelompok diperlakukan berbeda dibandingkan dengan laki-
laki. Mereka terkadang memiliki kekuatan yang lebih lemah dan lebih rendah
statusnya di keluarga dan masyarakat. Ketidaksetaraan ini menjelaskan bahwa :
1. Banyak perempuan menderita kemiskinan
2. Banyak perempuan berpendidikan rendah
3. Banyak perempuan kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan
4. Banyak perempuan tidak bisa mengambil keputusan sendiri menyangkut
kesehatannya Gambaran di atas membantu kita untuk memahami akar
permasalahan rendahnya kesehatan pada perempuan. Peningkatan kesehatan
perempuan meliputi penanganan masalah kesehatan yang dihadapi, tetapi juga
membutuhkan perubahan kondisi kehidupan mereka sehingga mereka dapat
memperoleh kekuatan lebih untuk mempertahankan kesehatannya. Ketika tindakan
ini dapat dilakukan, setiap perempuan, keluarga dan masyarakat akan memperoleh
manfaatnya. Perempuan yang sehat memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan dirinya. Selain itu juga, mereka dapat melahirkan anak yang sehat,
menjaga kesehatan keluarganya, dan dapat lebih berperan di masyarakat.
Pandangan ini dapat membantu kita untuk melihat bahwa masalah kesehatan
perempuan tidak hanya disebabkan oleh dirinya sendiri melainkan juga dipengaruhi
oleh masyarakat di sekelilingnya.

Tubuh perempuan berbeda dengan laki-laki, dan karena adanya ketidaksetaraan


jender antara laki-laki dan perempuan, perempuan menghadapi resiko lebih besar
menderita penyakit dan memiliki status kesehatan yang lebih rendah. Berikut ini
adalah beberapa contoh masalah kesehatan yang sering dialami perempuan : Status
nutrisi yang rendah Nutrisi yang rendah merupakan masalah utama yang
mempengaruhi kesehatan perempuan di negara miskin. Di masa anak- anak, anak
perempuan mendapatkan asupan makanan lebih sedikit dibandingkan anak laki-laki.
Akibatnya, pertumbuhan anak tersebut lebih lambat dan pertumbuhan tulangnya tidak
normal (nantinya akan mempersulit saat persalinan). Masalahnya akan bertambah
berat saat dia tumbuh dewasa karena bertambahnya kebutuhan akan makanan bergizi
akibat peningkatan beban kerja dan dia mulai menstruasi, hamil, dan menyusui.
Masalah Kesehatan Reproduksi Infeksi menular seksual, termasuk HIV. Secara
fisik perempuan jauh lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki terhadap infeksi
menular seksual dan HIV. Hal ini disebabkan karena cairan sperma laki-laki masuk ke
dalam kelamin perempuan dan kuman yang ada di dalamnya dapat masuk melalui
vagina ke dalam aliran darah. Terkadang gejala infeksi tersebut sering tidak ada atau
tidak jelas, sehingga perempuan tersebut tidak mendapatkan pengobatan. Masalah ini
sebenarnya berkaitan dengan kondisi sosial dari perempuan. Mereka lemah dalam
menentukan kapan melakukan hubungan seks dan tidak bisa menghindari hubungan
seks yang tidak aman. Akibatnya, jutaan perempuan menderita infeksi menular seksual
setiap tahunnya dan lebih dari 17 juta sudah terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, infeksi
menular seksual dapat menyebabkan nyeri berat, radang panggul berat, infertilitas
(kemandulan), masalah selama kehamilan, dan resiko terkena kanker leher rahim.
Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan terjadinya AIDS yang mengarah
pada kematian.
Masalah Kesehatan Reproduksi Infeksi menular seksual, termasuk HIV. Secara
fisik perempuan jauh lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki terhadap infeksi
menular seksual dan HIV. Hal ini disebabkan karena cairan sperma laki-laki masuk ke
dalam kelamin perempuan dan kuman yang ada di dalamnya dapat masuk melalui
vagina ke dalam aliran darah. Terkadang gejala infeksi tersebut sering tidak ada atau
tidak jelas, sehingga perempuan tersebut tidak mendapatkan pengobatan. Masalah ini
sebenarnya berkaitan dengan kondisi sosial dari perempuan. Mereka lemah dalam
menentukan kapan melakukan hubungan seks dan tidak bisa menghindari hubungan
seks yang tidak aman. Akibatnya, jutaan perempuan menderita infeksi menular seksual
setiap tahunnya dan lebih dari 17 juta sudah terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, infeksi
menular seksual dapat menyebabkan nyeri berat, radang panggul berat, infertilitas
(kemandulan), masalah selama kehamilan, dan resiko terkena kanker leher rahim.
Infeksi HIV yang tidak diobati dapat menyebabkan terjadinya AIDS yang mengarah
pada kematian.

2.5.6 Peran Perawat Komunitas Pada Kesehatan Wanita


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah :
a. Sebagai Penyedia Pelayanan (Care Provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah skeperawatan yang
ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
b. Sebagai Pendidik dan Konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya
diberikan dukungan emosional dan intelektual.
c. Sebagai Pengidentifikasi Masalah Kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah
kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan
melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
2.6 Konsep Pengetahuan
2.6.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open (Notoatmodjo,
2020). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra
manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan
indra penglihatan.

2.6.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut (Notoatmodjo, 2020) tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 6
tingkatan yaitu sebagai berikut :
1) Tahu (Know) merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat
mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang dipelajari sebelumnya.Tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah karena tingkatan ini hanya
mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di
pelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengingat prestasi materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama laiannya.
5) Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut (Astutik, 2013), adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu :
1. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang, semakin
bertambahnya usia maka semakin berkembang puladaya tangkap dan pola fikir
seseorang. Setelah melewati usia madya (40-60 tahun), daya tangkap dan pola fikir
sesorang akan menurun.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam
memahami dan menyerap pengetahuan yang telah di peroleh. Umumnya,
pendidikan mempengaruhi suatu proses pembelajaran, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin baik tingkat pengetahuannya.
3. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu proses dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang telah di peroleh dalam
memecahkan masalah yang di hadapi saat masa lalu dan dapat di gunakan dalam
upaya memperoleh pengetahuan.
4. Informasi
Jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, namun mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media seperti telivisi, radio, surat kabar, majalah
dan lain-lain, maka hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
5. Sosial budaya dan ekonomi
Tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan oleh masyarakat dapat
meningkatkan pengetahuannya selain itu, status ekonomi juga dapat mempengaruhi
pengetahuan dengan trsediannya suatu fasilitas yang di butuhkan oleh seseorang.
6. Lingkungan
Lingkungan sangat berengaruh dalam proses penyerapan pengetahuan yang
berada dalam suatu lingkungan. Hal ini terjadi karena adanya interaksi yang akan di
respon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2.6.4 Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Kalemben, (2020) menjelaskan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan koisoner juga sering dikenal sebagai angket yang menanyakan isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan ringkat-tingkat pengetahuan.Untuk
mengukur tingkat penegtahuan responden. untuk mengetahui mengukur pengetahuan
dapat menggunakan penilaian menurut Kalemben, (2020).
Jumlah skor yang benar dari responden
Pengetahuan = X 100%
Jumlah item
dan skor diperoleh dilakukan interprestasi skoring pada kategori Baik nilai 76-100%,
kategori cukup jika nilai 56-75%, kategori kurang dengan nilai <55%.

2.6.5 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi


Dengan pengetahuan yang baik tentang menstruasi, remaja akan merasa tenang dan
siap menghadapi dan mengatasi masalah yang terjadi saat menstruasi berlangsung.
Jika ada peristiwa menstruasi yang tidak disertai dengan pengetahuan dan informasi
yang benar, maka bisa timbul macam-macam problem psikis. Jika menstruasi disertai
dengan pengetahuan yang benar, remaja putri akan merespon menstruasi dengan hal-
hal atau perilaku yang positif. Kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene saat
menstruasi pada sebagian remaja putri mengindikasikan bahwa selayaknya para
remaja putri memperoleh informasi tentang menstruasi. Pendekatan yang bisa
dilakukan diantaranya melalui keluarga, kelompok sebaya, institusi sekolah, serta
kelompok kegiatan remaja yang peduli terhadap masa puber (Yasnani, 2016).
2.7 Kerangka Teori

Konsep Menstruasi
1. Definisi Menstruasi
2. Proses Menstruasi
3. Siklus Menstruasi
4. Fase Siklus Menstruasi
5. Faktor Menstruasi
6. Masalah Saat Menstruasi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Sebelum Dan Sesudah
Konsep Personal Hygiene
1. Definisi Personal Hygiene
2. Definisi Menstrual Hygiene
3. Personal Hygiene Saat
Menstruasi
4. Hal-hal Yang Diperhatikan
Saat Menstruasi
5. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Personal
Hygiene
6. Dampak Baik Buruk
Personal Hygiene Saat
Menstruasi
7. Tanda Dan Gejala Personal
Hygiene
8. Tujuan Personal Hygiene

Personal Hygiene
Saat Menstruasi

Gambar 2.7 Kerangka Teori

Sumber : (Pramesti et al., 2019) ; (Sinaga et al., 2017) ; (Gibson et al., 2019) ;
(Yudita et al., 2017) ; (Nugraheni, 2018) ; (Hidayat, 2018) ; (Ananto, 2006) ;
(Pemiliana, 2019) ; (Departemen Kesehatan RI, 2000) ; (Nursalam, 2008)

BAB III
MEODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka Konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang ingin diteliti (Natoatmodjo, 2018).

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat pengetahuan remaja Personal hygiene


putri sebelum dan sesudah saat menstruasi

Keterangan :

= Diteliti

= Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis

ini dirumuskan dalam bentuk hubungan dua variable. Variable bebas dan variable terikat.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan

pernyataan yang harus dibuktikan (Natoatmodjo, 2018).

Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 = Ada pengaruh tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah terkait personal hygiene saat

menstruasi pada remaja putri.

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses

menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis

keterangan mengenai apa saja yang ingin diketahui (Kasiram, 2008). Dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan pre-experimental dengan desain one group pre-post test, yaitu

suatu rancangan penelitian dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama

terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Sebelum menerima perlakuan terlebih

dahulu dilakukan pengukuran, kemudian setelah menerima perlakuan dilakukan pengukuran

ulang untuk mengetahui akibat dari perlakuan tersebut.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O I OI

Tabel 3.3 Desain Penelitian

Keterangan :
K : subjek (remaja putri)

O : observasi kuesioner sebelum

I : stimulus

OI : observasi kuesioner sesudah

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteistik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut.

Tabel 3.4 Definisi Operasional


Variable Definisi Alat Skor Skala
penelitian Operasional Ukur
Independen

Tingkat Tingkat Kuesioner Skor : Ordinal


Pengetahuan pemahaman Benar = 1
remaja atau Salah = 0
kedalaman Dengan Kriteria:
informasi yang 3 = Baik 76-100%
dimiliki remaja 2 = Cukup 56-75%
mengenai 1 = Kurang ≤ 55%
personal
hygiene dan
menstruasi.
Dependen
Personal Perilaku yang Kuesioner Skor : Ordinal
Hygiene Saat berkaitan Pernyataan positif
Menstruasi dengan SL = 4
tindakan untuk SR = 3
memelihara KK = 2
kesehatan dan TP = 1
upaya menjaga Pernyataan negatif
kebersihan SL = 1
pada daerah SR = 2
kewanitaan KK = 3
saat TP = 4
menstruasi. Dengan kriteria :
3 = Baik 76-100%
2 = Cukup 56-75%
1 = Kurang ≤ 55%

3.5 Populasi Dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek, yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan
kemudian ditarik oleh kesimpulannya (Sulaikha, 2018). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswi dikelas VIII SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang yang berjumlah
46 orang.

3.5.2 Sample
Sampel adalah sebagian sampel yang akan diteliti atau sebagian jumlah dalam
karakteristik yang dimiliki oleh populasi ,yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Sulaikha, 2018). Sampel dalam penelitian ini yang
diambil adalah seluruh siswi dikelas VIII SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang yang
berjumlah 46 orang. Untuk menentukan jumlah sampel disini penulis penulis
menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, di mana semua
anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007).
Kriteria inklusi :
1. Siswi yang masih aktif sekolah
2. Siswi kelas VIII
3. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Siswi yang tidak hadir karena sakit ataupun ijin
2. Tidak bersedia menjadi responden

3.6 Tempat dan waktu penelitian


3.6.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di sekolah SMPK Sta. Maria Assumpta

Kupang.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret tahun 2023.

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang terdiri dari
dua variabel. Kuesioner untuk variabel independen untuk menilai tingkat pengetahuan
responden. Kuesioner untuk variabel dependen untuk menilai personal hygiene saat
menstruasi. Kuesioner ini diadopsi dari penelitian Nugraheni (2019) dan Notoatmodjo
(2010) yang sudah baku dan diuji validitas dan realibilitas sehingga sudah layak digunakan.

3.8 Etika penelitian


Penelitian kesehatan pada umumnya menggunakan manusia sebagai objek yang di teliti,
hal ini berarti adanya suatu hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang
sebagai diteliti. Oleh sebab itu sebagai prinsip etika dan moral seperti yang telah di uraikan,
maka dalam pelaksaan penelitian kesehatan khususnya, harus di perhatikan hubungan antara
keduabelah pihak ini secara etika, atau biasanya disebut sebagai etika penelitian (Nursalam,
2020).
Dalam penelitian ini perlu diperhatikan masalah etika yang meliputi :
1. Surat Persetujuan (Informed concent)
Informed concent merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent yang di
berikan kepada subjek/responden. Sebelum subjek di beri kesempatan untuk membaca isi
lembar persetujuan, jika sebelum menerima menjadi responden untuk diteliti maka
peneliti tidak bisa memaksa responden untuk diteliti dan menghormati hak dari
responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek/responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan. Dilakukan untuk
menjaga kerahasiaan responden sebagai objek peneliti, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar kuesioner yang diisi oleh responden, peneliti hanya
memberikan nama inisial atau kode tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasian subjek/responden di jaga kerahasiaan oleh peneliti, baik informasi maupun
masalah-masalah lain yang di berikan oleh subjek atau responden. Masalah ini
merupakan masalah dengan memberikan jaminan kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil riset.
4. Keadilan (Justife)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi. Apabila ternyata mereka
tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian dalam melakukan penelitian, peneliti
selalu menjelaskan prosedur penelitian dan menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama.
5. Bermanfaat Dan Tidak Merugikan (Beneficeence And nonmaleficence)
Dalam melakukan penelitian memperhatikan manfaat penelitian ini bagi subjek
penelitian. Selain itu peneliti juga harus mempertimbangkan dan melihat kerugian yang
dapat merugikan subjek pada setiap kegiatan penelitian. Oleh karena itu peneliti harus
hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang akan timbul.

3.9 Prosedur Penelitian
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Proses-
proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu :
1. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari kampus STIKes Maranatha Kupang.
2. Peneliti mengurus surat ijin ke sekolah SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.
3. Peneliti mengambil responden sesuai kriteria.
4. Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian, kepada calon responden. Jika
calon responden setuju untuk menjadi responden dalam penelitian, responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan (informed consent)
5. Peneliti membagikan lembar kuesioner tentang tingkat pengetahuan terkait personal
hygiene saat kepada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada
responden.
6. Peneliti melakukan dua kali penelitian, yaitu sebelum dan sesudah terkait dua variable
tersebut.
7. Setelah lembar kuesioner terkumpul maka peneliti memindahkan data untuk ditabulasi
dan melakukan analisa data.

3.10 Pengolahan Dan Analisa Data


3.10.1 Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan maka langka selanjutnya akan diproses sesuai dengan
langka-langka sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Data (Editing)
Kuesioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu diedit untuk
mengecek kebenaran data berdasarkan pengisisan kuesioner. Maksud dilakukan
pemeriksaan data agar agar tidak terjadi kesalahan pengisian dan melihat
jawaban yang kosong yang tidak diisi oleh responden.
b. Pemberian Kode (Coding)
Coding/kode adalah symbol yang digunakan peneliti untuk menandai
kuesioner yang disis oleh responden agar lebih mudah dan sederhana.

c. Penetapan Skor (Scoring)


Setelah semua data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa, kemudian
setelahnya dilakukan tabulasi dan diberikan skor sesuai dengan kategori dari
data serta jumlah item pertanyaan dari setiap variable.
d. Entri data
Peneliti melakukan data entri yaitu memasukkan data penelitian yang
selanjutnya peneliti tampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.
e. Pembersihan Data (Cleaning data)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan ke dalam computer untuk memastikan data telah bersih dari
kesalahan sehingga data siap di analisa.

3.10.2 Analisa Data


1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Natoatmojo, 2012). Analisa data
dilakukan dengan analisa univariat yang meliputi distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan sebelum dan sesudah terkait personal hygiene saat menstruasi.

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat kemudian dilakukan dengan uji t berpasangan (paired t test),
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variable dalam satu group. artinya
analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap satu sample yang
mendapatkan suatu stimulus yang kemudian akan dibandingkan rata-rata dari
sample tersebut antara sebelum dan sesudah.
Jika data tidak terdistribusi normal, maka uji alternative dari uji t berpasangan
(paired t test) yaitu uji wilcoxon.

DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, P.A., & Perry, A.g. 2009 Fundamental of Nursing Sundamentak Keperawatan, edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika.
Kusmira, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A, 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Ferry Efendy & Makhfuldi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Atikah, P, Sitti, M. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Mkana. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Admin. 2008. Perkembangan Remaja. Artikel yang diakses dari www.perkembanganremaja.
com.Maret.2016.
Arifin, Syasul. 2007. Mengatasi Nyeri menjadi suatu masalah : diakses dari
http://ruripamela.multiply.com/journal.Maret 2016
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologis perkembangan remaja, Ghalia Indonesia : Jakarta.
Arikunto, S. 2002. Manajemen penelitian. Rineka Cipta : Jakarta
Depkes RI, 2003, Kesehatan Reproduksi. Jakarta
Sugiyono, 2007. Metode penelitian pendidikan. Alfabeta. Bandung. Sumber: Jurnal
Occupational and Environmental Medicine
Derina, K. A. (2011). Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di Smpn 155 Jakarta Tahun
2011.
Lubis, I. D., Tetap, D., Kedokteran, F., & Medan, U. (2017). Jurnal Ilmiah Simantek Vol.1 No.2
Juni 2017. 1(2), 165-170.
Sianipar, O., Banawan, N. C., Almazini, P., Calista, N., Wulamdari, P., Rovenska, N., Djuanda,
R. E., Irene, Seno, A., & Suarthana, E. (2009). Prevelensi Gangguan Menstruasi Dan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Siswi Smu Di Kecamatan Pulo Gadung
Jakarta Timur. Manajemen Kedokteran Indonesia, 59(7), 308-313.
Yusiana, M. A., Silvianita, M., Saputri, T., & Kediri, S. R. B. (N.D.). Perilaku Personal Hygiene
Remaja Putri Pada Saat Menstruasi Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Pada
Saat Menstruasi Personal Hygiene Behavior Female Teenager When To
Menstruating. 14-19.
BKKBN. 2007. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan.
Sarwono Prawirohardjo ; 2007 Noviantri (2016), Jurnal Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Personal Hygiene Remaja Putri di SMP Negeri Satap Bukit Asri Kabupaten Buton.
Suryati. 2012. Perilaku Kebersihan Remaja saat Menstruasi. Jurnal Health Quality
Greydanus, D. E., Sorrel, S., Omar, H. A., & Dodich, C. B. (2012). Adolescent famele menstrual
disorders. International Journal of Child and Adolescent Health, 5(4), 357.
Purnaningrum, A. E. (2017). Gambaran perilaku menstrual hygiene remaja putri kelas VIII dan
IX Saat Menstruasi Di Smp N 1 Gamping Kanupaten Sleman.
Nurlita, W. (2014). Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ
genetalia ekterna pada siswi MI Pembangunan.
Adila, W., Rinjani, M., & Cinderela, P. (2019). Tingkat pengetahuan remaja tentang personal
hygiene. Journal of Psychological., 1(2), 59-66.
http://www.ukinstitute.org/journal/jopp/article/view/joppv1i208
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017).
Yuni, N. E. (2019). Buku Saku Personal Hygiene (II). Nuha Medika.
Rosyida, D. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita.
Andarmoyo, S. (2012). Personal Hygiene. In Yogyakarta. Graha Ilmu.
Eswi, A., Helal, H., & Elarousy, W. (2012). Menstrual Attitude and Knowledge among Egyptian
Famele Adolescents. Journal og American Science, 8(6), 555-565.
Lajuna, L., Ramli, N., & Liana, N. (2019). Tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstrual
hygiene pada siwi SMP N 2 Jantho Aceh Besar. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(3),
207-212.
Dewi, Putri Kemala, Yuliaji Siswanto, Wahyu Kristiningrum, 2013. Perbedaan Pengetahuan
Tentang Perawatan Organ Genetalia Sebelum Dan sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Pada Siswi Di MTS AL-ASROR Gunung Pati Semarang.
Notoatmodjo, S. (2018).Metodologi Penelitian Kesehatan (Ketiga). Jakarata: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. 2020. 

Kalemben, dkk (2020). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga Sederhana Dalam Pembelajaran


Fisika Pada Materi Tekanan Hidrostatis Siswa Kelas VIII SMP Kristen Makale.
http://journals.ukitoraja.ac.id/index.php/neo/article/download/1310/991 Diakses 8
Februari 2022

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


(Edisi5). Jakarta: Salemba Medika. https://api.penerbitsalemba.com/book/books/
080284/contents/fc506312-5e09-4027-a661-9ba646dced46.pdf Diakses 12 Desember
2021

Sugiyono, P. D. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, Dan R


& D.Bandung:Alfabeta, cv.
Bakar, A, Sukawati, 2014, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, PT Raja Giafindo
Persada, Jakarta, 88-93.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki. 2017. Pendidikan kesehatan reproduksi. Jakarta


Haryanti. 2016. Pentingnya personal hygiene untuk perempuan.
Lubis, N.L, 2013, ”Wanita Dan Perkembangan Reproduksinya”,Prenada Media Group, Jakarta,
16-19.
Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Keputihan Patologis Siswi 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong utara. Unnes Journal
of Public Health, 6(4).
Annisa Baharuddin, Henni Kumaladewi Hengky, & Ayu Dwi Putri Rusman. (2019). Pengaruh
Penggunaan Pembalut Saat Menstruasi Terhadap Risiko Kanker Serviks Pada Siswi
Sma Negeri 2 Pangkajene Sidenreng Rappang. Jurnal Ilmiah Manusia Dan
Kesehatan, 2(1), 115–127.
Phonna, R., Diba, F., Yuswardi, & Maulina. (2017). Upaya Menjaga Kebersihan saat Menstruasi
pada Remaja Putri. Idea Nursing Journal ISSN : 2087-2879 Vol. IX No. 2 2017,
IX(2).
Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. 17, 25–32.
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH TERKAIT
PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMPK STA.
MARIA ASSUMPTA KUPANG

A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas anda secara lenkap dengan menuliskan pada tempat yang tersedia.
2. Berilah tanda centang/check list (√) pada salah satu jawaban
(B) : Benar
(S) : Salah
3. Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar tidak ada
pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur.
4. Bila ada yang kurang menegerti dapat ditanyakan kepeda peneliti.

B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur :
Agama :

C. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI


NO PERNYATAAN BENAR SALAH
(B) (S)
1. Haid adalah keluarnya darah dari daerah
kemaluan setiap bulan akibat meluruhnya
dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi.
2. Perempuan mulai haid pada umur ±14 tahun.
3. Siklus haid adalah jarak antara hari pertama haid
dengan hari pertama haid berikutnya.
4. Haid dikatakan normal jika siklus haid melebihi
35 hari.
5. Pada saat haid darah yang keluar sebanyak 80 ml
6. Haid berlangsung 3-10 hari.
7. Ovulasi adalah proses keluarnya ovum (sel telur)
dan ovarium (kelenjar kelamin).
8. Haid dikatakan normal jika haid terjadi 2 kali
dalam satu bulan.
9. Personal hygiene (perawatan atau kebersihan
diri) merupakan perawatan diri sendiri yang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik
secara fisik maupun psikologis.
10. Tujuan personal hygiene saat menstruasi adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan,
memelihara kebersihan diri, memperbaiki
personal hygiene yang kurang, mencegah
penyakit, menciptakan keindahan, dan
meningkatkan rasa percaya diri.

D. PERSONAL HYGIENE
Berilah tanda centang/check list (√) pada salah satu jawaban
(SL) : Selalu
(SR) : Sering
(KK) : Kadang-Kadang
(TP) : Tidak Pernah

NO PERNYATAAN SERING SERING KADANG- TIDAK


(SL) (SR) KADANG PERNAH
(KK) (TP)
1. Saya membersihkan vagina
dengan sabun khusus
pembersih vagina.
2. Saya menggunakan handuk
yang lembut jika selesai
mencuci vagina.
3. Saya membiarkan begitu saja
jika vagina saya terasa lembab.
4. Saya membersihkan alat
kelamin dengan air yang
mengalir.
5. Saya membersihkan alat
kelamin dengan tisu saja tanpa
dibasuh dengan air
sebelumnya.
6. Saya membersihkan alat
kelamin dengan air bersih dari
arah belakang ke depan.
7. Saya mengganti pembalut 4-5
kali dalam sehari.
8. Saya membungkus pembalut
dengan kertas atau plastik
tanpa dicuci sebelumnya.
9. Saya mengganti pembalut
setelah BAB atau BAK.
10. Saya mengganti pembalut jika
darah menstruasi saya penuh.
11. Saya menggunakan celana
dalam yang berbahan kaos atau
katun.
12. Saya memakai celana dalam
yang tidak menyerap keringat.
13. Saya tidak mengganti celana
dalam yang terkena darah saat
menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai