Anda di halaman 1dari 106

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI TERHADAP KEJADIAN DIARE

PADA BAYI USIA 1-6 BULAN DI DESA SUKOANYAR


KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
VIDIYAH YUNICA HERMAYANTI
(1801100503)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI TERHADAP KEJADIAN DIARE
PADA BAYI USIA 1-6 BULAN DI DESA SUKOANYAR
KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Tinggi Sarjana Keperawatan

Diajukan Oleh :
VIDIYAH YUNICA HERMAYANTI
(1801100503)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Terhadap


Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di desa Sukoanyar Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang” telah disetujui oleh pembimbing penyusun Skripsi
STIKes Kendedes Malang Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kendedes
pada :

Malang,.........................2022
Mahasiswa,

Vidiyah Yunica Hermayanti


NIM. 1801100503

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ns. Lembah Andriani S.Kep MMRS Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, M. Kep
NIDN. 0730097303 NIDN. 0711078807

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini dengan judul “Hubungan Pemberian MP-ASI Dini


Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Desa Sukoanyar
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang” telah diperiksa dan di pertahankan di
hadapan tim penguji pra proposal skripsi STIKes Kendedes Malang Program
Studi S1 Keperawatan.

Telah duji pada :


Hari :
Tanggal :
Dan disahkan oleh :

Dr. Ns. Wiwit Nurwiyaningtyas, M.Biomed (…….………....) (………..…….)


NIDN. 0722118101 Tanda Tangan Tanggal
Penguji I

Dr. Ns. Lembah Andriani, S. Kep, MMRS (……………….) (………………)


NIDN. 0730097303 Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I

Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, M.Kep (………………)(……………….)


NIDN. 0711078807 Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing II

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Kendedes Malang

Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, M.Kep


NIDN. 0711078807

iii
SURAT PENYATAAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini saya menyampaikan bahwa saya yang bertanda tangan dibawah
ini :
Nama : VIDIYAH YUNICA HERMAYANTI
NIM : 1801100503
Institusi : STIKes Kendedes Malang
Tahun Angkatan : 2018
Judul Skripsi : Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian
Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab. Malang
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat merupakan hasil karya saya
pribadi dan bukan hasil dari tindakan plagiat. Jika kemudian hari saya ditemukan
dalam kondisi yang bertolak belakang dengan pernyataan yang saya buat hari ini,
maka saya bersedia menerima sanksi mengulang kembali melalui awal proses
penelitian dari penyerahan judul sampai dengan ujian ulang yang akan dilakukan
bersama dengan angkatan dibawah saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.

Malang, 2023
Mahasiswa,

Vidiyah Yunica Hermayanti


NIM. 1801100503
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ns. Lembah Andriani S.Kep MMRS Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, M. Kep
NIDN. 0730097303 NIDN. 0711078807

iv
ABSTRAK

Yunica, Vidiyah, 2023. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian


Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan. Skripsi Program Studi Keperawatan
STIKes Kendedes Malang. Pembimbing I : Dr. Ns. Lembah Andriani,
S.Kep, MMRS; Pembimbing II : Ns. Putu Sintya Arsa, M.Kep

Latar belakang. Di Indonesia penyakit diare termasuk kejadian luar biasa yang
disertai kematian. Indonesia menduduki rangking ke-6 negara tertinggi kematian
akibat diare setelah Singapura (WHO, 2019). Kejadian diare di Indonesia pada
semua umur sebesar 61,7 % dan pada balita adalah sebesar 40% (Kementerian
Kesehatan R.I, 2019). Berdasarkan Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur Tahun
2018 kejadian diare di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan jika
dibandingkan tahun 2017, penyakit diare pada tahun 2018 dari kelompok semua
umur sebanyak 77.852 dan dari jumlah tersebut sebanyak 57,150 merupakan
balita. Pada tahun 2018 kasus kejadian diare sebanyak 57150. Tujuan. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI pada bayi
usia 1- 6 bulan dengan kejadian Diare. Metode. Metode yang di gunakan adalah
penelitian kuantitatif, dengan Analitik Kolerasi Cross Sectional desain, Teknik
penelitian Accidental sampling, sebanyak 35 responden, sampel penelitian ini di
Desa Sukoanyar Kec. Pakis Kab. Malang. Pengambilan data dillakukan pada
bulan Maret 2023 dengan menggunakan lembar kuesioner pemberian MP-ASI
dini, waktu pemberian MP-ASI dini, jenis pemberian MP-ASI dini, serta Kejadian
diare yang di sebarkan melalui pelaksaan kegiatan posyandu. Hasil. Hasil Analisa
data menggunakan uji korelasi chi-square pada variabel pemberian MP-ASI dini
menghasilkan Asymp. Sig (2-sided) dengan nilai p-value sebesar 0.046<0.05
dengan hasil H0 ditolak H1 diterima, yang artinya adalah ada hubungan antara
pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan.
Kesimpulan. Dapat disimpulkan bahwa pemberian MP-ASI dini kepada bayi yang
kurang dari 6 bulan bisa mngakibatkan terjadianya gangguan pencernaan ataupun
kejadian diare, dengan waktu dan jenis waktu yang tidak tepat. Diharapkan
dengan penilitian ini dapat dijadikan referensi untuk menggali factor lain yang
dapat meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini di
masyarakat wilayah Desa sukoanyar Kec.Pakis Kab.Malang, serta membentuk
mindset semua ibu di wilayah setempat agar dapat memahami pentingnya
pemberian MP-ASI pada waktu dan jenis yang tepat.

v
ABSTRACT

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Hubungan Pemberian MP-ASI Terhadap Kejadian

Diare Pada Usia 1-6 Bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten

malang Malang”

Tersusunnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan

bimbingan dari berbagai pihak yang turut membantu, maka dalam kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes

Malang.

2. drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang.

3. dr. Endah Puspitorini, MScIH., DTMPH, selaku PLH Ketua Yayasan Kendedes

Malang.

4. Dr. Edi Murwani, AMd., Keb., SPd., MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes

Malang.

5. Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan STIKes Kendedes Malang.

6. Dr. Ns. Lembah Andriani S.Kep, MMRS, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, pemikiran, motivasi, perhatian dan kesabaran serta

masukan terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa M.Kep , selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pemikiran, motivasi, perhatian dan kesabaran serta

masukan terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

vii
8. Keluarga tercinta, bersyukur atas nikmat Allah SWT dilahirkan oleh ayah ibu

yang telah membesarkan, mendidik dan dijadikan anak yang insya’allah

berguna bagi keluarga agama dan bangsa. Untuk adik rahmad syafi’ul

Hermansyah tercinta yang senantiasa memberikan support dan dorongan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada calon pendamping hidup insya’allah, mas Anzil Ardhiansyah yang

telah membersamai penulis, memberi bantuan, dukungan, semangat, dan

kasih sayang selama penulisan skripsi hingga selesai.

10. Rekan-rekan yang sudah turut membantu baik tenaga, fikiran, maupun do’a

dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini sangat jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Peneliti juga

berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi

peneliti pada khususnya.

Malang,

Penelit

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iii
SURAT PENYATAAN BEBAS PLAGIAT......................................................iv
ABSTRAK ...........................................................................................................v
ABSTRACT.........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................3
1.4.1 Bagi Responden ...............................................................................3
1.4.2 Bagi Peneliti ....................................................................................3
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan .................................................................3
1.4.4 Bagi Institusi Kesehatan ..................................................................4
1.4.5 Bagi Lahan Masyarakat ...................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar MP-ASI .....................................................................5
2.1.1 Definisi MP-ASI ..................................................................5
2.1.2 Jenis-jenis MP-ASI ..............................................................6
2.1.3 Pemberian Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan yang Baik
dan Benar ............................................................................6
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Dini ........ 7
2.1.5 Tujuan MP-ASI ...................................................................16
2.1.6 Pola Pemberian MP-ASI .....................................................17
2.1.7 Syarat Pemberian MP-ASI ..................................................17

ix
2.1.8 Indikator Bayi Siap Menerima MP-ASI Dini ......................18
2.1.9 Alasan pemberian MP-ASI dini ..........................................19
2.1.10 Dampak Dan Resiko Pemberian MP-ASI Dini....................20
2.2 Konsep Dasa Bayi 0-6 Bulan.............................................................22
2.2.1 Definisi Bayi .....................................................................22
2.2.2 Tunbuh Kembang Bayi......................................................23
2.2.3 Pengaruh Tumbuh Kembang.............................................25
2.2.4 Komposisi dan Proporsi Tubuh Bayi.................................26
2.3 Konsep Dasar Diare...........................................................................29
2.3.1 Definisi Diare.....................................................................29
2.3.2 Penyebab Diare..................................................................30
2.3.3 Patofisiologis.....................................................................31
2.3.4 Etiologi..............................................................................34
2.3.5 Faktor Resiko Diare Pada Bayi..........................................35
2.3.6 Patogenesis Penyakit Diare................................................36
2.3.7 Pencegahan Diare..............................................................36
2.3.8 Tanda dan Gejala Penyakit Diare......................................37
2.3.9 Manifestasi Klinis..............................................................38
2.3.10 Komplikasi.........................................................................38
2.3.11 Penatalaksanaan Penyakit Diare........................................39
2.3.12 Klasifikasi Penyakit Diare.................................................41
2.4 Hubungan Pemberian MP-ASI DIni dengan Kejadian Diare............42

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konsep .....................................................................................45
3.2 Hipotesis....................................................................................................46
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................47
4.2 Kerangka Kerja .........................................................................................48
4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ..................................................49
4.3.1 Populasi.........................................................................................49
4.3.2 Sampel,..........................................................................................49

x
4.3.3 Kriteria Sample..............................................................................50
4.4 Variable Penelitian ...................................................................................51
4.4.1 Variabel Independen .....................................................................51
4.4.2 Variabel Dependen .......................................................................51
4.5 Definisi Operasional .................................................................................51
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................53
4.7 Pengumpulan Data ....................................................................................53
4.7.1 Instrumen Penelitian .....................................................................54
4.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................55
4.7.2.1 Uji Validitas ......................................................................55
4.7.2.2 Uji Reliabilitas ..................................................................56
4.8 Pengolahan Data .......................................................................................56
4.8.1 Editing .............................................................................................56
4.8.2 Coding .............................................................................................56
4.8.3 Scoring .............................................................................................57
4.8.4 Tabulating ........................................................................................58
4.9 Analisa Data..............................................................................................58
4.10 Etika Penelitian .....................................................................................58
4.10.1 Informed Consent.........................................................................58
4.10.2 Anonymity.....................................................................................59
4.10.3 Confidentiality..............................................................................59
4.10.4 Non-Maleficence..........................................................................59
4.10.5 Benficence....................................................................................59

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................60
5.2 Hasil Penelitian ...................................................................................61
5.2.1 Data Umum ............................................................................61
5.2.2 Data Khusus.............................................................................62
5.3 Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare ............64
5.4 Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare 65
5.5 Hubungan Jenis Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kajadian Diare....66

xi
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan ........................................................................................67
6.1.1 Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi Usia 1-6 Bulan ..............67
6.1.2 Kejadian Diare ........................................................................68
6.1.3 Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian
Diare .......................................................................................68
6.1.4 Hubungan Waktu MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare ......70
6.1.5 Hubungan Jenis Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian
Diare .......................................................................................71
6.2 Keterbatasan penelitian.......................................................................72

BAB VII PENUTUP


7.1 Kesimpulan .........................................................................................73
7.2 Saran ...................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organization (WHO) diare adalah

penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun dan

bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Diare

yang diakibatkan oleh infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang di

dunia (WHO, 2017). Diare merupakan salah satu penyakit penyebab

banyaknya mortalitas di dunia dan hampir 1,7 milyar kasus diare sendiri

menjadi secara global (WHO,2017). Pada anak-anak diare menjadi penyabab

kematian pada usia dibawah 5 tahun sekitar 760.000 kematian anak setiap

tahunnya terutama pada negara-negara berpenghasilan rendah (Dilaram et.al,

2017).

Di Indonesia penyakit diare termasuk kejadian luar biasa yang disertai

kematian. Indonesia menduduki rangking ke-6 negara tertinggi kematian

akibat diare setelah Singapura (WHO, 2019). Kejadian diare di Indonesia pada

semua umur sebesar 61,7 % dan pada balita adalah sebesar 40% (Kementerian

Kesehatan R.I, 2019). Berdasarkan Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur

Tahun 2018 kejadian diare di Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan

jika dibandingkan tahun 2017, penyakit diare pada tahun 2018 dari kelompok

semua umur sebanyak 77.852 dan dari jumlah tersebut sebanyak 57,150

merupakan balita. Pada tahun 2018 kasus kejadian diare sebanyak 57150

1
2

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Sukoanyar

Kecamatan Pakis Kabupaten malang, pada bulan Februari 2022 dari 35 bayi

usia 1-6 mengalami diare. Sebagian besar alasan dari ibu di Posyandu Desa

Sukoanyar ini memberikan makanan tambahan dini kepada bayinya karena

kurangnya pengetahuan mereka tentang ASI Eksklusif dan makanan

pendamping ASI. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan pemberian MP-ASI dini terhadap kejadian diare pada usia 1-6 bulan

di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Adakah Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Terhadap Kejadian Diare Pada

Bayi usia 1-6 Bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI pada bayi usia 1-

6 bulan dengan kejadian Diare.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pemberian MP-ASI Dini terhadap bayi usia 1-6

bulan di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten malang

2. Mengidentifikasi waktu dan jenis pemberikan MP-ASI Dini terhadap

bayi usia 1-6 bulan di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten

malang
3

3. Mengidentifikasi kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Desa

Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten malang

4. menganalisis adakah Hubungan pemberian MP-ASI dini terhadap

kejadian Diare pada bayi Usia 1-6 Bulan di Desa Sukoanyar

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk menambah wawasan

dan untuk menambah pengetahuan bagi ibu bayi terumata ibu yang

mempunyai bayi supaya dapat mengetahui dan memahami dengan di

berikan MP-ASI di usia 1-6 bulan supaya dapat mengetahui dan

memahami Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare

Pada Bayi Usia 1-6 bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang

1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

ataupun dasar dalam menganalisis permasalahan terhadap suatu kasus pada

kajian mengenai Hubungan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Dini Dengan

Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan

Pakis Kabupaten Malang.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi di

Perpustakaan STIKes Kendedes dan sebagai dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut berkaitan dengan Hubungan Ibu Tentang Pemberian


4

MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 bulan Di Desa

Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

1.4.4 Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah tindakan

dalam Hubungan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian

Diare Pada Bayi Usia 1-6 bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis

Kabupaten Malang

1.4.5 Bagi Lahan Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah

wawasan tentang manfaat Hubungan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Dini

Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 bulan Di Desa Sukoanyar

Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Mp-Asi

2.1.1 Definisi MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini adalah makanan atau

minuman yang diberikan kepada bayi berusia 6 bulan(Nurwiah, 2017).

World Health Organzation (WHO) mendefinisikan Air Susu Ibu (ASI)

eksklusif bila bayi hanya mendapat ASI tanpa tambahan makanan dan atau

minuman lain, kecuali vitamin dan obat-obatan (Nurwiah, 2017). Makanan

pengganti ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari asupan yang

berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan

pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/ anak. ASI hanya

memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan.

Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan

baik bagi gizinya. Oleh karena itu pada usia 6 bulan keatas bayi

membutuhkan gizi tambahan yang berasal dari MP-ASI (Mufida at al,

2015).

Pemberian MP-ASI harus sesuai dengan bertambahnya usia

bayi/anak, perkembangan atau kemampuan bayi/anak menerima makanan,

makanan bayi/anak umur 0-24 bulan yaitu:

1) Pada bayi usia 0-24 bulan terdiri dari usia 04 bulan terdiri dari ASI,

2) Pada usia 4-6 bulan terdiri dari ASI, bubur susu, pisang dan pepaya

yang dilumatkan,

5
6

3) Pada usia 6-9 bulan terdiri dari ASI, nasi tim,

4) Pada usia 9-12 bulan terdiri dari nasi tim, makanan keluarga, dan

makanan selingan,

5) Pada usia 12-24 bulan terdiri dari ASI, makanan keluarga

(Sibagariang, 2010).

2.1.2 Jenis- Jenis MP-ASI

Jenis MP-ASI diantaranya (Hasdianah, dkk, 2014).

a. Buah-buahan yang dihaluskan / dalam bentuk sari buah. Misalnya

pisang ambon, pepaya, jeruk, tomat.

b. Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.

c. Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng / karton sachet.

2.1.3 Pemberian Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan yang Baik dan Benar

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan

kemampuan bayi menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur

0-6 bula dibagi manjadi 4 tahap (Widyaningsih, 2015).

a. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama

pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah

dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui

akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.

b. Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan

berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan

zat kekebalan yang tinggi.


7

c. Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke

payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari. Prinsip Dasar

MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan.

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Dini

1. Pekerjaan ibu

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Arti

sempitnya, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja

yang menghasilkan uang bagi seseorang, jadi pembicaraan sehari-hari

istilah ini sering dianggap sinonim profesi. Kerja adalah aktivitas,

gawai, kegiatan, operasi. yang dimaksud dengan pekerjaan adalah

operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan,

kesibukan, urusan, karier, profisi, pecarian seseorang, (Nurwiah,2017).

Ibu yang bekerja menjadi salah satu alasan ibu untuk

memberikan MP-ASI dini. Pekerjaan semakin baik dan sosial ekonomi

keluarga yang meningkat yang menyebabkan dan memudahkan ibu

untuk membarikan susu formula dan MP-ASI pada anak dibandingkan

dengan pemberian ASI aksklusif ( Kumalasari, dkk,2015).

Status pekerjaan ibu menjadi alasan ibu memberikan makanan

pendamping ASI terlalu dini kerena kurang mempunyai waktu untuk

ananya, dan juga status soasial ekonomi keluarga mempengaruhi ibu

memberikan makana pendamping ASI terlalu dini dilihat dari daya beli

terhadap makanan pendamping ASI yaitu jika semakin baik

perekonomian keluaga maka daya beli akan makanan tambahan juga


8

mudah, sebaliknya semakin buruk ekonomi keluarga maka akan daya

beli semakin kurang ( Nurwiah, 2017).

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Alhidayati (2015)

menyatakan bahwa ibu yang tidak bekerja beresiko 2 kali untuk

memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dibandingkan

ibu yang bekerja, dikarenakan ibu yang tidak bekerja memiliki waktu

lebih banyak dirumah ketimbang di luar rumah.

2. Pendidikan Ibu

Pendidikan Ibu juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-

ide atau masukan dari orang lain dan teknologi yang baru

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan erat kaitannya dengan usia dan

tingkat pendidikannya seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah

akan mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman responden tentang

pemberian MP-ASI pada bayi usia < 6 bulan lebih baik (Sri dkk,

2015).

Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang maka makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang

dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2012).

Pendidikan berbagai progamnya mempunyai peranan penting

dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan

professional \individu. Melalui Pendidikan, seseorang dipersiapkan


9

untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan

metode berfikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah

yang akan dihadapi dengan kehidupan dikemudian hari.

Tingkat Pendidikan merupakan dasar perkembangan daya nalar

seseorang dengan jalan memindahkan seseorang untuk menerima

motivasi. Pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu Pendidikan formal

berupa Pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah dasar sampai

perguruan tinggi baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun

oleh pihak swasta. Pendidikan non formal yaitu Pendidikan yang

diperoleh tidak formal seperti Pendidikan dilingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat.(Norwiah, 2017).

Penggolongan tingkat pendidikan menurut Undang-Undang

Nomer 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa penggolongan

tingkat pendidikan terdiri dari formal, dan informal, non formal.

( Alhidayati dan Rahmita, 2016).

1. Pendidikan formal

Bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri atas :

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya

sebilan tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di Sekolah

Dasar tau sederajat dan tiga tahun di Sekoleh menengah

pertama atau sederajat.

b. Pendidikan Menengah

adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan

pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi


10

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan

hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan

alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih

lanjut dalam dunia atau pendidikan tinggi. Lama pendidikan

yaitu 3 tahun, bentuk satuan pendidikan penengah. terdiri

atas:

1) kolah Menengah Umum

2) Sekolah Menengah Kejuruan

3) Sekolah Menengah Keagamaan

4) Sekolah Menengah Kedinasan

5) Sekolah Menengah Luar biasa

c. Pendidikan tingkat

merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

dan professional yang dapat menerapkan, dan

mengembangkan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi

dan atau kesenian.

2. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan bentuk kegiatan yang dilakukan secara mandiri yang

dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan

informal diaku sama dengan pendidikan formal dan non formal


11

dan non formal setelah peserta didik lulus ujia standar nasional

pendidikan.

3. Pendidikan Non-formal

Pedidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar

pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstuktur dan

berjemjang. Pendidikan non formal paling banyak terdapat diusia

dini, serta pemdidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Al-Qoran,

yang banyak terdapat di masjid dan sekolah minggu, yang ada di

Gereja. Selain itu, ada juga berbagai kursus, diantaranya kursus

music, bimbingan belajar dan sebagainya.

Menyatakan bahwa pendidikan yang rendah beresiko 3 kali

untuk memberikan makanan pendamping ASI (PM-ASI) dini

dibandingkan dengan ibu yang berpendidika tinggi. Tingkat

pendidikan ini juga dapat mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI

dini, dimana ibu yang berpendidikan rendah akan cenderung

memberikan bayinya MP-ASI dini. Hal ini disebabkan karena ibu

tidak tahu waktu pemberian MP-ASI ( Alhidayati dan Rahmita,

2016).

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Alhidayat (2016)

menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan rendah beresiko 3 kali

untuk memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini

dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi, kerena pendidikan yang

rendah akan mempunayai pengetahuan yang rendah bila

dibandingkan dengan yang berpendidikan yang tinggi.


12

3. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang memilikinya (mata,

hidung, teliga, dan sebagainya). Dengan, sendrinya, pada waktu

penginderaan sampai mengahasilkan pengetahuaan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan pesepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda (Haryanto, 2017).

Pengetahuan para ibu dapat berhubungan dengan sumber

informasi yang ibu dapatkan dari mitos dan media masa. Ibu

menyatakan bahwa penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi

dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MP-ASI turun

temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur

pisang pada saa upacara bayi (aqiqah) yang telah mencapai usia tiga

bulanan. Pengukuran pada pengetahuan ibu ini bertujuan untuk

mengetahui ibu tahu tentang MP-ASI, ibu paham tentang MP-ASI,

menganalisis MP-ASI yang diberikan ibu pada bayi, mengevaluasi

bagaimana hasil dari pemberian MP-ASI (Ginting, 2013).

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengatuhuan ini mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh daban yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.


13

b) Memahami (compreshensiom)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek, yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.

c) Analisis (analeysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

suatu objek kedalam komponen-kompenen, tetapi masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

kegunaan kata kerja.

d) Evaluasi (evalution)

Berkaitan dengan kemampuan untuk penelitian untuk suatu objek.

4. Budaya/Suku

Pada budaya/suku ataupun adat tertentu terdapat beberapa hal

yang berkaitan dengan pemberian MP-ASI terlalu dini, sehingga

terdapat kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif, Sosial Budaya,

(culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya

perilaku seseorang (Ratih, 2013).

Masyarakat Madura beranggapan bahwa menangis, rewel dan

tidak mau tidur merupakan tanda bayi lapar. Pemberian MP-ASI dini

kepada bayi bukanlah suatu hal yang ditakuti atau menjadi masalah,

selagi mereka tidak memberikannya dalam jumlah yang berlebihan. Hal

ini dikarenakan tradisi yang ada sejak mereka kecil (Noviawati, 2015).

Di masyarakat Madura terdapat tradisi, setetelah melahirkan,

bayi dimandikan lalu diberi kelapa muda yang diyakini dapat membuat
14

perut bayi dingin, serta dipercaya dapat membuat anak gemuk. Kelapa

diberikan sampai bayi kenyang dan tertidur. Selain itu bayi diberi madu

yang dioleskan di bibir bayi yang dipercaya akan membuat bayi menjadi

sehat, terhindar dari berbagai penyakit dan kelak akan tumbuh menjad

anak yang manis. Setelah itu bayi diberi pisang dan nasi yang diulek

pada usia yang bervariasi yang dipercaya bayi akan menjadi sehat.

Pemberian MP-ASI ini dengan porsi yang bertahap dari buah kelapa

yang muda seujung endok. Pemberian pisang dan nasi yang diberikan

dalam tambahan sedikit demisedikit (Noviawti,2015.

5. Dukungan petugas

Dukungan petugas kesehatan dan gencarnya pemberian susu

formula juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ibu

memberikan ASI Eksklusif. Petugas kesehatan saat ini mulai banyak

yang melakukan pemberian susu formula, biskuit dan produk bayi

lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya berdasarkan pada

keuntungan finansial( Kumalasari, Sabrian, Hasanah 2015).

Hal ini dianjurkan dalam survey Setiawan (2009), bahwa 32,5%

bayi baru lahir dirumah sakit swasta dan 15,9% bayi baru lahir di rumah

sakit pemerintah sudah diperkanalkan susu botol.berdasarkan survey

tersebut diketahui bahwa susu formula tersebut, 45 % diperkanalkan

oleh penolong persalinan (dokter) dan 18,16% diperkenalkan oleh bidan

terlatih. Pemberian susu formula dalam penelitiaan ini ternyata tampa

indikasi medis seperti bayi yang hanya dapat menerima susu formula

khusus dan kondisi medis ibu.


15

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Alhidayati

(2015) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara dukungan

petugas kesehatan dengan pemberian MP-ASI dini dengan p value (0,

409). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Padang (2008),

di kecamatan pandan kabupaten tapanuli tengah menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemberian

makanan pendamping ASI dini dengan p value (1,879)

ASI dianggap tidak mencukupi banyak ibu yang beranggapan

bahwa ASI tidak mencukupi sehingga memutuskan untuk

menambahkan atau mengganti dengan susu formula. Sebelum hampir

semua ibu yang melahirkan akan berhasil menyusui bayinya dengan

jumlah ASI yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan bayinya. Hal yang

harus diperhatikan agar ASI dapat diproduksi yang benar, asupan gizi

ibu, serta frekuensi menyusui. Semakin sering bayi menghisap/menyusu

kepada ibunya maka produksi ASI akan semakin lancer

(Sulistyoningsih, 2011).

Dengan semakin banyaknya dukungan dari petugas kesehatan

akan menurunkan angka kejadian ibu yang tidak mau memberikan ASI

kepada anaknya. Dukungan dari petugas kesehatan sangat berpengaruh

kepada ibu yang menyusui.


16

2.1.5 Tujuan MP-ASI

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk

melengkapi zat gizi yang sudah berkurang, mengembangkan kemampuan

bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dangan berbagai rasa

dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan, mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar

energi tinggi. Dalam pemberian makanan pendamping, ASI dikonsumsi

hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk

dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, serta makanan tersebut sehat

diantaranya (Turrohmah, 2019).

1. Berada dalam derajat kematengan, makanan itu harus metang sesuai

prosedurnya.

2. Bebas dari pencemaran pada saat menyimpan makanan tersebut dan

menyajikan hingga menyuapi dapa bayi atau anak.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai

akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hiwan pengerat,

serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan,

dan pengerinagan.

4. Bebas dari mekro organisme dan parasit yang menimbulkan penyakit

yang dihantarkan oleh mekanan.

5. Harus cukup mengandung kalori dan vitamin, kerena makanan

pendamping itu harus memenuhi kalori dan vitamin.

6. Memberikan makanan yang dan mudah dicerna.


17

2.1.6 Pola Pemberian MP-ASI

Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI

Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI

terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah

dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudarah.

Berikan ASI dari payudarah satu sampai kosong, kemudian pindah

kepayudarah lainnya. Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera

diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah

memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari pertama. Waktu dan lama

menyusui tidak perlu dibatasi dengan frekuensinya tidak perlu di

jadwalkan diberikan pagi, siang, dan malam hari ( Depkes, 2014).

Sebaiknya jangan memberikan makanan dan minuman (air kelapa,

air teh, air tajin, madu, pisang dan lain-lain). Pada bayi sebelum usia 6

bulan karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan dapat menggangu

menyusui (Turrohmah, 2019).

2.1.7 Syarat Pemberian MP-ASI

Pemberian makanan pendamping ASI, ada beberapa syarat yang

harus diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut ( Turrohmah,

2019).

a) Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

b) Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan

mineral yang cukup

c) Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik.

d) Harga relative murah


18

e) Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan – bahan yang tersedia secara

local

f) Bersifat padat gizi

g) Kandungan serat atau bahan lain yang suka dicerna dalam jumlah yang

sedikit.

MP-ASI yang diberikan pada bayi harus memenuhi beberapa syarat

sebagai berikut (Dwiastuty, 2014)

a. Mengandung cukup zat gizi

b. Mudah di cerna

c. Porsi kecil

d. Tidak menimbulkan alergi

e. Perhatikan kemampuan bayi dalam menerima makanan tersebut

f. Hindari pemakaian bumbu yang merangsang

g. Hindari makanan penyedap rasa atau MSG

2.1.8 Indikator Bayi Siap Menerima MP-ASI Dini

Indikator bahwa bayi siap menerima MP-ASI antara lain

(Kemenkes, RI 2017)

1. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak

tanpa

disangga.

2. Menghilangnya reflek, menjulurkan lidah.

3. Bayi mampu menunjukkan keinginannya dengan cara membuka

mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya untuk menunjukkan rasa


19

lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk

menunjukkan ketertarikan pada makanan.

4. Bayi bersemangat untuk mengambil makanan dan mencoba untuk

meraihnya.

5. Kelihatan menyukai rasa-rasa baru.

2.1.9 Alasan Pemberian MP-ASI dini

Menurut Rahmawati, (2014) Gibney Tahun (2009) dalam buku “

Gizi Kesehatan Masyakat” mengatakan bahwa banya kepercaan dan sikap

yang tidak mendasar terhadap makna pembarian ASI secara eksklusif ke

pada mereka dalam periode 6 bulan pertam. Alasan umum memngapa

mereka memberika MP-ASI secara dini meliputi:

1) Rasa takut bahwa ASI mereka tidak cukup dan kualitasnya buruk. Hal

ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang encer

dan menyerupai air. Ibu perlu mengetahui bahwa perubahan pada ASI

akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap putting mereka.

2) Keterlambatan memulai peberian ASI dan praktek membuang

kolostrum . banyak banyak masyakat di negara berkembang percaya

bahwa kolostrum yang warna kunikuningan merupakan zat beracun

yang harus dibuang.

3) Tehnik pemberian ASI yang salah. Jika bayi tidak digendong dan

dipeluk dengan posisi yang tepat, kemungkinanibu akan mengalami

nyeri, lecet pada putting susu, pembengkakan payu darah dan mastitis

kerena bayi tidak mampu minum ASI sacara efektif. Hal ini akan

meberakibatkan ibu menghentikan pemberian ASI.


20

4) Kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan.

Pemberian cairan seperti ait dan air putih dapat meningkatkan resiko

diare pada bayi. Bayi akan mendapat ASI yang lebih rendah dan

ferkuensi menyusui yang lebih singkat karena adanya cairan

tambahana.

5) Dukungan yang kurang dari penlanyanan petugas kesehatan.

Dirancangnya rumah sakit sayang bayi akan meningkatkan inisiasi dini

ASI terhadap bayi. Sebaiknya tidak adanya fasilitas rumah sakit

dengan rawat gabung dan disediakannya dapur susu formula akan

meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan pada bayi yang

lahir diruh sakit.

2.1.10 Dampak Dan Resiko Pemberian MP-ASI Dini

1. Dampak

MP-ASI dini berbahaya karena makanan ini dapat menggantikan

kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal. Bayi mungkin

terkena diare karena factor system pencerna menerima MP-ASI,

septisemia dan meningitis, bayi mungkin menderita intoleransi terhadap

protein di dalam susu formula tersebut, serta timbul alergi misalnya

eksim. Pemberian MP-ASI sangat merugikan karena akan

menghilangkan rasa haus bay serta malas menyusui atau “bingung

putting ibu” (Riskesdas, 2013).

Selain megalami gangguan diatas, dapat timbul efek samping

yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat sampai terjadi

obesitas, bias juga anak mengalami alergi dari makanan yang

dikonsumsi (Sari, 2013).


21

Bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari empat bulan akan

mengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi

yang mendapatkan MPASI pada umur empat-enam bulan setelah

dikontrol oleh asupan energi dan melakukan penelitian kohort selama

empat bulan melaporkan pemberian MP-ASI terlalu dini (< empat

bulan) berpegaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi,

meskipun tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi.

Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering

ditemukan dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin,

air gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6

bulan. Pemberian makanan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dapat

memberikan perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit.

Hal ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan

belum sempurna. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini

sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis

kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis, hasil riset

terakhir dari penelitian di Indonesia menunjukan bahwa bayi yang

mendapat MP-ASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak

terserang diare, sembelit, batuk-pilek, panas dibandingkan bayi

mendapat hanya ASI eksklusif (Lalina, 2015 ).

2. Resiko

a) Resiko Jangka Pendek

Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi

keinginan bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan


22

bayi menyusui berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang.

Selain itu pengenalan serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerpan zat besi dan ASI, walaupun konsentrasi

zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah diserap oleh tubuh

bayi. Pemberian makanan dini seperti pisang, nasi didaerah pedesaan

di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna/diare

serta meningkatnya resiko terkena infeksi. (Norwiah, 2017).

b) Resiko Jangka Panjang

Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas,

kelebihan dalam memberikan makanan adalah resiko utama dari

pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada

usia-usia selanjutnya adalah kelebihan berat badan ataupun

kebiasaan makan yang tidak sehat. Kandungan natrium dalam ASI

yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml), namun jika masukan dari diet

bayi dapat meningkat drastis jika makanan telah dikenalkan.

Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan

yang memudahkan terjadinya gangguan hipertensi. (Norwiah, 2017)

Selain itu, belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada

umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan (Lalina

2015 Dalam Nurwiah, 201).


23

2.2 Konsep Dasar Bayi 0-6 Bulan

2.2.1 Definisi Bayi

Masa bayi adalah usia 0-1 tahun yang dibagi menjadi 2 tahap

(Saifuddin 2015). Sebagai berikut:

a) Masa neonatal yaitu 0-28 hari

b) Masa pasca natal yaitu usia 29-1 tahun

Diharapkan bahwa pertumbuhan maupun perkembangan bayi

akan berlangsung lebih baik. Hal ini meliputi pertumbuhan jasmani,

perkembangan kecerdasan serta perkembangan psikologis yakni kasih

sayang timbal balik antara bayi dan ibu yang mencerminkan akhlak

yang luhur.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram

sampai 4000 gram, cukup bulan, langsung menangis dan tidak ada cacat

bawaan, serta ditandai pertubuhan dan perkembangan yang cepat. Bayi

marupakan makhluk yang sangat peka dan halus, apakah bayi tersebut

akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat bergantung

pada proses kelahiran dan keperawatannya. Tidak saja perawatannya,

namun pola bemberian makan sangat mempengaruhi perkembangan dan

pertumbuhan bayi (Depkes RI, 2014).

Bayi dapat dikelmpokan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan,

bayi prematur, dan bayi dengan berat rendah (BBLR) (Hayati, 2014).

Bayi (Usia 0-11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24


24

bulan, sehingga kerap diistilahkan sebagai priode emas sekaligus priode

kritis (Goi, 2010).

2.2.2 Tumbuh Kembang Bayi

Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dilihat dari beberap

aspek. Pertumbuhan (growth) berkaian perubahan dalam hal besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur

dengan ukuran barat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan

metabolek. Contoh pertumbuhan barat badan yang pesat adalah

bertambanya berat badan bayi manjadi 2 kali lipat barat badan lahir pada

usia 6 bulan, dan menjadi 3 kali lipat barat badan lahir pada usia 1 tahun.

Panjang badan bayi mangalami pertambahan sebesar 50% pada usia 1

tahun sehingga panjang badan bayi umur 1 tahun mencapai 1,5 kali badan

ssat lahir.

Perkembangan (development) adalah berambahnya kemampuan

(skill) dalam sroktir dan fungsi tubhuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai dari proses pematangan .

perkembangan meliputi proses diferensiasi sel, janrigan, organ dan system

organ yang berkembang untuk dapat menjalankan fungsinya, yang

mencakup perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai

hasil intraksi dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpilkan, bahwa

pertumbuhan lebihmempunyai dampak terhadap aspek fisik sedankan

perkembangan lebih berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau

individu.
25

Menurut (Wahlqvist 1997 dalam Sandra dkk 2015) Tiga faktor

utama yang berperan dalam kebutuhan energi dan zat gizi bayi, yaitu :

1. Ukuran tubuh bayi. Ukuan tubuh ini berpengaruh pada 2 hal, yaitu :

Pertama, ukuran tubuh yang kecil membatasi jumlah makanan yang

dpaat dikunsumsi bayi setiap kalli makan. Bayi membeutuhkan

makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

Kedua, area permukaan tubuh bayi yang luas menyebbakan RMRR

(Resting Metabolic Rate Relative) bayi tinggi dibandingkan dengan

orang dewasa sehingga diperlukan air, energy, dan zat gizi yang

memadai.

2. Kecepatan pertumbuhan yang tinggi. Kecepatan pertumbuhan pada

bayi merupakan yang tinggi sepanjang sikus kehiudpan manusia.

Kondisi ini ditandai dengan tingginya kebutuhan zat gizi per Kg bera

badan bayi. Pada masa ini, zat gizi yang memgang peranan penting

terutama adalah protein dan kalsium.

3. Immaturitas organ dan perilaku makan. Organ tubuh bayi belum matur

(ginjal dan system pencernaan) menentukan jenis dan konsistensi

makanan yang harus dikonsumsi. Makanan yang diberikan pada bayi

harus mengandung banyak air.

2.2.3 Pengaruh Tumbuh Kembang

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

perkembangan, yaitu:

1) Faktor genetic
26

Faktor gentik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil

akhir proses tumbuh kembang. Pesan genteik yang diturunkan oleh

orang tua dan tersimpan dalam DNA akan menampilkn bentuk fisik

dan potensi bayi. Meski faktor genetik merupkan faktor bawaan,

namun faktor ini bukanlah satusatunya faktor yang menentukan

tumbuh kembang bayi.

2) Faktor lingkungan

Belakang ini faktor lingkungan sangat mempengaruhi potensi

tumbuh kembang. Lingkungan merupakan faktor yang sagat

menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan

meliputi aspek „bio-fisik-psiko-sosial‟ yang mempengaruhi individu

setiap hari yaitu sejak dalam kandungan hingga akhir hidupnya.

2.2.4 Komposisi dan Proporsi Tubuh Bayi

Pada fase bayi, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat cepat. Bukan hanya berat badan dan panjang badan bayi yang

bertambah,namun pada saat yang sama terjadi pola perubahan komposisi

tubuh bayi. Komposisi tubuh bayi yang terdiri dari, lemak, dan lean body

mass (bukan lemak) mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Saat baru

lahir 70% komposisi tubuh bayi adalah air dan jumlahnya semakin

berkurang menjadi 60% saat bayi berusia satu tahun. Cairan ekstraseluler

dan cairan intraseluler akan berkurang seiring dengan meningkatnya lean

body mass. Tubuh juga mengandung lemak, saat baru lahir komposisi

lemak dalam tubuh bayi adalah 16%dan jumlahnya semakin bertambah


27

secara perlahan, bayai perempuan akan mengalami peningkatan jumlah

lemak semakin banyak dari pada bayi laki-laki (Sandra, 2015).

Perubahan yang sangat jelas terlihat adalah pada ukuran kepalala.

Pada masa embrio proporsi kepala hampir menyamai ukuran tubuhnya.

Saat bayi lahir proporsi ukuran kepala lebih besar dari proporsinnya pada

saat dewasa. Saat lahir, ukuran kepala bayi adalah 1/4 dari ukuran tubuh

bayi, sementara ukuran dewasa adalah 1/8 ukuran tubuh dewasa.

Perubahan proporsi juga terjadi pada bagian kaki. Saat lahir panjang kaki

adalah 1/8 dari total panjang badannya, dan saat dewasa kaki memiliki

tinggi ½ dari tinggi badan total (Sandra, 2015).

1. Berat badan bayi baru lahir


Berat lahir menggabarkan janin selama dalam kandungan.

WHO menetapkan Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) jika bayi

memiliki berat badan badan lahir kurang dari 2500 g. Bayi BBRL

memiliki resiko kesakitan dan kematian pada awal kehidupan yang

lebih tinggi dibandingkan denga bayi yang normal. Laporan WHO

tentang BBRL tahun 2000 mengungkapkan bahwa bayi yang lahir

dengan barat badan 2000-20499 g akan 4 kali berisiko untuk

mengalami kematian nionatal ( 28 hari pertama) dibandingkan dengan

bayi yang lahir dengan berat badan 2500-2999 g, dan resiko

kematiannya menjadi 10 kali dibandingkan dengan bayi dengan berat

badan lahir 30003499 g. Bayi dengan berat badan terbaik memiliki

berat badan lahir sebesar 3000-4000 g.

2. Berat badan dan panjang badan setandar bayi


28

Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat diketahui dengan

membandingkan panjang badan dan berat badan standar terhadap umur

bayi. Ibu dapat mengetahui tabel berat badan dan panjang badan standar

dari buku KMS yang dapat diperoleh dari bidan, dokter, maupun kader

posiandu. Memantau berat badan dan panjang badan dapat

mengidentifikasi ada tidaknya masalah kesehatan pada bayi. Di awal

kehidupan, bayi umumnya kehilangan berat sebesar 5-10% karena

beradaptasi dilingkungan baru. Setelah itu, bayi akan tumbuh dengan

cepat. Berat badan bayi akan menjadi 2 kali lipat dari berat lahirnya

pada usia 4-6 bulan, dan menjadi 3 kali lipat pada usia 1 tahun,

sedangkan panjang badan akan mengalami pertambahan sebesar 50%

(pada tahun pertama).

3. Berat Badan Terhadap Umur (BB/U)

BB/U merefleksikan berat badan relatif terhadap umur.BB/U

yang rendah mendiskipsikan „kerusakan (leghness)’ , outcome dari

proses ini adalah underweighti. Namun indikator ini tidak mampu

memgukur bayi dengan berat badan yang cukup namun pendek

(stunting).

4. Panjang badan terhadap umur (PB/U)

PB/U mengukur pencapaian pertumbuhan linier bayi yang

mengambarkan kondisi gizi bayi pada masalalu. Rendahnya PB/U

mengambarkan “pendek
29

(shortness)”, outcome dari proses ini adalah stunting. Pada saat bayi

berusaia 3-6 bulan stunting biasanya terjadi sabagai dampak dari gagal

tumbuh pada priode sebelumnya.

5. Berat badan terhadap pajang badan (BB/PB)

BB/ PB mengukur berat badan relatif terhadap pajang badan.

BB/PB yang rendah mengambarkan “kekuruan (thinness)”, outcome

proses ini disebut wasting. Pengukuran status gizi denga hanya

mengunakan indikator ini sangat riskan. Mengingat bayi yang pendek

(stunted) akan terlihat memiliki berat badan yang cukup, pada hal berat

badan dan panjang badannya sebenarnya kurang, selain itu pertubuhan

pada fase bayi sangat cepat, sehingga faktor usia menjadi penting untuk

di ikut sertakan.

6. Lingkar kepala terhadap umur (LK/U)

LK/U dapat digunakan sebagai indeks kurang energi protein

korones pada usia dibawa 2 tahu. Bayi IUGR maupu bayi yang

kekurangan energi korones pada bulan pertama kehidupan akan

mengalami hambatan pertumbuhan otak sehingga bayi akan memiliki

LK/U yang lebih kecil (Fikawati dkk, 2015).

2.3 Konsep Dasar Diare

2.3.1 Definisi Diare

Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal

dan cair. Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak

normal dan berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya.
30

Bayi dapat dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang

air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air

besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal

dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses

yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau

lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada

lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013).

2.3.2 Penyebab Diare

Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil dalam

Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare

akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti

shigella, salmonella, golongan vib-rio, E. Coli, clostridium

perfarings, B. Cereus, stapylococus aureus, comperastaltik usus

halus yang disebabkan bahan-bahan kimia dari makanan

(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu

asam), gangguan psikis (ketakuatan, gugup), gangguan saraf,

alergi, hawa dingin dan sebagainya.

2) Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonolbulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri atau flata usus

dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh:


31

1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein, lemak (LCT),

vitamin dan mineral.

2) Kurang kalori protein.

3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Sedangkan menurut Ngastiyah dalam (Wijayaningsih, 2013),

penyebab dari diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enternal

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang

meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, poliomyelitis,

virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dan

lain-lain, dan infeksi parasite: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,

strongxloides), protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia,

trichomonas humonis), jamur (canida albicous).

Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan

makanan seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsillitis atau

Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di

bawah dua tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan

sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukkosa, fruktosa, dan

galaktosa). Pada anak serta bayi yang paling berbahaya adalah

intoleransi laktosa.
32

2) Protein.

3) Lemak.

c. Faktor makanan, misalnya makanan besi, beracun, serta alergi.

d. Faktor psikologis.

2.3.3 Patofisiologis

Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang

pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus meninggi, sehingga terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga

usus.

Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya

mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati asam

lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian


33

mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi

yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut

Wijayaningsih (2013) sebagi berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada

diare.
34

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun

didalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat asam

meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi

oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan

ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare,

lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal

ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan

glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala

hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga

40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.

d. Gangguan gizi

Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh:

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare

atau muntah yang bertambah hebat.

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran

dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

3) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan

diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.


35

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)

hipovolemik, sehingga perfusi jaringan berkurang dan terjadi

hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan

perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera

diatasi pasien bisa meninggal.

2.3.4 Etiologi Diare

Anak yang mengalami diare disebabkan oleh virus, bakteri atau

parasit. Akan tetapi tidak sedikit diare yang disebabkan oleh faktor alergi

komponan makanan, keracunan dan malabsorpsi nutrisi. Sebenarnya

diare bukanlah penyakit melainkan pertanda adanya bahaya dalam

saluran pencernaan anak sehingga usus berusaha mengeluarkan kuman

tersebut dan terjadinya diare (Fida dan Maya, 2012). Beberapa hal yang

menjadi penyebab terjadinya diare pada anak yaitu :

a) Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit

b) Alergi terhadap makanan atau obat tertentu

c) Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain, seperti

campak, infeksi telinga, infeksi tenggorokan, malaria dan sebagainya.

Adapun hal lain yang dapat menyebabkan diare menurut

Wirawan (2014) diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Mengonsumsi makanan atau minuman tertentu yang tidak cocok

bagi usus.

b) Alergi terhadap makanan atau minuman tertentu.

c) Efek samping obat-obatan tertentu dan saat terapi radiasi.


36

d) Adanya penyakit pada usus misalnya penyakit crohn dan colitis

ulseratif.

e) Saat usus tidak mampu menyerap sari makanan secara optimal

(malabsorpsi).

f) Menyalahgunakan obat alkohol dan pencahar.

Etiologi diare sebagian besar adalah infeksi intestinal oleh virus,

bakteri, parasit dan candida (Soegijanto, 2016).

2.3.5 Faktor Resiko Diare Pada Bayi

Menurut Pangesti (2016) faktor risiko terjadinya diare pada bayi

antara lain adalah sebagai berikut :

a) Faktor perilaku

1) Tidak memberikan ASI secara ekslusif

2) Memberikan makanan pendamping (MP-ASI) terlalu dini akan

mempercepat bayi kontak dengan kuman dan terjadinya diare.

3) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena

penyakit diare karena sulit untuk membersihkan botol susu.

4) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan dengan air sabun

sebelum memberi ASI/makan setelah buang air besar dan setelah

membersihkan BAB anak.

b) Faktor lingkungan

1) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai. Kurangnya

ketersedian MCK.

2) Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk


37

2.3.6 Patogenesis Penyakit Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut

Ngastyah (2014) adalah :

a) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektronik ke dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehungga timbul diare.

b) Gangguan sekresi

Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, dan selanjutnya timbul diare pula.

2.3.7 Pencegahan Diare

Menurut (Fida dan Maya, 2012) biasanya diare menyebar dan

menginfeksi anak melalui 4 faktor yaitu food, feces, fly, finger. Oleh

karena itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak menyebar dan menular,

cara yang paling praktis adalah memutus rantai penularan tersebut. Faktor
38

kebersihan menjadi faktor terpenting untuk menghindarkan anak dari

penyakit diare.

Adapun beragam upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah

penyebaran dan penularan diare adalah pemberian makanan yang higienis,

menyediakan air minum yang bersih, menjaga kebersihan perorangan,

membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas,

buang air besar pada tempatnya, menyediakan tempat pembuangan

sampah yang memadai, dan menjaga kebersihan lingkungan serta lebih

memperhatikan waktu yang tepat dan pola makan terutama makanan pada

bayi.

2.3.8 Tanda dan Gejala

Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak

yang mengalami diare:

a. Cengeng, rewel.

b. Suhu meningkat.

c. Gelisah.

d. Nafsu makan menurun.

e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya.

Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam.

f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume

dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung,

penurunan kesadaran, dan diakhiri dengan syok.

g. Anus lecet.

h. Berat badan menurun.


39

i. Turgon kulit menurun.

j. Mata dan ubun-ubun cekung.

k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.

2.3.9 Manifestasi Klinis

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi

klinis dari diare, yaitu:

a. Nyeri perut (abdominal discomfort).

b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.

c. Rasa perih di ulu hati.

d. Rasa lekas kenyang.

e. Nafsu makan berkurang.

f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.

g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

h. Demam dan lemah.

i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.

j. Diare.

k. Pontanel cekung.

2.3.10 Komplikasi

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi

yang bisa

terjadi pada diare:

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Kejang.
40

d. Bakterimia.

e. Mal nutrisi.

f. Hipoglikemia.

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

2.3.11 Penatalaksanaan

Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai

berikut:

a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).

b. Dietetik (pemberian makanan).

c. Obat-obatan.

1. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1

kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan

ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.

2. Sesuaikan dengan umur anak:

a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,

b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,

c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).

3. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka

diberikan cairan 25100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam

sekali.

4. Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus

dehidrasi ringan sampai berat.

Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan

RT): 1) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½


41

sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat,

2) Air tajin (2 liter + 5g garam).

a) Cara tradisional.

liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60

menit.

b) Cara biasa.

liter air + 100 g tepung beras + 5 g garam dimasak hingga

mendidih.

d. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya

tahan tubuh anak.

2.3.12 Klasifikasi Diare

Pada bayi yang tidak ASI Ekslusif dikatakan diare yaitu

mengalami buang air besar lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih

dari 4 kali/hari dengan pengeluaran tinja yang tidak normal dan

konsistensi tinja yang lebih cair dalam waktu 24 jam.

Secara klinik diare dibedakan menjadi 3 yang masing-masing

patogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam

pengobatannya. Klasifikasi diare menurut (Maharani, 2020) adalah sebagai

berikut :

a. Diare akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mandadak pada bayi dan

anak yang sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari

dengan disertai dengan pengeluaran feses yang encer atau cair, sering

tanpa darah, mungkin disertai muntah dan panas. Diare akut lebih
42

sering terjadi pada bayi, penyebab terpenting dari diare ini adalah

rotavirus, Escherihia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter

jejuni dan Crytosporidium.

b. Diare disentri

Disentri di defenisikan sebagai diare yang disertai darah dalam feses

yang menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat

dan kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif. Penyebab utama

diare disentri yaitu shigella, penyebab lainnya adalah campylobacter

jejuni, dan penyebab yang jarang ditemukan adalah E.coli

enteroinvasife atau salmonella.

c. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi

berlangsung lebih dari 14 hari, diare jenis ini mengakibatkan

kehilangan berat badan yang nyata dengan volume feses yang banyak

sehingga beresiko mengalami dehidrasi

2.4 Hubungan Pemberian MP-ASI DIni dengan Kejadian Diare

Penelitian World Health Organization (WHO, 2017) menyatakan

bahwa hanya sekitar 40% bayi yang berusia 0-6 bulan mendapat ASI

eksklusif pada tahun 2016, sedangkan 60% bayi lainnya telah

mendapatkan MP-ASI saat usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini

menggambarkan bahwa pemberian ASI eksklusif masih rendah sedangkan

praktek pemberian MP-ASI dini sebelum bayi berusia 6 bulan cukup

tinggi.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2015) MP-ASI dini

adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi yang usianya
43

kurang dari 6 bulan atau dibawah 6 bulan. Bila MP-ASI diberikan dibawah

usia 6 bulan, usus belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa

makanan. Jika hal ini terjadi terus menerus, maka kerusakan sistem cerna

akan lebih cepat karena pada usia 0-6 bulan sistem cerna sedang

berkembang dalam pembentukan enzim. Sistem pencernaan bayi belum

siap untuk mencerna makanan yang bentuknya lebih padat, sehingga dapat

menimbulkan berbagai reaksi seperti, sembelit/konstipasi ataupun dapat

mengakibatkan terjadinya diare pada bayi. Diare merupakan salah satu

penyakit penyebab banyaknya mortalitas di dunia dan hampir 1,7 milyar

kasus diare sendiri menjadi secara global (WHO,2017). Pada anak-anak

diare menjadi penyabab kematian pada usia dibawah 5 tahun sekitar

760.000 kematian anak setiap tahunnya terutama pada negara-negara

berpenghasilan rendah (Dilaram et.al, 2017). Penelitian dari Nikmah

(2015), terdapat 113 bayi (86,7%) yang mendapatkan MP-ASI sebelum 6

bulan dan terdapat 100 bayi (77,5%) yang mengalami diare.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ada

hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare pada bayi 0-

12 bulan. Hasil penelitian Maharani (2016), menunjukkan bahwa

penyebab terjadinya diare pada bayi karena pemberian MP-ASI dini,

diperoleh hasil ada 11 (44%) bayi yang diberikan MP-ASI dini

mengalami diare, sedangkan diantara bayi yang diberikan MP ASI di

usia >6 bulan hanya populasi1 (9,1%) yang mengalami diare,

berdasarkan hasil uji chi square didapatkan nilai p-value <0,05 yaitu

sebesar 0,014 yang artinya ada hubungan pemberian MP-ASI dini


44

dengan kejadian diare. Hasil penelitian dari Harahap, dkk (2019)

memperlihatkan hasil bahwa pemberian MP- ASI dini sebanyak 69

bayi (75,0%) dan responden yang mengalami diare sebanyak 56 orang

(60,9%). Hasil uji statistik diperoleh p- value (0,001) < (0,1)

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini dengan kejadian diare pada

bayi usia 06 bulan. Hal ini dikarenakan pada usia bayi dibawah 6 bulan

sistem pencernaan bayi belum terlalu sempurna untuk menerima

makanan yang lebih padat. Hasil penelitian Ini memperlihatkan

bahwa pemberian MP-ASI dini sangat mempengaruhi terjadinya diare

pada bayi. Hasil penelitian Yerni (2020) berdasarkan penafsiran

korelasi menurut uji Chi Square bahwa variabel hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare

memiliki hubungan positif, dengan nilai (p value 0,001) jadi p< 0,05

yang menunjukan bahwa hubungan kedua variabel tersebut signifikan

atau ada hubungan antara pemberian MP ASI dini dengan insiden

Diare.
BAB III

KERANGKA KONSEP Factor yang mempengaruhi


diare :

1. Factor perilaku
a. Tidak memberikan ASI
secara ekslusif
3.1 Kerangka Konsep
b. Memberikan makanan
Bayi 1-6 Bulan pendamping (MP-ASI)
terlalu dini akan
memepercepat bayi
kontak dengan kuman
dan terjadinya diare.
c. Menggunakan botol
susu terbukti
Diare meningkatkan resiko
MP-ASI
terken penyakit diare
karena sulit untuk
membersihkan botol
susu
Jenis makanan MP-ASI : Klasifiasi diare : d. Tidak menerapkan
MP-ASI kebiasaan cuci tangan
1. Buah-buahan yang di 1. BAB lebih dari 3
dengan air sabun
haluskan (dalam bentu kali/hari pada orang
sebelu memberi
sari buah) dewasa
ASI/makan setelah
2. Makanan lunak dan 2. BAB lebih dari 4
buang air besar dan
lembak. Missal bubur kali/hari dengan
setelah membersihkan
susu, nasi tim pengeluaran tinja
BAB anak.
3. Makanan bayi yang di yang tidak normal
2. Faktor lingkungan :
kemas dalam kaleng / 3. Konsisitensi tinja lebih
a. Ketersediaan air bersih
karton sachet cair dalam waktu 24
yang tidak memadai.
jam
Kurangnya
ketersediaan MCK.
b. Kebersihan lingkungan
: Variabel yang diteliti dan pribadi yang
buruk.
: : Variabel yang tidak di teliti
: Hubungan
: Menyebabkan

45
46

Terjadinya diare pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

risiko, antara lain faktor lingkungan, status gizi, pemberian ASI yang kurang

mencukupi kebutuhan bayi, suplemen makronutrien dan imunisasi.

Salah satu faktor risiko terjadinya diare yang telah disebutkan di atas

adalah pemberian ASI yang kurang mencukupi kebutuhan bayi. Dalam hal ini

yang dapat menyebabkan pemberian ASI kurang mencukupi kebutuhan bayi

adalah pemberian MP-ASI terlalu dini, yang diberikan sebelum bayi berusia 6

bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI

pada bayi, antara lain tingkat pendidikan ibu, lingkungan sosio-demografi,

kebudayaan, dan status ekonomi keluarga.

Pemberian MP-ASI sejak usia dini dapat menyebabkan kebutuhan

konsumsi ASI menurun sehingga produksi ASI akan menurun. Selanjutnya

akan menyebabkan asupan ASI yang mengandung antibodi untuk melindungi

bayi dari bakteri (Escherichia coli dan Salmonella dll) dan virus (Rotavirus

dll) pada saluran pencernaan seperti enzim Lysosim, immunoglobulin A

(IgA), immunoglobulin G (IgG), dan immunoglobulin M (IgM) juga

berkurang sehingga mekanisme pertahanan saluran pencernaan menurun,

yang dapat menyebabkan anak lebih rentan terjangkit penyakit, salah satunya

diare. Hal inilah yang dapat berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak-

anak.

3.2 Hipotesis

Terdapat Hubungan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-

ASI) terhadap kejadian diare pada balita usia 1-6 bulan di Desa Sukoanyar

Kecamatan Pakis Kabupaten malang


BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu. Pada penelitian dengan Judul Hubungan Pemberian MP-

ASI Dini Dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan. Dan pada bab I I

akan diuraikuan tentang desain penelitian, jalannya penelitian (kerangka kerja),

waktu dan tempat penelitian, Populasi, sampel dan sampling, identifikasi variable,

definisi operasional, pengumpulan data, Analisa data, dan etika penelitian.

4.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan korelasional analitik

dengan pendekatan cross sectional, dimana dalam pengambilan datanya dalan

satu waktu, yaitu pengambilan data yang dilakukan satu kali pengukuran dan

dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Bertujuan untuk mengetahui

hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian Diare pada Usia 1-6 bulan di

Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis kabupaten Malang.

47
48

4.2. Kerangka Kerja


Populasi
Seluruh Bayi Usia 1-6 Bulan dengan di Berikan MP-ASI di Desa Sukoanyar
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang sebanyak 35 Bayi

Sampel
Bayi usia 1-6 bulan yang mengalami diare di Desa Sukoanyar
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

Teknik Sampling

Accidental sampling/ Distribusi Frekuensi

Desain Penelitian

Kolerasional analitik dengan pendekatan cross sectional

Pengumpulan Data

Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Pengolahan Data

Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data / Penyajian Data

Chi square

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Kerangka Kerja hubungan pemberian MP-ASI Dini


Terhadap Kejadian Diare Pada Balita 1-6 Bulan Di Desa
Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten malang.
49

4.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2016:215) “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Pupulasi dalam penelitian in adalah

semua Bayi usia 1-6 Bulan yang terdata di Posyandu Balita wilayah Desa

Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

Adapun popuasi dalam penelitian ini tidak di ketahui sehingga

pengalihan sampling dengan metode assidental sampling di wilayah

sekitar Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis.

4.3.2 Sampel

Menurut Ardial (2014:336) sampel adalah “sebagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Untuk

mendapatkan sampel yang dapat mewakili populasi maka metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non

probability sampling, yang menurut Sugiyono (2016:84) yaitu : “Teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan

yang sama pada setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel”. Kemudian Teknik yang di gunakan untuk mmengmbil sampel

dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Menurut Sugiyono

(2016:85) :accidental sampling adalah mengambil responden sebagai

sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang

kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data”.


50

Dalam menentukan jumlah sapel pada penelitian ini menggunakan

rumus Slovin, adalah sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N a

Keterangan : n = besar sampel

N = besar populasi
Α = Margin of Maximum, yaitu tingkat kesalahan
maksimum yang masih bisa di tolerir (ditentukan
sebesar 10%)
Berdasarkan Rumus Slovin maka besarnya penarikan jumlah

sampel penilitian adalah :

56
n:
1+ 56 ¿ ¿

56
n:
1+ 56(0 , 01)

56
n:
1, 56

n : 35,8 (dibulatkan menjadi 36)

4.3.3 Kriteria Sample

4.3.3.1 Kriteria inklusi

4.3.3.2 pemberian MP-ASI Dini

4.3.3.3 jenis pemberian MP-ASI

4.3.3.4 waktu pemberian MP-ASI

4.3.3.5 kejadian diare

4.3.3.6 Kritetia Eksklusi

4.3.3.7 kejadian diare


51
52

4.4. Variabel Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variable independen dalam Bahasa Indonesia sering disebut

sebagai variable bebas. Variable bebas merupakan variable yang

mempengaruhi atau yang terjadi sebab perubahanya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014). Variabel independent ini

adalah pemberian MP-ASI Dini.

4.4.2 Variabel Dependen

Dalam Bahasa Indonesia Variabel dependen sering disebut

sebagai variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel (variabel

terikat) merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. (Sugiyono,2014:59) Penelitian ini variabel

dependen adalah Bayi yang mengalami kejadian Diare.

4.5. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan tentang pemberian MP-ASI


Dini Terhadap Kejadian Diare Pada Balita 1-6 Bulan Di
Puskesmas Polowijen di Wilayah Kelurahan Purwodadi
Malang.
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala Kriteria
Operasional
1. Variabel: Pemberian makanan Mengisi Kuisioner Nominal Skor :
independent selain ASI berupa kuisioner 1 = tidak diberikan
Pemberian makanan atau MP-ASI dini
MP-ASI minuman yang 2 = diberikan MP-
Dini pada diberikan kepada ASI dini
bayi usia 1- bayi berusia > 6
6 bulan. bulan
2. Variabel Waktu bayi saat Mengisi kuisioner Nominal 1 = > 6 bulan
53

independent : pertama kali mendapat kuisioner


Waktu MP-ASI 2 = ≤ 6 bulan
pemberian
MP-ASI
3. Variable a. makanan lumat, Mengisi kuisioner nominal 1 = lumat
independent contoh : bubur kuisioner 2 = lunak
: jenis susu, bubur 3 = padat
pemberian sumsum, pisang
MP-ASI saring/kerok,
papaya saring,
tomatt saring, nasi
tim saring.
b. makanan lunak,
contoh : bubur
nasi, bubur ayam,
nasi tim, kentang
puri.
c. makanan padat,
contoh : lontong,
nasi tim, kentang
rebus, biscuit.
3. Variable: Diare adalah suatu Mengisi Kuesioner Nominal 1 = BAB ≤ 3 kali
dependen keadaan penyakit kuisioner 2 = BAB ≥ 4 kali
Kejadian yang ditandai dengan
Diare pengeluaran tinja
yang tidak normal dan
konsistensinya tinja
yang mencair dengan
frekuensi lebih dari 4
kal dalam sehari pada
bayi.
54

4.6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni tahun 2023 pada Bayi usia 1-

6 Bulan di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

4.7. Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1 Perijinan

a. Penelitian terlebih dahulu mengajukan judul pada institusi

pendidikan (STIKes Kendedes Malang).

b. Peneliti menyusun proposal dengan bimbingan dari institusi

pendidikan dan telah diujikan dahulu kemudian dilakukan penelitian.

c. Setelah proposal di setujui oleh penguji dan pembimbing, maka

selanjutnya peneliti mengajukan surat perijinan untuk melaksanakan

penelitian di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.

2. Proses pengumpulan data

a. Menentukan sampel penelitian dari populasi yang telah ditetapkan.

b. Kemudian penelitian melakukan pendekatan kepada responden dan

melakuan kontrak waktu dan tempat,.

c. Peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari pertemuan yang telah

disepakati.

d. Peneliti memberikan lembar permohonan menjadi responden.

e. Apabila responden bersedia, maka diberikan lembar persetujuan

(Informed consent) kepada responden untuk ditandatangani.

f. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden , maka peneliti

membagikan lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden.


55

g. Setelah penelitian selesai dilakukan maka selanjutnya dilakukan

proses pengolahan data.

4.7.1 Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian observasioanl merupakan istilah yang

merujuk pada suatu alat atau fasilitas yang digunnakan oleh penilitian

untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomenaserta untuk

mengumpulkan data (Dharma, 2011). Instruen yang di gunakan dalam

penelitian ini berbentuk kuiseoner. Kuiseoner merupakan instrument yang

digunakan untuk mengumpulkan data, berupa sejumlah pertanyaan tertulis

(Arikunto, 2013). Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian,

yaitu:

1. Instrument Kuisioner Pemberian MP-ASI Dini

Instrument dalam penelitian ini adalah berupa lembar kuiseoner

Pemberian MP-ASI Dini yang diisi oleh responden dengan memberi

jawaban dengan pilihan masing-masing kelompok, kemudian

dijumlahkan dan diberi penilaian angka (skor) 1-2 yang artinya adalah:

1 = MP-ASI ≥ 6 bulan

2 = MP-ASI < 6 bulan

2. Instrument Kuisioner Kejadian Diare

Instrument dalam penelitian ini adalah berupa lembar kuiseoner

Kejadian Diare yang diisi oleh responden dengan memberi jawaban

dengan pilihan masing-masing kelompok, kemudian dijumlahkan dan

diberi penilaian angka (skor) 1-2 yang artinya adalah :

1 = BAB ≤ 3 kali
56

2 = BAB ≥ 4 kali

4.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.7.2.1 Uji Validitas

Terdapat dua syarat yang harus dimiliki oleh instrument yaitu

sebuah instrument harus valid dan reliabel (Riyanto, 2011). Instrument

yang akan di gunakan dalam penelitian haruslah dilakukan uji validitas

untuk mengetahui apakah instrument tersebut valid atau tidak. Validitas

Instrumen merupakan syarat mutlak bagi instrument agar dapat di

gunakan, selain itu validitas juga menunjukkan bahwa instrument tersebut

valid yang berarti instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya

diukur (Dharma, 2011).

= koefisien relasi

= jumlah skor item

Hasil uji validitas dari kuisioner pemberian MP-ASI Dini dan

Kejadian Diare.

Pengujian alat ukur telah dilaksanakan pada tanggal 15-20 maret

2023 yang diikuti oleh 10 responden di Desa Sukoanyar. Hasil dari

pengujian tersebut menunjukkan bahwa pertanyaan yang akan di gunakan

valid dengan R hasil > R table. Responden yang digunakan dalam uji

validitas ini merupakan responden diluar sampel penelitian.


57

4.7.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan terhadap alat ukur dalam bentuk lembar

observasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsistensi kepercayaan.

Keterangan :

Hasil uji reliabilitas kuisioner Pemberian MP-ASI Dini dan

Kejadian Diare.

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap 10 responden

dalam penelitian ini menghasilkan Alpha Cronbach sebesar …

4.8. Pengelolaan Data

4.8.1 Penyuntingan (editing)

Editing yaitu memeriksa data yang terkumpul dari jawaban

responden yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara

semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban, yaitu dengan cara

memeriksa kembali kuesioner yang diisi oleh responden apakah sudah

terjawab secara lengkap dan jelas sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

4.8.2 Pengkodean (coding)

Coding yaitu memberikan tanda pada alat/instrumen penelitian

untuk memudahkan dalam analisis data yakni dengan cara mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding :
58

dilakukan sebagai penanda responden dan penanda pertanyaan-pertanyaan

yang dibutuhkan.

Pengkodean dalam penelitian ini adalah :

Responden

Responden 1 diberi kode : R1

Responden 2 diberi kode : R2 dan seterusnya

4.8.3 Pemberian Angka (scoring)

Memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu di beri

penilaian atau skor (Setiawan, 2011). Proses pemberian skor dilakukan

dengan membuat skor dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori

atas jawaban pertanyaan kuisioner sesuai tanggapan respon. Skoring dapat

dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil tanda check (√) dari

responden.

Skoring dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil tanda

check (√) dari responden.

Skoring dalam penelitian Pemberian MP-ASI Dini yaitu :

Dengan kategori sebagai berikut :

1 = MP-ASI ≥ 6 bulan

2 = MP-ASI < 6 bulan

Skoring dalam penelitian Kejadian Diare yaitu :

Dengan kategori :

1 = BAB ≤ 3 kali

2 = BAB ≥ 4 kali
59

4.8.4 Tabulasi (tabulating)

Tahap ini adalah memasukkan data kedalam computer dengan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Dalam

penelitian ini peniliti menggunakan bantuan SPSS for Window.

4.9. Analisis Data

Analisa korelasi digunakan untuk menganalisis adanya hubungan

antara dua variabel (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini untuk

menganalisis hubungan Pemberian MP-ASI Dini Terhadap Kejadian Diare

Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten

Malang, berdasarkan acuan tersebut maka uji korelasi menggnakan chi-square

dilakukan dengan program SPSS 25. Dimana jika nilai α < 0,05 maka ada

hubungan antara variabel terikat, sedangkan jika α > 0,05 tidak ada hubungan

dari variabel terikat. Jika nilai hasil hitung dari chi-square tidak memenuhi

syarat maka alternatifnya yaitu dengan cara membaca nilai Fisher-nya.

4.10. Etika Penelitian

4.10.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Perlindungan hak-hak subjek unntuk mengambil keputusan sendiri

yang di jain oleh formulir persetujuan. Ini berarti subjek harus di buat

sadar sepenuhnya terhadap studi dan setuju untuk berpartisipasi atau

menolak menjadi responden (Nursalam, 2013).

4.10.2 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah di kumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti. Dalam hal ini, penulis nama dalam kuisioner

hanya memakai inisial sehingga terjaga kerahasiaanya (Nursalam, 2013).


60

4.10.3 Anonimity (Tanpa Nama)

Identitas subjek tidak di sertai dalam studi dan tidak di sebutkan

saat pembahasan. Serta dalam penulisan nama hanya menggunakan inisial

saja (Nursalam, 2013).

4.10.4 Non-Malaficence (Tidak Merugikan)

Sebuah prinsip yang mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang

dilakukan pada seseorang tidak menimbulkan cedera secara fisik maupun

mental (Nasrullah, 2014).

4.10.5 Beneficence (Berbuat Baik)

Sebuah bentuk wujud kemanusiaan dan juga memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang di sebabkan oleh diri sendiri

dan orang lain (Nasrullah, 2014).


BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian

Sukoanyar merupakan desa yang berada di wilayah kecamatan Pakis,

Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur . Luas dari Desa Sukoanyar ±

344.983 Ha dengan Batas Daerah: di Sebelah Utara : Desa Sidorejo Kec.

Jabung, Sebelah Timur : Desa Jeru Kec. Tumpang, Sebelah Selatan : Desa

Slamet Kec. Tumpang, Sebelah Barat : Desa Pucangsongo dan Sumber Pasir

Kec. Pakis. Dengan Ketinggian DPL : ± 600 M Dpl.

Wilayah Kecamatan Pakis merupakan salah satu dari 33 kecamatan di

wilayah Kabupaten Malang yang terletak di Jalan Raya Pakis No.69 Pakis,

Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Batas Wilayah Kecamatan Pakis

yatu: di Sebelah Utara : Kec. Singosari Kabupaten Malang,

Sebelah Timur : Kec. Tumpang Kabupaten Malang,

Sebelah Selatan : Kec. Kedung Kandang Kota Malang,

Sebelah Barat : Kec. Blimbing Kota Malang.

Kecamatan Pakis terdiri dari 15 Desa diantaraya yaitu Desa Sekarpuro,

Ampeldento, Sumberkradenan, Kedungrejo, Banjarejo, Pucangsongo,

Sukoanyar, Sumberpasir, Pakiskembar, Pakisjajar, Bunuwetan, Asrikaton,

Saptorenggo, Mangliawan, dan Tirtomoyo. Merupakan Kecamatan dengan

jumlah penduduk ± 154.976 jiwa.

61
62

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

5.2.1.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Desa

Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di


Desa Sukoanyar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang

jenis kelamin frekuensi Presentasi (%)


laki-laki 16 45,7
Perempuan 19 54,3
Total 35 100
Sumber : data umum responden penilitian di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab. Malang

Berdasarkan table 5.1 dapat diketahui bahwa responden yang

paling banyak mengisi kuisioner adalah perempuan sebanyak 19

responden dengan presentasi (54 %).

5.2.1.2 Karakteristik responden berdasarkan usia di Desa Sukoanyar,

Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan usia di Desa Sukoanyar,


Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

karateristik usia Frekuensi presentasi

24 minggu - 2 bulan 11 31,4

3-4 bulan 14 40

5-6 bulan 10 28,6


Sumber : data umum responden penelitian di Desa Sukoanyar, kec. Pakis,
Kab. Malang.
63

Berdasarkan table 5.2 dapat diketahui bahwa responden yang

paling banyak mengisi kuisioner berada di rentan usia 3-4 bulan sebanyak

14 responden dengan presentasi (40%).

5.2.2 Data khusus

5.2.2.1 distribusi frekuensi pemberian MP-ASI Dini pada bayi 1-6 bulan di

Desa Sukoanyar, Kec. Pakis, Kab. Malang

Table 5.3 distribusi pemberian MP-ASI Dini di Desa Sukoanyar, Kec.


Pakis, Kab. Malang

Pemberian mp asi dini


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak diberikan 11 31,4 31,4 31,4
Diberikan 24 68,6 68,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Khusus responden bayi 1-6 bulan di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab, Malang

Berdasarkan table 5.3 diketahui bahwa dari 35 bayi 1-6 bulan

didapatkan hasil sebagian besar dari responden 24 (68,6 %) telah di

berikan MP-ASI Dini.

Table 5.4 distribusi waktu pemberian MP-ASI di Desa Sukoanyar, Kec.


Pakis, Kab. Malang.

Waktu pemberian mp asi


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid > 6 bulan 11 31,4 31,4 31,4
< 6 bulan 24 68,6 68,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Khusus responden bayi 1-6 bulan di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab. Malang.
64

Berdasarkan table 5.4 diketahui bahwa dari 35 bayi 1-6 bulan

didapatkan hasil sebagian besar dari responden 24 (68.6 %) telah diberikan

MP-ASI Dini dengan waktu < 6 bulan.

Table 5.5 distribusi jenis pemberian MP-ASI di Desa Sukoanyar, Kec.


Pakis, Kab. Malang.

jenis pemberian mp asi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lumat 8 22,9 22,9 22,9
lunak 26 74,3 74,3 97,1
padat 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Khusus responden bayi 1-6 bulan di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab. Malang

Berdasarkan table 5.5 di ketahui bahwa dari 35 bayi 1-6 bulan

didapatkan hasil sebagian besar dari 26 (97,1 %) telah di berikan makanan

dengan jenis pemberian lunak.

Table 5.6 distribusi kejadian diare di Desa Sukoanyar, Kec. Pakis, Kab.
Malang

kejadian diare
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak diare 4 11,4 11,4 11,4
diare 31 88,6 88,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
Sumber : Data Khusus responden bayi 1-6 bulan di Desa Sukoanyar, Kec.
Pakis, Kab. Malang

Berdasarkan table 5.6 di ketahui bahwa dari 35 bayi 1-6 bulan

didapatkan hasil sebagian besar dari 31 (88,6 %) mengalami diare.


65

5.3 Hubungan Pemberian MP-ASI dengan kejadian Diare pada bayi 1-6

bulan

Tabulating silang (crosstab) hubungan pemberian MP-ASI dengan

kejadian diare

Table 5.7 Tabulating silang (crosstab) hubungan pemberian MP-ASI dengan


kejadian Diare

Pemberian mp asi dini* kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
Pemberian mp asi tidak diberikan 3 8 11
dini Diberikan 1 23 24
Total 4 31 35

Table 5.8 Uji Chi-Square hubungan pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 3,978 1 ,046
Continuity Correctionb 2,023 1 ,155
Likelihood Ratio 3,672 1 ,055
Fisher's Exact Test ,082 ,082
Linear-by-Linear 3,865 1 ,049
Association
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1,26.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan table output diatas di ketahui bahwa asymp.Sig (2-sided)

pada uji pearson Chi-Square adalah sebesar 0,046. Karena nilai Asymp.Sig (2-

sided) lebih kecil dari tingkat signifikasi yaitu 0,5, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 di tolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa

adanya “Hubungan Pemberian MP-ASI dengan kejadian diare”


66

5.4 Hubungan waktu pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare pada Bayi

Usia 1-6 Bulan

Tabulating silang (crosstabs) hubungan waktu pemberian MP-ASI

dengan Kejadian Diare.

Tabel 5.9 Tabulating silang (crosstab) waktu pemberian MP-ASI dengan


Kejadian Diare

waktu pemberian mp asi * kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
waktu pemberian mp asi > 6 bulan 3 8 11
< 6 bulan 1 23 24
Total 4 31 35

Tabel 5.10 Uji Chi Square waktu Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 3,978 1 ,046
Continuity Correctionb 2,023 1 ,155
Likelihood Ratio 3,672 1 ,055
Fisher's Exact Test ,082 ,082
Linear-by-Linear 3,865 1 ,049
Association
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.
b. Computed only for a 2x2 table

Berdasarkan table output diatas di ketahui bahwa asymp.Sig (2-

sided) pada uji pearson Chi-Square adalah sebesar 0,046. Karena nilai

Asymp.Sig (2-sided) lebih kecil dari tingkat signifikasi yaitu 0,5, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 di tolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat

diartikan bahwa adanya “Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI dengan

kejadian diare”
67

5.5 Hubunggan jenis Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare

Tabulating silang (crosstab) hubungan Jenis Pemberian MP-ASI

dengan kejadian diare

Table 5.11 tabulating silang (crosstab) jenis pemberian MP-ASI dengan


Kejadian Diare

Jenis pemberian mp asi * kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
jenis pemberian mp asi lumat 3 5 8
lunak 1 25 26
padat 0 1 1
Total 4 31 35

Table 5.12 Uji Chi Square Jenis Pemberian MP-ASI dengan Kejadia Diare

Chi-Square Tests
Asymptotic
Value df Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,978a 2 ,031
Likelihood Ratio 5,815 2 ,055
Linear-by-Linear Association 6,112 1 ,013
N of Valid Cases 35
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,11.

Berdasarkan table output diatas di ketahui bahwa asymp.Sig (2-sided)

pada uji pearson Chi-Square adalah sebesar 0,031. Karena nilai Asymp.Sig (2-

sided) lebih kecil dari tingkat signifikasi yaitu 0,5, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 di tolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa

adanya “Hubungan Jeis Pemberian MP-ASI dengan kejadian diare”


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

6.1.1 Pemberian MP-ASI Dini pada bayi usia 1-6 bulan

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 menunjukkan bahwa

sebagian besar bayi usia 1-6 bulan yang diberikan MP-ASI dini sebanyak

24 responden (68,6 %), 11 responden (31.4 %) sebagian kecil bayi usia 1-

6 bulan tidak diberikan MP-ASI Dini.

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan padat atau

cair yang diberikan untuk bayi atau anak usia 6-24 bulan dilakukan secara

bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi/anak

(Mulyani, Fajria and Irawan, 2020). MP-ASI diberikan sesuai dengan

frekuensi, tekstur, jumlah, kebersihan, serta keanekaragaman jenis

makanan yang sesuai untuk anak usia tertentu (Puspita Sari, 2020) (Al-

rahmad, Miko and Hadi, no date). Pemberian MP-ASI dini pada bayi

sebelum usia 6 bulan, dan kualitas dari makanan yang kurang sesuai.

terkait asupan energi, protein, kalsium, zat besi, dan seng ditemukan bisa

meningkatkan risiko terjadinya diare (Oktia, Dokter and Bsmi, 2020).

Salah satu bahan pangan yang mempunyai kandungan gizi yang cukup

tinggi dan lengkap yakni labu kuning. Labu kuning mengandung zat besi,

vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, karbohidrat, protein, fosfor,

lemak, dan hidrat arang (Sari and Mukti, 2021).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nuraisyah Harahap (2019) di Riau menyebutkan bahwa sebanyak 69 bayi

68
69

(75,0%) dengan catatan menunjukan sebagian besar ibu masih

memberikan MP-ASI dini.

6.1.2 Kejadian Diare

Kejadian diare pada bayi usia 1-6 bulan terdapat sebagian besar

31(88,6%) mengalami diare. Diare adalah suatu keadaan yang ditandai

dengan pengeluaran tinja yang tidak normal dan konsisitebsi tinja yang

mencair dengan frekuensi lebih dari 3x sehari dalam sehari beberapa hal

yang menyebabkan diare oleh infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan

zat gizi) dan makanan (Widjaja 2012).

Selain beberapa faktor tersebut factor waktu dan jenis pemberian

MP-ASI dini berpotensi penyebab diare. Sejalan dengan penelitian (Milah

2018) berdasarkan hasil uji stastistik degan menggunakan uji chi square,

dengan derajat kemaknaan 0,05 diperoleh p-value 0,000 maka h0 ditolak

dan Ha diterima, artinya variable tersebut ada hubungan yang bermakna

antara pemberian MP-ASI di bawah usia 6 bulan dengan kejadian diare.

6.1.3 Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare

Berdasarkan hasil uji statistic tabulating (crosstab) menunjukan

bahwa dari 35 responden bayi untuk usia 1-6 bulan sebagian besar dari

responden 23 telah diberkan MP-ASI dini dengan hasil analisis stastistik

pada hasil uji chi square menunjukan nilai p-value 0,046<0,05 yang

diperoleh lebih kecil dari nilai signifikan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan diberikan MP-ASI dini

pada bayi usia 1-6 bulan.


70

Didukung oleh teori Nadesul (2011) pemberian MP-ASI terlalu

dini dapat meningkatkan risiko diare serta infeksi saluran pencernaan atas

(ISPA). Secara teoritis diketahui bahwa pemberian makanan MP-ASI

terlalu dini pada anak dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi

seperti diare, konstipasi, muntah dan alergi. Pemberian MP-ASI dini

mempengaruhi tingkat kecerdasan anak setelah usia dewasa seperti

memicu terjadinya penyakit, obesitas, hipertensi dan penyakit jantung

koroner.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maharani (2016),

menunjukkan bahwa sebagian besar penyebab terjadinya diare pada bayi

dikarenakan pemberian MP-ASI dini, perolehan hasil uji stastistik

menyebutkan bahwa 11 (44%) bayi yang diberikan MP-ASI dini

mengalami diare, sedangkan bayi yang diberikan MP ASI di usia >6 bulan

hanya 1 (9,1%) yang mengalami diare, berdasarkan hasil uji chi square

didapatkan nilai p-value <0,05 yaitu sebesar 0,014 yang artinya ada

hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare.

Selain itu juga selaras dengan hasil penelitian Harahap, dkk

(2019), serta hal tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini

dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Pada usia bayi dibawah 6

bulan system pencernaan bayi belum terlalu sempurna untuk menerima

makanan yang lebih padat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

pemberian MP-ASI dini sangat mempengaruhi terjadinya diare pada bayi.


71

Serta dengan hasil penelitian Yerni (2020) adapun penafsiran

korelasi menurut uji Chi Square bahwa variabel hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare memiliki

hubungan positif, berdasarkan nilai (p value 0,001) jadi p < 0,05

menghasilkan hubungan kedua variabel yang sangat signifikan atau ada

hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan insiden diare.

Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa dari 11 responden

bayi usia 1-6 bulan yang tidak diberikan MP-ASI Dini 3 responden tidak

mengalami diare, hal ini dapat terjadi karena ibu responden mengetahui

bahwa waktu pemberian MP-ASI yang tidak tepat dapat mengakibatkan

bayi mengalami gangguan pencernaan, selain hal itu ibu responden juga

mengetahui bahwa jenis makanan yang diberikan tidak tepat bisa membuat

bayi mengalami diare.

6.1.4 Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare

Berdasarkan hasil uji statistic tabulating silang (crosstab)

menunjukkan dari 35 bayi usia 1-6 bulan dari responden 24 () waktu

pemberian MP-ASI < 6 bulan sebagian besar mengalami diare dan 1

responden pada waktu pemberian MP-ASI tidak mengalami diare,

sedangkan dari 11 responden bayi usia 1-6 bulan 8 responden dalam waktu

pemberian MP-ASI ≥ 6 bulan mengalami diare. Hasil analisis uji chi

square menunjukkan nilai p-value 0,046 < 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu pemberian MP-ASI

dengan kejadian diare.


72

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nikmah (2016) pada

bayi usia 0-12 bulan di desa Jaddih Kabupaten Bangkalan terdapat

hubungan bermakna antara waktu pemberian MP-ASI dengan kejadian

diare (ρ=0,001). Persepsi dari para ibu responden yang beranggapan

bahwa bayinya tidak cukup kenyang dan rewel bila hanya diberi ASI yang

meningkatkan kejadian diare karena waktu pemberian MP-ASI ynag tidak

tepat (< 6 bulan).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian MP-ASI

sebelum waktunya dapat meningkatkan resiko masalah kesehatan seperti

alergi, diare dan sembelit karena lambung bayi belum mampu mencerna

makanan padat (Gabriela 2018).

Waktu untuk memulai pemberian MP-ASI yang terpenting adalah

kesiapan bayi untuk dapat menerima makanan lain selain ASI (Riksani

2012). Pemberian MP-ASI dini atau sebelum waktunya dapat berdampak

dengan resiko jangka pendek bahkan jangka panjang yang akan

mempengaruhi kesehatan bayi (Molika 2014).

6.1.5 Hubungan Jenis Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Diare

Berdasarkan hasil statistic tabulating silang (crosstab)

menunjukkan bahwa dari 35 bayi usia 1-6 bulan, 26 responden MP-ASI

yang diberikan adalah jenis makanan lunak, dikarenakan dari 25

responden mengalami diare serta 1 responden tidak mengalami diare.

Dari sebagian kecil responden yang diberikan makanan lumat dan

padat 6 responden mengalami diare diantaranya 5 reponden jenis makanan

lumat serta 1 responden jenis makanan padat. Hasil analisis uji chi square
73

nilai ( p-value 0,031<0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara jenis pemberian MP-ASI dengan

kejadian diare.

Pemberian MP-ASI dimulai saat bayi telah siap menerima

makanan lain selain ASI yang dimulai pada usia ≥ 6 bulan. MP-ASI

diberikan sesuai dengan tingkat usia bayi. Pada usia 6-9 bulan jenis MP-

ASI yang diberikan berupa makanan lumat yaitu makanan yang dimasak

dengan banyak air dan disaring yang konsistensinya paling halus seperti

bubur susu dan nasi tim/bubur saring.

Kemudian pada saat bayi berusia 9-12 bulan jenis MP-ASI yang

diberikan adalah MP-ASI jenis makanan lunak yaitu makanan yang

dihancurkan atau disaring yang tampak kurang merata dan bentuknya

lebih kasar dari makanan lumat, seperti bubur susu, bubur sumsum, bubur

nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.

6.2 Keterbatasan penelitian

1. factor ketidak percayaan masyarakat terhadap permasalah pemberian MP-

ASI Dini dengan kejadian diare kurang dari 6 bulan.

2. kurangnya partisipatif masyarkat dalam teori yang sudah di jelaskan

dengan penyimpangan adat istiadat yang ada sejak turun temurun nenek

moyang.
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Hubungan Pemberian

MP-ASI Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Desa Sukoanyar

Kec. Pakis Kabupaten Malang tahun 2023, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian MP-ASI pada bayi usia 1-6 bulan dari 35 responden 24 (68,6

%) telah di berikan MP-ASI Dini di Desa Sukoanyar, Kec. Pakis kab.

Malang

2. Dari waktu dan jenis yang telah diberikan MP-ASI Dini pada Bayi usia 1-

6 bulan di dapatkan waktu < 6 bulan pemberian MP-ASI Dini sebanyak 24

(68,6%) responden mengalami diare.

Sedangkan jenis pemberan MP-ASI Dini dengan kriteria makanan lunak


sebanyak 26 (74,3%), makanan lumat 8 (22,9%), makanan padat 1 (2.9%)
responden bayi 1-6 bulan mengalami diare.

3. Kejadian diare yang telah didapatkan pada hasil analisis dari 35 responden

adalah bayi usia 1-6 bulan mengalami diare sebanyak 31 (88,6%).

4. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara waktu pemberian MP-ASI Dini, dengan kejadian diare

pada bayi usia 1-6 bulan, dan hubungan jenis pemberian MP-ASI dini

pada bayi 1-6 bulan, serta adanya hubungan yang signifikan antara

pemberian MP-ASI dini dengan adanya kejadian diare pada usia bayi 1-6

bulan di Dusun Baran Desa Sukoanyar Kec.Pakis Kab.Malang.

74
75

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan maka

peneliti ingin memberikan saran dan tanggapan kepada pihak yang terkait :

1. bagi ibu-ibu yang memiliki bayi usia 1-6 bulan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu

yang memiliki bayi usia 1-6 bulan tentang pemberian MP-ASI Dini

dengan kejadian diare, sehingga ibu-ibu dapat memperhatikan

kepeduliannya terhadap anak dalam pemberian MP-ASI diwaktu yang

tepat, serta jenis yang tepat.

2. bagi institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan

informasi bagi Mahasiswa STIKES KENDEDES Malang dan sebagai

dasar unutk melakanakan penelitian lebih lanjut yan berkaitan dengan

hubungan Pemberian MP-ASi Dini dengan Kejadian Diare pada bayi Usia

1-6 Bulan di Desa Sukoanyar Kab. Malang.

3. bagi Institusi Kesehatan

Dapat dijadikan uaha preventif dan informasi terkini di bidang

keperawatan khususnya terkait hubungan pemberian MP-ASI dengan

Kejadian Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Desa Sukoanyar. Kec. Pakis

Kab. Malang.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil peneliti ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dalam pengembangan penelitian serta digunakan menjadi acuan bahan

referensi dalam penelitian selanjutnya denga memperhatikan factor-faktor

lain yang ada hubungannya dengan pemberian MP-ASI Dini dengan

Kejadian Diare.
DAFTAR PUSTAKA

Maidartati 1, S. H. (2021). Hubungan Pemberian Mp-ASI Dini Dengan. Jurnal


Keperawatan BSI, Vol. 9 No. 1 April 2021, 9, 18-26.

1), S. L. (2020). Perilaku Ibu pada Pemberian Makanan Pendamping ASI


(MPASI) di. The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education, 8, 1-11.

Ana1, K. D. (2019). Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan. Jurnal


Penelitian Kesehatan, Jilid 9, Nomor 1 Juni 2019, hlm. 7-13, 7-13.

Kasumayanti1, E. (2018). Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian


Diare pada Bayi 0-6 Bulan di Desa. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan
Anak Usia, 1, 187-193.

Kasumayanti1, E. (2018). Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian


Diare pada Bayi 0-6 Bulan di Desa. PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan
Anak Usia, 1, 187-193.

Maidartati 1, S. H. (2021). Hubungan Pemberian Mp-ASI Dini Dengan. Jurnal


Keperawatan BSI, Vol. 9 No. 1 April 2021, 9, 18-26.

Novianti1, E. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan


Pendamping ASI. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada :Jurnal Ilmu
Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 21, 344-367.

Rahmawati(1), M. A. (2021). ‘Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi


Dini Dengan. Al-Insyirah Midwifery, 10, 96-100.

AKG FKM UI (2016) ‘Gizi Bayi’. Available At:


Https://AKG.FKM.UI.Ac.Id/Gizi-Bayi/.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Chairani, S. (2013) Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping Asi Dengan


Pendekatan Teori Health Belief Model Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.

Demsa, S. (2019) Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik Pada Ibu
Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan. Jakarta: Salemba Medika.

Dilaram Et.Al (2017) ‘Association Of Water Handling And Child Feeding


Practice Withchildhood Diarrhoea In Rural Community Of Southern
Nepal’, Journal Of Infection And Public Health.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2019) Profil Kesehatan Kota Bengkulu 2019.
Bengkulu: Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.

76
77

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (2019) Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu


2019. Bengkulu: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Fida Dan Maya (2012) ‘Pengantar Ilmu Kesehatan Anak’. Yogyakarta: DMedika.

Gabriela, I. (2018) 100+Mpasi Hits Instagram Pilihan Mommy. Ciganjur,


Jagakarsa, Jakarta Selatan: V Media.

Hidayat, A. A. A. (2011) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan.

Jumiyati (2014) Pemberian Mp Asi Setelahanak Usia 6 Bulan. Available At:


Http://180.250.43.170:1782/Poltekkes/Files/Mpasi.Pdf.

Kementerian Kesehatan R.I (2019) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan R.I.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) Pedoman Pelaksanaan


Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017) Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Lolli Nababan Sw (2018) Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi Ditinjau Dari
Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu.

Maharani, S. (2020) Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Pada Anak


Yang Mengalami Diare. Kediri: Pelita Medika.

Marmi (2012) Asuhanneonatus, Bayi, Balitadananakprasekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. (2015) Inisiasi Menyusu Dini, Asi Ekslusif Dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: Cv.Transinfomedia.

Masturoh (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Minasti (2015) Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetyahuan Ibu Dengan


Pemberian MP-ASI Pada Anak 6-24 Bulan Di Desa Ulapato A
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Gorontalo.

Molika, E. (2014) Buku Pintar Mpasi: Bayi 6 Bulan Sampai 2 Tahun. Lembar
Langit Indonesia.

Molika, E. (2014) Variasi Resep Makanan Bayi. Jakarta: Kunci Aksara.

Mufida, L. (2015) ‘Prinsip Dasar Mpasi Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan’.
Yogyakarta
78

Nadesul, H. (2011) Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta: Puspa Swara.

Nauli, S. . (2012) Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Kejadian Penyakit


Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya
Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Sumatera
Utara: Universitas Sumatera Utara.

Ngastyah (2014) Perawatan Anak Sakit Edisi 2, Articel. J: Egc.

Octa, D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana, R. (2014) Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah Untuk Para
Bidan. Yogyakarta: Cv Budi Utama.

Pangesti, T. (2016) ‘Hubungan Pemberian Makanan Pendaamping Air Susu Ibu


(Mp Asi) Dini Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Desa Suluk Kacamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Skripsi. Program
Studi Keperawatan’. Madiun: Stikes Bakti Husada.

Rakyat, T. D. (2012) Makanan Pendamping Asi Dapur Ibu. Jakarta: Dian Rakyat.

Riksani, R. (2012) Keajaiban Asi (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.

Soegijanto, S. (2016) Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di


Indonesia Jilid 7. Surabaya: Airlangga University Press.

Sugiyono (2016) Metode Penelitian. Banding: Alfabeta.

Sugiyono (2017) Metode Peneiitian Bisnis Kuantitatif Kuaiitatif Dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Unicef (2014) Paket Konseling Pemberian Makanan Bayi Dan Anak. Available
At: Https://Www.Unicef.Org/Indonesia/Id.

Wahyuni, S. (2018) ‘Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan


Pada Smp Pius Kutoarjo Tahun 2015’, Jurnal Komunikasi Kesehatan, IX
(1), Pp. 39–48.

Wargiana, R. (2013) Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Status Gizi Bayi
Umur 0-6 Di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember.

Waryana (2015) Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Penerbit Buku Pustaka Rihama.

Who (2019) Diarrhoeal Diseas. Available At:


Https://Www.Who.Int/En/NewsRoom/Fact-Sheets/Detail/Diarrhoeal-
Disease.

Wirawan, I. M. (2014) Kata Dokter. Jakarta Selatan: Pandamedia.

Zami (2018) Mpasi With Love. Jakarta Selatan: Wahyu Medika.


79
80
81
82

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth. Calon Responden

Penelitian

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa Progam Studi S1 Keperawatan STIKes Kendede Malang,


bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian MP-ASI
Dini Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-6 Bulan di Puskesmas
Polowijen Wilayah Kelurahan Purwodadi Kota Malang”.

Saya mengharap partisipasi dalam penelitian yang saya lakukan saya


menjamin kerahasiaan dan identitas anda. Informasi yang anda berikan hanya
semata-mata digunakan untuk pengembangan ilmu kebidanan dan tidak
digunakan untuk maksud yang lain.

Apabila anda bersedia menjadi responden, saya mohon anda mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Atas perhatian dan kesediaanya saya sampaikan terima kasih.

Malang, 06 Juni 2023


Peneliti

Vidiyah Yunica Hermayanti


NIM 1801100503
Lampiran 2
83

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Berdasarkan penjelasan dan permintaan peneliti kepada saya, maka saya:


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia dan setuju untuk dijadikan responden dalam penelitian yang
berjudul “Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Terhadap Kejadian Diare Pada
Balita Usia 1-6 Bulan di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis Kabupaten Malang”
Bahwa saya telah partisipasi atau penolakan ini tidak merugikan saya dan saya
mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi saya
maupun bagi dunia kesehatan.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedia berperan serta didalam penelitian ini.

Malang, 06 Juni 2023


Responden

(.....................................)
84

Frequency Table

Pemberian mp asi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diberikan 11 31,4 31,4 31,4
diberikan 24 68,6 68,6 100,0
Total 35 100,0 100,0

waktu pemberian mp asi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 6 bulan 11 31,4 31,4 31,4
< 6 bulan 24 68,6 68,6 100,0
Total 35 100,0 100,0

jenis pemberian mp asi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid lumat 8 22,9 22,9 22,9
lunak 26 74,3 74,3 97,1
padat 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

kejadian diare
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak diare 4 11,4 11,4 11,4
diare 31 88,6 88,6 100,0
Total 35 100,0 100,0
85

Crosstabs

Pemberian mp asi * kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
Pemberian mp asi tidak diberikan 3 8 11
diberikan 1 23 24
Total 4 31 35

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3,978 1 ,046
b
Continuity Correction 2,023 1 ,155
Likelihood Ratio 3,672 1 ,055
Fisher's Exact Test ,082 ,0
Linear-by-Linear Association 3,865 1 ,049
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
86

95% Confidence Interval


Value Lower Upper
Odds Ratio for Pemberian mp 8,625 ,781 95,256
asi (tidak diberikan / diberikan)
For cohort kejadian diare = tidak 6,545 ,764 56,063
diare
For cohort kejadian diare = diare ,759 ,523 1,100
N of Valid Cases 35

Crosstabs

waktu pemberian mp asi * kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
waktu pemberian mp asi > 6 bulan 3 8 11
< 6 bulan 1 23 24
Total 4 31 35

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3,978 1 ,046
87

Continuity Correctionb 2,023 1 ,155


Likelihood Ratio 3,672 1 ,055
Fisher's Exact Test ,082 ,0
Linear-by-Linear Association 3,865 1 ,049
N of Valid Cases 35
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for waktu 8,625 ,781 95,256
pemberian mp asi (> 6
bulan / < 6 bulan)
For cohort kejadian diare = 6,545 ,764 56,063
tidak diare
For cohort kejadian diare = ,759 ,523 1,100
diare
N of Valid Cases 35
88

Crosstabs

jenis pemberian mp asi * kejadian diare Crosstabulation


Count
kejadian diare
tidak diare diare Total
jenis pemberian mp asi Lumat 3 5 8
lunak 1 25 26
padat 0 1 1
Total 4 31 35

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 6,978 2 ,031
Likelihood Ratio 5,815 2 ,055
Linear-by-Linear Association 6,112 1 ,013
N of Valid Cases 35
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,11.

Risk Estimate
Value
a
Odds Ratio for jenis pemberian
mp asi (lumat / lunak)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a 2*2
table without empty cells.
89

REKAYASA SEKOR

2 2 1 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 1

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 1 2

1 1 1 1

2 2 1 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 1 2

1 1 1 1

2 2 2 2
90

1 1 3 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

2 2 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 2 2

1 1 1 1

2 2 2 2

2 2 1 2
91

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI


DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 1-6 BULAN di DESA
SUKOANYAR KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

Tanggal Wawancara : No Responden :

I. Identitas Responden

A. Data bayi
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
B. Data Ibu
1. Nama :
2. Usia :
3. Anak ke Berapa :
92

4. Pendidikan Terakhir :
o Tidak Sekolah
o Tamat SD
o Tamat SMP
o Tamat SMA
o Tamat Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan :
6. Penghasilan :
o <1000.000
o 1000.000-2500.000
o 2500.000-4000.000
7. Alamat :

II. Pertanyaan
A. Apakah bayi ibu sudah diberikan makanan pendaping ASI ?
 Ya  Tidak
B. Berapa usia anak ibu saat pertama kali diberi MP-ASI ?
C. Pertanyaan Tentang Kejadian Diare
1. Apakah bayi ibu pernah mengalami BAB yang encer?
 Ya  Tidak
2. Jika Ya berapa kali bayi ibu BAB dalam sehari?
 4 x sehari  ≥ 4 x sehari
3. Berapa lama bayi ibu mengalami diare?
 1-3 hari  > 6 hari
 4-6 hari
4. Seberapa sering bayi ibu mengalami diare dalam umur 1-6 bulan?
 1x 3x
2x
5. Kapan bayi ibu mengalami diare?
 Sebelum pemberian MP-ASI
 Setelah pemberian MP ASI –ASI dini
93

 Sebelum pemberian MP-ASI


Sumber:Harahap (2014)

Anda mungkin juga menyukai