PROPOSAL
OLEH
1.4.2 Praktis
1. Bagi Siswi SMPK Sta. Maria Assumpta
Proposal ini dapat dijadikan sebagai referensi kepada siswa-siswi SMPK Sta. Maria
Assumpta mengenai tingkat pengetahuan personal hygiene saat menstruasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pertimbangan dan bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan
penelitian selanjutnya tentang personal hygiene saat menstruasi.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Untuk keperawatan dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan tentang personal
hygiene.
4. Bagi Peneliti
Proposal ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah
pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene saat menstruasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Ukuran tubuh
Perubahan fisik remaja adalah perubahan tinggi dan berat badan. Rata-rata
wanita bertambah tinggi 7,5 cm sebelum menstruasi, dan setelah menstruasi,
tingkat pertumbuhan menurun sekitar 2,5 cm per tahun dan berhenti pada usia 18
tahun. Anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan tinggi yang pesat dimulai
rata-rata pada usia 12,8 tahun, berakhir pada usia 15,3 tahun dan puncaknya
pada usia 14 tahun.
b. Proporsi tubuh
Bagian tubuh yang terlalu kecil lebih cepat matang daripada bagian tubuh
lainnya, sehingga sekarang membesar. Ini terlihat jelas di hidung, kaki dan
tangan. Tubuh kurus dan panjang mulai memanjang di pinggul dan bahu, dan
ukuran pinggang bertambah. Kakinya panjang dan kondisi ini berlangsung
hingga usia 15 tahun.
Remaja awal dapat menerima dan memproses informasi abstrak dari lingkungan
dan dimasukkan dalam tahap operasional formal untuk menentukan apakah
pendapat orang tua atau orang dewasa lainnya benar atau salah.
Masa remaja awal dipengaruhi oleh minat orang tua dan kelompok sosial.
Dengan kata lain, ketika orang tua atau kelompok sosial berorientasi pada
pekerjaan, remaja cenderung lebih tertarik pada sekolah kejuruan yang
memprioritaskan keterampilan kejuruan, dan jika orang tua atau kelompok sosial
berorientasi pada pendidikan, mereka lebih tertarik pada sekolah kejuruan
sementara. Remaja cenderung lebih tertarik untuk mengejar ilmu ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
5. Perkembangan Moral
Setiap tindakan bermanfaat dalam hal menjaga kesan baik dari sudut pandang
orang lain. Standar perilaku baik dan buruk ditujukan untuk menyetujui perilaku
orang lain.
6. Perkembangan Sosial
Pencarian identitas sosial remaja cenderung menggunakan cara modelling
terhadap orang-orang yang mereka idolakan.
2.2 Konsep Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik yang terjadi di dalam rahim yang dimulai
secara berkala sekitar 14 hari setelah ovulasi akibat pelepasan endometrium (Sinaga et
al., 2017).
Menstruasi adalah proses alami tubuh mengeluarkan darah dari rahim melalui
vagina dan zat penghubung sebagai bagian dari siklus menstruasi, dan menarche
adalah periode awal menstruasi ketika seorang wanita pertama kali menstruasi (Gibson
et al., 2019).
a. Fase menstruasi
Tahapan di mana endometrium dilepaskan dari dinding rahim dengan
perdarahan, yang biasanya berlangsung selama 5 hari (kisaran 3-6 hari). Pada
permulaan fase menstruasi, kadar estrogen, progesteron, dan LH (luteinizing
hormone) menurun atau mencapai level terendah, sedangkan siklus dan kadar
FSH (follicle stimulating hormone) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Periode pertumbuhan yang cepat dari sekitar hari ke-5 hingga sekitar hari ke-
14 dari siklus menstruasi. Pada tahap ini ovarium sedang dalam proses
pembentukan dan pematangan sel telur.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung dari ovulasi hingga sekitar 3 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Pada tahap ini hormon reproduksi (FSH, LH, estrogen
dan progesteron) meningkat, sehingga pada tahap ini wanita mengalami sindrom
pramenstruasi (PMS).
d. Fase iskemi/premenstrual
Korpus luteum, yang mengeluarkan estrogen dan progesteron, berkontraksi
tanpa pembuahan dan transplantasi, dan spasme arteri heliks dengan kontraksi
tajam kadar estrogen dan progesteron, suplai darah ke endometrium fungsional
terputus dan nekrosis terjadi. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan dasar,
menyebabkan perdarahan menstruasi.
2. Siklus Ovarium
Ovulasi adalah peningkatan kadar estrogen yang menghambat pelepasan FSH
(hormon perangsang folikel), dan kelenjar pituitari mengeluarkan LH (hormon
luteinizing), dan jika implantasi tidak terjadi, tubuh luteal menurun dan kadar
hormon progesteron menurun, sehingga kelangsungan hidup endometrium.
2.2.5 Faktor Menstruasi
Menurut pendapat Nugraheni, (2018), haid dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Hormon
Hormon yang mempengaruhi menstruasi wanita adalah follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang diproduksi oleh kelenjar
pituitari serta hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium.
2. Enzim
Enzim hidrolitik hadir dalam sel-sel kerusakan endometrium yang berperan
dalam sintesis protein yang mengganggu metabolisme, yang menyebabkan
degenerasi dan perdarahan endometrium.
3. Vaskular
Selama fase proliferasi, pembentukan sistem vaskular terjadi di lapisan
fungsional endometrium. Dalam pertumbuhan endometrium, arteri dan vena juga
tumbuh, dan hubungannya dengan degenerasi endometrium terjadi secara statis
pada vena dan saluran yang terhubung ke arteri, yang akhirnya membentuk
hematoma baik di arteri maupun vena, yang mengakibatkan nekrosis dan
perdarahan. pembuluh darah.
4. Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Prostaglandin dilepaskan
sebagai akibat dari kolapsnya endometrium, yang menyebabkan kontraksi otot
rahim sebagai faktor pembatas pendarahan selama menstruasi.
2. Dismenorea
Dismenorea disebut juga dismenore atau dismenore. Nyeri haid biasanya terjadi
di perut bagian bawah, tetapi bisa menyebar ke punggung bawah, punggung bawah,
panggul, paha atas, dan betis. Nyeri juga dapat disertai dengan kram perut yang
parah, yang disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat kuat saat darah
menstruasi mengalir keluar dari rahim.
Gangguan menstruasi yang dialami remaja biasanya bukan karena suatu
penyakit dan disebut sebagai dismenore primer. Dismenore primer disebabkan oleh
bahan kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel yang melapisi dinding rahim yang
disebut prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot polos di endometrium untuk
berkontraksi. Semakin tinggi level prostaglandin, semakin kuat kontraksi dan
semakin intens rasa sakit yang Anda rasakan. Dismenore sekunder disebabkan oleh
penyakit atau gangguan pada sistem reproduksi, seperti fibroid, radang panggul,
endometriosis, atau kehamilan ektopik.
3. Amenorea
Amenore adalah suatu kondisi di mana haid berhenti atau tidak terjadi selama
masa subur atau saat haid harus terjadi secara teratur. Amenore dibedakan menjadi
dua jenis: amenore primer dan amenore sekunder.
a. Amenorea Primer
Amenore primer adalah istilah yang digunakan untuk wanita yang mulai
terlambat menstruasi. Gangguan menstruasi dapat memiliki beberapa penyebab,
termasuk gangguan hormon, masalah kesehatan fisik, atau masalah stres mental
dan emosional.
b. Amenorea sekunder
Amenore sekunder juga disebut sebagai kondisi di mana tidak terjadi
menstruasi setidaknya selama tiga bulan berturut-turut dari menstruasi
sebelumnya. Amenore sekunder bisa disebabkan oleh rendahnya kadar hormon
pelepas hormon gonadotropin, yaitu hormon yang berfungsi mengatur siklus
menstruasi.
4. Polimenorea
Polimenorea adalah kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan seorang
wanita mengalami menstruasi beberapa kali dalam sebulan. Wanita yang
mengalami kram memiliki siklus menstruasi kurang dari 21 hari dengan pola
teratur, dan jumlah perdarahannya sama atau lebih tinggi dari biasanya. Gangguan
menstruasi disebabkan oleh ketidakseimbangan sistem hormon ovarium
hipotalamus-hipofisis, menghasilkan siklus menstruasi yang lebih pendek
5. Menoragia
Perdarahan menstruasi yang berlebihan adalah perdarahan menstruasi yang
berlebihan dimana perdarahan melebihi 7 hari atau terlalu banyak (lebih dari 80 ml)
dari rata-rata jumlah perdarahan normal wanita selama menstruasi (sekitar 30-40 ml
darah selama sekitar 5 sampai 7 hari saat menstruasi). Beberapa gejala yang
menyebabkan overdosis menstruasi antara lain: ketidakseimbangan hormon, tumor
fibroid rahim, polip serviks, polip endometrium, radang panggul atau yang lebih
buruk, kanker serviks, kanker endometrium, atau gangguan pembekuan darah.
2.3 Konsep Personal Hygiene
2.3.1 Definisi Personal Hygiene
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri
sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun
psikologis (Hidayat, 2008).
Personal hygiene berasal dari kata Yunani yang berarti personal yang artinya
perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (wartonah, 2006).
Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi adalah suatu
upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik disekolah dan
dirumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatnnya akan
menjadi lebih baik.
b. Pemanfaatan Pembalut
Bahasan pemanfaatan pembalut saat menstruasi terdiri dari beberapa topik, yaitu
penjagaan kebersihan pembalut, pemilihan pembalut, jenis pembalut sekali pakai
dan pembalut cuci ulang (Sinaga et al., 2017).
1. Penjagaan kebersihan pembalut
Saat menstruasi, rahim seorang permpuan sangat mudah terinfeksi sehingga
diperlukan penggantian pembalut sesering mungkin. Pada masa awal
menstruasi, biasanya darah yang keluar jumlahnya cukup banyak maka perlu
pengantian pembalut lebih dari 3 kali dalam sehari. Bila terlalu lama tidak
diganti, menyebabkan pembalut jadi sangat kotor oleh darah, dan hal ini bisa
menjadi tempat bersarangnya bakteri dan jamur. Sehingga, jika tidak secara
berkala diganti maka bakteri akan berkembang dan membuat daerah
kewanitaan bermasalah.
2. Pemilihan pembalut
Sejak dahulu ternyata perempuan sudah berusaha melakukan segala cara
agar dapat merasa nyaman selama masa menstruasi. Seorang perempuan
diharapkan mampu memilih pembalut yang tepat. Kesalahan memilih pembalut
dapat berakibat iritasi kulit, alergi, hingga penyakit kulit dan infeksi. Pembalut
yang baik adalah yang memiliki permukaan halus dan berdaya serap tinggi,
juga tidak mengandung pewangi dan materialnya tidak terlalu padat atau
ringan. Kriteria tersebut agar sirkulasi udara di vagina tetap terjaga dan selalu
kering karena keadaan lembab membuat baketeri lebih mudah berkembang
biak dan dapat menyebabkan iritasi. Pembalut yang dipilih dengan criteria itu
juga harus disesuaikan dengan aktivitas wanita (Sinagaet al., 2017).
a) Jenis pembalut sekali pakai
Hampir semua wanita menggunakan pembalut ketika datang bulan. Tidak
hanya pembalut, kini para wanita menggunakan Pantyliner dalam kehidupan
sehari-hari demi menjaga kebersihan organ intimnya bermaksud agar
kesehatan dan kebersihannya senantiasa terjaga. Pembalut dan Pantyliner
yang pada umumnya berasal dari bahan kapas atau kertas yang rentan
terhadap bahan klorin yang biasa digunakan untuk memutihkan bahan
bakunya (Dinta Arum, Eva Rosita dalam Sinaga et al., 2017). Cukup banyak
beredar di masyarakat saat ini yaitu iritasi pada wanita saat menggunakan
pembalut ketika menstruasi. Klorin yang mungkin saja terkandung dalam
pembalut bisa menjadi faktor terjadinya iritasi.Memang tidak dapat kita
kenali secara kasat mata, melainkan harus dilakukan uji laboratorium.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
472/MENKES/PER/V/1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan, mencantumkan bahwa bahan kimia Klorin bersifat racun dan
iritasi.
b) Jenis pembalut cuci ulang
Saat ini pembalut cuci ulang sudah ada yang dijual di pasaran dan bisa
juga dibuat sendiri.Untuk yang dijual di pasaran ada beberapa jenis, di
bawah ini dicantumkan beberapa bahan dasarnya dan manfaatnya serta
kelebihan masing-masing dari berbagai produsen yang mengedarkannya di
Indonesia. Pembalut cuci ulang yang beredar di pasaran ini memiliki
kombinasi warna yang menarik, mempunyai harga relative terjangkau dan
tentu saja ramah lingkungan karena dapat dicuci dan dipakai ulang (Sinaga
et al., 2017). Ada bahan untuk pembalut cuci ulang yang mengguanakan
bahan dasarkain kaos untuk lapisan luar dan dalam juga memiliki ketebalan
10 lapis. Penggunaan berbaham kaos dengan mutu tinggi dipilih karena
memiliki sifat :
1) Memiliki daya serap yang kuat.
2) Lembut dan nyaman dipakai.
3) Jika terkena noda/darah tidak melekat dan mudah dicuci.
4) Tahan panas (setrika) sehingga menjaga bahan steril.
5) Warna tidak luntur dan aman dipakai setiap saat.
6) Tidak menimbulkan iritasi sehingga aman dipakai.
7) Tidak mempunyai efek samping karena tidak mengandung bahan kimia
berbahaya.
8) Dapat digunakan dalam waktu lama karena tidak mudah rusak 3 tahun (±
36 kali pemakaian).
Cara penggunaan pembalut wanita cuci ulang sangat mudah, dalam Sinaga
et al. (2017) diantaranya sebagai berikut :
1) Sebelum digunakan pembalut dicuci terlebih dahulu.
2) Lalu pembalut disetrika untuk menjaga tetap steril.
3) Pembalut cuci ulang bersayap dipakai untuk haid yang tidak terlalu deras
cukup satu saja.
4) Untuk haid yang cukup deras dapat dengan menggabungkan 2 pembalut,
yaitu satu yang bersayap dengan yang tidak bersayap.
5) Jika haid banyak/deras, maka pembalut diganti setiap 3-4 jam agar lebih
nyaman dan aman.
6) Jika dibutuhkan, rendam dengan air hangat dan cuci dengan sabun mandi
jika noda benar-benar melekat. Selain dari bahan yang menggunakan kaos,
ada juga produsen yang membuat pembalut cuci ulang dari bahan yang
berbeda-beda untuk setiap lapisannya (Sinaga et al., 2017).
2. Psikologis
a. Malas dan tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri atau isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, buang air besar dan buang air kecil di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Kriteria penilaian :
Baik : >76%
Cukup : 56-75%
Kurang : <56%
(Nursalam, 2008)
2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi
2.4.1 Definisi Kesehatan Reproduksi
Menurut WHO, kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terintegrasi tidak hanya
bebas dari penyakit atau cacat pada semua aspek yang berkaitan dengan organ
reproduksi, fungsi dan prosesnya, dan kesehatan reproduksi mengukur kesuburan
dengan menggunakan alat reproduksi dan memungkinkan terjadinya kehamilan dan
persalinan serta berbahaya. Tanpa kemampuan melahirkan bayi dengan selamat (sehat
ibu bayi) kemudian kesehatannya kembali normal (Rohan & Siyoto, 2013).
Kesehatan reproduksi adalah keseluruhan keadaan kesehatan mental, kesehatan
fisik dan pekerjaan sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan
proses, serta tidak adanya penyakit dan kecacatan.
3. Faktor psikologis (efek perpecahan orang tua pada remaja, depresi akibat
ketidakseimbangan hormon, dan ketidakberhargaan wanita pada pria yang
menjalani kebebasan materi). Faktor psikologis lainnya termasuk kekerasan di
rumah atau lingkungan, tekanan teman sebaya, harga diri, dan ketidakharmonisan
keluarga.
4. Faktor biologis, seperti cacat lahir, cacat pada sistem reproduksi setelah penyakit
menular seksual, dll. Faktor biologis lain yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
pada remaja antara lain malnutrisi kronis, anemia dan kondisi energi kronis, serta
gangguan sistem reproduksi bawaan.
2. Sumber informasi
Informasi memengaruhi pengetahuan seseorang. Bahkan jika Anda
berpendidikan rendah, Anda bisa menambah pengetahuan dengan mendapatkan
informasi baik dari berbagai media seperti televisi, radio, dan koran.
3. Sosial dan Budaya
Sosial budaya adalah kebiasaan atau tradisi yang diyakini dan dipraktikkan
orang. Status ekonomi adalah keadaan ekonomi seseorang yang menentukan
ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu, yang mana
status sosial ekonomi tersebut mempengaruhi kesehatan reproduksi seorang remaja.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu di sekitar individu, baik fisik, biologis, atau
sosial. Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan remaja di
lingkungan tersebut. Ini terjadi karena interaksi atau tidak semua remaja bereaksi
dengan pengetahuan.
2. Pernikahan Dini
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anaka-anak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda , jika
pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih
tergantung pada orangtua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok
remaja. Pernikahan dini pada remaja dapat berdampak pada kesehatan remaja itu
sendiri, baik secara fisik maupun psikis.
Seperti yang telah dikatan oleh beberapa ahli bahwa dari usia pernikahan yang
terlalu muda, dapat beresiko terhadap kesehatan. Penyebab pernikahan usia remaja
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri
sendiri dan juga dari luar dirinya. Pernikahan muda atau pernikahan dini banyak
terjadi pada masa pubertas, ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku
seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah
sehingga menyebabkan kehamilan yang kemudian solusi yang diambil adalah
dengan menikahkan mereka.
2.5.3 Kajian Masalah Kesehatan pada Wanita Dewasa Muda, Menengah dan Tua
1. Masa Remaja
Secara fisik masa remaja ditandai dengan pematangan alat-alat kelamin pada
seorang anak. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan
tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurnadan secara faali alat-
alat kelamin tersebut sudah dapat befungsi secara sempurna pula. Pada remaja putri
yang memasuki masa remaja tanda-tanda yang akan nampak yaitu pinggul
membesar, payudara membesar, tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu,
serta mengalami menstruasi setiap bulannya. Sedangkan pada remaja putra ciri-ciri
yang nampak adalah jakun membesar, suara berubah menjadi berat, bahu melebar
serta dada bidang, otot-otot terbentuk dengan baik, tumbuh rambut pada daerah-
daerah tertentu, tumbuh kumis dan janggut, serta mengalami mimpi basah. Masa
pematangan ini berlangsung kurang lebih 2 tahun sejak menstruasi pertama pada
remaja putri dan mimpi basah pertama pada masa putra. Masa 2 tahun ini
dinamakan pubertas.
Selain ciri-ciri fisik terdapat pula beberapa ciri serta karakteristik lain dimiliki
oleh remaja, yaitu antara lain :
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus
lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
f. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
g. Keinginan untuk menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pramuka, kelompok pecinta alam, dll..
h. Aktivitas berkelompok tumbuh sedemikian besar.
i. Sering mengkhayal dan berfantasi
2. Masa Dewasa
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang
ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini
didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan
yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah
kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri
masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri
perkembangan dewasa awal adalah :
a. Usia Reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan
membentuk rumah tangga. Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan.
Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka
menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
b. Usia Memantapkan Letak Kedudukan (Setting Down Age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembang pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai
akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola
hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat
menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang
bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan
bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang
pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda
diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah
tangga.
c. Usia Banyak Masalah (Problem Age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap
memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan,
persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan
penyesuaian di dalamnya.
d. Usia Tegang Dalam Hal Emosi (Emostional Tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan,
perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali
dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran.
Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada
suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
pergumulan persoalan.
e. Masa Keterasingan Sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam
pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga,
hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang,
dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah
akan terus berkurang. Sebab akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua
orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial.
f. Masa Komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang
mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu
tanggungjawab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang
mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk
selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan
anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai
gelar doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda,
besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru
besar”.
g. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa
biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada
pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan
mereka.
h. Masa Perubahan Nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan
ekonomi orang dewasa.
i. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung
pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang
menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
3. Masa Tua
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia menurut
Elida Prayitno yaitu:
a. Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-sel
tubuh.
b. Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
c. Penurunan Dorongan Seks.
Pada umumnya perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel
sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. Selain itu pada masa
tua juga sering terjadi gangguan-gangguan psikologisyang dapat berupa :
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
c. Gangguan sensorik dan kognitif
d. Gangguan kesadaran
e. Gangguan orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan
gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif,
gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan
kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak
mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara : apakah penderita mengenali
namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
Konsep Menstruasi
1. Definisi Menstruasi
2. Proses Menstruasi
3. Siklus Menstruasi
4. Fase Siklus Menstruasi
5. Faktor Menstruasi
6. Masalah Saat Menstruasi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Sebelum Dan Sesudah
Konsep Personal Hygiene
1. Definisi Personal Hygiene
2. Definisi Menstrual Hygiene
3. Personal Hygiene Saat
Menstruasi
4. Hal-hal Yang Diperhatikan
Saat Menstruasi
5. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Personal
Hygiene
6. Dampak Baik Buruk
Personal Hygiene Saat
Menstruasi
7. Tanda Dan Gejala Personal
Hygiene
8. Tujuan Personal Hygiene
Personal Hygiene
Saat Menstruasi
Sumber : (Pramesti et al., 2019) ; (Sinaga et al., 2017) ; (Gibson et al., 2019) ;
(Yudita et al., 2017) ; (Nugraheni, 2018) ; (Hidayat, 2018) ; (Ananto, 2006) ;
(Pemiliana, 2019) ; (Departemen Kesehatan RI, 2000) ; (Nursalam, 2008)
BAB III
MEODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
= Diteliti
= Hubungan
ini dirumuskan dalam bentuk hubungan dua variable. Variable bebas dan variable terikat.
Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan
H1 = Ada pengaruh tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah terkait personal hygiene saat
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa saja yang ingin diketahui (Kasiram, 2008). Dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan pre-experimental dengan desain one group pre-post test, yaitu
suatu rancangan penelitian dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama
terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Sebelum menerima perlakuan terlebih
K O I OI
Keterangan :
K : subjek (remaja putri)
I : stimulus
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteistik yang diamati dari sesuatu
3.5.2 Sample
Sampel adalah sebagian sampel yang akan diteliti atau sebagian jumlah dalam
karakteristik yang dimiliki oleh populasi ,yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Sulaikha, 2018). Sampel dalam penelitian ini yang
diambil adalah seluruh siswi dikelas VIII SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang yang
berjumlah 46 orang. Untuk menentukan jumlah sampel disini penulis penulis
menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, di mana semua
anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2007).
Kriteria inklusi :
1. Siswi yang masih aktif sekolah
2. Siswi kelas VIII
3. Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Siswi yang tidak hadir karena sakit ataupun ijin
2. Tidak bersedia menjadi responden
Kupang.
3.9 Prosedur Penelitian
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar kuesioner. Proses-
proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu :
1. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari kampus STIKes Maranatha Kupang.
2. Peneliti mengurus surat ijin ke sekolah SMPK Sta. Maria Assumpta Kupang.
3. Peneliti mengambil responden sesuai kriteria.
4. Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian, kepada calon responden. Jika
calon responden setuju untuk menjadi responden dalam penelitian, responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan (informed consent)
5. Peneliti membagikan lembar kuesioner tentang tingkat pengetahuan terkait personal
hygiene saat kepada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada
responden.
6. Peneliti melakukan dua kali penelitian, yaitu sebelum dan sesudah terkait dua variable
tersebut.
7. Setelah lembar kuesioner terkumpul maka peneliti memindahkan data untuk ditabulasi
dan melakukan analisa data.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat kemudian dilakukan dengan uji t berpasangan (paired t test),
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variable dalam satu group. artinya
analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap satu sample yang
mendapatkan suatu stimulus yang kemudian akan dibandingkan rata-rata dari
sample tersebut antara sebelum dan sesudah.
Jika data tidak terdistribusi normal, maka uji alternative dari uji t berpasangan
(paired t test) yaitu uji wilcoxon.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, P.A., & Perry, A.g. 2009 Fundamental of Nursing Sundamentak Keperawatan, edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika.
Kusmira, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A, 2007. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Ferry Efendy & Makhfuldi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Atikah, P, Sitti, M. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Mkana. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Admin. 2008. Perkembangan Remaja. Artikel yang diakses dari www.perkembanganremaja.
com.Maret.2016.
Arifin, Syasul. 2007. Mengatasi Nyeri menjadi suatu masalah : diakses dari
http://ruripamela.multiply.com/journal.Maret 2016
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologis perkembangan remaja, Ghalia Indonesia : Jakarta.
Arikunto, S. 2002. Manajemen penelitian. Rineka Cipta : Jakarta
Depkes RI, 2003, Kesehatan Reproduksi. Jakarta
Sugiyono, 2007. Metode penelitian pendidikan. Alfabeta. Bandung. Sumber: Jurnal
Occupational and Environmental Medicine
Derina, K. A. (2011). Dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di Smpn 155 Jakarta Tahun
2011.
Lubis, I. D., Tetap, D., Kedokteran, F., & Medan, U. (2017). Jurnal Ilmiah Simantek Vol.1 No.2
Juni 2017. 1(2), 165-170.
Sianipar, O., Banawan, N. C., Almazini, P., Calista, N., Wulamdari, P., Rovenska, N., Djuanda,
R. E., Irene, Seno, A., & Suarthana, E. (2009). Prevelensi Gangguan Menstruasi Dan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Siswi Smu Di Kecamatan Pulo Gadung
Jakarta Timur. Manajemen Kedokteran Indonesia, 59(7), 308-313.
Yusiana, M. A., Silvianita, M., Saputri, T., & Kediri, S. R. B. (N.D.). Perilaku Personal Hygiene
Remaja Putri Pada Saat Menstruasi Perilaku Personal Hygiene Remaja Putri Pada
Saat Menstruasi Personal Hygiene Behavior Female Teenager When To
Menstruating. 14-19.
BKKBN. 2007. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Jakarta : Kementrian
Kesehatan.
Sarwono Prawirohardjo ; 2007 Noviantri (2016), Jurnal Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Personal Hygiene Remaja Putri di SMP Negeri Satap Bukit Asri Kabupaten Buton.
Suryati. 2012. Perilaku Kebersihan Remaja saat Menstruasi. Jurnal Health Quality
Greydanus, D. E., Sorrel, S., Omar, H. A., & Dodich, C. B. (2012). Adolescent famele menstrual
disorders. International Journal of Child and Adolescent Health, 5(4), 357.
Purnaningrum, A. E. (2017). Gambaran perilaku menstrual hygiene remaja putri kelas VIII dan
IX Saat Menstruasi Di Smp N 1 Gamping Kanupaten Sleman.
Nurlita, W. (2014). Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan organ
genetalia ekterna pada siswi MI Pembangunan.
Adila, W., Rinjani, M., & Cinderela, P. (2019). Tingkat pengetahuan remaja tentang personal
hygiene. Journal of Psychological., 1(2), 59-66.
http://www.ukinstitute.org/journal/jopp/article/view/joppv1i208
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017).
Yuni, N. E. (2019). Buku Saku Personal Hygiene (II). Nuha Medika.
Rosyida, D. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita.
Andarmoyo, S. (2012). Personal Hygiene. In Yogyakarta. Graha Ilmu.
Eswi, A., Helal, H., & Elarousy, W. (2012). Menstrual Attitude and Knowledge among Egyptian
Famele Adolescents. Journal og American Science, 8(6), 555-565.
Lajuna, L., Ramli, N., & Liana, N. (2019). Tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstrual
hygiene pada siwi SMP N 2 Jantho Aceh Besar. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(3),
207-212.
Dewi, Putri Kemala, Yuliaji Siswanto, Wahyu Kristiningrum, 2013. Perbedaan Pengetahuan
Tentang Perawatan Organ Genetalia Sebelum Dan sesudah Diberikan Pendidikan
Kesehatan Pada Siswi Di MTS AL-ASROR Gunung Pati Semarang.
Notoatmodjo, S. (2018).Metodologi Penelitian Kesehatan (Ketiga). Jakarata: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. 2020.
A. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah identitas anda secara lenkap dengan menuliskan pada tempat yang tersedia.
2. Berilah tanda centang/check list (√) pada salah satu jawaban
(B) : Benar
(S) : Salah
3. Dimohon agar pengisian kuesioner penelitian ini dilakukan secara teliti agar tidak ada
pertanyaan yang terlewat dan diisi dengan jujur.
4. Bila ada yang kurang menegerti dapat ditanyakan kepeda peneliti.
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur :
Agama :
D. PERSONAL HYGIENE
Berilah tanda centang/check list (√) pada salah satu jawaban
(SL) : Selalu
(SR) : Sering
(KK) : Kadang-Kadang
(TP) : Tidak Pernah