Anda di halaman 1dari 105

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


ACTIVITY DAILY LIVING LANSIA PENDERITA
RHEUMATOID ARTHRITIS DI DESA MAKARIKI

OLEH :

PUTRI IREN MANAKUTTY

NPM : 12114201180068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ACTIVITY DAILY
LIVING LANSIA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DI DESA
MAKARIKI

Skripsi ini diajukan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan

OLEH :

PUTRI IREN MANAKUTTY

NPM.12114201180068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menyatakan dan menyetujui, Skripsi yang di susun oleh Putri Iren

Manakutty, dengan NPM: 12114201180068 untuk diuji.

Ambon, Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. S. Embuai, S.Kep.,M.Kep) (Ns. V.Y. Talahatu, S.Kep.,M.Kep)

NIDN: 1229098901 NIDN: 1202129201

Mengesahkan Mengetahui

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Keperawatan

(B. Talarima.,SKM.,M.Kes) (Ns. S. R. Maelissa, S.kep.,M.Kep)

NIDN: 1207098501 NIDN: 1223038001

3
MOTTO

yer

‘’Sebab Aku Ini Mengetahui Rancangan-Rancangan Apa


Yang Ada Padaku Mengenai Kamu, Demikianlah Firman
Tuhan, Yaitu Rancangan Damai Sejahtera Dan Bukan
Rancangan Kecelakaan, Untuk Memberikan Kepadamu
Hari Depan Yang Penuh Harapan’’

Yermia 29 : 11

_Jangan Mundur Karena Tatangan, Jangan Terbuai Karena


Pujian_

4
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putri Iren Manakutty


NPM : 12114201180068
Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Activity
Daily Living Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis
Di Desa Makariki
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini adalah skripsi orisinil sendiri melalui proses penelitian, dan
didalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain,
kecuali secara tertulis menyebutkan peneliti dari sumber aslinya atau dari
sumber orang lain, sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka.
2. Saya meyerahkan hak milik atas karya tulis ini kepada Universitas Kristen
Indonesia Maluku berhak melakukan pengelolaan atas karya tulis ini
sesuai dengan norma dan etikan yang berlaku.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
dikemudian hari terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik sesuai dengan norma yang berlaku di
Universitas Kristen Indonesia Maluku dan perundang-undangan yang
berlaku.

Ambon, Agustus 2022


Yang Memberi Peryataan

Putri Iren Manakutty


NPM : 12114201180068

5
KATA PENGANTAR

Puji Syukur di panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

kasih dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Activity

Daily Living Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa

Makariki”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat dalam penyelesaian

tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana keparawatan (S.Kep) di

Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku.

Dengan terselesaikan skripsi ini, perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus

kepada:

1. Dr. Hengky H. Hetharia, M, Th sebagai Rektor Universitas

Kriten Indonesia Maluku.

2. Pembantu Rektor I, II, III, dan IV Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

3. B. Talarima., SKM.,M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku.

4. Pembantu Dekan I,II, dan III Universitas Kristen Indonesia

Maluku

5. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep, M,Kep selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

6
6. Ns. S. Embuai, S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing I yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam proposal

penelitian ini.

7. Ns. V. Y. Tomasoa, S.Kep.,M,Kep sebagai pembimbing II

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

proposal penelitian ini.

8. Para dosen pengampuh mata kuliah Fakultas Kesehatan dan

Program Studi Ilmu Keperawatan.

9. Kepala Pemerintahan Negeri Makariki beserta staff yang

berkenan mengijinkan peneliti unutk melakukan penelitian.

10. Responden yang turut berpartisipasi selama proses penelitian

berlangsung.

11. Papa Ulis, Mama Ulen dan keenam saudara terkasih Kaka

Nofri, Kaka Ronal, Kaka Roni, Ade Luis, Ade Alfa dan Ade

Sendri terimakasih untuk doa, dukungan dan motivasi yang

salalu diberikan kepada penulis.

12. Keluarga besar Manakutty, Maatuku, Maitale, Patalatu dan

Sapulete yang selalu memberi dukungan dalam bentuk moril

maupun materi bagi penulis dalam menempuh pendidikan.

13. Keluarga besar Gokil Fam’s, P3MI, Squad Tone Tanah,

CalLabor Team (Olinces, Onyalina, Analuna, Indalina) dan

Enia Latuihamallo terimaksih untuk dukungan, motivasi dan

kebersamaannya selama ini.

7
14. Teman-teman seperjuangan Kep’B 2K18 terimaksih untuk suka

duka dan kebersamaannya kurang lebih 4 tahun dalam

menempuh pendidikan di Universitas Kristen Indonesia

Maluku.

Akhirnya penulis menyampaikan terimakasih kepada semua

pihak yang dengan berbagai macam cara dan perannya telah

membantu penulis dalam proses penyusunan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Penulis juga mengharapkan saran dan

kritik yang dapat membantu perbaikan dan pengembangan skripsi

ini. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu

khususnya dalam bidang kesehatan.

Ambon, 2 Agustus 2022

Penulis

(Putri Iren Manakutty)

8
ABSTTRAK

Putri Iren Manakutty. 2022.”Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Activity Daily Living Lansia Penderita Rheumatoid Arthtritis Di Desa
Makariki”(Dibimbing oleh: S. Embuai dan V.Y. Tomasoa)
Rheumatoid Arthtritis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi
aotoimun yang terjadi pada jaringan persendian, gejala yang sering dialami lansia
penderita Rheumatoid Arthtritis adalah nyeri sendi, sendi kaku, dan
pembengkakan sendi, pada persendian sehingga dapat mengganggu activity daily
living lansia. Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2018 angka kejadian
rheumatoid arthritis di Maluku sekitar 5.8%. berdasarkan data yang diperoleh dari
Puskesmas Letuawaru pada tahun 2020 lansia yang menderita rheumatoid
arthritis sebanyak 100 orang, tahun 2021 sebanyak 124 dan pada tahun 2022
lansia yang menderita rheumatoid arthritis sebanyak 134 orang. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan activity daily living
lansia penderita rheumatoid arthritis di Desa Makariki. Penelitian ini
menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan sampel sebesar 101 responden.
Hasilnya diuji dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan
α=0,05 dan didapatkan bahwa ada hubungan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan activity daily living lansia penderita rheumatoid arthritis di
Desa Makariki. Hubungan nyeri sendi dengan activity daily living lansia
(p=0,000), hubungan sendi kaku dengan activiy daily living lansia (p=0,000) dan
pembengkakan sendi dengan activity daily living lansia (p=0,000). Saran
penelitian ini bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan
kepada lansia penderita rheumatoid arthritis terkait penyakit dan upaya-upaya
dalam mencegah terjadinya rheumatoid arthritis, bagi lansia penderita rheumatoid
arthritis untuk selalu lebih aktif dalam mengontrol kesehatan dan terus
menerapkan gaya hidup sehat supaya dapat terhindar dari gejala rheumatoid
arthritis, dan bagi peneliti selanjutnya unutuk lebih memperluas kajiannya tentang
rheumatoid arthritis tentang faktor penyebab dan gelaja yang di alami lansia
dengan rheumatoid arthritis demi dan guna menambah pengetahuan tentang
rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
Kata Kunci : Rheumatoid Arthritis, Nyeri Sendi, Sendi Kaku, Pembengkakan
sendi, Activity Daily Living Lansia

9
ABSTRACK

Putri Iren Manakutty. 2022."Factors Related to Daily Living Activities of


Elderly Rheumatoid Arthritis Sufferers in Makariki Village"(Guided by: S.
Embuai and V.Y. Tomasoa)
Rheumatoid Arthtritis is a disease caused by an aotoimmune reaction that occurs
in joint tissues, the symptoms that are often experienced by the elderly with
Rheumatoid Arthtritis are joint pain, stiff joints, and swelling of the joints, in the
joints so that it can interfere with the daily living activities of the elderly. Based
on the data obtained, in 2018 the incidence of rheumatoid arthritis in Maluku was
around 5.8% based on data obtained from the Letuawaru Health Center in 2020
the elderly who suffered from rheumatoid arthritis as many as 100 people, in 2021
as many as 124 and in 2022 the elderly who suffered from rheumatoid arthritis as
many as 134 people. The purpose of this study was to determine the factors
related to the daily living activities of the elderly with rheumatoid arthritis in
Makariki Village. This study used a Cross Sectional approach with a sample of
101 respondents. The results were tested using the Chi Square test with a
meaningfulness level of α = 0.05 and it was found that there was a relationship
between factors related to the daily living activity of the elderly with rheumatoid
arthritis in Makariki Village. The relationship of joint pain with the daily living
activity of the elderly (p=0.000), the relationship of stiff joints with the activiy
daily living of the elderly (p=0.000) and the swelling of the joints with the daily
living activity of the elderly (p=0.000). This research advice is for health workers
to be able to increase counseling to the elderly sufferers of rheumatoid arthritis
related to diseases and efforts to prevent the occurrence of rheumatoid arthritis,
for the elderly sufferers of rheumatoid arthritis to always be more active in
controlling health and continue to implement a healthy lifestyle in order to avoid
the symptoms of rheumatoid arthritis , and for subsequent researchers toexpand
their studies on rheumatoid arthritis about the causative factors and behavior
experienced by the elderly with rheumatoid arthritis for the sake of and in order
to increase knowledge about rheumatoid arthritis that occurs in the elderly.
Keywords : Rheumatoid Arthritis Joint Pain, Stiff Joints, Swelling of joints,
Activity Daily Living Elderly

10
DAFTAR ISI

Halaman

COVER.......................................................................................................

MOTTO......................................................................................................

SURAT PENYATAAN TIDAK PLAGIAT.............................................

KATA PENGANTAR................................................................................

ABSTRAK..................................................................................................

ABSTRACK...............................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan Penelitian.............................................................................

D. Manfaat penelitian............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia..........................................................

B. Tinjauan Tentang Rheumatoid Arthritis..........................................

C. Tinjauan Tentang Activity Daily Living Lansia...............................

D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Activity Daily Living

Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis............................................

11
E. Kerangka Konsep.............................................................................

F. Hipotesis...........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.................................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................

C. Populasi dan Sampel........................................................................

D. Variabel Penelitian...........................................................................

E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif....................................

F. Instrumen Penelitian........................................................................

G. Proses Pengambilan Data.................................................................

H. Pengolahan Data..............................................................................

I. Analisa Data.....................................................................................

J. Etika Penelitian................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil.................................................................................................

B. Pembahasan......................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

LAMPIRAN................................................................................................

12
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria American Rheumatism Association (ARA).................

Tabel 3.1 Defenisi Operasional.................................................................

Tabel 4.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di

Desa Makariki...........................................................................

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa

Makariki....................................................................................

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nyeri sendi Di Desa

Makariki....................................................................................

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Sendi Kaku Di Desa

Makariki....................................................................................

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembengkakan Sendi

Di Desa Makariki......................................................................

Tabel 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Activity Daily living

Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki.......

Tabel 4.7 Hubungan Nyeri Sendi Dengan ADL Lansia Penderita

Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki...................................

Tabel 4.8 Hubungan Sendi Kaku Dengan ADL Lansia Penderita

Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki...................................

Tabel 4.9 Hubungan Pembengkakan Sendi Dengan ADL Lansia

Penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki...................

13
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skala Nyeri Visual Analogue Scale (VAS)..............................

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numeric Rating Scale (NRS)...............................

Gambar 2.3 Skala Nyeri Faces Pain Rating Scale......................................

Gambar 2.4 Kerangka Konsep.....................................................................

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent

Lampiran 2. Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 3. Hasil Olah Data

Lampiran 4. Master Tabel

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6. SK Pembimbing

Lampiran 7. Surat Ijin Pengambilan Data Awal

Lampiran 8. Surat ijin penelitian

Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 10. Surat Pengembalian Selesai Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki usia 60

tahun ketas dan mengalami penurunan daya kemampuan untuk hidup atau

pembatasan aktivitas fisik (Wahjudi, 2012). Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup dan kepekaan secara individual. Kelompok yang

dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging

process atau proses penuaan. Dampak dari bertambahnya usia yaitu

muncul berbagai penyakit kronis, berkurangnya fungsi-fungsi organ

diataranya sistem musculoskeletal, sistem persarafan, sistem pernapasan,

sistem kardiovaskuler (Suryani, 2018).

Rheumatoid arthritis ( RA) merupakan peradangan sendi kronis

yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi

ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap

mikroorganisme terganggu seperti virus, bakteri, jamur dan dapat

menyerang sel dalam jaringan tubuh sendiri. Penyakit rheumatoid arthritis

(rematik) merupakan sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri

dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri,

khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi sendi.

Hasilnya dapat menyebabkan sendi bengkak, yang biasa sering mengalami

1
pembengkakan serta kelemahan adalah sendi bagian jari, pergelangan

tangan, bahu, lutut, dan kaki (Haryono & Setianingsih, 2013). Rheumatoid

arthritis mengalami nyeri sendi membuat penderita sering kali takut untuk

bergerak sehingga menganggu aktivitas sehari-harinya. Rheumatoid

arthritis ialah penyakit degeneratif yang dapat menurunkan produktivitas

usia lanjut, penurunan produktivitas usia lanjut terjadi karena penurunan

fungsi organ sehingga akan menyebabkan kelompok usia lanjut

mengalami penurunan kemampuan muskuloskeletal karena nyeri sendi

dapat juga menurunkan aktivitas fisik, sehingga akan mempengaruhi

lansia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti makan, minum,

mandi, berpakaian dan lainnya dalam activity daily living (ADL)

(Rohaedi, Putri, & Karimah, 2016).

World Health Organization (WHO) (2019) pervalensi Rheumatoid

Arthritis 23,3% - 31,6%. Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita

rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 7,30% jumlah tertinggi

terdapat pada provinsi aceh yaitu sekitar 13,26%, Bengkulu 12,11%, Bali

10,46% dan Papua 10,43%. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya

pada tahun 2013 jumlah penderita rheumatoid arthritis di Indonesia

mencapai 24,7% dengan Jumlah tertinggi terdapat pada provinsi Nusa

Tenggara Timur yaitu sekitar 33,1%, Nusa Tenggara Barat 30,0%, Jawa

Tengah 32,1%, Jawa Timur 26,9% dan Papua 26,5%. Selanjutnya

pervalensi yang terjadi di Maluku menurut Riskesdas (2018) angka

2
kejadian rheumatoid arthritis sekitar 5,8% dan jika dibandingkan dengan

hasil Riskesdas (2013) pervalensi rheuamatoid arthritis mencapai 18,8%.

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit progresif yang memiliki

potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecatatan fungsional.

Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya

berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup

sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat

menimbulkan kegagalan organ. Rheumatoid arthritis merupakan penyakit

kronis yang menyebabkan nyeri sendi, kekakuan sendi, pembengkakan,

keterbatasan gerak pada sendi, kelelahan fisik dan dapat menyebabkan

kecatatan pada penderitanya. Rheumatoid arthritis dapat mempegaruhi

sendi-sendi kecil ditangan dan sendi kaki, yang cenderung paling serig

terkena adalah sendi kaki. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling

sering terjadi yaitu di pagi hari, hal ini dapat berlangsung selama satu

hingga dua jam (Malmstrom, 2017).

Faktor- faktor yang berhubungan dengan gangguan activity of daily

living lansia adalah nyeri sendi yang membuat penderitanya seringkali

takut untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan

dapat menurunkan produktivitasnya. Penurunan kemampuan

muskuloskeletas karena nyeri sendi dapat juga menurunkan aktivitas fisik

dan latihan, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari activity of daily living (ADL). Aktivitas

sehari-hari yang dimaksud seperti makan, minum, berjalan, tidur, mandi,

3
berpakaian, dan buang air besar atau kecil. Dari kemampuan melakukan

aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia madiri atau tergantung

pada orang lain (Fadila, 2021).

Penelitian yang dilakukan Chintyawati (2014) dikatakan bahwa

nyeri sendi pada rheumatoid arthritis sering menyebabkan penderita takut

untuk bergerak yang lama kelamaan akan mengakibatkan penurunan

fungsi otot dan sendi. Nyeri sendi juga menyebabkan penurunan aktivitas

sehingga dapat mempengaruhi kemampuan penderita dalam

mempengaruhi kemampuan penderita dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari (activity daily living) atau ADL yang pada akhirya

menyebabkan produktifitas menurun.

Sendi kaku bisa menyebabkan rentang gerak lansia terbatas.

Misalnya jika mengalami rheumatoid arthritis di sendi tangan, penderita

mungkin akan kesulitan untuk menekuk jari atau mengepalkan tangan.

Kekakuan atau sendi yang terasa kaku ini umumnya muncul dan lebih dari

satu sendi dan sering kali terasa memburuk saat pagi hari dan setelah

duduk atau beristirahat pada waktu yang lama (Fadila, 2021).

Penelitian yang dilakukan Meilandari (2019) dikatakan bahwa

lansia mengalami kekakuan pada pagi hari dan nyeri sendi sehingga

mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari.seperti makan, yang perlu

dibantu oleh keluarga untuk menyiapkan makanan yang dimakan, toileting

yang harus dibantu oleh keluarga serta mandi, ,dan berpindah juga perlu

bantuan keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden

4
lansia yang menderita Reuhmatoid Arthritis mayoritas memiliki tingkat

kemandirian tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-hari mulai dari

tingkat ketergantungan paling ringan, ketergantungan ringan,

ketergantungan berat. Activity of daily living yang harus dibantu yaitu

mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.

Pembengkakan sendi adalah gangguan autoimun yang menjadi

penyebab rematioid atritis dapat menimbulkan peradangan pada lapisan

sendi yang membengakak. Pembengkakan ini juga umumnya terjadi lebih

dari satu sendi dan kedua sisi tubuh, kondisi tersebut yang membuat lansia

sulit untuk melakukan aktivitas sehari-harinya (Fadila, 2021).

Menurut Haryono & Setianingsih (2013) penyakit rheumatoid

arthritis merupakan sistem imun yang gagal membedakan jaringan sendiri

dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri,

khususnya jaringan sinovium yaitu jaringan selaput tipis yang melapisi

sendi. Hasilnya dapat menyebabkan sendi bengkak, yang biasa mengalami

pembangkakan serta kelemahan adalah sendi bagian jari, pergelangan

tangan, bahu, lutut dan kaki.

Pengambilan data awal pada bulan januari 2022, lansia di desa

Makariki berjumlah 325 orang dengan jumalah laki-laki 130 orang dan

perempuan 195 orang dari informasi yang di peroleh menunjukan bahwa

sebagian besar lansia menderita nyeri sendi. Hal ini dapat dibuktikan

dengan data dari Puskesmas Letuwaru pada tahun 2020 lansia yang

menderita rheumatoid arthritis sebanyak 100 orang. Dan pada tahun 2021

5
mencapai 124 orang serta pada 2022 lansia yang terdiagnosa rheumatoid

arthritis sebanyak 134 orang . Berdasarkan hasil wawancara dan informasi

dari petugas kesehatan di Puskesmas Letuwaru penyakit rheumatoid

arthritis atau rematik masuk dalam 3 besar penyakit yang paling sering

dialami oleh lansia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan

Dengan Activity Daily Living Lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di

Desa Makariki ”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah

penelitian yaitu “Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan Activity

Daily Living lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Activity

Daily Living lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan nyeri sendi dengan Activity Daily

Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa

Makariki.

6
b. Untuk mengetahui hubungan sendi kaku dengan Activity Daily

Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa

Makariki.

c. Untuk mengetahui hubungan pembengkakan sendi dengan Activity

Daily Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa

Makariki.

D. Manafaat Penelitian

1. Bagi Lansia

Penelitian ini di harapakan dapat di jadikan informasi dan menambah

pengetahuan bagi lansia dalam menjaga kesehatannya dan dapat

meningkatkan kesadaran tentang Rheumatoid Arthritis sehingga lansia

juga dapat lebih patuh dalam menjaga kesehatan agar dapat melakukan

aktivitas sehari-hari.

2. Bagi institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lembaga

pedidikan di bidang studi ilmu keperawatan, agar dapat merancangkan

kegiatan pendidikan dalam konteks asuhan keperawatan cecara

menyeluruh, khusunya mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan Activity Daily Living lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

3. Bagi Peneliti

Penelitaian ini sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti

dalam teori, khusunya teori terkait dengan faktor-faktor yang

7
berhubungan dengan Activity Daily Living pada lansia penderita

Rheumatoid Arthritis.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian

Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau

lebih, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

baik secara jasmani, rohani maupun sosial (Nugroho, 2013).

Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (Lansia) apabila

usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai

dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres

fisiologi. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup seta peningkatan kepekaan secara individu (jazmi, 2016).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun

b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun

c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun

d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun

e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90

tahun.

9
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan

e. pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

f. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

3. Proses Menua

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yanga

hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan

kehiduoan. Menua merupakan proses ilmiah, yang berarti seseorang

telah memulai tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.

Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologos,

memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit mengendur, rambut

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerak-gerak lambat, dan postur tubuh yang tidak

proforsional (Chintyawati, 2014).

Menurut Chintyanwati (2014) menua dapat di simpulkan bahwa

manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi

10
organ. Kondisi ini jelas menunjukan bahwa proses menua itu

merupakan kombinasi dan bermacam-macam faktor yang saling

berkaitan yang dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut

usia, termasuk kehidupan seksualnya.

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia

Menurut Nugroho (2012) lansia pada umumnya mengalami

bebarapa perubahan yaitu fisiologis, perubahan mental/psikologis dan

perubahan psikososial. Pada proses menua, perubahan psikologis akan

terjadi pada system muskuloskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi,

indra dan integument. Terkait dengan tingkat kemandirian lansia

dalam melakukan aktvitas sehari-hari yang berhubungan dengan

sistem musculoskeletal, maka pada penulisan ini akan di bahas

perubahan fisiologis pada sitem muskuloskeletal.

Pada perubahan system musculoskeletal pada lansia seperti tulang

kehilangan kedapatannya sehingga mudah rapuh, kyphosis (tubuh

membungkuk), persendian besar dan kaku (Nugroho, 2012)

Menurut Nugroho (2012) perubahan-perubahan yang terjadi pada

lansia di antaranya adalah:

a. Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Proses penuaan memberikan pengaruh pada setiap bagian

dalam saluran gastrointestinal (GI) yaitu perubahan pada ronga

mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, dan rectum,

pancreas, dan hati.

11
b. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi tidak teratur dan penurunan hubungan

pada jaringan kolagen, merupakan salah satu alas an

penurunan mobilatas pada jaringan tubuh. Sel kolagen

merupakan puncak mekaniknya karena penuaan, kekakuan

dan kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang

merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya.

Perubahan pada kolagen ini merupakan penyebab

turunya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk

meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk

ke berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Upaya fisioterapi untuk

mengurangi dampak tersebut adalah memberikan latihan

untuk mrnjaga mobilitas.

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi akhirnya permukaan sendi menjadi

rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenarasi

12
berkurang dan degenerasi yang terjadi cendrung ke arah

progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar

matrik katrilago, berkurang atau hilang secara bertahap

sehingga jaringan fibril pada kolagen kehilangan

kekuatannya dan akhirnya katrilago cendrung mengalami

fibrilasi. Kartilago mengalami klasifikasi di beberapa

tempat seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi

kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam

kejut, tetapi permukaan sendi yang berpelumas.

Konsekuensinya kartilago pada pesendian menjadi rentan

terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada

sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu

sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,

keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari-hari.

3) Sistem Skeletal

Manusia mengalami penuaan dan jumlah masa otot

tuuh mengalami penurunan. Berikut ini merupakan

perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses

menua:

a) Penurunan tinggi badan secara progresif .

b) Penurunan produksi tulang kortikal dan trabecular yang

berfungsi sebagai perlindungan terhadap beban gerakan

13
rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini adalah

peningkatan terjadinya resiko fraktur (Stanley, 2007).

4) Sistem Muskular

Perubahan yang terjadi pada sistem muscular akibat

proses menua yaitu waktu untuk kontraksi dan relaksaksi

muscular memanjang. Implikasi dari hal ini adalah

perlambatan waktu untuk beraaksi, akilosis atau kekakuan

ligament dan sendi, penyusutan dan sclerosis tendon dan

otot, dan perubahan (Stanley, 2007).

5) Sendi

Perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses

menua yaitu pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen.

Implikasi dari hal ini adalah nyeri, iflamasi, penurunan

mobilitas sendi, deformitas, kekakuan ligament dan sendi.

Implikasi dari hal ini adalah peningkatan resiko cedera

(Stanley, 2007).

c. Perubahan pada Sistem Persarafan

Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor

utama dalam penuaan. Neuron menjadi semakin komplek dan

tumbuh, tetapi neuron tersebut tidak dapat mengalami

regenerasi. Perubahan struktural yang paling terlihat terjadi

pada otak itu sendiri. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi

oleh atrofi girus dan dilatasi suklus dan ventrikel otak. Korteks

14
serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh

kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan

penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan.

d. Perubahan pada Sistem Endokrin

Perubahan pada sistem endokrin akibat penuaan antara

lain produksi dari semua hormon menurun, fungsi paratiroid

dan sekresinya tidak berubah, terjadinya pituitaria yaitu

pertumbuhan hormon akan tetapi lebih rendah dan hanya di

dalam pembuluh darah. Menurunnya aktivitas tiroid,

menurunnya BMR (Basal Matabolic Rate) dan menurunnya

daya pertukaran Zat. Menurunnya produksi aldosteron dan

menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesterone,

estrogen, dan testosterone.

B. Tinjauan Tentang Rheumatoid Arthritis

1. Pengertian

Rheumatoid Arthritis adalah kumpulan gejala (syndrome) yang

berjalan secara kronik dengan ciri radang non spesifik sendi perifer (di

luar axis skeletal), biasanya simentris, mengakibatkan kerusakan yang

progresif (makin lama makin rusak), tergolong penyakit yang tidak

diketahui penyebabnya, awal radang sering disertai stress baik fisik

maupun emosi (Aspiani, 2014).

Rematoid artritis adalah penyakit autoimun yang di tandai oleh

iflamasi sitemik kronik dan progresif dengan sendi merupakan sasaran

15
utama. Gejala rheumatoid arthritis adalah poliartritis simetris terutama

pada sendi-sendi kecil tangan dan kaki (Surjana, 2014)

2. Etiologi

Penyebab rheumatoid arthritis belum di ketahui secara jelas,

namun interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor

lingkungan, hormonsex, faktor infeksi dan sistem imun diduga menjadi

pencetus timbulnya penyakit (Rosenbreg,2013).

Walaupun penyebab reumatik belum diketahui secara pasti namun

faktor-faktor resiko terjadinya reumatik dapat dipengaruhi oleh usia,

jenis kelamin, obesitas, riwayat trauma dan penyakit lain yang dapat

menganggu fungsi dan struktur normal pada tulang rawan. Dan juga

terdapat faktor resiko yang berkaitan dengan peningkatan terjadinya

rheumatoid arthritis adalah jenis kelamin perempuan, ada riwayat

keluarga yang menderita rheumatoid arthritis, umur lebih tua, paparan

salisilat, kondisi sosial ekonomi rendah dan merokok. Beberapa

kedaaan berkaitan dengan penurunan resiko seperti mengonsumsi

makanan tinggi vitamin D, konsumsi teh, dan penggunaan kontrasepsi

oral (Suarjana, 2014).

3. Patofisiologi

Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan

sinoval. Proses fagositosis menghasilakan enzim-enzim dan akan

memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinoval

dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. Pannus akan

16
mengahancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.

Akibatnya adalah menghilakan permukaan sendi yang mengganggu

gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan

mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas

otot dan kekuatan kotraksi otot. Asuhan keperawatan pada penyakit

rematik artritis diantaranya seperti nyeri, resiko cedera, gangguan

mobilitas fisik dan deficit perawatan diri. (Jazmi, 2016)

4. Manifestasi Klinis

Menurut aspiani (2014), ada beberapa gambaran/manifestasi

klinik yang lazim ditemukan pada penderita Rheumatoid arthritis.

Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang

bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang

sangat bervariasi.

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan,

berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat

demikian hebatnya.

b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kira dan kanan)

terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan

kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan

dengan bebas) dapat terserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat

umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini

17
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan

tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama

bebarapa menit dan selama kurang dari 1 jam.

d. Arthritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran

radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan

pengikisan di tepi tulang.

e. Deformitas merupakan kerusakan dari struktur penunjang sendi

dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,

pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari

(metakarpofalangeal), dan deformitas leher angsa adalah beberapa

deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada laki-

laki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari

sublukasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang

dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam

melakukan gerakan ekstensi

f. Nodul-nodul rematoid adalah massa subkutan yang di temukan

pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang

paling sering di deformitas ini adalah bursa olecranon (sendi siku)

atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun

demikian tonjolan ini dapat juga timbul pada tempat-tempat

lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk

suatu penyakit yang aktif dan lebih berat

18
g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): Rematoid artritis juga

dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata:

Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjogren,

sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif

yang berat, lesi inflamasi yang menyerupai nodul rematoid dapat

dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat

menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan

konduksi kardiomiopati.

5. Diagnosis

Kriteria diagnosis Rheumatoid arthritis di susun dan di revisi oleh

suatu komite khusus dari American Rheumatism Association (ARA)

pada tahun 1987. Pasien dikatakan menderita Arthritis rheumatoid jika

memenuhi sekurang-kurangnya kriteria 1 sampai 4 yang diderita

sekurang-kurangnya 6 minggu (Sudoyo, 2010).

Tabel 2.1
Kriteria American Rheumatism Association (ARA) untuk
Arthritis rheumatoid, revisi tahun 1987

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian
(morning stiffness) dan sekitarnya, sekurang-kurangnya selama
1 jam sebelum perbaikan maksimal
2 Arthritis pada 3 daerah Pembangkakan jaringan lunak atau
persendian atau lebih persendian (soft tissue swelling) atau lebih
efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara
berasamaan yang di observasi oleh seorang
dokter. Terdapat persendian yang memenuhi
kriteria, yaitu interfalang proksimal,
metakarpopalang, pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri

19
dan kanan

3 Arthritis pada persedian Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan


tangan satu persendian tangan seperti tertera di atas
4 Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama, seperti yang
tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi
(keterlibatan PIP = proximal
interphalangeal, MCP =
metacarpophalangeal, atau MTP =
metatarsophalangeal bilateral dapat
diterima walaupun tidak mutlak bersifat
simetris)
5 Nodul rematoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau pada daerah
juksta articular yang diobservasi oleh
seorang dokter
6 Faktor reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor
positif rheumatoid serum yang di periksa dengan
cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok kontrol yang di periksa
7 Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas
radiologis pada pemeriksaan sinar rontgen tangan
posterior atau pergelangan tangan yang
harus menunjukan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokasi pada
sendi atau daerah tulang yang berdekatan
dengan sendi.

Sumber: Sudoyo (2010).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan reumatoid artritis ditujuakan pada menifestasi

psiko-fisiologis dan kekacauan-kekacauan psikososial yang

menyertainya yang disebabkan oleh pelajaran penyakit yang flukuatif

dan kronik. Untuk membuat diagnosis yang akurat dapat memakan

waktu sampai bertahun-tahun, tetapi pengoabatan dapat dimulai secara

lebih dini (Sylvia, 2010).

20
Meurut Sylvia (2010), tujuan utama dari program pengobatan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghilangakan nyeri dan peradangan

b. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal

dari penderita.

c. Untuk mencagah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi

pada sendi.

d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada

orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk

mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas menurut Sylvia (2010), yaitu:

1. Pendidikan

Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah

untuk memberikan pendidikan yang cukup tentang penyakit

kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan

dengan panderita. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian,

patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan

perjalanaan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program

penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-

sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini ada metode-metode

efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.

Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.

21
2. Istirahat

Istirahat penting karena Rheumatoid arthritis biasanya

disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat

saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa

lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi seharinya

menjadi bebarapa kali waktu untuk berkativitas yang di ikuti oleh

masa istirahat.

3. Latihan fisik dan termoterapi

Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan

fungsi sendi. Latihan ini mencangkup gerakan aktif dan pasif pada

semua sedi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk

menghilangkan nyeri mengkin perlu di berikan sebelum memulai

latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak

mungkin dapat mengurangi nyeri, mandi parifin dan suhu yang

bisa di atur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat di

lakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur

oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khsus,

seperti fisioterafis atau terapis kerja. Latihan yang berlebihan dapat

merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh

adanya penyakit.

4. Diet/Gizi

Penderita Rheumatoid arthritis tidak memerlukan diet

khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang

22
bermacam-macam, terutama menghindari makanan yang memicu

purin. Prinsip umumnya adalah pentingnya diet seimbang.

Penyakit ini dapat juga menyerang sendi temporomandibular,

sehingga membuat gerakan mengunyah menjadi sulit.

Mempertahankan berat badan pada batas-batas yang sewajarnya

adalah penting.

5. Obat-obatan

Terapi pengobatan adalah bagian yang penting dari seluruh

program pentalaksanaan penyakit ini. Obat-obatan yang dipakai

untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk

mencoba mengubah perjalanan penyakit. Untuk setiap tujuan dapat

diberikan.

6. Rehabilitasi

Rehabilitasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Caranya antara lain mengistirahatkan sendi yang terlibat,

latihan, pemanasan, dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera rasa

sakit pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga berhasil,

mungkin diperlukan pertimbangan untuk tindakan operatif.

7. Pembedahan

Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan

tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi.

Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang

23
telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti,

perbaiki tendon, sinovektomi.

C. Tinjauan Tentang Activity Daily Living Lansia

1. Pengertian Activity Daily Living (ADL)

Activity Daily Living (ADL) merupakan pengukuran

kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas secara mandiri.

Penentuan secara fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan

keterbatasan dalam memudahkan pemilihan intervensi yang tepat

(Maryam, 2012).

Kualitas hidup lansia juga dapat dinilai dari kemampuan

melakukan activity daily living. Menurut Setiati (2015), activity daily

living (ADL) ada 2 macam yaitu: activity daily living standar dan

Instrumental activity daily living. Activity daily living standar meliputi

kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, BAB/BAK dan

mandi. Sedangkan instrumental activity daily living (IADL) terdiri

dari aktivitas yang lebih kompleks seperti halnya menjalankan

ibadah, memasak, mencuci, berbelanja, menyimpan obat,

menggunakan telepon dan menggunakan uang.

Aktivitas sehari-hari dapat mengukur ranting skala, alat ukur

yang digunakan adalah indeks barthel. Indeks Barthel merupakan

suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian

fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.

24
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Activity Daily Living (ADL)

Menurut (Rakhmawati, 2017), kemampuan dalam melakukan

activity daily living di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

a. Umur dan Status Perkembangan

Umur dan Status Perkembangan seorang klien menunjukan

tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien

bereaksi terhadap ketidakmampuan melakukan activity daily

living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang

secara perlahan-lahan dari tergantung menjadi mandiri dalam

melakukan activity daily living.

b. Kesehatan Fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi

kemampuan partisipasi dalam activity daily living, contoh system

nervous megumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi

dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan

dengan system nervous sehingga merespon sensori yang masuk

dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada system ini

misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu

pemenuhan activity daily living secara mandiri.

c. Fungsi kongnitif

Tingkat kongnitif dapat mempengaruhi kemamouan

seseorang dalam melakukan activity daily living. Fungsi kongnitif

menunjukan proses menerima, mengorganisasikan dan

25
menginterprestasikan sensor stimulus untuk berpikir dan

menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi

pada fungsi kongnitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan

mengahambat kemandirian dalam melaksanakan activity daily

living.

d. Fungsi Psikososial

Fungsi psikososial menunjukan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang

kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal.

Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep

diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam

tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal

seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau

disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi

dalam pemenuhan activity daily living.

e. Tingkat Stress

Stres merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress

(Stressor), dapat timbul dari tubuh atau lungkungan atau dapat

berupa fisiologis seperti injuria tau psikologi seperti kehilangan.

26
f. Ritme Biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup

mengatur lingkungan fisik disekitarnya dan membantu

homeostatis internal (keseimbangan dalam tubuh dan

lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian,

berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaan irama sirkadium

membantu mengatur aktivitas meliputi tidur, temperature tubuh

dan hormone. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama

sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan

gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity daily living.

g. Status Mental

Status mental menunjukan keadaan intelektual seseorang.

Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan

kebutuhan dasar individu. Seperti yang di gunakan oleh Cahya

yang di kutip dari Barles, salah satu yang dapat mempengaruhi

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah

keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya

mulai menurun arau mengalami gangguan, lansia yang

mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya.

h. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya

adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan salam posyandu lansia

27
salah satunya adalah pemeliharaan activity daily living. Lansia

yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu kualitas

hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke

posyandu (Pujinio, 2009).

3. Manfaat Kemampuan Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia

Kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia sangat

bermanfaat, diantaranya sebagai berikut (Bandiyah, 2009):

a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Selain itu

terdapat banyak faktor yang dapat membatasi dorongan dan

kemauan seksual pada lanjut usia khususnya laki-laki.

b. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan.

c. Tulang tidak mudah patah.

d. Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau

mengurangi kecepatan penurunan kekuatan otot.

E. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Activity

Daily Living Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis

1. Nyeri Sendi

Nyeri sendi merupakan sensasi tidak menyenangkan yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh misalnya, seperti di tusuk-tusuk,

panas terbakar, melilit, seperti di robek-robek dan seperti di remas-

remas (Isselbacher, 2011). Nyeri sendi pada rheumatoid arthritis

membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak sehingga

28
mengganggu aktivitas sehari-harinya dan dapat menurunkan

produktivitasnya. Penurunan kemampuan muskuloskeletal karena

nyeri sendi dapat juga menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga

akan mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari activity of daily living (ADL). Aktivitas sehari-hari yang

dimaksud seperti makan, minum, berjalan, tidur, mandi, berpakaian,

dan buang air besar atau kecil. Dari kemampuan melakukan aktivitas

tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia mandiri atau tergantung pada

orang lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tegantung pada pihak lain

dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Semakin

mandiri status fungsional lansia maka kemampuan untuk bertahan

terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang

menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit

( Fadila, 2021).

Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri

yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang antara

lain :

1) Verbal Descriptor Scale (VDS)

Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garing yang terdiri

dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan

jarak yang sama sepanjang garis. Ukuran skala diurutkan dari

“tidak adanya rasa nyeri” sampai “nyeri hebat”. Perawat

29
menunjukan ke klien tentang skala tersebut dan meminta klien

untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan. Perawat juga

menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan. Alat VDS

memungkinkan klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala

nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006).

2) Visual Analogue Scale (VAS)

VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan

skala nyeri terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk

memilih tingkat nyeri yang dirasakan. VAS sebagai pengukur

keparahan tingkat nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

menentukan setiap titik di rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa

untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.1 Skala nyeri Visual Analogue Scale (VAS)

30
Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala pada

skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul,

perih dan mules. Skala nyeri 4-6 di gambarkan seperti kram,

kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar dan ditusuk-tusuk. Skala

7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat di kontrol

oleh klien, sedangkan skla 10 merupakan skala nyeri yang sangat

berat dan tidak dapat dikontrol. Ujung kiri pada VAS

menunjukan “tidak ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan

menandakan “nyeri yang paling hebat”.

3) Numeric Rating Scale (NRS)

Gambar 2.2 Skala Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3

menunjukan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri

sedang, sedangkan angka 7-10 merupakan kategori yang berat.

Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan senagai instrumen

penelitian (Potter & Perry, 2006). Menurut skala nyeri

31
dikategorikan sebagai berikut : 1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak

nyeri. 2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan. 3.4-6 :

rasa nyeri yang mengganggu dan memerlukan usaha untuk

menahan, nyeri sedang. 4. 7-10 : rasa nyeri sangat mengganggu

dan tidak dapat ditahan, menangis, menjerit bahkan teriak, nyeri

berat.

4) Faces Pain Rating scale

Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai

tidak adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap

meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih,

sampai wajah yang sangat ketakutan yang berarti skala nyeri yang

dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry, 2005).

Gambar 2.3 Skala nyeri Numeric

Skala nyeri tersebut banyak digunakan pada pasien pediatrik

dengan kesulitan atau keterbatasan verbal. Dijelaskan kepada

32
pasien mengenai perubahan mimic wajah sesuai rasa nyeri dan

pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.

Derajat nyeri pasca bedah dapat diukur dengan macam-

macam cara misalnya Numeric Rating Scale (NRS). Dan skala

analog visual (VAS/ Visual Analogue Scales). Visual Analogue

Scale (VAS) merupakan instrumen pengukuran untuk mengukur

karakteristik atau rasa yang mempunyai rentang kesatuan nilai dan

tidak dapat diukur secara langsung contohnya rasa sakit yang

sangat hebat. Rasa yang muncul secara terus-menerus dan tidak

berpindah-pindah. Pengelompokan nyeri dari tidak ada, ringan,

sedang dan berat. Numeric rating scale (NRS) digunakan untuk

nyeri ukuran intensitas pada orang dewasa. Dimana skala

pengukuran ini menggunakan responden memilih seluruh nomor

(0-10 bilangan bulat) yang paling mencerminkan intensitas nyeri

yang dirasakan pasien. Skala numeric 0 merupakan salah satu tidak

ada rasa sakit dan 10 mewakili rasa sakit nyeri yang sangat

ekstrim. Pasien diminta melaporkan intensitas rasa nyeri terakhir

24 jam atau intensitas nyeri rata-rata dengan cara meminta pasien

menunjukan nilai numeric pada skala yang paling tepat

menggambarkan intensitas nyeri pasien. Jumlah respondem

menunjukan pada skala untuk menilai intensitas nyeri pasien

dicatat dengan skor yang lebih tinggi menunjukan intensitas nyeri

yang lebih besar (Latief et al, 2010).

33
2. Sendi Kaku

Sendi kaku pada umumnya muncul dan lebih dari satu sendi dan

sering kali terasa memburuk saat pagi hari dan setelah duduk atau

beristirahat pada waktu yang lama. Kekakuan sendi di pagi hari

disebabkan oleh berkurangnya produksi hormon glukortikoid pada

malam hari, salah satu fungsi hormon ini adalah untuk mengurangi

rasa nyeri dan peradangan didalam tubuh sehingga penurunan produksi

hormon dimalam hari pada penderita radang sendi. Sendi yang terasa

kaku ini bisa menyebabkan rentang gerak lansia terbatas. Misalnya jika

mengalami rematoid atritis di sendi tangan, mungkin akan kesulitan

untuk menekuk jari atau mengepalkan tangan. Kekakuan pada sendi ini

juga umumnya muncul sebagai gejala osteoarthritis, yang biasanya

berlangsung selama 30 menit sejak bangun tidur. Namun, sendi yang

kaku pada penderita rematoid arthritis bisa berlangsung lebih lama dari

waktu tersebut (NHS, 2021).

3. Pembengkakan Sendi

Gangguan autoimun atau gangguan inflamasi kronik yang

mempengaruhi banyak sendi, termasuk tangan dan kaki hal ini yang

menjadi penyebab rheumatoid arthritis dapat menimbulkan

peradangan pada lapisan sendi yang membengkak, kemerahan, serta

terasa hangat dan lembut ketika disentuh. Pembengkakan ini juga

umumnya terjadi lebih dari satu sendi dan dikedua sisi tubuh. Kondisi

34
tersebut bisa berlangsung mencapai enam minggu atau lebih lama

(Fadila, 2021).

F. Kerangka Konsep

Nyeri Sendi

Activity Daily Living


Sendi Kaku Lansia Penderita
Rheumatoid Arthritis
Pembengkakan Sendi

Gambar 2.4 Kearangka konsep

Keterangan : = Variabel Independen

= Variabel Dependen

= Hubungan

35
G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini, yaitu :

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara nyeri sendi dengan Activity Daily

Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

b. Tidak ada hubungan antara sendi kaku dengan Activity Daily

Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

c. Tidak ada hubungan antara pembengkakan sendi dengan Activity

Daily Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan anatara nyeri sendi dengan Activity Daily Living

pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

b. Ada hubungan antara sendi kaku dengan Activity Daily Living pada

lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

c. Ada hubungan antara pembengkakan sendi dengan Activity Daily

Living pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskritif kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data variable independen dan

dependen hanya satu kali pada suatu saat (Sugiono, 2013).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Makariki

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – Agutus 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan rheumatoid

arthritis yang berjumlah 134 orang yang berada Di Desa Makariki.

2. Sampel

Sampel dengan di teliti adalah lansia yang berada di Di Desa

Makariki. Berjumlah 101 orang.

1) Kriteria sampel

Dalam pemilihan sampel, peneliti membuat kriteria bagi

sampel yang akan diambil. Sampel yang akan diambil berdasarkan

37
pada kriteria inklusi dan eksklusi, kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau yang diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi

pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Setiadi,2013).

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan studi karena berbagai

sebab (Setiadi,2013). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Lansia yang bersedia menjadi responden

b. Lansia yang berumur ≥ 60 tahun

c. Lansia yang di diagnose oleh pihak puskesmas menderita

Rheumatoid Arthritis

d. Lansia yang tidak terganggu jiwanya

e. Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik, mengerti Bahasa

Indonesia dan kooperatif

f. Lansia yang berdomisili di Desa Makariki

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

b. Lansia yang mengalami komplikasi stroke/kelumpuhan

c. Lansia yang terganggu jiwanya

d. Lansia yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak

mengerti bahasa Indonesia

e. Lansia yang tidak berdomisili di Desa Makariki

38
2) Jumlah sampel

Perhitungan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin.

n= N

1 + N (e)2

n= 134

1 +¿ 134 (0,05)2

n = 100, 3745

n = 101

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nyeri sendi, sendi

kaku dan pembengkakan sendi.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Activity Daily Living

lansia penderita Rheumatoid Arthritis.

E. Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Variabel Independen
1 Nyeri Sendi Nyeri sendi Lembar 1.Nyeri berat = Nominal
merupakan sensasi NRS skor 7-10
tidak menyenangkan (Numeric 2.Nyeri sedang =
yang terlokalisasi Rating skor 4-6
pada suatu bagian Scale)
tubuh misalnya, 3.Nyeri ringan =
seperti di tusuk- skor 1-3
tusuk, panas

39
terbakar, melilit,
seperti di robek-
robek dan seperti di
remas-remas
(Isselbacher, 2011).

2 Sendi kaku Sendi kaku bisa Lembar 1.Terasa kaku = Nominal


menyebabkan Observasi skor 7
rentang gerak lansia 2.Tidak terasa
terbatas dan kaku = skor 1-6
mengalami
rheumatoid arthritis
di semua sendi
3 Pembengkaka Gangguan inflamasi Lembar 1.Bengkak = skor Nominal
n sendi yang mempengaruhi Observasi 6
banyak sendi, 2.Tidak bengkak =
termasuk tangan dan skor 1-5
kaki hal ini yang
menjadi penyebab
rheumatoid arthritis
dapat menimbulkan
peradangan pada
lapisan sendi yang
membengkak,
kemerahan, serta
terasa hangat dan
lembut ketika di
sentuh
Variabel Dependen
5 Activity Daily Tingkat kemandirian Lembar 1.Mandiri = skor Ordinal
Living Lansia seseorang dalam Observasi 14
penderita melakukan aktifitas ADL 2.Tergantung =
Rematoid dan fungsi-fungsi Bathel skor 1-13
Atritis kehidupan sehari- Indeks
hari yang di lakukan
oleh manusia secara
rutin tanpa
bergantung dengan
orang lain

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi. Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan unutuk

40
mengumpulkan data melalui pengamatan di lapangan. Penelitian ini

menggunakan lembar observasi yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor

yang berhubungan dengan Activity Daily Living lansia penderita

Rheumatoid Arthritis yang mencangkup nyeri sendi, sendi kaku,

pembengkakan sendi.

G. Proses Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

Penelitian ini terlebih dahulu menjalin ujian usulan penelitian.

Setelah itu mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian

kepada Kepala Desa Makariki.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di Desa

Makariki, peneliti menemui calon responden untuk memperkenalkan

diri, menjelaskan maksud, tujuan dan cara mengumpulkan data.

Peneliti menyerahkan informed consent, memberikan kesempatan

calon responden bertanya dan menanyakan kesediaan menjadi calon

responden. Calon responden menandatangani informed consent, tanda

bersedia menjadi responden. Responden diarahkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang ada di format. Pengisian format tetap

dilakukan oleh peneliti berdasarkan jawaban yang di berikan

responden.

41
3. Tahap Akhir

Menindak lanjuti pengumpulan data yang telah dilakukan, yaitu

dengan melakukan pengecekan pada semua data yang terkumpul dan

melakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer.

H. Pengolahan Data

1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang

sudah diisi. Editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan

pengisian dan konsisten dari semua jawaban.

2. Coding

Memberi kode pada jawaban dilembar pertanyaan berdasarkan

jawaban responden.

3. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel yang berisikan data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

4. Entry Data

Entry Data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

membuat tabel kontingensi.

42
I. Analisa Data

Analisa data adalah suatu bentuk pola pikir untuk melaksanakan,

mengolah data dengan tujuan menjadikan data tersebut sebagai suatu

inofrmasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan

mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian (Sugiono, 2013).

1. Analisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

yang diteliti dengan menampilkan karakteristik dari variabel

independen diantaranya (Nyeri sendi, Sendi kaku, Pembengkakan

sendi) dan variabel dependen (Activity Daily Living lansia penderita

Rheumatoid Arthritis).

2. Analisa Bivariat

Analisa data ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian dan

menguji hipotesis penelitan. Untuk hal tersebut, uji statistik yang akan

digunakan adalah uji Chi_square test dengan tingkat kemaknaan 95%

(α = 0,05), sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistic nilai p >

(p value) maka variebel tersebut ditanyakan berhubungan secara

signifikan (Dahlan Sopiyudin, 2011). Dimana ada hubungan antara

variabel independen (Nyeri sendi, Sendi kaku, Pembengkakan sendi)

43
dengan variabel dependen (Activity Daily Living lansia penderita

Rheumatoid Arthritis).

J. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

izin kepada Kepala Desa Makariki dengan memperhatikan masalah etika

sebagai berikut :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti, agar responden memahami maksud dan tujuan penelitan.

Apabila responden penelitian setuju maka harus menandatangani

lembar persetujuan sebagai responden penelitian.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti

tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data

(kuesioner dan lembar observasi) yang diisi oleh responden tersebut

hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidientialy)

Kerahasiaan informasi yang diberikan, dijamin oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset.

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara demografi Negeri Makariki termasuk dalam wilayah

Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, dan terletak sebelah

utara Kabupaten Maluku Tengah, dengan membawahi 2 anak dusun

dan 12 Rukun Tetangga (RT), meliputi Dusun Waitetes dan Dusun

Sion. Luas wilayah Negari Makariki adalah 4.016,8 Ha, terdiri dari

daratan 4.000 Ha dan laut 16,8 Ha, sedangkan luas kawasan

pemukiman adalah 250 Ha, memiliki garis pantai sepanjang 7 Km,

dengan batas-batas sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan TNS, sebelah selatan berbatatasan dengan Negeri sehati,

sebelah barat berbatasan dengan Laut Teluk Elpaputih dan sebelah

timur bebatasan dengan Petuanana Negeri Sepa. Jumlah penduduk

Negeri Makariki tahun 2021 sebanyak 3.509 jiwa dengan jumlah KK

sebanyak 930KK, terdiri dari laki-laki 1.743 jiwa dan perempuan

1.766 jiwa.

2. Analisa Univariat

45
Analisa univariat menjelaskan tentang gambaran karakteristik

responden yang meliputi umur dan jenis kelamin serta variabel

penelitian meliputi nyeri sendi, sendi kaku, pembengkakan sendi dan

activity daily living lansia.

Analisa univariat akan diuraikan sebagai berikut:

a. Karakteristik responden

Gambaran Analisa univariat untuk karakteristik responden

berupa umur dan jenis kelamin sebagai berikut :

1) Umur

Analisa univariat yang dilakukan terhadap karakteristik

responden berupa umur terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Makariki

Umur n %
60-70 tahun 66 65,3
71-80 tahun 25 28,4
>81 tahun 10 9,9
Total 101 100
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah

karakteristik responden berdasarkan umur 60-70 tahun

berjumlah 66 orang (65,3%)

2) Jenis kelamin

46
Analisis univariat yang dilakukan terhadap karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagaimana yang

digambarkan pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Makariki

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 41 40,6
Perempuan 60 59,4
Total 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.2 didaptkan jumlah karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin yang didominasi oleh

perempuan dengan jumlah 60 orang (59,4%)

b. Variabel penelitian

1) Nyeri Sendi

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel nyeri

sendi adalah pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Nyeri Sendi Di Desa Makariki

Nyeri Sendi n %

47
Nyeri ringan 5 5,0
Nyeri sedang 37 36,6
Nyeri berat 59 58,4
Total 101 100
Sumber : Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa karakteristik

responden yang paling banyak mengalami nyeri sendi berat

berjumlah 59 orang (58,4%).

2) Sendi Kaku

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel sendi

kaku adalah pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Sendi Kaku Di Desa Makariki

Sendi Kaku n %

Tidak terasa kaku 40 39,6


Terasa kaku 61 60,4
Total 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa, karakteristik

responden yang paling banyak mengalami sendi kaku

berjumlah 61 orang (60,4%).

48
3) Pembengkakan Sendi

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel

pembengkakan sendi adalah pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pembengkakan Sendi Di Desa Makariki

Pembengkakan n %
Sendi
Tidak bengkak 30 39,7
Bengkak 71 70,3
Total 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa

karakteristik responden yang paling banyak mengalami

bengkak berjumlah 71 orang (70,3%).

4) Activity Daily Living Lansia

Analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel

Activity Daily Living lansia penderita Rheumatoid Arthritis

adalah pada tabel 4.6 dibawah ini

Tabel 4.6

49
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan ADL Lansia Di Desa Makariki

ADL Lansia n %

Mandiri 34 33,7
Tergantung 67 66,3
Total 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 4.6 diatas katakteristik responden yang

memiliki ADL tergantung berjumlah 67 orang (66,3%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan unutk melihat dua

variabel yang di duga berhubungan. Analisis bivariat bertujuan untuk

mengetahui hubungan variabel independen yaitu nyeri sendi, sendi

kaku, pembengkakan sendi dengan variabel dependen yaitu Activity

Daily Living lansia penderita rheumatoid arthritis

a. Hubungan nyeri sendi dengan ADL lansia penderita rheumatoid

arthritis di Desa Makariki

Tabel 4.7

Hubungan Nyeri Sendi Dengan ADL Lansia Rheumatoid

Arthritis Di Desa Makariki

Nyeri sendi ADL Lansia Jumlah pValue


Mandiri Tergantung
n % n % N %

50
Nyeri ringan 4 4,0 1 1,0 5 5,0
0,000
Nyeri sedang 26 25,7 11 10,9 37 36,6
Nyeri berat 4 4,0 55 54,5 59 58,4
Total 34 33,7 67 66,3 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 101 responden yang

diteliti, responden yang mengalami nyeri sendi berat dan memiliki

ketergantungan ADL berjumlah 55 orang (54,5%). Responden

yang mengalami nyeri sendi ringan dan melakukan ADL secara

mandiri berjumlah 26 orang (25,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square untuk

melihat hubungan nyeri sendi dengan ADL lansia didapatkan

bahwa nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara nyeri

sendi dengan ADL lansia penderita rheumatoid arthritis di Desa

Makariki.

b. Hubungan sendi kaku dengan ADL lansia penderita rheumatoid

arthritis di Desa Makariki

Tabel 4.8

Hubungan Sendi Kaku Dengan ADL Lansia Penderita

Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki

Sendi kaku ADL Lansia Jumlah pValue


Mandiri Tergantung
n % n % N %

51
Tidak terasa 30 29,7 10 9,9 40 39,6 0,000
kaku
Terasa kaku 4 0,4 57 56,4 61 60,4
Total 34 33,7 67 66,3 101 100
Sunber : Data Primer 2022

Tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 101 responden yang

diteliti, responden yang terasa kaku dan memiliki ketergantungan

ADL berjumlah 57 orang (56,4%). Responden yang tidak terasa

kaku dan melakukan ADL secara mandiri jumlah 30 orang

(29,7%).

Hasil uji statistik yang menggunakan uji chi scuare untuk

melihat hubungan sendi kaku dengan ADL lansia didapatkan

bahwa nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya Ho ditolak dan Ha

diterima. Maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara sendi

kaku dengan ADL lansia penderita rheumatoid arthritis di Desa

Makariki.

c. Hubungan pembengkakan sendi dengan ADL lansia penderita

rheumatoid arthritis di Desa Makariki

Tabel 4.9 Hubungan Pembengkakan Sendi Dengan ADL

Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki

Pembengkakan ADL Lansia Jumlah pValue


sendi
Mandiri Tergantun
g
n % n % N %
Tidak bengkak 29 28,7 1 1,0 30 29,7

52
Bengkak 5 5,0 66 65,3 71 70,3 0,000
Tolal 34 33,7 67 66,3 101 100
Sumber : Data Primer 2022

Tabel 4.9 menunjukan bahwa dari 101 responden yang

diteliti, responden yang mengalami pembengkakan sendi dan

memiliki ketergantungan ADL berjumlah 66 orang (65,3%).

Responden yag tidak mengalami pembengkakan sendi dan

melakukan ADL secara mandiri dengan jumlah 29 orang (28,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi scuare untuk

melihat hubungan pembengkakan sendi dengan ADL lansia

didapatkan bahwa nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya Ho ditolak

dan Ha diterima. Maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara

pembengkakan sendi dengan ADL lansia penderita rheumatoid

arthritis di Desa Makariki.

B. Pembahasan

1. Hubungan Nyeri Sendi Dengan ADL Lansia Rheumatoid Arthritis Di

Desa Makariki

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan nyeri

sendi pada lansia dalam tabel 4.3 menunjukan bahwa responden yang

termasuk dalam kategori nyeri ringan berjumlah 5 orang (5%),

responden nyeri sedang berjumlah 37 orang (36,6%) sedangkan

responden dengan nyeri berat berjumlah 59 orang (58,4%). Nyeri sendi

yang di maksud dalam penelitian ini adalah sensasi yang tidak

menyenangkan yang terokalisasi pada suatu bagian tubuh yang

53
biasanya seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit dan seperti

diremas-remas. Hasil penelitian menunjukan bahwa 58,4% lansia yang

berada di Desa Makariki termasuk dalam kategori lansia yang

mengalami nyeri berat.

Hasil yang didapatkan melalui uji statistik dengan menggunakan

uji chi square unutuk melihat hubungan nyeri sendi dengan ADL

lansia pada tabel 4.7 adalah nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya Ho

ditolak dan Ha diterima menunjukan bahwa ada hubungan antara nyeri

sendi dengan ADL lansia penderita rheumatoid arthritis di Desa

Makariki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kartini (2017) yang meneliti tentang hubungan antara nyeri

rheumatoid arthritis dengan tingkat kemandirian ADL pada lansia di

puskesmas klasaman kota sorong dengan nilai p=0,047 (p=<0,05).

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Makariki, diketahui bahwa

responden yang di teliti termasuk dalam kategori nyeri sendi berat dan

mengalami ketergantungan ADL yang berjumlah 59 orang (58,4%).

Hal ini disebabkan karena responden dengan nyeri berat tidak mampu

untuk melakukan ADL secara mandiri. Selain itu, dipicu dengan

adanya rasa takut untuk bergerak yang dialami responden oleh karena

itu responden memiliki ketergantungan dalam melakukan aktivitasnya

sehari-hari. Hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh

Chintyawati (2014), bahwa adanya nyeri sendi pada Rheumatoid

Arthritis membuat penderitanya seringkali takut untuk bergerak

54
sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan dapat menurunkan

produktivitasnya. Penurunan kemampuan muskuloskeletal karena

nyeri sendi dapat juga menurunkan aktivitas fisik dan latihan, sehingga

dapat mempengaruhi lansia dalam melakukan aktivitas kehiduoan

sehari-hari (activity of daily living). Dari kemampuan tersebut dapat

dinilai apakah lanjut usia mandiri atau tergantung pada orang lain.

Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari adalah

kebebasab unutk bertindak, tidak tergantung pada orang lain dalam

merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Semakin mandiri

status fungsional lansia maka kemampuan untuk bertahan terhadap

serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang

menunjukan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dikarenakan responden

mengalami nyeri berat dan memiliki ketergantungan pada anggota

keluarga yang lain sehingga dapat menganggu aktivitas sehari-harinya.

Hasil penelitian ini sesuia dengan penelitian yang di lakukan oleh

Rinajumita (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemandirian lansia di wilayah kerja puskesmas lampasi didapatkan

hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi

kesehatan dengan kemandirian lansia. Secara teori lanjut usia yang

memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka yang secara fisik

dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima. Presentase yang

paling tertinggi adalah mereka yang mempunyai kesehatan baik.

55
Dengan kesehatan yang baik mereka bisa melakukan aktivitas apa saja

dalam kehidupannya sehari-hari seperti mengurus dirinya seediri,

bekerja dan rekreasi.

2. Hubungan Sendi Kaku Dengan ADL Lansia Penderita Rheumatoid

Arthritis Di Desa Makariki

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sendi

kaku pada lansia dalam tabel 4.4 menunjukan bahwa responden yang

termasuk dalam kategori sendi kaku berjumlah 61 orang (60,4%)

sedangkan responden dengan kateregori tidak kaku berjumlah 40 orang

(39,6%). Sendi kaku yang di maksud dalam penelitian ini adalah

keterbatasan rentang gerak yang ditandai dengan kesulitan dalan

melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian menunjukan banwa

60,4% lansia yang berada di Desa Makariki termasuk dalam kategori

lansia yang megalami sendi kaku.

Hasil yang didapatkan melalui uji statistik dengan mengunakan uji

chi square unutk melihat hubungan sendi kaku dengan ADL lansia

dalam tabel 4.8 adalah nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya Ho ditolak

dan Ha diterima menunjukan bahwa ada hubungan antara sendi kaku

dengan ADL lansia penderita rheumatoid arthritis di Desa Makariki. .

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartini

(2017) yang meneliti tentang hubungan antara nyeri rheumatoid

arthritis dengan tingkat kemandirian ADL pada lansia di puskesmas

klasaman kota sorong dengan nilai p=0,047 (p=<0,05).

56
Hasil penelitian yang di lakukan di Desa Makariki diketahui bahwa

responden yang diteliti termasuk dalam kategori lansia dengan sendi

kaku sehingga responden miliki ketergantungan ADL pada anggota

keluarga lainya. Sendi kaku yang dialami oleh responden ini

ditimbulkan dari nyeri sendi yang dirasakan sehingga responden

memiliki ketakutan untuk bergerak dan melakukan aktivitas sehari-

hari. Responden yang diteliti juga mengelukan sering mengalami

kekakuan pada pagi hari yang berlangsung lama dikarenakan oleh

nyeri yang dialami responden. Hal ini sejalan dengan peneltian yang

dilakukan oleh Meilandari (2019) lansia mengatakan mengalami

kekakuan pada pagi hari, nyeri sendi saat digerakan dan apabila terlalu

banyak melakukan gerakan akan bertambahnya nyeri sendi, sehingga

mengakibatkan gangguan aktivitas sehari-hari. Hal ini mendukung

teori yang dikemukakan oleh Leny (2018) suatu bentuk penyakit sendi

yang sering dijumpai pada lansia adalah rheumatoid arthritis. Keluhan

utama rheumatoid arthritis adalah nyeri sendi dan sering kali takut

untuk bergerak sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya dan

dapat menurunkan produktivitasnya. Penurunan kemapuan

muskuloskeletal karena nyeri sendi dapat juga menurunkan aktifitas

fisik dan latiha, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living).

3. Hubungan Pembengkakan Sendi Dengan ADL Lansia Penderita

Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki

57
Distribusi frekuensi katakteristik responden berdarkan

pemengkakan sendi dalam table 4.4 menunjukan bahwa responden

yang termasuk dalam kategori bengkak berjumlah 71 orang (70,3%)

sedangkan responden dengan kategoti tidak bengkak berjumlah 30

orang (29,7%). Pembengkakan sendi yang dimaksud adalah gangguan

inflamasi yang mempengaruhi banyak sendi, termasuk tangan dan

kaki hal ini yang menjadi penyebab rheumatoid arthritis dapat

menimbulkan peradangan pada lapisan sendi yang membengkak,

kemerahan, serta terasa hangat dan lembut ketika di sentuh. Hasil

penelitian menunjukan bahwa 70,3% lansia yang berada di Deasa

Makariki termasuk da;am kategori lansia yang mengalami

pembengkakan sendi.

Hasil yang didapatkan melalui uji statistik dengan menggunakan

uji chi square untuk melihat hubungan pembengkakan sendi dengan

ADL lansia pada tabel 4.9 adalah nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya

Ho ditolak dan Ha diterima menunjukan bahwa ada hubungan antara

pembengkakan sendi dengan ADL lansia penderita rheumatoid

arthritis di Desa Makariki. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kartini (2017) yang meneliti tentang hubungan

antara nyeri rheumatoid arthritis dengan tingkat kemandirian ADL

pada lansia di puskesmas klasaman kota sorong dengan nilai p=0,047

(p=<0,05).

58
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Makariki diketahui bahwa

responden yang diteliti termasuk dalam kategori lansia pembengkakan

sendi dan memiliki ketergantungan ADL pada anggota keluarga

lainnya. Pembengkakan sendi yang biasanya dikelukan oleh responden

adalah pembengkakan pada sendi bagian jari lutut dan kaki dan

mengakibatkan responden tidak dapat melakukan aktivitas sehari-

harinya secara Mandiri tetapi harus dengan bantuan orang lain. Hal ini

sejalan dengan teori Haryono (2013) penyakit rheumatoid arthritis

(rematik) merupakan sistem imun gagsal membedakan jaringan sendiri

dengan benda asing, sehingga meyerang jaringan tubuh sendiri,

khususnya jarinan sinovum yaitu selaput tipis yang melapisi sendi.

Hasilnya dapat menyebabkab sendi bengkak, yang biasa mengalami

pembengkakan serta kelemahan adalah sendi bagian jari, pergelangan

tangan, bahu, lutut dan kaki. Sedangkan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Nuzul (2020) nyeri rheumatoid arthritis akan membuat

lansia merasa tidak nyaman. Selain menimbulkan rasa sakit, nyeri dan

pembengkakan gangguan ini juga dapat menghambat tubuh untuk

beraktivitas. Adanya nyeri sendi dan pembengkakan pada rheumatoid

arthritis membuat penderita seringkali takut untuk bergerak sehingga

mengaggu aktivitas sehari-harinya dan dapat menurunkan aktivitas

fisik dan latihan, sehingga akan mempengaruhi lansia dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.

59
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Ada hubungan antara nyeri sendi dengan Activity Daily Living lansia

pensderita Rheumatoid Arthritis di Desa Makariki. Dengan hasil uji

yang didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05)

60
2. Ada hubungan antara sendi kaku dengan Activity Daily Living lansia

penderita Rheumatoid Arthritis di Desa Makariki. Dengan hasil uji

yang didapatkan nilai p=0,000 (p=<0,05)

3. Ada hubungan antara pembengkakan sendi dengan Activity Daily

living lansia penderita Rheumatoid Arthritis di Desa Makariki.

Dengan hasil uji yang didapatkan nilai p=0,000 (p=0,05)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Kepada lansia penderita Rheumatoid Atrhritis yang berada di Desa

Makariki diharapkan untuk selalu lebih aktif dalam berupaya

mengontrol kesehatan dan terus menerapkan gaya hidup sehat agar

terhindar dari adanya Rheumatoid Arthritis.

2. Kepada peneliti selanjutnya untuk lebih memperluas kajiannya

tentang Rheumatoid Arthritis serta faktor peyebab Rheumatoid

Arthritis yang dialami oleh lansia demi dan guna unutk menambah

pengetahuan tentang Rheumatoid Arthritis yang terjadi pada lansia.

3. Petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan penyuluhan kepada

masyarakat penderita Rheumatoid Atrhritis terkait penyakit dan

upaya-upaya dalam mencegah terjadinya Rheumatoid Atrhritis.

61
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2014. Buku ajar keperawatan gerontik, aplikasi NANDA, NIC, dan

NOC jilid1. Jakarta: Trans Info Media

Ahdinar, A., Hasanuddin, H., & Indar, I. (2014). Faktor yang berhubungan

dengan kejadian penyakit rematik pada lansia diwilayah puskesmas kassi-

kassi kota Makasar. Jurnal Ilmiah kesehatan diagnosis, 4(2), 150-15

Chintyawati, C. (2014). Hubungan Atara Nyeri Reumatoid Artritis Dengan

Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Di Posbindu

62
Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisang Tangerang Selatan

Tingkat.Jakarta: Universitas Negeri Syarif Hidayatullah.

Depkes. (2018). Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI

Ihda Fadila. 2021. Muskuleskeletal, radang sendi dan pengertian Rheumatoid

Arthritis. [Online]

Jazmi, M. S (2016). Faktor Resiko Terjadinya Rematik Artritis Pada Lansia

Diposbindu Wilayah Kerja Puskesmas II Baturaden.

Maryam. 2008. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai

Bagiannya. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal Usia

Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika 2011

Winesha Meilandari, Gamya Tri Utami, Ari Pristiana Dewi (2019). Activity Of

Daily Living Pada Lanjut Usia Yang Menderita Rheumatoid Arthritis.

Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatik. Edisi 3. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Power JD, Badley EM, French MR, Wall AJ, Hawker GA, Fatigue in

Osteoarthritis: A Qualitative Study. BMC Musculoskeletal Disorder, 2008

9(6):1471-2474. doi: 10.1186/147-2474-9-63

63
Rohaedi, S., Putri, S. T., & Kharimah, A. D. (2016). Tingkat kemandirian lansia

dalam activities daily living di panti sosial tresna werdha senja rawi.

Jurnal Pendidikan Keparawatan Indonesia, 2(1), 16-21

Stanlay, M., & Beare, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2.

Jakarta: EGC

Surjana IN. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna Publishing;

Sudoyo, A. W. 2010. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam FKUI, Jakarta.

Sylvia, A. P & Lorraine M. W. 2010. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit. Jakarta: EGC

LAMPIRAN

Lampiran 1: Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN

RESPONDEN DALAM PENELITIAN (INFORMEND CONSENT)

Setelah mendengar penjelasan, mengerti dan menyadari akan pentingnya


penelitan yang dilaksanakan di Desa Makariki dengan judul “ Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Activity Daily Living Lansia Penderita

64
Rheumatoid Arthritis Di Desa Makariki” ini tidak merugikan saya. Serta telah
menjelaskan secara jelas tentang tujuan penelitian, cara pengisian lembar
observasi, oleh karena itu, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh Putri Iren Manakutty, Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia
Maluku.

Demikian lembaran persetujuan ini yang saya isi dengan sebenar-benarnya


agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Makariki, 2022
Responden

(..………..……………………….)

Lampiran 2 : Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ACTIVITY
DAILY LIVING LANSIA PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS
DI DESA MAKARIKI

Tujuan :

Lembar observasi ini dirancang untuk mengetahui “Faktor-faktor yang


berhubungan dengan Activity Daily Living Lansia Penderita Rhaumatoid
Arthritis di Desa Makariki”.

Petunjuk :

65
1. Beri tanda (√) pada jawaban “Ya” atau “Tidak” pada jawaban yang
Bapak/Ibu anggap benar.
2. Berilah tanda (√) pada salah satu angka dibawah ini yang
menggambarkan tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami
rematik (Rheumatoid Arthritis).

A. Data Demografii
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin
[ ] Laki-Laki
[ ] Perempuan

B. Lembar Skala Pengukuran Nyeri Numeric Rating Scale (NRS)

10 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi
denhan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara objektif klien mendesis, menyerengai,
dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-10 : Nyeri berat : secara objektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang.
C. Lembar Observasi Sendi Kaku

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah saudara sering merasa kaku pada pagi hari

2 Apakah saudara sering merasa kaku pada pada

66
bagian sendi seperti tangan dan kaki

3 Apakah saudara sering merasa kaku bila duduk atau


berdiri

4 Apakah saudara sering kesulitan dalam menekuk jari


atau mengepalkan tangan

5 Apakah saudara sering merasa kaku dalam wakti


yang lama

6 Apakah saudara merasa terganggu dengan kekauan


ini

7 Apakah saudara mengalami kesulitan dalam berjalan


dan melakukan aktivitas sehari-hari

D. Lembar Obsevasi Pembengkakan Sendi


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Terdapat pembengkakan pada bagian sendi
2 Adanya nyeri tekan pada bagian sendi yang
mengalami pembengkakan
3 Adanya kemerahan pada bagian sendi yang
membengkak
4 Terasa hangat dan lembut ketika disentuh
5 Aktivitas terbatas karena pembengkakan
6 Pembengkakan pada sendi berlangsung pada
waktu yang lama

E. Lembar Observasi ADL Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis


No Aktivitas Mandiri Tidak
(Ya) Mandiri
(Tidak )
1 Mandi dikamar mandi ( menggosok,
membersihkan, dan mengeringkan
badan)

67
2 Berpakaian (termasuk memasang tali
sepatu dan menutup retsleting)
3 Makan makanan yang telah di siapkan
4 Kebersihan diri (cuci muka, menyisir,
bercukur jenggot, gosok gigi)
5 Berdiri dan jongkok di toilet/WC
(melepas/memakai pakaian,
membersihkan kemaluan, menyiram
WC)
6 Mengintrol buang air kecil
7 Mengontrol buang air besar
8 Berjalan di lantai yang datar atau
mengayuh kursi roda sendiri
9 Naik dan turun tangga
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan yang di anut
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti
merapikan tempat tidur, mencuci
pakaian, dan membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri
atau kebutuhan keluarga
13 Menggunakan sarana transportasi
umum untuk berpergian
14 Melakukan aktivitas diwaktu luang
(kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi,
Olahraga, dan menyalutkan hobby)

Lampiran 3 : Hasil Olah Data

Statistics

68
Kode
Respond Nyeri sendi pembengkak ADL
en usia Sendi kaku an sendi Lansia

N Valid
101 101 101 101 101 101

Miss
0 0 0 0 0 0
ing
Mean
1.45 1.47 1.40 1.30 1.66

Std. Error
.067 .059 .049 .046 .047
of Mean
Median
1.00 1.00 1.00 1.00 2.00

Mode
1 1 1 1 2

Std.
.670 .593 .492 .459 .475
Deviation
Variance
.450 .351 .242 .211 .226

Range
2 2 1 1 1

Minimum
1 1 1 1 1

Maximum
3 3 2 2 2

Sum
146 148 141 131 168

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60-70 66 65.3 65.3 65.3

71-80 25 24.8 24.8 90.1

>81 10 9.9 9.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

69
jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 60 59.4 59.4 59.4

laki-laki 41 40.6 40.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Nyeri Sendi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Nyeri Berat 59 58.4 58.4 58.4

Nyeri sedang 37 36.6 36.6 95.0

Nyeri ringan 5 5.0 5.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

sendi kaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid terasa kaku 61 60.4 60.4 60.4

tidak terasa kaku 40 39.6 39.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

pembengkakan sendi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bengkak 71 70.3 70.3 70.3

Tidak Bengkak 30 29.7 29.7 100.0

Total 101 100.0 100.0

ADL Lansia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid mandiri 34 33.7 33.7 33.7

tergantung 67 66.3 66.3 100.0

Total 101 100.0 100.0

70
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kategori Nyeri Sendi *


101 100.0% 0 0.0% 101 100.0%
kategori ADL Lansia
kategori sendi kaku *
101 100.0% 0 0.0% 101 100.0%
kategori ADL Lansia
kategori pembengkakan
101 100.0% 0 0.0% 101 100.0%
sendi * kategori ADL Lansia

Kategori Nyeri Sendi * kategori ADL Lansia

Crosstab

kategori ADL Lansia

mandiri tergantung Total

Kategori Nyeri Nyeri Berat Count 4a 55b 59


Sendi % within Kategori Nyeri
6.8% 93.2% 100.0%
Sendi

% within kategori ADL


11.8% 82.1% 58.4%
Lansia

% of Total 4.0% 54.5% 58.4%

Residual -15.9 15.9

Standardized Residual -3.6 2.5

Adjusted Residual -6.8 6.8

Nyeri sedang Count 26a 11b 37

% within Kategori Nyeri


70.3% 29.7% 100.0%
Sendi

% within kategori ADL


76.5% 16.4% 36.6%
Lansia

% of Total 25.7% 10.9% 36.6%

71
Residual 13.5 -13.5

Standardized Residual 3.8 -2.7

Adjusted Residual 5.9 -5.9

Nyeri ringan Count 4a 1b 5

% within Kategori Nyeri


80.0% 20.0% 100.0%
Sendi

% within kategori ADL


11.8% 1.5% 5.0%
Lansia

% of Total 4.0% 1.0% 5.0%

Residual 2.3 -2.3

Standardized Residual 1.8 -1.3

Adjusted Residual 2.2 -2.2


Total Count 34 67 101

% within Kategori Nyeri


33.7% 66.3% 100.0%
Sendi

% within kategori ADL


100.0% 100.0% 100.0%
Lansia

% of Total 33.7% 66.3% 100.0%

Each subscript letter denotes a subset of kategori ADL Lansia categories whose column
proportions do not differ significantly from each other at the ,05 level.

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)

Pearson Chi-Square 46.106a


2 .000
Likelihood Ratio 49.743 2 .000
Linear-by-Linear Association 41.707 1 .000
N of Valid Cases 101

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,68.

72
kategori sendi kaku * kategori ADL Lansia

Crosstab

kategori ADL Lansia

mandiri tergantung Total

kategori sendi terasa kaku Count 4a 57b 61


kaku % within kategori sendi
6.6% 93.4% 100.0%
kaku

% within kategori ADL


11.8% 85.1% 60.4%
Lansia

% of Total 4.0% 56.4% 60.4%

Residual -16.5 16.5

Standardized Residual -3.6 2.6

Adjusted Residual -7.1 7.1

tidak terasa Count 30a 10b 40


kaku % within kategori sendi
75.0% 25.0% 100.0%
kaku

% within kategori ADL


88.2% 14.9% 39.6%
Lansia

% of Total 29.7% 9.9% 39.6%

Residual 16.5 -16.5

Standardized Residual 4.5 -3.2

Adjusted Residual 7.1 -7.1


Total Count 34 67 101

% within kategori sendi


33.7% 66.3% 100.0%
kaku

% within kategori ADL


100.0% 100.0% 100.0%
Lansia

% of Total 33.7% 66.3% 100.0%

Each subscript letter denotes a subset of kategori ADL Lansia categories whose column
proportions do not differ significantly from each other at the ,05 level.

73
kategori pembengkakan sendi * kategori ADL Lansia

Crosstab

kategori ADL Lansia

mandiri tergantung Total

kategori Bengkak Count 5a 66b 71


pembengkakan sendi % within kategori
7.0% 93.0% 100.0%
pembengkakan sendi

% within kategori ADL


14.7% 98.5% 70.3%
Lansia

% of Total 5.0% 65.3% 70.3%

Residual -18.9 18.9

Standardized Residual -3.9 2.8

Adjusted Residual -8.7 8.7

Tidak Count 29a 1b 30


Bengkak % within kategori
96.7% 3.3% 100.0%
pembengkakan sendi

% within kategori ADL


85.3% 1.5% 29.7%
Lansia

% of Total 28.7% 1.0% 29.7%

Residual 18.9 -18.9

Standardized Residual 5.9 -4.2

Adjusted Residual 8.7 -8.7


Total Count 34 67 101

% within kategori
33.7% 66.3% 100.0%
pembengkakan sendi

% within kategori ADL


100.0% 100.0% 100.0%
Lansia

% of Total 33.7% 66.3% 100.0%

Each subscript letter denotes a subset of kategori ADL Lansia categories whose column
proportions do not differ significantly from each other at the ,05 level.

74
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 75.858a 1 .000


Continuity Correctionb 71.897 1 .000
Likelihood Ratio 84.093 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
75.107 1 .000
Association
N of Valid Cases 101

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,10.
b. Computed only for a 2x2 table

75
Lampiran 4 : Master Tabel

MASTER TABEL

Nyeri Sendi AD
No No Responden Usia Jenis Kelamin Pembengkakkan Sendi
Sendi Kaku L
1 R1 60-70 laki-laki 1 1 2 2
2 R2 60-70 Perempuan 1 1 1 1
3 R3 71-80 Perempuan 2 2 2 1
4 R4 60-70 laki-laki 2 2 2 1
5 R5 60-70 Perempuan 2 2 2 1
6 R6 >81 Perempuan 1 1 1 2
7 R7 71-80 laki-laki 2 2 2 1
8 R8 60-70 Perempuan 3 2 2 1
9 R9 71-80 Perempuan 3 2 2 1
10 R10 71-80 Perempuan 1 1 1 2
11 R11 60-70 laki-laki 2 2 2 1
12 R12 71-80 Perempuan 1 1 1 2
13 R13 >81 Perempuan 2 2 1 2
14 R14 >81 laki-laki 2 2 1 2
15 R15 71-80 Perempuan 2 2 1 2
16 R16 60-70 laki-laki 2 2 2 1
17 R17 71-80 Perempuan 2 2 2 1
18 R18 60-70 Perempuan 2 2 1 1
19 R19 >81 Perempuan 3 2 1 2
20 R20 60-70 laki-laki 2 2 2 1
21 R21 71-80 Perempuan 2 2 2 1
22 R22 60-70 Perempuan 1 1 2 1
23 R23 71-80 laki-laki 1 1 1 2
24 R24 60-70 Perempuan 1 1 1 2
25 R25 60-70 Perempuan 1 1 1 2
26 R26 60-70 laki-laki 2 2 2 1
27 R27 71-80 Perempuan 2 2 2 1
28 R28 60-70 laki-laki 1 1 1 1
29 R29 60-70 Perempuan 1 1 1 1
30 R30 60-70 laki-laki 1 1 1 2
31 R31 60-70 Perempuan 2 2 2 1
32 R32 60-70 laki-laki 1 1 1 2
33 R33 60-70 Perempuan 1 1 1 2
34 R34 60-70 laki-laki 2 2 2 1
35 R35 60-70 laki-laki 1 1 1 2
36 R36 60-70 Perempuan 2 2 2 1
37 R37 60-70 Perempuan 2 2 2 1
38 R38 60-70 Perempuan 2 2 2 1
39 R39 71-80 Perempuan 1 1 1 2
40 R40 71-80 Perempuan 1 1 1 2
41 R41 71-80 Perempuan 1 1 1 2
42 R42 60-70 Perempuan 1 1 1 2
43 R43 60-70 laki-laki 2 2 1 2
44 R44 >81 Perempuan 1 1 1 2
45 R45 71-80 Perempuan 1 1 1 2

1
46 R46 60-70 Perempuan 1 1 1 2
47 R47 60-70 Perempuan 2 2 2 1
48 R48 60-70 laki-laki 1 1 1 2
49 R49 60-70 laki-laki 1 1 1 2
50 R50 60-70 Perempuan 2 2 1 1
51 R51 60-70 laki-laki 2 2 2 1
52 R52 60-70 Perempuan 2 2 1 2
53 R53 60-70 Perempuan 2 2 2 1
54 R54 60-70 laki-laki 1 1 1 2
55 R55 60-70 laki-laki 2 2 1 2
56 R56 60-70 laki-laki 1 1 1 2
57 R57 60-70 laki-laki 1 1 1 2
58 R58 60-70 Perempuan 1 1 1 2
59 R59 71-80 laki-laki 1 1 1 2
60 R60 71-80 Perempuan 1 1 1 2
61 R61 60-70 laki-laki 2 2 2 1
62 R62 71-80 Perempuan 1 1 1 2
63 R63 >81 laki-laki 1 1 1 2
64 R64 60-70 laki-laki 2 2 2 1
65 R65 >81 Perempuan 1 1 1 2
66 R66 60-70 laki-laki 2 2 2 1
67 R67 60-70 laki-laki 3 2 2 1
68 R68 60-70 Perempuan 1 1 1 2
69 R69 60-70 laki-laki 1 1 1 2
70 R70 60-70 Perempuan 1 1 1 2
71 R71 60-70 laki-laki 1 1 1 2

2
72 R72 >81 Perempuan 1 1 1 2
73 R73 60-70 Perempuan 2 1 1 2
74 R74 60-70 Perempuan 1 1 1 2
75 R75 71-80 Perempuan 1 1 1 2
76 R76 71-80 laki-laki 1 1 1 2
77 R77 60-70 Perempuan 2 2 1 2
78 R78 71-80 laki-laki 1 1 1 2
79 R79 60-70 Perempuan 2 2 2 1
80 R80 71-80 Perempuan 1 1 1 2
81 R81 71-80 Perempuan 1 1 1 2
82 R82 60-70 laki-laki 2 2 1 2
83 R83 60-70 laki-laki 2 2 1 2
84 R84 60-70 Perempuan 1 1 1 2
85 R85 60-70 laki-laki 1 1 1 2
86 R86 60-70 Perempuan 1 1 1 2
87 R87 >81 Perempuan 1 1 1 2
88 R88 60-70 laki-laki 2 2 2 1
89 R89 60-70 Perempuan 1 1 1 2
90 R90 60-70 laki-laki 1 1 1 2
91 R91 60-70 laki-laki 1 1 1 2
92 R92 60-70 Perempuan 1 1 1 2
93 R93 60-70 laki-laki 1 1 1 2
94 R94 >81 laki-laki 1 1 1 2
95 R95 71-80 Perempuan 1 1 1 2
96 R96 71-80 Perempuan 2 1 1 2
97 R97 60-70 Perempuan 1 1 1 2

3
98 R98 71-80 laki-laki 1 1 1 2
99 R99 60-70 Perempuan 3 2 2 1
100 R100 60-70 Perempuan 1 1 1 2
101 R101 60-70 Perempuan 1 1 1 2

Keterangan :
Nyeri Sendi : 1 Nyeri Berat
2 Nyeri Sedang
3 Nyeri Ringan

Sendi Kaku : 1 Terasa Kaku


2 Tidak Terasa Kaku

Pembengkakan Sendi: 1
Bengkak
2 Tidak Bengkak

ADL Lansia : 1 Mandiri


2 Tergantung

4
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian
1
2
3
Lampiran 6 : SK Pembimbing

4
Lampiran 7 : Surat Ijin pengembilan Data awal

5
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian

6
Lampiran 9 : Surat Rekomendasi Penelitian

7
8
Lampiran 10 : Surat Pemgembalian Selesai Penelitian

Anda mungkin juga menyukai