Anda di halaman 1dari 95

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

PUTRI TENTANG KEBERSIHAN VULVA HYGIENE DENGAN

KEJADIAN DISMENOREA DI SMP NEGERI 1 TAEBENU

KABUPATEN KUPANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan

OLEH

ASRI SOLIDA TANEBETH

102602714

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2018
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN

DISMENOREA DI SMP NEGERI 1 TAEBENU KABUPATEN

KUPANG

TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan

OLEH

ASRI SOLIDA TANEBETH

102602714

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINATILAS

Proposal ini hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

Telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Asri Solida Tanebeth

Nim : 102602714

Tanda Tangan :

Tanggal : .................2018

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Asri Solida Tanebeth

Nim : 102602714

Program Studi : S1 Keperawatan


Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri
Judul Proposal ::
Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenorea di SMP

Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018

Telah disetujui oleh pembimbing dan diterima sebagai bagian persyaratan yang

diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada program Studi

Keperawatan S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang

pada tanggal ................2018.

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Antonius R Vanchapo, S.Kep, M.MKes Servasius Ratu Banin, S.Kep.,Ns

NIDN. 0825118801 NIDN. 9908431134

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Asri Solida Tanebeth

Nim : 102602714

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul Proposal : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Vulva

Hygiene dengan Kejadian Dismenore di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang Tahun 2018.

Telah berhasil dipetahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian

persyaratan yang diperlakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Pada

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Pada

tanggal ............ 2018.

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Dr. Ina Debora Ratu Ludji, S.Kp.,M.Kes ....................

Penguji I : Antonius Rino Vanchapo, S.Kep.,M.M.Kes ....................

Penguji II : Servasius Ratu Banin, S.Kep.Ns ....................

Mengetahui

Ketua STIKES Maranatha Kupang Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKes Maranatha Kupang

Mery Fangidae Tumeluk, SST, MPH A.A Istri Fenny Lastari,S.Kep.Ns

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenorea di
SMP N 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018 ” .
Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar serjana keperawatan Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes Maranatha Kupang. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak , sangat sulit bagi saya menyelesaikan proposal ini .
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Selaku pembimbing I Antonius R Vanchapo, S.Kep.,M.MKes yang telah meluangkan
waktu , tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya selama penyusunan proposal .
2. Selaku pembimbing II Servasius Ratu Banin, S.Kep.Ns yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya selama penyusunan proposal.
3. Selaku penguji Dr. Ina Debora Ratu Ludji, S.Kp.,M.Kes yang telah memberikan masukan
yang kritis dan menginspirasi dan mempertanggung jawabkan proposal ini.
4. Mery Fangidae Tumeluk, SST, MPH, selaku ketua STIKes Maranatha yang telah
memfasilitasi kelancaran perkuliaan pada program Studi S-1 Keperawatan.
5. Wakil ketua I, II, dan III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi kelancaran
perkuliaan pada program Studi S-1 Keperawatan.
6. A.A Feny Lastari, S.Kep.Ns selaku ketua program Studi yang telah memfasilitasi
keberlangsungan proposal ini.
7. Pembimbing akademik saya yang selalu memotifasi, Siti Zakina, S.Kep.Ns
8. Ketua Yayasan Maranatha NTT, Alfred Selan, atas dukungannya.
9. Pdt. Gutten Selan, STH, selaku ketua Yayasan maranatha Kupang.
10. Seluruh pengajar program Studi S-1 Keperawaan STIKes Maranatha Kupang, yang telah
mentransferkan ilmu dan ketrampilannya.
11. Kepala Sekolah SMP N I Taebenu Kabupaten Kupang yang telah member ijin pengambilan
data awal dan penilitian.

v
12. Para responden Siswi kelas VIII SMP N 1 Taebenu Kabupaten Kupang yang telah
meluangkan waktu untuk peneliti melakukan penelitian.
13. Kedua orang tua tercinta, Bapak Petrus Tanebeth dan Ibu Yance Marselia Tanebeth-Heten
serta ketiga saudara saya yang saya sayangi, yang selalu memberikan dukungan doa, moril,
dan material dalam setiap suka maupun duka dalam menempuh setiap perjuangan dan
perjalanan hidup saya.
14. Teman-teman perjuangan kelas A dan kelompok proposal serta sahabat tersayang Shanto,
Adel, Tobyandry, Delsy, Esthy yang selalu kompak dan selalu memberikan motivasi,
masukan ,dan dukungan bagi penulis selama ini
15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu Mari kita belajar dari ilmu mentari, “ berjuta kali ia memberi
dan tak ingin ambil pulang atau merusakinya”. Semoga proposal ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan .

Kupang, 23 Mei 2018

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................................

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

PERTANYAAN ORISINALITA....................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................iv

KATA PENGANTAR.....................................................................................................v

DAFTAR ISI....................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................ 4

1.3. Tujuan Penilitian............................................................................................. 5

1.4. Manfaat Penilitian............................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 7

2.1 Konsep Perilaku………………………………………………………………….  7

2.1.1 Konsep Pengetahuan........................................................................................ 7

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan.................................................................................7

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan......................................................................................7

vii
2.1.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan..........................................8

2.1.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan.....................................................................10

2.1.1.5 Sumber Pengetahuan......................................................................................11

2.1.2 Konsep Dasar Sikap.........................................................................................12

2.1.2.1 Pengertian Sikap............................................................................................12

2.1.2.2 Komponen Sikap............................................................................................12

2.1.2.3 Tingkat Sikap.................................................................................................13

2.1.3 Konsep Tindakan.............................................................................................15

2.1.3.1 Pengertian Tindakan......................................................................................15

2.1.4 Nilai...................................................................................................................16

2.1.5 Kepercayaan......................................................................................................16

2.1.6 konsep dasar remaja.........................................................................................17

2.1.6.1 Pengertian remaja...........................................................................................17

2.1.6.2 Penggolongan Remaja...................................................................................17

2.1.7 Organ Genetalia Wanita Pada Saat Menstruasi............................................... 18

2.1.8 Konsep Dasar Menstruasi................................................................................ 20

2.1.8.1 Pengertian Menstruasi....................................................................................20

2.1.8.2 Siklus Menstruasi...........................................................................................21

2.1.8.3 Tanda dan Gejala Menstruasi.........................................................................22

2.1.8.4 Gangguan Menstruasi....................................................................................23

2.1.9 Hygiene/ Kebersihan Vulva Hygiene Pada Saaat Menstruasi.......................... 25

2.1.9.1 Defenisi Kebersihan Vulva Hygiene saat Menstruasi...................................25

2.1.7.2 Tujuan Menjaga Kebersihan Vulva Hygiene saat Menstruasi.......................26

viii
2.1.9.3 Hal yang Mempengaruhi Kebersihan Vulva Hygiene saat Menstruasi.........26

2.1.9.4 Cara Menjaga Kebersihan Vulva Hygiene saat Menstruasi..........................27

2.1.9.5 Dampak Kurang Terjaganya Vulva Hygiene saat Menstruasi.......................29

2.1.9.6 Sikap saat Menghadapi Menstruasi...............................................................31

2.2 Konsep Dismenorea...................................................................................................32

2.2.1 Pengertian Dismenorea...........................................................................................32

2.2.2 Jenis Dismenorea....................................................................................................33

2.2.3 Faktor Penyebab Dismenorea.................................................................................35

2.2.4 Penanganan Dismenorea.........................................................................................38

2.3 Kerangka Teori.......................................................................................................... 42

BAB III METODE PENILITIAN................................................................................... 43

3.1 Kerangka Konsep................................................................................................. 43

3.2 Hipotesis PenelitianDesain ................................................................................. 44

3.3 Desain penelitian..................................................................................................44

3.3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................44

3.3.1.1 Jenis Penelitian...............................................................................................44

3.3.1.2 Rancangan Penelitian.....................................................................................44

3.4 Variabel Penelitian............................................................................................... 44

3.5 Defenisi operasional............................................................................................. 45

3.6 Populasi dan Sampel............................................................................................ 47

3.6.1 Populasi.............................................................................................................47

3.6.2 Sampel dan Teknik Sampling...........................................................................47

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................... 47

ix
3.7.1 Tempat Penelitian.............................................................................................47

3.7.2 Waktu Penelitian...............................................................................................47

3.8 Instrumen Penelitian............................................................................................ 43

3.9 Validitas dan Rehabilitas Instrumen.................................................................... 48

3.9.1 Validitas............................................................................................................48

3.9.2 Rehabilitas.........................................................................................................48

3.10 Metode Pengumpulan Data................................................................................ 48

3.10.1 Cara Pengumpulan Data.................................................................................48

3.11 Pengelolaan Data............................................................................................... 49

3.12 Analisa Data....................................................................................................... 50

3.12.1 Analisa Univariat............................................................................................50

3.12.2 Analisa Bivariat..............................................................................................50

3.13 Etika Penelitian.................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 52

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.5 Definisi operasional..........................................................................................46

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Teori...............................................................................42

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..........................................................................43

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 :Lembar Persetujuan Menjadi responden

Lampian 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 :Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 5 : Lembar konsultasi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang

dewasa, tetapi emosionalnya belum dapat mengikuti perkembangan

jasmaninya, hal ini sering menimbulkan gejolak sehingga masa ini perlu

mendapat perhatian

Remaja usia 10-19 tahun dalam rentang usia tersebut mengalami

berbagai perubahan badan, perubahan status sosial, perubahan penampilan,

perubahan sikap, perubahan seks dan perubahan dalam organ-organ

reproduksi secara khusus ditandai oleh menstruasi (haid) yang pertama

disebut dengan menarche (Suryati B, 2012).

Sarwono (2009) mengemukakan bahwa haid atau menstruasi adalah

perdarahan secara periodic atau siklik dari uterus, disertai (dekuamasi)

endometrium. Siklus haid dapat berbeda-beda pada setiap perempuan sehat

dan normal. Lama siklus haid yang dianggap normal adalah 28 hari

ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Remaja putri perlu menjaga

kebersihan alat reproduksi pada saat menstruasi agar terhindar dari penyakit

infeksi yang dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain.

Hampir semua perempuan mengalami nyeri saat haid (yang dikenal

dengan dismenorea), nyeri yang dialami biasanya disertai dengan rasa kram

dan berpusat pada perut bagian bawah/ abdomen bawah, tapi dapat pula

menyebar ke bagian pinggang, paha atau kaki. Rasa nyeri tersebut dapat

1
disertai dengan mual, diare, muntah, sakit kepala, sembelit, sering kencing

bahkan pingsan (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Remaja putri yang khususnya sudah mengalami menstruasi

diharapkan memiliki pengetahuan tentang personal hygiene. Salah satu

faktor risiko infeksi saluran reproduksi adalah hygiene menstruasi yang

buruk. Kebersihan pada saat menstruasi merupakan kebersihan perorangan

pada remaja yang perlu disosialisasikan sedini mungkin agar remaja putri

terhindar dari penyakit infeksi akibat hygiene yang tidak baik pada saat

menstruasi (Febbe, 2017).

Salah satu yang ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami

mentruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri.Perilaku yang kurang dalam

merawat vulva hygine saat menstruasi seperti malas mengganti pembalut

dapat menyebabkan infeksi jamur dan bakteri. Personal hygiene saat

menstruasi dapat dilakukan dengan cara mengganti pembalut setiap 4 jam

sekali atau 3 sampai 4 kali dalam sehari setelah mandi atau buang air,

membasuh vagina dari arah depan kebelakang anus, vagina dikeringkan

dengan tissu atau handuk agar tidak lembab (Dian, 2009).

Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization ) umur

remaja berkisar antara 10-19 tahun, dari angka kejadian nyeri menstruasi

didunia sangat cukup besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap

Negara mengalami nyeri menstruasi, di amerika angka presentasenya yang

mengalami adalah 60% dan sedangkan diindonesia sendiri mencapai 50%.

Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination

Survey (NHANES), umur rata-rata manarche (menstruasi pertama) pada

2
anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun. Di

Indonesia angka kejadian dismenorea sekunder, dismenorea terjadi pada

remaja dengan prevelensi berkisar antara 43% hingga 93% di mana sekitar

74-80% remaja mengalami dismenorea ringan, sementara angka kejadian

endometrosis ditemukan pada 67% kasus di laparoskopi ( hestiantoro

dkk,2012).

Hasil penelitian yang dilakukan (Yetri, 2013) di SMPN 1 Kupang

Tengah tahun 2013, tingkat pengetahuan baik tentang menarche terdapat 58

siswa (55%), tentang pengetahuan cukup tentang menarche terdapat 44

siswa (41%)8, dan tingkat pengetahuan kurang tentang menarche terdapat 5

siswa (4%),dan penelitian yang dilakukan oleh (Febbe, 2017) di SMAN 12

Kota Kupang menunjukan bahwa pengetahuan tentang personal hygiene

saat mentruasi cukup banyak 38 responden (52,1%) dan sebagian besar

personal hygiene saat mentruasi baik sebanyak 54 responden (74%). Hasil

uji statistic mendapatkan p-value sebesar 0,000 < 0,05 dengan koefisien

korelasi 0,629.

Proverawati (2009) mengatakan bahwa sebuah penelitian yang

menunjukan kecenderungan bahwa infeksi saluran kemih (ISK), Human

Papiloma Virus (HPV) disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita

dalam menjaga kebersihan kewanitaan pada saat menstruasi sehingga virus

tersebut dapat berkembang biak dalam organ reproduksi wanita yang dalam

kondisi lembab.

Pengetahuan yang kurang tentang mentruasi juga disebabkan oleh

usia remaja, pendidikan ibu, dan keterpaparan informasi. Pesan ibu sangat

3
penting dalam pemberian informasi. Ibu adalah sumber informasi pertama

tentang menstruasi, sehingga terhindar dari pemahaman yang salah

mengenai kebersihan menstruasi dan kesehatan reproduksi. Remaja perlu

diberikan informasi yang baik dan positif melalui orang tua, teman sebaya,

guru sekolah (Erni an sitti, 2015).

Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan

mengakibatkan remaja kurang mengetahui masalah atau dampak yang

timbul akibat kurangnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ

reproduksinya maka salah satunya bentuk perhatian yang diberikan adalah

pendidikan dan perhatian agar remaja berperilaku hidup sehat, baik secara

fisik maupun mental (Profil Kesehatan NTT, 2009 ).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan

sosial yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses produksi (Depkes

RI).

Pada kenyataan, peneliti telah melakukan wawancara terhadap

beberapa siswi di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang tentang

bagaimana pengetahuan dan sikap mereka dalam vulva hygiene dengan

kejadian dismenorea yang mereka alami dan mendapatkan bahwa hanya 3-5

orang yang mengetahui bagaimana caranya dan sebagiannya tidak tahu.

Berdasarkan fenomena yang ada, semakin banyak masalah kesehatan

akibat perilaku perawatan organ genetalia eksterna yang tidak adekuat pada

remaja putri selama periode menstruasi dengan kejadian dismenorea. Sangat

sedikitnya penelitian yang meneliti aspek hygiene dengan kejadian

dismenorea pada remaja putri, menarik peneliti untuk melakukan penelitian

4
tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenore”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

“Bagaimana Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Vulva

Hygiene dengan Kejadian Dismenore di SMP Negeri 1 Taebenu Tahun

Kabupaten Kupang 2018?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi dan mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dan sikap remaja putri tentang vulva hygiene dengan kejadian

dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun

2018.

2. Mengidentifikasi kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP

Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018.

3. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri

tentang vulva hygiene dan yang tidak mengalami dismenorea tentang

vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun

2018.

1.4. Manfaat Penilitian

1.4.1. Teoritis

5
Untuk menambah informasi atau pengetahuan dan sikap serta mencegah

terjadinya infeksi pada vulva dalam menjaga kebersihan vulva hygiene

dengan kejadian dismenorea.

1.4.2. Praktis

1. Bagi Siswi SMP Negeri 1 Taebenu

Proposal ini dapat dijadikan sebagai referensi kepada siswi-siswi di

SMP Negeri 1 Taebenu Tahun Kabupaten Kupang 2018,mengenai

tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang kebersihan vulva

hygiene dengan kejadian dismenorea.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai pertimbangan dan bahan refrensi bagi peneliti lain untuk

mengadakan penelitian selanjutnya tentang kebersihan vulva hygiene

dengan kejadian dismenorea.

3. Bagi profesi keperawatan

Untuk keperawatan dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan

tentang mengenai kebersihan vulva hygiene dengan kejadian

dismenorea.

4. Bagi peneliti

Hasil penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk

menambah pengetahuan tentang pentingnya personal vulva hygiene.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia melalui indra

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebgainya) terhadap suatu

objek. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan presepsi terhadap objek.

Notoatmodjo (2003) mengatakan pengetahuan merupakan hasil

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan panca indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga , yaitu proses

melihat dan mendengar. Berdasarkan defenisi tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu proses mengenal dan

mengingat kembali suatu objek yang telah dipelajari melalui panca

indera pada suatu bidang tertentu secara baik.

2.1.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tngkat seberapa kedalaman seseorang

dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti

bagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsepbaru

dan kemampuan dalam belajar dikelas (Titik Lestari, 2015).

7
Menurut Natoatmodjho (2012), pengetahuan yang mencakup

domain kognitif, mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari suatu bahan yang

diterima atau dipelajari. Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur

bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menyelesaikan tentang objek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut. Atau memahami suatu objek

bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintreprestasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata. Atau aplikasi

diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Slameto (1995) ada dua faktor yang mempengaruhi

pengetahuan sesesorang yaitu faktor internal dan eksternal.

8
1. Faktor Internal

a. Kesehatan

Sehat berarti keadaan fisik mental dan social seseorang berfungsi

secara optimal dan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu

jika sesorang sakit, maka perjalanannya akan mengalami gangguan/

terganggu.

b. Intelegensi

Intelegensi sangat berat sekali pengaruhnya terhadap pengetahuan

seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan

lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.

c. Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang tinggi semata-

mata tertunjuk pada satu objek. Jika perhatian seseorang rendah

atau kurang terhadap satu materi maka pemahaman terhadap suatu

materi akan berkurang atau menurun.

d. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan

mengenang berbagai kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan

terus menerus disertai rasa senang.

e. Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan akan

terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.

2. Faktor Eksternal

a. Keluarga

9
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan karena keluarga

adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.

b. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang harus dilalui dalam

mengajar. Untuk menghindari kesalahan dalam belajar, cara belajar

yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan menggunakan metode

belajar yang tepat dan efektif, dan mempengaruhi hasil belajar

seseorang.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi

belajar sesorang.Pengaruh terjadi pula karena keberadaannya dalam

masyarakat. Adapun bentuk kegiatan seseorang dalam masyarakat

berhubungan dengan media massa, teman bergaul, dan bentuk

kehidupan masyarakat.

2.1.1.4 Cara Memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut (Titik

Lestari, 2015)

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahun

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai seseorang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan

apabila kemungkinan ini tidak berasil maka dicoba.

Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

10
b. Cara kekuasaan dan otorial

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima,

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer

disebut juga metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis baron ( 1561- 1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara

yang baru untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dengan

penelitian ilmiah.

2.1.1.5 Sumber Pengetahuan

Menurut Titik Lestari ( 2015 ) berbagai upaya yan dapat dilakukan

oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta

11
cara-cara tersebut yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan

yaitu :

1) Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan

bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang diaggapnya

lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan

memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar,

termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi

mengenai kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau

publiksi resmi pengetahuan lainnya.

2) Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai satu sumber

internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern mengatakan

bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan hanyalah

pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena

persepsi indra, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman, dan pencicipan dengan lidah.

3) Akal

Dalam kenyataan ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun oleh

manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsinya dengan indra

terlebih dahulu.

12
2.1.2 Konsep Dasar sikap

2.1.2.1 Pengertian Sikap

Sikap menurut Azwar Saifuddin(1995),merupakan karakter aturan

perasaan, pemikiran perilaku seseorang dalam interaksi social.

Sedangkan menurut Baron dan Bryan (2003) sikap merupakan evaluasi

terhadap berbagai aspek dalam dunia social.

2.1.2.2 Komponen Sikap

Baron, A.Wawan dan Dewi M ( 2010 ) mengatakan bahwa ada 3

komponen yang membentuk sikap , yaitu :

a) Komponen kognitif ( komponen Perseptual )

Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan , pandangan,

keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana

orang mempresepsi terhadap sikap.

b) Komponen Efektif ( Komponen Emosional )

Komponen emosional berisi tentang perasaan yang melibatkan

emosi.Bisa perasaan bahagia, perasaan sedih, dan perasaan

terkejut.Komponen satu ini bersifat subjektif.Terbentuknya

komponen emosional ini pun banyak dipengaruhi oleh persepsi

diri, yang melibatkan emosional.

c) Komponen Konatif ( komponen perilaku atau action component )

Komponen perilaku seringkali disebut dengan komponen

konatif.Komponen ini bersifat prediposisi.Prediposisi merupakan

kecendurungan seseorang terhadap stimulus/ objek yang

dihadapinya.

13
2.1.2.3 Tingkat Sikap

a) Menerima ( receiving )

Setiap orang memiliki rasa ingin diakui, termasuk ingin diterima

oleh masyarakat sekitar.Termasuk munculnya rasa keinginan dan

memperhatikan stimulus yang diterimanya.

b) Merespon ( responding)

Memberikan jawaban apa bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan.

c) Menghargai ( valuing )

Mengajak orang laen untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang laen terhadap suatu masalah .

d) Bertanggung Jawab ( responsible )

Tanggung jawab adalah salah satu sikap yang tidak semua orang

sanggup melakukannya.Banyak orang yang memiliki ide bagus,

tetapi tidak memiliki tindakan dan tanggung jawab untuk

menyelesaikannya.

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap

a) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap , pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

14
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

c) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan telah mewarnai sikap aggota masyarakat, karena

kebudayaanlah yang memberikan corak pengalaman individu-

individu masarakat asuhannya.

d) Media Masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komonikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

2.1.3 Konsep Tindakan

2.1.3.1 Pengertian Tindakan

Suatu sikap sebelum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour ) sehingga diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

memungkin antara lain fasilitas dan dukungan berbagai pihak.

Praktik atau tindakan menurut Notoatmodjo ( 2007 ) mempunyai beberapa

tingkatan yaitu :

1. Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah praktek tingkat pertama.

15
2. Respon terpimpin ( guided respons )

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang yang benar

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme ( mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi ( adaptation )

Adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

2.1.4 Nilai

Secara langsung bahwa nilai-nilai perorangan tidak dapat dipisakan dari

pilihan perilaku. Konflik dalam hal ini nilai yang meyangkut kesehatan

merupakan satu dari dilema dan tantangan penting bagi para peyelenggara

pedidikan kesehatan

Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang akan

menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup

masyarakat.

1. Orang penting sebagai refrensi

2. Sumber-sumber daya

16
Sumber daya disini mencakup fasilitas uang, waktu dan

tenaga.Misalnya, pelayanan puskesmas dapat berpengaruh positif

terhadap perilaku.

3. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber

didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup sehat

(way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap

perilaku ini.

2.1.5 Kepercayaan

Kepercayaan adalah penderian bahwa suatu fenomena atau objek

benar atau nyata.Kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk

mengungkapkan atau masyarakat keyakinan agar terjadi perubahan

perilaku.

Kepercayaan secara umum bermaksud akan benarnya terhadap perkara

dan merupakan satu keyakinan akan sesuatu(Anonim) kepercayaan sering

atau diperoleh dari orang tua,kakek dan nenek. Seseorang menerima

kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu.

2.1.6 Konsep Dasar Remaja

2.1.6.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO / World Health Organization, Remaja adalah mereka yang

berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan

usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.

17
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa dan terjadi perubahan fisik yang cepat menyamai orang dewasa,

tapi emosionalnya belum dapat mengikiti perkembangan jasmaninya,hal

ini sering menimbulkan gejolak sehingga masa ini perlu mendapat

perhatian. Salah satunya adalah pendidikan dan perhatian agar remaja

berperilaku hidup sehat, baik secara fisik maupun mental ( profil

kesehatan NTT,2009).

Menurut Depkes RI remaja yang usia antara 10 samapi 19 tahun dan

belum kawin atau berumah tangga.

2.1.6.2 Penggolongan remaja

Menurut Hardianto (2006), berdasarkan sifat atau cirri perkembangannya,

masa remaja ada 3 tahap yaitu :

a. Masa remaja awal ( 10- 12 tahun)

Pada masa ini individu lebih dekat dengan teman sebaya, merasa ingin

bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya, dan mulai

berpikir abstrak( khayal).

b. Masa remaja tengah ( 13- 15 tahun )

Pada masa ini individu ingin mencari identitas diri dan ada keinginan

untuk berkencan atau tertarik dengan lawan jenis, timbul perasaan cinta

yang mendalam, kemampuan berpikir abstrak makin berkembang,

mulai berhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

c. Masa remaja ahir ( 16- 19tahun )

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran- peran

orang dewasa.

18
2.1.7 Organ Genetalia Wanita

Organ genetalia wanita dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu organ

genetalia bagian dalam dan organ genetalia bagian luar( Badriyah,2004).

1. Organ Genetalia Bagian Luar

a. Mons Pubis

Mons pubis adalah bagian depan sendi pubis dan terdiri atas jaringan

lemak dan kulit.

b. Labia Mayora ( bibir besar)

Labia mayora berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong

menjurus kebawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia

mayora tersusun dari kulit berambut, kelenjar lemak,kelenjar

kerinyat,bagian dalamnya tidak ada rambut dan mengandung

kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung saraf.

c. Labia Minora ( bibir kecil)

Labia minora merupakan lipatan tipis dari kulit sebelah dalam dari

bibir besar, terdiri atas bagian kanan dan bagian kiri yang

menonjol.Bagian depan labia minora mengelilingi klitoris. Kedua

labia ini mempunyai pembuluh darah sehingga dapat menjadi besar

saat keinginan seks bertambah.Labia ini analog dengan kulit skrotum

pada organ pria.

d. Clitoris

Clitoris merupakan suatu tonjolan yang letaknya berdekatan dengan

saluran air seni yang mengandung banyak urat saraf dan juga

terdapat pembuluh darah sehingga sangat sensitif.

19
e. Vulva( vestibulum)

Vulva merupakan bagian lonjong dengan ukuran memanjang dari

muka ke belakang.Pada bagian muka dibatasi oleh klitoris, kedua

bibir kecil, sedangkan bagian belakangnya oleh bagian yang terletak

antara vagina dan anus (perineum).

f. Kelenjar bartholini

Kelenjar bartholini merupakan kelenjar yang berada didaerah vulva

dan vagina yang mengeluarkan lender.

g. Selaput darah(hymen)

Hymen merupakan darah berupa lapisan tipis dan menutupi sebagian

besar mulut vagiana.Alaminya memang berlubang sebesar ujung jari

hingga lendir dan berdarah dan dapat keluar.

2. Organ Genetalia Bagian Dalam

a. Vagina ( liang kemaluan / saluran senggama)

Vagina merupakan saluran penghubung antara vulva dan rahim

letaknya diantara kantong kencing dan saluran anus / rectum. Fungsi

vagina sebagai saluran keluar dari rahim seperti haid,lendir,dan jalan

lahir.

b. Rahim / Uterus

rahim terdapat didalam ruang panggul kecil / pelvis minor, diantara

kantong kencing dan anus. Terdiri atas tiga bagian besar,yaitu:

panggul rahim/ fallopi bermuara; badan rahim/ corpus uteri

merupakan bagian besar dari rahim tempat janin berkembang.

20
Rongga didalamnya disebut rongga rahim/ cavum uteri; leher rahim/

cervix uteri bentuknya selindris.

c. Dinding rahim

Dinding rahim merupakan tempat dimana sel telur/ ovum yang telah

dibuahi bersemayam. Dinding rahim terdiri atas tiga lapisan yaitu:

lapisan luar yang berhubungan dengan rongga perut = parametrium

( penyangga rahim); lapisan otot merupakan bagian paling tebal=

myometrium(otot rahim); lapisan dalam merupakan lapisan yang

berhubungan langsung dengan rongga rahim yang berperan penting

dalam siklus haid selama masa reproduksi= endometrium.

d. Tuba fallopi/ saluran telur

Tuba fallopi merupakan saluran penghubung antara rahim dan induk

telur.

e. Ovarium/ induk telur

Perempuan pada umumnya mempunyai dua induk telur yaitu bagian

kiri dan kanan yang ukurannya kurang lebih sebesar ibu jari tangan

dengan panjang 4cm,lebar dan tebalnya 1,5cm. jumlahnya

diperkirakan terdapat kira-kira 100 ribu bakal sel telur / folikel

primer dan tiap bulannya akan dikeluarkan 1 sel telur matang

( kadang-kadang 2 sel telur)yang sudah siap untuk dibuahi.

21
2.1.8 Konsep Dasar Menstruasi

2.1.8.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodic dan siklik

dari uterus,disertai (dekuamasi) endometrium,menurut (proverawati

dkk,2009). Mentruasi merupakan suatu peristiwa fisiologik yang dialami

oleh wanita normal mulai dari umur awal dewasa 12- 15 tahun hingga

umur 50 tahun.

2.1.8.2 Siklus Menstruasi

Menurut (Mery, Dona dan Jim tahun 2007) dalam buku

Keperawatan Medikal Bedah mengatakan siklus haid adalah rangkaian

perubahan tubuh wanita yang berlanjut bulanan untuk bersiap menghadapi

pembuahan dan janin yang tumbuh.

Haid atau menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang

mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya untuk kehamilan. Daur

ini melibatkan beberapa tahap yang melibatkan hormone dan di

kendalikan oleh interaksi hormone yang dikeluarkan oleh hipotelamus

yaitu FSH/ Folikel Stimulating Hormons, LH/ Luteinesing Hormons dan

kelenjar dibawah otak depan serta induk telur. Pada permulaan daur,

lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berfungsi

sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh jika perempuan itu

dalam keadaan hamil( Mualana,2008).

Lama siklus haid yang normal pada wanita adalah 28 hari ditambah

atau dikurangi dua sampai tiga hari. Menurut Sarwono menerangkan

bahwa tiap siklus haid dibedakan menjadi empat fase yaitu:

22
a. Fase haid

Dalam fase endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

pendarahan.Hanya stratum basale yang tinggal utuh.Darah haid

mengandung darah vena dan juga arteri dengan sel-sel darah merah,

fase haid ini berlangsung selama 3- 4 hari.

b. Fase pascahaid atau regenerasi

Pada luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar

berangsur- angsur sembuh dan ditutup kembali oleh lendir baru yang

tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Tebal endometrium 0,5 mm.

fase regenerasi ini dimulai sejak fase menruasi dan berlangsung kurang

lebih 4 hari.

c. Fase proliferasi

Pada fase ini akan berlangsung sampai hari ke-5 sampai hari ke-14.

Kemudian endometrium tumbuh kembali dan disebut juga endometrium

mengadakan proliferasi. Dan pada fase proliferasi ini terjadi penebalan

endometrium 3,5 mm.

d. Fase sekresi atau fase prahaid

Pada fase sekresi endometrium kira-kira akan tetap tebalnya tetapi akan

terjadi perubahan bentuk kelenjar berubah panjang, berkeluk-keluk dan

akan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Pada fase

sekresi dimulai sesudah ovulasi dan fase ini berlangsung dari hari ke-14

sampai hari ke-28.

23
2.1.8.3 Tanda dan Gejala Menstruasi

Ada beberapa tanda dan gejala mentruasi yang berbeda yang dapat

berkaitan dengan siklus menstruasi atau haid.

a. Gejala pada fisik paling umum pada periode haid:

1. Sakit kepala atau ketegangan di kepala

2. Nyeri pada payudara

3. Merasa kembung pada perut

4. Pembengkakan diekstremitas lengan, kaki dan jari

5. Keram pada area paha, perut dan punggung

6. Cepat lelah

7. Jerawat atau acne

b. Gejala emosional paling umum

Beberapa gejala emosional yang berbeda yang umumnya terkait

dengan siklus haid meliputi:

1. Mood naik turun

2. Kebingungan dan kesulitan untuk berkonsentrasi atu kurang focus

3. Menarik diri dari kegiatan social dan pertemuan

4. Kecemasan atau ada perasaan gugup

5. Lekas marah atau kehilangan minat pada hal favorit

6. Perasaan depresi

2.1.8.4 Gangguan Menstruasi

Adapun gangguan haid atau menstruasi yang biasa dialami seorang wanita

menurut Aulia,2009 dan Manuaba,2009 yaitu:

a. Nyeri haid/ Dismenorea

24
Nyeri haid atau dismenorea berasal dari bahasa “ Greek” yaitu dys

adalah gangguan atau nyeri hebat,meno/ bulan dan rhea yaitu alira. Jadi

dismenore merupakan gangguan aliran darah mentruasi atau nyeri

mentruasi.Pada saat mentruasi atau haid wanita kadang mengalami

nyeri, dimulai dari nyeri yang skala nyeri ringan hingga berat.Tetapi

nyeri pada mentruasi belum diketahui secara jelas penyebabnya, tetapi

beberapa faktor dapat mempengaruhi yaitu ketidakseimbangan hormone

dan faktor psikologis.

Ada beberapa macam nyeri haid atau menstruasi yaitu:

1. Nyeri menstruasi primer

Timbul awal nyeri sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan

berjalannya waktu. Tepatnya pada saat hormone tubuh kembali stabil

atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.

2. Nyeri menstruasi sekunder

Nyeri menstruasi sekunder akan muncul atau akan timbul jika ada

kelainan atau penyakit yang dialami atau sudah menetap seperti :

infeksi rahim, polip atau kista dan tumor disekitar kandungan.

3. Nyeri menstruasi normal

Nyri menstruasi normal dipengaruhi oleh faktor psikis dan faktor

fisik, seperti shock, stress, penyakit menahun, penyempitan

pembuluh darah, kurang darah serta kondisi tubuh yang menurun.

b. Gangguan jumlah darah

1. Monoragi/ Hipermenorea

25
Monoragi adalah bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur

dan jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari

jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darahnya yang ada.

Penyebab terjadinya monoragi kemungkinan adanya mioma uteri/

pembesaran rahim dan polip endometrium / penebalan dinding

rahim.

2. Hipomenorea

Pada kelainan ini siklus haid jumlahnya akan sedikit dan tidak

banyak darah yang keluar. Penyebabya adalah ada gangguan

hormone,kondisi wanita kekurangan gizi atau wanita mengidap atau

mengalami penyakit tertentu.

c. Penyakit infeksi pada alat kelamin

a. Infeksi kelenjar bartholin

Infeksi pada kelenjar ini terjadi karena penyakit kelamin yang

disebabkan oleh bakteri gonorea, stapilokokus.Gejala infeksi ini

adalah sukar berjalan karena adanya nyeri dan terasa panas

disekitarnya.

b. Infeksi vagina / vulvitis

Infeksi pada vagina akan terdapat pembengkakan pada vagina dan

aka nada gejala seperti rasa gatal yang hebat dapat disertai dengan

rasa nyeri. Infeksi ini terjadi pada wanitayang badannya gemuk dan

juga bisa terjadi pada wanita yang tidak gemuk. Pada pemeriksaan

laboratorium juga terdapat penyakit kincing manis.

26
2.1.9 Hygiene / Kebersiha Vulva Higiene Pada Saat Mentruasi

2.1.9.1 Defenisi kebersihan genetalia saat menstruasi

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan

infeksi.Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang

baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan

diri agar sehat, tidak berbau, tidak malu,tidak menyebarkan kotoran,

atau menularkan kumanpenyakit bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi,

gosok gigi,mencuci tangan, dan memakai pakaian yang

bersih.kebersihan seseorang merupakan suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejatraan

fisik dan psikis ( Wikipedia,2012 ).

Kesehatan genetalia adalah keadaan organ seksual yang bebas dari

kotoran dan infeksi. Menjaga kebersihan vulva hygiene saat

menstruasi adalah cara menjaga kebersihan organ-organ seksual atau

alat reproduksi saat menstruasi agar terbebas dari suatu infeksi dan

penyakit (Laila,2012).

2.1.9.2 Tujuan menjaga kebersihan vulva hygiene saat menstruasi

Tujuan perawatan kebersihan vulva hygiene saat menstruasi adalah

pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan

selama menstruasi, sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi

dan mendapatkan kesejatraan fisik dan psikis serta meningkatkan

derajat kesehatan seseorang. Memelihara tingkat kebersihan selama

27
periode menstruasi membantu meminimalisir bau tidak sedap dan

infeksi akibat tidak dijaganya kebersihan genetalia(Laila,2011).

2.1.9.3 Hal yang mempengaruhi kebersihan vulva hygiene saat menstruasi

Dinegara yang beriklim tropis, udara panas cenderung membuat

tubuh menjadi mudah berkerinyat dan lembab, termasuk didaerah

genetalia terutama pada saat menstruasi. Keadaan lembab

menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan

penyakit(Burhani,2010).

Menurut Proverawati (2009), banyak mitos yang berkembang

dimasyarakat terkait dengan menstruasi,diantaranya:

1. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan

kemandulan. Pada kenyataan secara medis justru memakai

pembalut merupakan metode yang baik selama menstruasi agar

tetap bersih dan tidak lembab selamapemakaiannya besar, yaitu

mengganti pembalut 3 sampai 4 kali perhari tergantung banyaknya

darah yang keluar.

2. Selama menstruasi tidak boleh mandi karena akan menyebabkan

kram pada perut. Pada kenyataan kram terjadi bukan karena mandi

saat periode menstruasi tetapi karena kontraksi otot pada uterus

dan obdomen yang kemudian mendorong cairan keluar dari uterus

3. Selama menstruasi, tidak baik mengganti pembalut terlalu sering

karena dengan membiarkan darah menumpuk akan meningkatkan

aliran darah dalam tubuh. Pada kenyataanya frekuensi mengganti

pembalut yang sering sekitar 3 sampai 4 kali sehari sesuai dengan

28
banyaknya darah yang keluar adalah metode yang baik dalam

menjaga kebersihan genetalia saat menstruasi.

Dilingkungan rumah, orang tua sering kali merasa tidak nyaman

membicarakan masalah seksual dengan anaknya, pendidikan

mengenai organ seksual jarang didapatkan dari orang tua termasuk

tentang kebersihan genetalia, sehingga menyebabkan remaja putri

kurang tahu tentang menjaga kebersihan alat genetalianya dengan

benar terutama saat menstruasi( Handoyo,2010 ).

2.1.9.4 Cara menjaga kebersihan vulva hygiene saat mentruasi

Seorang wanita diwajibkan untuk menjaga kebersihan vulva

hygiene pada saat mentruasi. Menurut burhani, ( 2012)mengatakan

perlu bagi semua wanita untuk lebih bersih merawat vagina ketika

mentruasi, bila tidak dilakukan maka akan mengakibatkan infeksi.

Pada kenyataannya mengungkapkan bahwa wanita diindonesia

kurang memperhatikan kebersihan vagina atau organ intimnya ketika

mentruasi misalnya jarang mengganti pembalut/ pantyliner. Di negara

yang maju wanita yang mengalami menstruasi sangat mempertatikan

kebersihan organ intimnyadan mereka bisa mengganti pembalut bisa

28 kali,sedangkan di Indonesia hanya 18 kali dalam mengganti

pembalut.

a. Cara dalam menjaga kebersihan vulva hygiene pada saat

menstruasi

29
1. Basuh dengan menggunakan air bersih

Bersikan area vagina dengan membasuh bagian antara vulva/

bagian bibir vagina secara hati-hati dengan menggunakan air yang

bersih setiap habis buang air kecil,buang air besar serta pada saat

mengganti pembalut.

2. Membersikan dengan sempurna

Saat membersikan dilakukan mulai dari area depan vagina ke

bagian belakang anus,dilakukan untuk menghindari

berkembangbiaknya bakteri,kemudian setelah itu keringkan

menggunakan handuk yang lembut dan bersih atau tissue non

parfum.

3. Ganti pakaian dalam

Saat menstruasi harus memperhatikan pakian dalam wanita yang

digunakan agar terhindar dari bakteri maka di wajibkan kepada

wanita untuk selalu mengganti pakian dalam dua kali sehari setiap

kali habis mandy.

4. Celana dalam katun

Bagi wanita diharapkan memperhatikan pakaian dalam yang

digunakan.Pakaian dalam yang baik untuk digunakan adalah

pakian dalam berbahan katun karena dapat menyerap cairan

dengan baik dan cepat.Tidak diperkenankan pada wanita untuk

menggunakan pakaian dalam berbahan nylon karena membuat

panas sehingga didaerah vagina menjadi lembab. Menyebabkan

bakteri berkembang biak dengan baik.

30
5. Pakai pembalut atau panty liners

Pada saat menstruasi wanita diharapkan menggunakan

pembalut,pembalut yang digunakan pembalut yang tipis, dapat

menyerap dengan baik dan digunakan untuk menjaga daerah

kewanitaan dari kelembapan yang berlebihan.

6. Mengganti pembalut sesering mungkin untuk menghindari

pertumbuhan bakteri yang berkembangbiak pada pembalut serta

menghindari bakteri masuk ke vagina. Saat darah keluar banyak,

biasanya pada pada hari 1-3 menstruasi,ganti pembalut setiap 2-3

jam sekali yaitu 5-6 kalisehari. Jika sudah dirasakan berkurang

darah menstruasi yang keluar, frekuensi mengganti pembalut yang

dianjurkan bisa setiap 4-5 jam sekali yaitu 3-4mkali sehari.

Namun semua itu tergantung dari banyaknya darah menstruasi

yang keluar.

7. Cuci tangan

Sebelumdan sesudah melakukan perawatan pada organ intim

diharapkan mencuci tangan agar tidak terjadi penyebaran bakteri.

2.1.9.5 Dampak kurang terjaganya kebersihan vulva hygiene saat menstruasi

Kebersihan daerah genetalia terutama saat menstruasi sering

diabaikan oleh wanita.Pada saat menstruasi darah dan kerinyat yang

keluar menempel pada vulva sehingga daerah genetalia menjadi

lembab. Jika pada saat itu tidak menjaga kebersihan genetalia dengan

benar, maka dalam keadaan lembab, jamur Candida

albican,Trichomonas vaginalis, Grardnerella vaginalis yang berada

31
didaerah genetalia tumbuh subur dan menyebabkan rasa gatal dan

infeksi pada daerah tersebut. Infeksi yang sering terjadi yaitu Vaginitis

bacterial, Trichomonas vaginalis, Kandidiasis vulvovginitis,keputihan

dan sebagainya.gejala yaitu iritasi ,pruritus vulva, inflamasi, sekresi

vagina, rasa gatal dan rasa perih pada vulva dan vagina (Laila,2010

dan Prawiroharjo,2009).

Dalam keadaan yang cukup panas tubuh mudah berkerinyat,

kerinyat meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama pada organ

seksual yang tertutup dan berlipat. Akibatnya mudah sekali bakteri

berkembang biak didaearah tersebut. Vagina merupakan organ

reproduksi wanita yang rentan terhadap infeksi, karena batas antara

uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman dan penyakit seperti

jamur dan virus mudah masuk liang vagina dan menyebabkan infeksi

(Wikipedia,2012).

Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan ekosistem

dalam vagina.Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada

divagina dipengaruhi oleh dua faktor yaitu hormone estrogen dan

laktobasilus (bakteri baik). Hormone estrogen berperan dalam

menentukan kadar zat gula (Glikogen) dan sel tubuh sedangkan

glikogen merupakan nutrisi dari laktobasilus, yang akan dimetabolisme

untuk pertumbuhannya. Sisa metabolism menghasilkan asam laktat,

yang menentukan suasana asam didalam vagina, dengan pH berkisar

3.8 sampai 4.2. Pada keadaan ekosistem yang seimbang, tingkat

keasaman normal, laktobasilus akan tumbuh subur dan bakteri

32
pathogen akan mati, namun jika kadar estrogen rendah, keseimbangan

ekosistem dalam vagina terganggu, laktobasilus akan mati dan bakteri

pathogen akan tumbuh subur sehingga rentan terhadap

infeksi(Wikipedia,2012).

Dalam keadaan normal, vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi

bila ada infeksi, dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau

yang tidak sedap, menyengat, amis dan rasa gatal diarea genetalia.

Maka sangat penting bagi wanita menjaga kebersihan genetalia pada

saat menstruasi untuk menghindari penyakit infeksi

reproduksi(Wikipedia,2012).

Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi dibagian luar bila

dibiarkan dan tidak diobati dengan sempurna, infeksi akan merambat

keorgan reproduksi bagian dalam yaitu rongga rahim, sel telur, dan

ahirnya ke rongga panggul, sehingga menyebabkan terjadinya radang

panggul, kanker mulut rahim, infeksi saluran telur dan infeksi organ

reproduksi lainnya(Prawiroharjo,20090.

2.1.9.6 Sikap saat menghadapi menstruasi

Sikap yang harus dilakukan pada menstruasi menurut Asrinah, 2011

yaitu:

a. Tenang

Ketika seorang wanita mengalami mentruasi, hal pertama yang

dialaminya adalah panik. Saat wanita dalam keadaan panik maka

akan menjadi kacau, hal tersebut sangat berpengaruh pada tingka

laku sehari-hari .pada saat wanita panik dan takut yang harus

33
dilakukan adalah tarik napas dalam-dalam dan hembuskan secara

perlahan agar rileks maka pikiran menjadi tenang.

b. Mencari informasi tentang menstruasi

Pada saat mentruasi dan mengalami kesulitan dalam menghadapi

menstruasi, maka carilah informasi tentang menstruasi pada orang-

orang terdekat seperti mama,kaka perempuan dan teman atau

sahabat yang sudah mengalami mentruasi dan tanyakan hal-hal

mengenai mentruasi yang tidak diketahui atau cari sumber

informasi melalui buku-buku yang ada kaitannya dengan

menstruasi. Hal ini sangat menambah pengetahuan yang belum

diketahui.

c. Perawatan diri

Perawatan diri sangat diperlukan saat menstruasi,tapi pada

kenyataannya wanita kurang memperhatikan perawatan diri pada

saat mengalami menstruasi karna mereka mengganggap biasa-

biasa saja. Karna kurang perawatan diri pada saat menstruasi dapat

menyebabkan penyakit atau infeksi pada organ genetalia.

Perawatan diri yang harus diperhatikan dan dilakukan secara baik

dan teliti adalah mengganti pembalut,minum tablet tambah darah

serta perawatan diri sehari-hari seperti mandy, gosok gigi,

menggunakan pakian yang bersih dan nyaman serta aktivitas yang

mendukung kebersihan tubuh.

34
2.2 Konsep Dismenorea

2.2.1 Pengertian Dismenorea

Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit.

Gejalanya terasa nyeri diperut bagian bawah. Pada kasus dismenorea berat,

nyeri terasa sampai seputaran panggul dan sisi dalam paha. Nyeri akan

berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak

(Manuaba,2008 ).

Dismenorea adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian

bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi.

Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus. Dismenorea timbul akibat

kontraksi disrikmik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih

gejala mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat pada perut bagian bawah,

daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad,2007).

Nyeri haid atau dismenorea adalah gejala-gejala ginekologik

yang paling sering dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenorea

cenderung untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodik yang

menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat ( Greenspan, Baxter,

2008 ).

2.2.2 Jenis Dismenorea

Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi :

1. Dismenorea Spasmodik

Dismenorea spasmodic adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah

perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid

mulai.Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodic merasa

35
sangat mual, muntah bahkan pingsan.Kebanyakan yang menderita

dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula

kalangan wanita berusia diatas 40 tahun yang mengalaminya.

2. Dismenorea Kongestif

Dismenorea kongestif adalah nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa

hari sebelum datangnya haid.Gejala ini disertai sakit pada buah dada,

perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung,

gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas.Gejala

tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua

minggu sebelum datangnya menstruasi.

Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dismenorea dapat

dibagi menjadi :

1. Dismenorea Primer

Dismenorea primer adalah nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang

dapat diketahui. Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama kali

datangnya haid yang disebabkan oleh faktor instrisik uterus dan

berhubungan erat dengan ketidak seimbangan hormonsteroid, yaitu

karena produksi hormone prostaglandin yang berlebih pada fase sekresi

yang menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos endometrium

( Badziad,2007 ).

2. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ

genetalia dalam rongga pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai

dismenorea organik, dapatan(akuisita) atau ekstrik. Kelainan ini dapat

36
timbul setiap saat dalam perjalan hidup wanita, contohnya pada wanita

dengan endometriosis atau penyakit peradangan pelvic, penggunaan alat

kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang

berada didalam rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum

menstruasi dan nyeri semakin bertambah hebat pada akhir menstruasi

( Liewellyn,2007 ).

3. Derajat Dismenorea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea

secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu :

a. Dismenorea Ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat

melaksanan aktifitas sehari-hari.

b. Dismenorea Sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa

nyeri dan kondisi penderita masi dapat beraktivitas.

c. Dismenorea Berat

Dismenorea berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa

hari dan dapat disertai sakit kepala, migrant, pingsan, diare, rasa

tertekan, mual dan sakit perut ( Manuaba,2008 ).

2.2.3 Faktor Penyebab Dismenorea

Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor penyebab dismenorea primer,

antara lain :

37
1. Faktor kejiwaan

Dismenorea primer banyak dialami oleh remaja yang sedang

mengalami tahap petumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan

dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan

fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenorea ( Hurlock,2007).

Di dunia kedokteran nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh

yang bertujuan untuk member peringatan akan adanya penyakit, luka

atau kerusakan jaringan. Sehingga terjadinya pelepasan zat-zat kimia

seperti histamine, serotonim, bradkadin, dan prostaglandin.Selain itu

nyeri juga didefenisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan.Dari pengertian nyeri tersebut terlihat betapa pentingnya

faktor psikis.Pada umumnya gangguan nyeri juga merupakan

penderitaan batin yang diutarakan dalam suatu jenis penderitaan fisik,

gangguan ini sering disebut gangguan sensorik non-organik.

Gangguan sensorik non-organik berlokasi diorgan genetalia.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dismenorea primer atau nyeri

haid juga dapat dimasukan sebagai gangguan sensorik non-organik

( Mujaddid,2006 ). Kesiapan anak dalam menghadapi masa puber

sangat diperlukan.Anak harus mengerti tentang dasar perubahan yang

terjadi pada dirinya dan anak-anak sebayanya.Secara psikologis anak

perlu dipersiapkan mengenai perubahan fisik dan psikilogisnya. Apa

bila hal tersebut tidak dilakukan maka anak tidak siap sehingga

38
pengalaman akan perubahan tersebut dapat menjadi pengalaman

traumatis ( Hurlock,2007).

Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang gadis terhadap

peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingka laku patologis.

Pada umumnya mereka akan meliputi kecemasan sebagai bentuk

penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apa bila keadaan ini terus

berlanjut, maka mengakibatkan gangguan menstruasi. Gangguan

menstruasi yang banyak dialami adalah kesakitan pada saat menstruasi

yang bersifat khas, yaitu nyeri haid atau dismenorea.

2. Faktor konstitusi

Faktor konstitusi erat berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai

penyebab timbulnya keluhan dismenorea primer, karena faktor ini

menurunkan kesehatan seseorang terhadap rasa nyeri, faktor ini seperti

a. Anemia

Anemia merupakan defiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat

keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen

berkurang.Sedangkan besar penyebab anemia adalah kekurangan

zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga

disebut anemia kekurangan zat besi.

Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan

dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan

tubuh terhadap rasa nyeri.

39
b. Penyakit menahun penyakit menahun yang diderita seorang wanita

akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau

terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun

dalam hal ini adalah asma dan migraine( Wiknjastro,2007 ).

3. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya

dismenorea primer adalah stenosis kanalis servikalis.Pada wanita

dengan uterus hiperante fleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis

servikalis.Akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai

penyebab dismenorea.Banyak wanita menderita dismenorea hanya

karena mengalami stenosis kanalis servikalis tanpa hiperante fleksi

posisi uterus. Sebaliknya terdapat wanita tanpa keluhan dismenorea

walaupun ada stenosis kanalis servikalis dan uterus terletak hiperante

fleksi ( Wiknjosastro,2007 ).

4. Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dismenorea primer karena kontraksi uterus yang berlebihan.Faktor

endokrin erat berhubungan dengan keadaan tersebut.Dari hasil

penelitian Novak dan Reinolds, hormone estrogen merangsang

kontraktibilitas sedangkan hormone progesterone menghambatnya.

Penjelasan lain dikemukakan oleh Clithereo dan Piteles, bahwa ketika

endometrium dalam fase sekresi akan memproduksi hormone

prostaglandin yang di produksi banyak dan dilepaskan di peredaran

40
darah, maka selain mengakibatkan dismenorea juga menyebabkan

keluhan lain seperti vomitus, nousea dan diarrhea(Caray,2007).

5. Faktor pengetahuan

Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenorea yang

timbul pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuan

mereka tentang dismenorea.Terlebih jika mereka tidak mendapat

informasi tersebut sejak dini.Mereka yang memiliki informasi kurang

menganggapbahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat

menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi

dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya

kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap

ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri haid menjadi lebih

berat. Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu

mengalaminya setiap siklus menstruasi ( Kartono,2007 ).

2.2.4 Penanganan Dismenorea

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenorea

sehingga menurunkan angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaaan

dismenorea tidak bertambah berat, diantaranya :

1. Penanganan dan nasihat perlu dijelaskan kepada penderita bahwa

dismenorea primer adalah gangguan siklus menstruasi yang tidak

berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya dalam masalah ini diadakan

penjelasan dan diskusi mengenai informasi dismenorea,

penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar dismenorea tidak

mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ketingkat berat.

41
Penanganan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu diberikan,

karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi remaja

menjadi baik.Dengan status gizi yang baik tersebut maka ketahanan

tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah.Nasehat

mengenai makan bergizi, istirahat dan olaraga cukup dapat berguna

dan terkadang juga diperlukan psikoterapi.

2. Pemberian obat analgesic

Obat analgesic yang diberikan sering digunakan adalah preparat

kombinasi aspirin, fenastin, dan kefein. Contoh obat paten yang

beredar dipasaran antara lain ponstan, novalgin, acetaminophen.

3. Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani

gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang termasuk dalam

pola hidup sehat adalah olaraga yang cukup dan teratur,

mempertahankan diet seimbang seperti peningkatan pemenuhan

sumber nutrisi yang beragam.

4. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini hanya

bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa

gangguan benar berupa dismenorea primer, sehingga wanita dapat

dicapai dengan pemberian pil kombinasi dalam kontrasepsi

(Wiknjosastro,2007 ).

42
5. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenorea

primer.Termasuk disini indometasin, ibu profen dan naproksen.Kurang

lebih 70% penderita mengalami perbaiakan.Hendaknya pengobatan

diberikan sebelum haid mulai, satu sampai tiga hari sebelum haid dan

pada hari pertama haid.

Selain menurut Taruna( 2006 ) beberapa cara diatas,ada cara pengobatan

lain yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid

yaitu :

1. Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air

hangat diperut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan

otot-otot dan system saraf.

2. Meningkatkan taraf kesehatan daya tahan tubuh, misalnya melakukan

olaraga yang cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup

untuk istirahat. Olaraga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan

kadar hormone endorphin yang berperan sebagai naturalpain killer.

Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu rentan terhadap

nyeri.

3. Apa bila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan

obat analgetik yang bebas di jual di masyarakat tanpa resep dokter,

namun harus tetap memperhatiakan efek samping terhadap lambung.

4. Apa bila nyeri haid atau dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau

jika nyeri haid muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan

sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka pemeriksaan kondisi

43
anda untuk mendapat pertolongan segera, terlebih jika dismenorea

yang dirasakan mengarah kedismenorea sekunder.

Menurut Akatri( 2007 ), nyeri haid dapat diatasi dengan :

1. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelengkupkan badan di tempat

yang datar, lutut ditekuk dan didekatkan ke dada.

2. Mandi dengan air hangat .

3. Istirahat yang cukup untuk mengurangi ketegangan.

4. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang

mengandung kofein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam

darah.

5. Menghindari makanan yang mengandung kadar yang tinggi.

6. Meningkatkan komsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber

makanan yang mengandung vitamin B6.

44
2.3 Kerangka Teori

Tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri Kejadian Dismenorea

tentang kebersihan vulva hygiene

Gambar 2.3 Kerangka teori

45
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka konsep

Pengetahuan

Sikap

Kebersihan
Kejadian
Perilaku organ
dismenorea
genetalia
Tindakan

Nilai

Kepercayaan

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

46
3.2 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang diuraikan, hipotesis yang

dikemukakan adalah “ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang vulva hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP Negeri 1

Taebenu Kabupaten Kupang"

3.1 Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu data dalam bentuk bilangan,

nilainya berubah-ubah atau bersifat variabel (Wibowo, 2012).

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

remaja putri tentang vulva hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP

Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang.

3.2 Variabel penelitian

Variabel menurut Notoatmodjo (2010) adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur,

jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan pendapat. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang

mempengaruhi dependen (Srikandi, 2002). Variabel independen pada

47
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang

vulva hygiene.

2. Variabel dependen (terikat)

Menurut Notoatmojo (2003) mengatakan variabel dependen/terikat

adalah variabel yang mempengaruhi oleh variabel independen/terikat.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian dismenorea.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan menjelaskan semua variabel dan

istialah yang akan digunakan. Menurut Notoatmojo (2010) menguraikan

tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh

variabel bersangkutan.

Tabel 3.1 Definisi Opersional

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


ukur
Variabel
Independen:
Tingkat Tingkat Responden Kuesio Ordinal Pengetahuan
pengetahuan pemahaman mampu ner Benar = 4
remaja atau menjawab Salah = 0
kedalaman pertanyaan Dengan Kriteria:
informasi yang 1. Baik (76-100)
yang diberikan 2. Cukup (56-75)
dimiliki meliputi: 3. Kurang (<56)
remaja 1. Anatomi
mengenai organ
kebersihan genetalia
organ wanita
genetalia 2. Defenisi
kebersihan
genenetalia
3. Tujuan
menjaga
kebersihan
genetalia
4. Cara
menjaga

48
kebersihan
organ
genetalia
5. Dampak
kurang
menjaga
kebersihan
organ
genetalia

Sikap remaja Prediposisi Responden Kuesio Ordinal Pertanyaan Pertanyaan


putri tentang untuk mampu ner positif: negatif:
vulva melakukan menentukan 5: sangat 1: sangat
hygiene. suatu sikap yang setuju setuju
perilaku tepat 4: setuju 2: setuju
tertentu/ berkaitan 3: ragu-ragu 3: ragu-ragu
proses dengan 2: tidak 4: tidak
kesadaran kebersihan setuju setuju
yang organ 1: sangat 5: sangat
sifatnya genitalia. tidak setuju tidak setuju
individual Dengan Kriteria:
yang 1. Baik (51-75)
berkaitan 2. Cukup (36-50)
dengan 3. Kurang (<36)
kebersihan
organ
genetalia
pada lembar
kuesioner.
Variabel
Dependen:
Kejadian Dismenorea 1. Dismenorea Kuesio Nomi Ya= 1
dismenorea. adalah nyeri saat ner nal
saat haid menstruasi. Tidak= 0
yang terasa 2. Tidak
diperut dismenorea
bagian saat
bawah dan menstruasi.
muncul
sebelum,
selama atau
setelah
menstruasi.

49
3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII

di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018 dengan jumlah

68 siswi.

3.4.2 Sampel dan Teknik sampling

Sampel dan teknik pengambilan sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah total sampling artinya seluruh siswi kelas VIII sebanyak 68 orang

yang bersekolah di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun

2018.

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten

Kupang Tahun 2018.

3.7.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2018

3.6 Instrumen penelitian

3.8.1. Dalam penelitian ini digunakan alat untuk mengukur pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 25

pertanyaan.

3.8.2. Dalam penelitian ini digunakan alat untuk mengukur sikap remaja putri

tentang vulva hygiene dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 15

pertanyaan.

50
3.8.3. Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi kejadian dismenorea

menggunakan 1 (satu) pertanyaan tertutup.

3.9 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.9.1 Validitas

Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan validitas adalah suatu indeks

yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur.

Sedangkan menurut Sugiyono (2013) mengatakan validitas adalah hasil

penelitian yang diteliti akan valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesunggunya terjadi pada obyek yang diteliti.

valid berarti istrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur.

3.9.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat yang

digunakan sebagai pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan menrut

Notoatmodjo (2010). Sedangkan menurut Sugiyono (2013) mengatakan

instrument yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang

sama.

3.10 Metode Pengumpulan Data

3.10.1 Cara pengumpulan data

Untuk menggumpulkan data akan dilakukan setelah peneliti mendapatkan

surat ijin penelitian dari kampus Stikes Maranatha Kupang yang ditanda

tangani oleh ketua STIKes Maranatha Kupang dan peneliti mengajukan

ijin penelitian di SMP Negeri 1 Taebenu Tahun 2018.

51
Cara pengumpulan data meliputi:

a. Peneliti memperkenalkan diri

b. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti

c. Seluruh responden siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Taebenu yang akan

diteliti dimintah untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden

dengan cara menandatangani informed consent agar bersedia menjadi

responden penelitian.

3.11 Pengelolaan Data

Setelah data dikumpulkan maka langka selanjutnya akan diproses sesuai

dengan langka-langka sebagai berikut:

a. Pemeriksaan data/ Editing

Kuesioner yang telah diisi oleh responden terlebih dahulu diedit untuk

mengecek kebenaran data berdasarkan pengisisan kuesioner. Maksud

dilakukan pemeriksaan data agar agar tidak terjadi kesalahan pengisian

dan melihat jawaban yang kosong yang tidak diisi oleh responden.

b. Pemberian kode/Coding

Coding/kode adalah symbol yang digunakan peneliti untuk menandai

kuesioner yang disis oleh responden agar lebih mudah dan sederhana.

c. Penyusunan data/tabulating

Penyusunan data dalam bentuk tabel untuk mengetahui pengetahuan di

hitung dengan menggunakan tabel ditabulasi dalam bentuk presentasi.

d. Mengklasifikasi

Setelah menyusun data maka data-data diedit atau dipilih kemudian

dikelompokan sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan.

52
3.12 Analisa Data

Analisa data yang cocok digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara

analisa deskriptif/ analisis univariate dan analisa bivariat untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri dengan kebersihan

organ genetalia dengan kejadian dismenorea.

3.12.1 Analisa Univariat

Menurut Notoatmodjo (2012) mengatakan analisa univariat bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Analisa univariat akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

3.12.2 Analisa Bivariat

Akan dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel independen/bebas:

tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan organ genetalia dan

variabel dependen/ terikat: kejadian dismenorea. Apakah variabel

tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hubungan secara

kebetulan. Dalam analisa ini uji statistik yang akan digunakan adalah uji

chi square(x2) dengan nilai α = 0,05 dan mencari nilai Chi Square (X2)

dengan rumus:

( fo−fh )²
X² = ∑
fh

Keterangan:

X² = Chi Square

fo = jumlah frekuensi harapan pada kolom atau baris

fh = frekuensi harapan

53
3.13 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) penelitian kesehatan pada umumnya

dan penelitian kesehatan masyarakat pada khususnya menggunakan manusia

sebagai objek yang diteliti disatu sisi,dan sisi yang lain manusia sebagai

peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada

hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai

diteliti. Oleh sebab itu sesuai dengan prinsip etika atau moral seperti telah

diuraikan tadi, maka dalam pelaksanaan penelitian kesehatan khususnya,

harus diperhatikan hubungan antara kedua belapihak ini secara etika, atau

disebut dengan etika penelitian.

Dalam melakukan penelitian perlu diperhatikan masalah etik yang

meliputi:

1. Lembar persetujuan/informed consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada kepada subjek/responden yang

diteliti harus mencamtumkan tanda tangan persetujuan menjadi

responden.Sebelum subjek diberi kesempatan untuk membaca isi lembar

persetujuan, jika subjek menerima menjadi responden maka dilakukan

penelitian dan subjek menolak menjadi responden untuk diteliti maka

peneliti tidak bisa memaksa responden untuk diteliti dan menghormati

hak responden.

2. Tanpa nama/anonimity

Dilakukan untuk menjaga kerahasiaan responden sebagai objek peneliti,

peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar koesioner

54
yang diisi oleh responden, peneliti hanya memberikan nama inisial atu

kode tertentu.

3. Kerahasiaan/confidentiality

Kerahasiaan subjek atau responden dijamin oleh peneliti, 6 baik

informasi maupun masalah-masalah lain yang diberikan oleh subjek atau

responden.

55
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan

berdasarkan umur yang dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Remaja Putri di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018
Responden Frekuensi Persentase (%)

Total 68 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, kelompok umur responden remaja

putri di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang, ..............................

4.1.3 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene

Hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja putri tentang vulva

hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang Tahun 2018

adalah sebagaimana terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Vulva Hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang
Pada Bulan Mei 2018
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kurang 39 57,4
Cukup 25 36,8
Baik 4 5,9
Total 68 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

56
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten

Kupang, dalam kategori Kurang yaitu sebanyak 39 responden (57,4%),

dalam kategori Cukup yaitu sebanyak 25 responden (36,8%), dan dalam

kategori Baik yaitu sebanyak 4 responden (5,9%).

4.1.4 Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene

Hasil penelitian mengenai sikap remaja putri tentang vulva hygiene

di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene di
SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang
Pada Bulan Mei 2018
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Kurang 33 48,5
Cukup 26 38,2
Baik 9 13,2
Total 68 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel di atas menunjukkan bahwa sikap remaja putri tentang

vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang, dalam

kategori Kurang yaitu sebanyak 33 responden (48,5%), dalam kategori

Cukup yaitu sebanyak 26 responden (38,2%), dan dalam kategori Baik

yaitu sebanyak 9 responden (13,2%).

4.1.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea

Hasil penelitian mengenai responden yang mengalami dismenorea

selama periode menstruasi di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang

adalah sebagai berikut:

57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu
Kabupaten Kupang Pada Bulan Mei 2018
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tidak 28 41,2
Ya 40 58,8
Total 68 100,0
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang adalah remaja

putri di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang yang mengalami

kejadian dismenorea selama periode menstruasinya sebanyak 40 (58,8%)

dan yang tidak mengalami sebanyak 28 (41,2%) responden.

4.1.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang

Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenorea

4.1.11.1.Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene

dengan Kejadian Dismenorea

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva
Hygiene dengan Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu
5. Kabupaten Kupang
Kategori Kejadian Dismenorea Total
Tidak Ya
Tingkat Pengetahuan Kurang 1 38 39
Cukup 23 2 25
Baik 4 0 4
Total 28 40 68
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan tentang vulva hygiene yang kurang yakni

39 (57,4%) responden dan dari jumlah tersebut 97,4% (38) responden

mengalami dismenorea selama perioden menstruasinya. Adapun

responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 25

(36,8%) responden, hanya 8% (2) responden yang mengalami

58
dismenorea dan dari 4 (5,9%) responden yang tingkat pengetahuannya

baik tidak ada yang mengalami dismenorea.

Tabel 4.5 Hasil Hasil Uji Bivariat Chi Square Hubungan Tingkat Pengetahuan
Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenorea di SMP
Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang
Value Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,673 ,000
N of Valid Cases 68
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 4.5 menyatakan bahwa dari hasil uji Chi-Square didapatkan

bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang vulva

hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang, dengan nilai significancy p-value (0,000) < 0,05.

Kategori kekuatan hubunganya adalah Kuat karena 0,673 berada di

rentang kategori (0,60-0,74).

4.1.6.2 Hubungan Sikap Remaja Putri tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian

Dismenorea

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene dengan
Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu
Kabupaten Kupang
Kategori Kejadian Dismenorea Total
Tidak Ya
Sikap Kurang 1 32 33
Cukup 21 5 26
Baik 6 3 9
Total 28 40 68
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap tentang vulva hygiene yang kurang yakni 33 (48,5%)

59
responden dan dari jumlah tersebut 97% (32) responden mengalami

dismenorea selama perioden menstruasinya. Adapun responden yang

memiliki sikap yang cukup sebanyak 26 (38,2%) responden, hanya

19,2% (5) responden yang mengalami dismenorea dan dari 9 (13,2%)

responden yang tingkat pengetahuannya baik, 33,3% (3) responden yang

mengalami dismenorea.

Tabel 4.5 Hasil Hasil Uji Bivariat Chi Square Hubungan Tingkat Sikap Remaja
Putri Tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Dismenorea
di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang
Value Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,604 ,000
N of Valid Cases 68

Tabel 4.5 menyatakan bahwa dari hasil uji Chi-Square didapatkan

bahwa ada hubungan sikap remaja putri tentang vulva hygiene dengan

kejadian dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang,

dengan nilai significancy p-value (0,000) < 0,05. Kategori kekuatan

hubunganya adalah Kuat karena 0,604 berada di rentang kategori (0,60-

0,74).

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden

Umur responden pada penelitian ini mayoritas berumur ---- tahun

sebanyak ---- responden (------%). Responden yang berada pada tahap

remaja yang mengalami masa formal-operasional sesuai dengan teori

kognitif Piaget (Yuliantini, 2012). Teori piaget mengatakan bahwa dalam

tahap perkembangan ini remaja telah mampu membayangkan rangkaian

kejadian yang akan terjadi misalnya konsekuensi dari tindakan yang

60
dilakukan. Selain itu, remaja pada tahap ini juga telah mampu

membayangkan opini orang lain terhadap dirinya.

Remaja mulai menyadari bahwa masyarakat memiliki norma dan

standar yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap ini remaja

telah mampu mengambil sikap sesuai norma dan standar masyarakat

dilingkungannya jika dihadapkan pada suatu hal misalnya perilaku

seksual yang terjadi dikalangannya (Yuliantini, 2012). Pada masa ini

perlunya pendekatan terhadap orang tua terutama seorang ibu yang

biasanya lebih dekat dengan remaja putri untuk mengarahkan dan

membimbing anak dalam mempersiapkan masa – masa puber agar

memiliki personal hygiene yang sesuai.

Menurut hasil peneliti dapat dilihat bahwa masa remaja adalah

masa yang sudah memiliki kemampuan untuk memecahkan suatu

masalah yang sederhana. Pendidikan merupakan tahap paling produktif

yang memungkinkan pengetahuan serta informasi terbentuk menjadi

perilaku yang positif dan semakin dewasa umur sesorang, maka tingkat

pengetahuan seseorang akan lebih matang, dan lebih baik dalam berpikir

maupun bertindak.

Remaja tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari orang tua

terkususnya seorang ibu. Oleh karena itu, diperlukan orang tua untuk

mendapatkan informasi dan dibagikan kepada anaknya misalnya hal-hal

yang berhubungan dengan personal hygiene saat menstruasi sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup yang sejahtera.

61
4.2.2 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene di SMP

Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan remaja

putri tentang vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten

Kupang, terbanyak adalah termasuk kategori Kurang yaitu sebanyak 39

responden (57,4%). Hal ini terjadi karena salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan vulva hygiene adalah kehidupan

remaja putri di lingkungan sekitar atau lingkungan pendidikan, di mana

lingkungan sekitar remaja tersebut dibesarkan akan memberikan

pengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh remaja tersebut.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Informasi yang didapat siswa dari sekolah, lingkungan dan keluarga,

dapat menambah pengetahuan siswa tentang vulva hygiene. Hal ini

sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin terbuka remaja

putri dalam menggali informasi mengenai organ reproduksinya, maka

akan semakin luas wawasan dan pemahaman mengenai kesehatan

reproduksi (Mahfiana, 2009).

Penerimaan informasi tentang vulva hygiene dari orang tua, teman,

guru di lingkungan sekolah dan kemudahan mendapat informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

62
Orang tua memiliki peran penting dalam mendidik dan memberikan

pengetahuan kepada anaknya sehingga dapat menciptakan pandangan

atau perilaku tertentu terhadap suatu masalah.

Suryati (2012) mengatakan bahwa pengetahuan yang kurang tentang

kebersihan alat reproduksi disebabkan oleh usia remaja, pendidikan ibu, dan

keterpaparan informasi. Pesan ibu sangat penting dalam pemberian

informasi. Ibu adalah sumber informasi pertama tentang menstruasi,

sehingga terhindar dari pemahaman yang salah mengenai kebersihan

menstruasi dan kesehatan reproduksi. Remaja perlu diberikan informasi

yang baik dan positif melalui orang tua, teman sebaya, guru sekolah.

Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan

mengakibatkan remaja kurang mengetahui masalah atau dampak yang

timbul akibat kurangnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan organ

reproduksinya maka salah satunya bentuk perhatian yang diberikan adalah

pendidikan dan perhatian agar remaja berperilaku hidup sehat, baik secara

fisik maupun mental (Profil Kesehatan NTT, 2009).

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan remaja perempuan mengenai kesehatan reproduksi

khususnya terkait vulva hygiene cenderung belum adekuat dan berisiko

menyebabkan mereka memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang

kurang sehat karena pengetahuan menjadi dasar dalam mengambil sikap

dan melakukan tindakan yang baik.

63
4.2.3 Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang

Karakteristik responden berdasarkan sikap remaja putri tentang

vulva hygiene di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang, terbanyak

adalah termasuk kategori Kurang yaitu sebanyak 33 responden (48,5%).

Sikap yang ditunjukan remaja putri dalam penelitian ini memang sejalan

dengan pengetahuan yang dimilikinya tentang vulva hygiene.

Budiman dan Riyanto (2003) berpendapat bahwa secara umum

sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara

positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap yang

ada dalam diri seseorang memerlukan unsur respon dan stimulus.

Kepuasan merupakan respon dari stimulus yang diterima. Output sikap

pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang akan mendekat,

mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka, maka seseorang

akan menghindar dan menjauh.

Pengetahuan yang dimiliki responden penelitian ini dapat saja

menjadi stimulus bagi responden. Stimulus yang kurang akan

mengahasilkan respon yang kurang pula.

4.2.4 Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu di Kabupaten

Kupang

Responden dalam penelitian ini sebagian besar mengalami kejadian

dismenorea selama periode menstruasinya yakni sebanyak 40 (58,8%)

dan ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami gangguan

rasa nyaman selama periode menstruasinya.

64
Kartono (2009) mengatakan bahwa dalam beberapa penelitian juga

disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada remaja putri merupakan

dampak dari kurang pengetahuan mereka tentang dismenorea. Terlebih

jika mereka tidak mendapat informasi tersebut sejak dini. Mereka yang

memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai

permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam

menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja

putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan

penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri

haid menjadi lebih berat. Penanganan yang kurang tepat membuat remaja

putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasi.

4.2.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva

Hygiene dengan Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

diperlukan untuk menghasilkan suatu perilaku tertentu ketika menghadapi

suatu keadaan tertentu. Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini sebagian besar responden

pengetahuannya kurang tentang vulva hygiene sebanyak 39 responden

(57,4%) dan 38 (97,4%) diantaranya mengalami kejadian dismenorea. Hal

65
ini karena dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung bagi

mereka untuk mendapatkan informasi yang menstimulasi kecemasan

sehingga rentan mengalami dismenorea. Berdasarkan perhitungan Chi

Square terbukti tingkat pengetahuan memiliki hubungan dengan kejadian

dismenorea yang diamai responden dengan p (0,000) < 0,05 dan keeratan

hubungan dengan kategori kuat (r = 0,673). Dalam dunia pendidikan

kesehatan dasar tentang sistem reproduksi manusia harus diberikan.

Karena dengan pengetahuan yang baik tentang menstruasi, remaja akan

merasa tenang dan siap menghadapi dan mengatasi masalah yang terjadi

saat menstruasi berlangsung. Jika ada peristiwa menstruasi yang tidak

disertai dengan pengetahuan dan informasi yang benar, maka bisa timbul

macam-macam problem psikis. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa semakin remaja putri terbuka dalam menggali

informasi mengenai organ reproduksinya, maka akan semakin luas

wawasan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi. Jika menstruasi

disertai dengan pengetahuan yang benar, remaja putri akan merespon

menstruasi dengan hal-hal atau perilaku yang positif. Kurangnya

pengetahuan tentang vulva hygiene pada sebagian remaja putri

mengindikasikan bahwa selayaknya para remaja putri memperoleh

informasi tentang kesehatan reproduksi secara intens. Pendekatan yang

bisa dilakukan diantaranya melalui keluarga, kelompok sebaya, institusi

sekolah, serta kelompok kegiatan remaja yang peduli terhadap masa puber.

66
4.2.6 Hubungan Sikap Remaja Putri Tentang Vulva Higiene dengan

Kejadian Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang

Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau suatu

kesatuan dari berbagai komponen yang bersifat evaluasi. Secara umum

sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara

positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Selain

bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang

berbeda-beda, misalnya sangat benci, agak benci, dan sebagainya. Sikap

seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi

tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya. Sikap yang ada dalam diri seseorang memerlukan unsur respon

dan stimulus. Kepuasan merupakan respon dari stimulus yang diterima.

Output sikap pada seseorang dapat berbeda, jika suka maka seseorang

akan mendekat, mencari tahu, dan bergabung, sebaliknya jika tidak suka,

maka seseorang akan menghindar dan menjauh. Permasalahan yang

ditemukan pada sikap responden tentang vulva hygiene yaitu sikap

negatif dari para siswi SMP Negeri 1 Taebenu masih mendominasi

daripada sikap positifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33

siswi (48,5%) yang memiliki sikap dengan kriteria kurang terdapat 32

siswi (97%) yang mengalami dismenorea dan 26 siswi (38,2%) yang

memiliki sikap tentang vulva hygien yang cukup baik hanya 5 siswi

(19,2%) yang mengalami dismenorea, sedangkan dari 9 siswi (13,2%)

yang memiliki sikap dengan kriteria baik hanya 3 siswi (33,3%) yang

mengalami dismenorea. Sikap yang berkategori kurang/negatif pada

67
siswi SMP Negeri 1 Taebenu dipengaruhi oleh penerimaan stimulus yang

diberikan dan tanggapannya masih acuh tak acuh sehingga untuk

membahas tentang vulva hygiene dengan teman ataupun orang lain dan

bahkan mengajak atau mempengaruhi untuk orang lain merespon masih

kurang. Sikap ini dapat diartikan sebagai menyepelehkan manfaat dari

vulva hygiene sehingga berdampak pada kemampuan mereka dalam

menghadapi situasi perubahan hormon selama periode menstruasi. Hal

ini terbukti memiliki korelasi yang dibuktikan dengan hasil uji Chi-

Square didapatkan bahwa ada hubungan sikap remaja putri tentang vulva

hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang, dengan nilai significancy p-value (0,000) < 0,05.

Kategori kekuatan hubunganya adalah Kuat karena 0,604 berada di

rentang kategori (0,60-0,74). Secara sederhana dapat juga diartikan

bahwa melalui penelitian ini telah terbukti sikap remaja putri SMP

Negeri 1 Taebenu yang cenderung kurang baik telah mempengaruhinya

mengalami kejadian dismenorea selama periode mentruasi sedangkan

apabila sikapnya cukup dan baik akan menurunkan kemungkinan

mengalami kejadian dismenorea.

68
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa:

1. Sebagian besar responden remaja putri di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang memiliki tingkat pengetahuan tentang vulva

hygiene dengan kateori Kurang yaitu sebanyak 39 responden (57,4%).

2. Sebagian besar responden remaja putri di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang memiliki sikap tentang vulva hygiene mayoritas

berkategori kurang yaitu sebanyak 33 responden (48,5%).

3. Sebagian besar responden remaja putri di SMP Negeri 1 Taebenu

Kabupaten Kupang mengalami kejadian dismenorea selama periode

menstruasi yakni sebanyak 40 responden (58,8%).

4. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja putri

tentang vulva hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP Negeri 1

Taebenu Kabupaten Kupang dengan hasil uji Chi-Square p-value

(0,000) < ɑ 0,05, kekuatan hubunganya 0,673 dan termasuk berkategori

kuat.

5. Ada hubungan yang signifikan antara sikap remaja putri tentang vulva

hygiene dengan kejadian dismenorea di SMP Negeri 2 Taebenu

Kabupaten Kupang dengan hasil uji Chi-Square p-value (0,000) < ɑ

0,05, kekuatannya 0,604 dan termasuk berkategori kuat.

69
5.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan ilmu

pengetahuan tentang tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri terkait

vulva hygiene dengan kejadian dismenorea.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

membuktikan dan mengetahui faktor lain yang dapat berhubungan atau

mempengaruhi kejadian dismenorea.

3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi suatu masukan dan

evaluasi dalam pelaksanaan edukasi dan pembimbingan pada remaja

putri tentang kesehatan reproduksi khususnya personal hygiene spesifik

vulva hygiene.

4. Bagi responden

Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi tambahan

kepada remaja putri mengenai pentingnya kesehatan reproduksi melalui

vulva hygiene.

70
DAFTAR PUSTAKA

Aswar Saifuddin. (2010) Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Di Giulio, Mery, Jacson Donna dan Jim Keogh. (2014). Keperawatan Medikal

Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing

Donsu, Jenita. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Edelvi, Devita Bianome (2015) Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan

Terhadap Tingkat Pengetahuan Pada Siswa Kelas VI Tentang Menstruasi

Di SD Inpres Lasiana Kota Kupang (Skripsi, Tidak Dipublikasikan)

STIKes Maranatha, Kupang.

Indriastuti, Dian Putri. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi Dengan Perilaku Higienis Remaja Putri Pada Saat

Menstruasi. (Skripsi, Tidak Dipublikasikan) Universitas Muhamadiyah,

Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Pellokila, Yetri M. (2013). Pengetahuan Remaja Putri Tentang menarche di SMP

Negeri 1 Kupang Tengah Tahun 2013 Kupang. (Skripsi, Tidak

Dipublikasikan) STIKes Maranatha, Kupang.

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryati, B. (2012). Perilaku Kebersihan Remaja saat Menstruasi. Jurnal Health

Quality, 3(1), 151-152.

Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya

71
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kupang,………2018

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Keperawatan STIKes
Maranatha Kupang.
Nama : Asri Solida Tanebeth
Nim : 102602714
Yang mengadakan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Remaja Putri Tentang Kebersihan Vulva Hygiene Dengan Kejadian Dismenorea
Di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang ”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan responden, segala
informasi yang diberikan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan kerja sama yang baik saya sebagai peneliti mengucapkan
terimah kasih.
Peneliti

Asri Solida Tanebeth


Nim: 102602714

72
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama :
Umur :
Alamat :
Bersedia menjadi responden dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
STIKes Maranatha Kupang Program Studi S1 Keperawatan atas nama Asri Solida
Tanebeth yang akan meneliti dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Remaja Putri Tentang Kebersihan Vulva Hygiene Dengan Kejadian
Dismenorea di SMP Negeri 1 Taebenu Kabupaten Kupang”.
Setelah saya membaca maksud dan tujuan penelitian ini,saya memahami bahwa
penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya sehingga jawaban yang
saya berikan yang sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari siapapun.

Kupang,…………………2018

Yang menyatakan

(……………………………… )

73
KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE
DENGAN KEJADIAN DISMENOREA
DI SMP NEGERI 1 TAEBENU KABUPATEN KUPANG

1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :

I. DISMENOREA
Petunjuk: Beri tanda silang (X) untuk jawaban pada setiap pertanyaan yang
tersedia dan tuliskan jawaban pada pertanyaan tertentu. Jika pilihan tersebut
menjadi jawaban anda, bila yang kurang mengerti langsung tanyakan pada
peneliti yang bersangkutan.
1. Apakah anda pernah mendengar kata nyeri haid?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengalami nyeri dibagian perut pada saat haid?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika ya, berapa hari anda mengalami nyeri pada saat haid?
………………….

II. PENGETAHUAN
1. Organ genetalia pada wanita terdiri dari 2 bagian yaitu?
a. Organ genetalia bagian dalam dan organ genetalia bagian luar
b. Organ bagian luar dan bagian tengah
c. Organ bagian tengah dan organ bagian luar
2. Apakah pengertian kebersihan, kecuali?
a. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan infeksi
b. Kebersihan adalah keadaan tidak bebas dari kotoran dan infeksi
c. Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik
3. Apa yang dimaksud dengan menstruasi?
a. Pengeluaran darah yang diakibatkan karena sesuatu penyakit
b. Pengeluaran darah yang diakibatkan karena adanya sel-sel tubuh
c. Pengeluaran darah secara berulang-ulang setiap bulan dari vagina
4. Apa yang dimksud dengan dismenorea?
a. Nyeri saat haid yang terasa diperut bagian bawah dan muncul sebelum
dan selama menstruasi.
b. Nyeri yang terasa setelah haid berahir
c. Nyeri yang dirasakan diarea kepala

74
5. Sebutkan organ bagian dalam pada wanita, kecuali?
a. Terdiri dari mons pubis,labia mayora,labia minore,clitoris,vulva dan
kelenjar selaput darah
b. Terdiri dari vagina, uterus/rahim, dinding rahim, tuba fallopi/sel telur,
ovarium/induk telur
c. Rongga rahim/cavum uteri
6. Apa yang diksud dari kesehatan organ genetalia?
a. Keadaan organ seksual yang bebas dari kotoran dan infeksi
b. Keadaan organ genetalia atau organ seksual yang terinfeksi
c. Organ genetalia yang menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri dan
orang lain
7. Apakah tanda dan gejala menstruasi, kecuali?
a. Tidak mengalami sakit kepala,tidak terjadi kram pada area paha,perut
dan pinggang dan tidak nyeri pada payu dara
b. Sakit kepala,nyeri pada payu darah,merasa kembung pada perut,cram
pada area paha perut dan pungung,dan timbul jerawatan
c. Mood naik turun,menarik diri dari kegiatan social,kecemasan,perasaan
gugup,lekas marah,dan perasaan depresi
8. Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi 2 bagian yaitu
dismenorea spasmodic dan dismenorea kongestif.apa yang dimaksud
dengan dismenorea spasmodic?
a. Dismenorea spasmodic adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah
perut dan berawal sebelum haid atau segera setelah masa haid mulai
b. Dismenorea spasmodic adalah nyeri yang dirasakan karena adanya
kelainan
c. Dismenorea spasmodic adalah nyeri yang dirasakan sejak beberapa hari
sebelum datangnya haid
9. Apa yang dimaksud dengan selaput darah atau hymen?
a. Selaput darah/ hymen adalah darah berupa lapisan tipis dan menutupi
sebagian besar mulut vagina
b. Hymen adalah kelenjar yang berada di daerah vulva dan vagina yang
dapat mengeluarkan lender
c. Hymen adalah selaput lendir
10. Tujuan menjaga kebersihan organ genetalia pada saat menstruasi adalah?
a. Menjadi tidak nyaman dan tidak percaya diri
b. Untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan
selama menstruasi sehingga terhindar dari gangguan penyakit
c. Untuk menghambat pengeluaran darah haid yang akan keluar
11. Berapakah normalnya siklus menstruasi?
a. 2 minggu
b. > 40 hari
c. 28

75
12. Gejala yang dirasakan pada saat sebelum atau saat menstruasi yang
mengakibatkan malas bergerak, mudah emosi,nafsu makan meningkat
disebut, kecuali?
a. Dismenorea
b. Nyeri menstruasi primer
c. Premenstruasi syndrom
13. Apakah fungsi dari tuba fallopi atau saluran telur?
a. Sebagai saluran penghubung antara rahim dan induk telur
b. Tempat dimana sel telur bersemayam
c. Sebagai tempat pembuahan
14. Apakah cara untuk menjaga kebersihan organ genetalia pada saat
menstruasi, kecuali?
a. tidak membasuh dan membersikan organ genetalia,tidak mengganti
pakian dalam sesudah BAK dan BAB, dan tidak mengganti pembalut
b. Basuh dengan air besih,ganti pakaian dalam sesudah BAK dan BAB, da
mengganti pembalut sesering mungkin(agar terhidar dari bakteri)
c. Membasuh organ genetalia dengan menggunakan air hangat
15. Berapa lama menstruasi yang dikatakan normal adalah, kecuali?
a. 3-4 hari
b. 1-7 hari
c. Lebih 7 hari
16. Apakah penanganan yang dilakukan pada saat terjadinya dismenorea?
a. Adalah dengan cara mengkomsumsi obat Analgesic dan istirahat yang
cukup
b. Olaraga tanpa henti tanpa istirahat
c. Mengkomsumsi air Es
17. Apa yang dimaksud dengan dinding rahim?
a. Dinding rahim merupakan saluran penghubung antara rahim dan telur
b. Dinding rahim adalah induk telur
c. Dinding rahim merupakan tempat sel telur atau ovum yang telah dibuahi
bersemayam.
18. Menurut anda, apakah pembalut wanita itu?
a. Perangkat tipis yang digunakan oleh wanita stiap hari.
b. Perangkat yang digunakan oleh balita dan lanjut usia.
c. Perangkat yang digunakan oleh wanita disaat menstruasi untuk menyerap
darah vagina supaya tidak meleleh kemana-mana.
19. Dari mana anda mendapatkan informasi tentang menstruasi tersebut?
a. Berita di Tv
b. Majalah
c. Orang tua
20. Apakah gejala yang muncul pada saat terjadinya dismenorea kongestif?

76
a. Gejala yang muncul adalah sakit pada buah dada,perut kembung,sakit
kepala,sakit punggung, mudah tersingung dan gangguan tidur
b. Mudah tersenyum
c. Tidak mengalami nyeri punggung
21. Apakah menurut anda, induk telur atau ovarium pada wanita terdiri dari?
a. Bagian atas dan bagian bawah yang panjang 7 cm dan tebalnya 2 cm.
b. Bagian bawah dan bagian kanan atas
c. Bagian kanan dan kiri dan panjang 4 cm,lebar dan tebalnya adalah 1,5
cm.
22. Dampak yang terjadi jika anda kurang menjaga kebersihan organ genetalia
adalah?
a. Menyebabkan rasa gatal dan infeksi pada daerah genetalia
b. Tidak terjadinya rasa gatal pada daerah genetalia
c. Terbebas dari infeksi dan kuman penyakit
23. Sebaiknya pada saat menstruasi pembalut yang anda gunakan adalah?
a. Pembalut yang tipis dan mudah sobek
b. Pembalut yang tipis dan dapat menyerap dengan baik
c. Pembalut yang tebal
24. Apakah menurut anda derajatnya dismenorea secara siklis dibagi menjadi
tiga tingkat keparahan, sebutkan?
a. Dismenorea ringan, dismenorea sedang dan dismenorea berat
b. Dismenorea sangat ringan dan dismenorea sangat berat
c. Dismenorea sedang dan dismenorea tidak ringan
25. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan klitoris?
a. Suatu tonjolan yang letaknya berdekatan dengan saluran air seni yang
mengandung banyak urat saraf
b. Clitoris adalah lipatan dari kulit sebelah dalam dari bibir besar yang
terdiri atas bagian kanan dan bagian kiri
c. Bentuknya lonjong menjurus kebawah dan bersatu dibagian bawah

KISI-KISI KUESIONER

Pengetahuan Indikator Jumlah No. pertanyaan dan


pertanyaan jenis pertanyaan
(+),(-)
Anatomi organ Pengetahuan tentang 7 (+):
genetalia organ genetalia 1,9,13,17,21,25
(-): 5
Kebersihan Pengetahuan tentang 6 (+): 6,10,17,18,22
organ genetalia kebersihan vulva hygiene (-): 2,14

77
Menstruasi Pengetahuan tentang 6 (+): 3,11,19,23
menstruasi (-): 7,15
Dismenorea Pengetahuan tentang 6 (+): 4,8,16,20,24
dismenorea (-): 12

78
KUESIONER
SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN VULVA HYGIENE
DENGAN KEJADIAN DISMENOREA
DI SMP NEGERI 1 TAEBENU KABUPATEN KUPANG

A. Petunjuk pengisian
Pemilihan jawaban antara lain:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
RG : Ragu-ragu
TS : Tidak setuju
STS: Sangat tidak setuju
1. Isilah data pribadi anda dengan cara mengisi lembar jawaban yang sudah
diberikan.
2. Bacalah pertanyaan dengan telitidan cermat .
3. Pilihlah satu jawaban dengan cara member tanda centang( √ ) pada jawaban
yang menurut anda benar, tepat dan sesuai.
4. Nama saudara akan dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan.
5. Jawaban anda sangat bermanfaat yang digunakan untuk kepentingan
penelitian dan akan dirahasiakan.
6. Penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara yang telah bersedia dan
berpartisipasi dalam membantu dan mengisi lembar kuesioner yang
diberikan.

79
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Agama :

No Pertanyaan SS S RG TS STS
1 Pada saat menstruasi saya harus
menggunakan air yang bersih dan hangat
untuk membasuh organ genetalia saya.
2 Nyeri haid adalah rasa sakit saat haid
yang dapat mengganggu kegiatan sehari-
hari
3 Saat menstruasi pakian dalam yang
digunakan tidak diganti pada saat habis
mandi agar terhindar dari bakteri
4 Nyeri haid terasa dua hari atau lebih saat
menstruasi dan sebelum menstruasi
5 Sebaiknya saya tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah merawat organ
genetalia agar tidak terjadinya
penyebaran bakteri
6 Setiap wanita perlu mengetahui
penanganan nyeri
7 Cara yang saya lakukan untuk
membersikan organ genetalia pada saat
menstruasi mulai dari arah depan
kebelakang.
8 Dengan tidak terpenuhi nutrisi yang baik
maka ketahanan tubuh meningkat dan
gangguan menstruasi dapat dicegah
9 Jenis Pembalut yang saya gunakan pada
saat menstruasi adalah pembalut yang
tipis dan mudah menyerap.
10 Untuk mencegah nyeri haid tidak
diperlakukan istirahat dan olaraga yang
cukup
11 Saat haid saya akan melakukan kompres
air hangat diperut bagian bawah.
12 Setiap wanita perlu mengetahui
penyebab terjadinya nyeri haid
13 Saat menstruasi mengganti pembalut
setiap 4 jam dan setiap kali / sesudah
BAB.
14 Jika terjadi nyeri haid perlu minum obat
analgetik
15 Pada saat menstruasi saya tidak perlu

80
menjaga pola hidup sehat( tidak olaraga
yang cukup dan tidak memenuhi nutrisi
yang seimbang)

KISI-KISI KUESIONER

Sikap Indicator Jumlah No.pertanyaan dan


pertanyaan jenis pertanyaan (+),
(-)
Menstruasi Sikap yang dilakukan 8 (+): 1,5,7,9,11,13,
dalam menjaga (-): 3,15
kebersihan vulva
hygiene pada saat
menstruasi
Dismenorea Sikap yang dilakukan 7 (+): 2,4,6,12,14
dalam menjaga (-): 8,10
kebersihan vulva
hygiene dan penangana
pada saat dismenorea

81

Anda mungkin juga menyukai