OLEH :
KELOMPOK IV :
1. NESLY TANAEM
2. BACEBA BURAN
3. ANGGI SELAN
5. ANDRIAS KAMBOMBU
6. BURHAN KAWALI
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha ESA atas segala rahmat
serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kelompok kami
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu
pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi mahasiswa. Kami juga menyadari bahwa makalah kami juga masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan
saran bagi kami agar dapat membangun kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi atau institusi pelayanan termasuk Rumah Sakit
memiliki budaya organisasi yang spesifik dan unik yang membedakan
organisasi atau institusi rumah sakit yang satu dengan lainnya,
sehingga setiap pengelola rumah sakit dari karyawan sampai pimpinan
puncak harus memahami budaya organisasi sebagai pedoman perilaku
dalam bekerja. Menurut Lahay (2007) bahwa penerapan nilai-nilai
budaya organisasi sebagai budaya kerja penting dilakukan untuk
pengembangan jati diri karyawan, dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Sedangkan menurut (Kreitner & Kinicki, 2005;
Robbin, 2006; Tika 2006) mengemukakan bahwa pernyataan puas atau
tidak puas pengelola, klien atau pasien berdasarkan pemberi pelayanan
ditentukan antara lain oleh faktor budaya organisasi.
Budaya organisasi adalah asumsi dasar yang diciptakan, atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu yang digunakan untuk
menyesuaikan diri dengan permasalahan internal atau eksternal
organisasi (Schein, 1997). Lebih lanjut para pakar menyatakan budaya
organisasi adalah kepercayaan, norma, nilai, sikap dan keyakinan yang
dibentuk oleh para anggota kelompok yang merupakan ciri khas dan
berbeda pada masing-masing organisasi (Davis, 1995 ; Robbin , 2006 ).
Budaya Organisasi menurunkan budaya kerja yaitu falsafah
yang didasari sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan
diadaptasi oleh kelompok yang tercermin dalam perilaku, cita-cita,
pendapat, dan tindakan yang terwujud sebagai kerja (Triguno, 1999).
Budaya kerja terjadi melalui suatu proses terkendali dengan melibatkan
semua komponen untuk merubah cara kerja lama menjadi cara kerja
baru yang berorientasi untuk memuaskan pelanggan atau masyarakat
dalam memberikan pelayanan paripurna.
Penerapan nilai-nilai budaya kerja penting dilakukan untuk
pengembangan jati diri aparatur dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. (Efendi 2007). Diperoleh tanggal Februari 2009). Perawat
pelaksana selaku aparatur harus senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang prima disertai kejujuran profesional ketekunan dan
kreatifitas dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu keluarga dan
masyarakat.
Selain Budaya kerja, Iklim organisasi juga menentukan
keberhasilan terhadap pelayanan Rumah Sakit dalam rangka
meningkatkan kepuasaan kerja karyawannya (Vestal, 1997; Ana,
2003). Iklim organisasi adalah konsep yang melukiskan sifat subyektif
atau kualitas lingkungan organisasi yang unsur- unsurnya dapat
dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi ditempat mereka
bekerja (Davis, 1995) Iklim organisasi berada pada kontinum yang
bergerak dari menyenangkan ke netral sampai yang tidak
menyenangkan dan ragam seperti kondisi kerja yang tidak kondusif,
penghasilan yang rendah atau imbalan yang dirasa kurang memadai
dengan beban kerja yang tinggi, hubungan yang tidak serasi antara
atasan dan rekan kerja, otonomi kewenangan tugas yang belum spesifik
dan terkesan tumpang tindih serta status pengakuan dari profesi lain
yang belum optimal. Robbins (2006) mengemukakan bahwa rendahnya
kepuasan kerja merupakan salah satu gejala rusaknya kondisi suatu
organisasi, yang dimanifestasikan dalam bentuk pemogokan kerja,
absensi dan turn over.
Pengungkapan rasa tidak puas karyawan dapat mengakibatkan
antara lain, karyawan akan menghindari pekerjaan, mengabaikan
tanggung jawab, membangkang, tidak masuk bekerja bahkan sampai
keluar dari pekerjaan serta mengambil barang inventaris organisasi
(Robbins, 2003). Selain itu karyawan yang tidak puas dengan
pekerjaanya cenderung mudah mengalami kemunduran kesehatan,
mulai dari sakit kepala hingga penyakit jantung. Stres yang dihasilkan
dari ketidak puasan tampaknya meningkatkan kerawanan terhadap
serangan jantung dan stroke (Giilies, 1996; Robbins, 2003;
Mangkunegara, 2004) Sebaliknya seorang karyawan atau perawat yang
puas dalam pekerjaanya tentunya akan memberikan pelayanan
berkualitas.
Pelayanan yang berkualitas ditandai dengan performance
perawat yang ceria, lebih ramah, lebih responsif kepada pelanggan
sehingga akan berdampak pada pencitraan yang positif bagi Rumah
Sakit. Performance perawat merupakan indikator penentu baik
buruknya pemberian pelayanan di Rumah sakit, karena perawat
merupakan tenaga kesehatan terbanyak (60%) dalam memberikan
pelayanan di Rumah Sakit (Gillies, 1996; Depkes, 2005).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Budaya
dan siakpa yang mengatur bagaimana orang berperilaku dalam organisasi. Budaya
dan dengan cara itu menunjukkan kepribadian organisasi. Budaya unik suatu
organisasi yang merupakan bagian dari kelompok dan suasana ini dikenal sebagai
iklim organisasi.
2. Jenis-jenis Budaya
Ada 4 jenis budaya yang dapat diidentifikasi dalam organisasi sebagai berikut :
kontrol, aturan, dan kebijikan yang kaku. Mereka berharap untuk menjaga
3. Iklim Organisasi
budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi sering berubah dengan pengaruh
langsung dari manajemen puncak dalam organisasi. Iklim organisasi jauh lebih
Ada berbagai jenis iklim yang telah diciptakan oleh budaya organisasi yang dapat
a. Iklim yang beorientasi pada orang – ini adalah iklim yang berfokus pada
b. Iklim yang berorien tasi pada peraturan – ini adalah iklim berdasarkan
d. Iklim yang berorientasi pada tujuan – ini adalah iklim yang berfokus pada
organisasi.
1. Implementasi Perorganisasian
kesehatan lain.
Struktur organisasi ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
besarnya organisasi dan tujuan yang ingin di capai. Ruang rawat sebagai
rumah sakit bila dilihat dari surat keputusan mentri kesehatan no. 134 dan
135 tahun 1978. Oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menrbitkan
b. Pengelompokan kegiatan
1) Tanggung jawab
kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar, pedoman dan buku panduan,
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik. Dauglas dalam
Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada beberapa aktivitas teknis yang berhubungan
4. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar
dan evaluasi.
9. Menginterpretasikan protocol.
13. Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan umum.
atau kelompok.
arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh oleh struktur hierakri
dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi
merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu
pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnyan
b. Kepercayaan pada pesan tulisan kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan
tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih
banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal,
buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pesan-pesan tertentu yang di anggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan
pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang
dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan
persepsi diantar pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
a. Pra Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument yang
telah disiapkan.
permasalahan.
sekunder
supervisi)
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik.
pasien.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
organisasi yang spesifik dan unik yang membedakan organisasi atau institusi rumah sakit
yang satu dengan lainnya, sehingga setiap pengelola rumah sakit dari karyawan sampai
pimpinan puncak harus memahami budaya organisasi sebagai pedoman perilaku dalam
bekerja. Menurut Lahay (2007) bahwa penerapan nilai-nilai budaya organisasi sebagai
budaya kerja penting dilakukan untuk pengembangan jati diri karyawan, dalam
2005; Robbin, 2006; Tika 2006) mengemukakan bahwa pernyataan puas atau tidak puas
pengelola, klien atau pasien berdasarkan pemberi pelayanan ditentukan antara lain oleh
B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun perencanaan manajemen
keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita
sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Erni & Kurniawan, 2005, Pengantar Manajemen, Edisi Pertama, EGC : Jakarta.
Gillies, D. A. 1994. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Edisi kedua. W.B
Sauders Company.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Poter & Perry, 2006, Peran Perawat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.