Jurusan Keperawatan
NOVIANTI RUSLI
P00320015039
NIM : P00320015039
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Novianti Rusli
ABSTRAK
Kata Kunci: Pasien post operasi kista ovarium dan Teknik relaksasi napas dalam
Daftar Pustaka : 12 (2006-2018)
Motto
Ketika pohon iman telah tertanam dalam hati seseorang yang berdiri
hari dengan izin tuhannya yang didukung oleh “minyak pertolongan ilahiah”
Iman berfungsi untuk mengarahkan jiwa menuju nilai yang bermakna dan
abadi, menuju negeriakhirat yang lestari, serta menuju Allah SWT yang
Keluarga Saya Terutama Kedua Orang Tua, Saudaraku, Kakek Dan Nenek,
A. IDENTITAS PENULIS
3. Agama : Islam
7. No Hp :082188303922
B. PENDIDIKAN
saat ini
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberi rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, dan ketenangan jiwa
sehingga Proposal peneliti yang berjudul “Penerapan Manajemen Nyeri Teknik
Relaksasi Napas Dalam Pada Ny. L Dengan Post Operasi Kista Ovarium Di
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan sebagai
syarat dalam menyelasaikan pendidikan Deploma III ( D III ) Di Politeknik
Kesehatan Kementtrian Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmia ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmia ini dan agar dapat meningkatkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmia ini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Anita Rosanty
pembimbing II.
atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama ini.
6. Spesial Kedua orang Tua Bapak Rusli Muhammad dan Ibu Jajia M Saleh serta
Adikku Maryono, Mirda, Riska dan semua anggota keluarga yang selalu
7. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang tidak bisa
peneliti sebutkan satu persatu namanya yang telah memberi dukungan dan
bantuannya.
8. Seluruh sahabat dan teman-teman Volunteer Sultra Island Care yang tidak
pembaca menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para pembaca
Penilis
Novianti Rusli
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kista Ovarium........................................................................ 6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kista Ovarium .................................... 19
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Rasa Nyaman...................................... 28
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Healt Organitation (WHO) pada tahun 2015 angka kejadian kista
ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju rata-rata 10/100000, kecuali jepang
kesehatan indonesian (SDKI) 2014, angka kejadian kista ovarium menduduki urutan
kelima terbahaya dari gangguan sistem reproduksi. Resiko yang paling ditakuti dari
kista ovarium yaitu mengalami terpuntir (kista yang berisi banyak aliran darah )
sehingga menimbulkan nyeri akut perdarahan atau infeksi sehingga kista ovarium
ovarium terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung kerahim oleh
dan progesterone. Fungsi ovarium dapat terganggu oleh penyakit akut dan
bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis pada
pasien muda yang sehat. Salah satu tindakan yang akan dilakukan untuk tindakan
poat operasi kista ovarium untuk mengurangi nyeri adalah tehnik relaksasi napas
dalam (Nurarif, 2015). Tehnik relaksasi napas dalam mampu mengungi nyeri.
karena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya. Munculnya nyeri nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin
yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding
arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat
adanya stimulasi atau ransangan. Stimulasi hal tersebut dapat berupa zat kimiawi
2017 pengaruh tehnik relaksasi pada post operasi kista ovarium, menunjukan
bahwa tehnik relaksasi napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post
operasi kista ovarium sebelum dilakukan tehnik relaksasi napas dalam pasien
rata-rata memiliki skala nyeri 8 dari skala nyeri (1-10) sebelum dilakukan tehnik
kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau tepuntir sehingga menimbulkan nyeri
akut, perdarahan, atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium
Tingginya angka kematian karena penyakit ini dikarenakan tanpa adanya gejala dan
60% sampai70% pasien datang pada stadium lanjut insiden kista ovarium itu 70%
dari populasi wanita dan 85% bersifat jinak. Lebih dari 80% kematian akibat tumor
ovarium terjadi pada usia 35-75 tahun karena tumor ini sulit untuk di diagnosis,
Angka kejadian kista ovarium di indonesia tahun 2015 sebanyak 23.400 orang
dan yang meninggal 13.900 orang . angka kematian yang tinggi disebabkan karena
penyakit ini bersifat asomatik dan baru menimbulkn keluhan apabila sudah stadium
lanjut ( Kemenkes). Data yang diperoleh dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara Pada Tahun 2015 angka kejadian kista ovarium sebanyak 79 kasus dari
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 20 maret 2018 Didapatkan data
Rawat Inap Untuk Kista Ovarium :Tahun 2015 penderita kista ovarium yang paling
tertinggi usia 45-64 tahun 7 orang, Tahun 2016 penderita kista ovarium yang paling
tertinggi usia 45-64 tahun 7 orang, Tahun 2017 penderita kista ovarium yang paling
tertinggi usia 25-44 tahun 15 orang. Rawat jalan untuk kista ovarium :Tahun 2015
penderita kista ovarium yang paling tertinggi usia 25-44 tahun 46 orang, Tahun 2016
penderita kista ovarium yang paling tertinggi usia 25-44 tahun 52 orang, Tahun 2017
penderita kista ovarium yang peling tertinggi usia 25-44 tahun 72 orang. Pada tahun
2017 pendetita kista ovarium post operasi dalam satu bulan adalah 6 orang
kista ovarium pada usia 25-44 tahun berjumlah 44 orang dari 50 sample karena pada
usia ini adalah masa produktif dimana ovarium menghasilkan seltelur setiap bualan
dan jika ovarium tidak dibuahi oleh sperma maka sel-telur akan membusuk dan akan
dikeluarkan dalam bentuk menstruasi, jika ovariumnya tidak bermasalah maka setiap
bulan ovarium akan melepaskan sel-telur yang membusuk ( tidak dibuahi oleh sperma
) oleh karena itu penyebab kista ovarium sala satunya adalah siklus menstruasi tidak
normal. Kista ovarium juga jarang terjadi pada masa puberitas dan menopause.
Sulewesi Tenggara dan data penelitan sebelumnya yang terkait dengan hubungan
kejadian kista ovarium berdasarkan faktor usia peneliti tertarik meniliti kista
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
ovarium )
2. Tujuan khusus
ovarium )
D. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Kebanyakan kista ovarium adalah asimtomatis dalam waktu yang cukup lama
atau bisa juga menimbulkan gejala tetapi tidak spesifik. Menstruasi bisa tidak
menimbulkan rasa nyeri tumpul, unilateral, pada bagian bawa abdomen. Pasien
juga merasa berat pada daerah pelvis yang bisa disertai dengan cepat mersa
banyak menyerang wanita. Kista atau tumor yang merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang
ganas atau kanker. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa
Kista ovarium merupakan suatu tumor baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat,, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor
ovarium yang besar dapat disebabkan kelainan letak janin atau dapat
2011)
2. Klasifikasi
1) Kista folikel
Kista folikel ini berasal dari graaf yang tidak sampi berovulasi,
namun tunggu terus menjadi kista folikel, atau dan beberapa folikel
sering kali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi dan cairan
yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Kista ini biasanya
panggul, jika kista tidak robek biasanya menyusut sampai 2-3 kali
siklus menstruasi
2) Kista korpus luteum
cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista
kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum
menstruasi
3) Kista Techa-lutein
dan lebih jarang diibbanding dengan kista folikel atau kista corpus
lutein.
Kista teka lutein diisi oleh cairan kuning-kuningan secara
Garry ,F 2010)
1) Kistadenoma
Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan ataupun kiri. Gejala
2) Kista dermoid
terletak didalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.
ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu
ovarium. Gejala utamanya yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau
bersenggama.
3. Etiologi
hipotalamus. Penyebab tumbuhnya kista ovarium adalah gagalnya sel telur atau
g. Menstruasi dini, yang terjadi diusia 11 tahun atau lebih muda lagi
i. Ketidakseimbangan hormonal
j. Penggunaan pil KB
k. Kehamilan multiple
l. Genetik
m. Merokok
b. Kista neoplasma
1) Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
a. Kista dermoid, tumor barasal dari sel telur melalui pada proses
4. Manifestasi Klinis
adanya gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan
ditemukan pada saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu
bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut
Pada umumnya kista adenoma ovari serosum tak mempunyai ukuran yang
biasa licin akan tetapi dapat pula berbagai karena ovariumpun dapat berbentuk
abuan.Tanda dan gejala yang sering muncul oada kista ovarium adalah :
f. Gangguan haid
berkemi
i. Asites
Manuaba2009)
5. Patofisiologi
Kista non neoplastik sering ditemukan tapi bukan masalah serius. Kista
dianggap sebagai varian fosiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal
dari folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multiple ovarium dan timbul langsung dibawah lapisan serosa
yang menutupi ovarium, biasanya kecil dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil kista ini dilapisi granulose atau sel
teka, tetepi sering dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat
Pembesaran ovarium
Kelemahan otot
pernapasan
Diskontuinit
as jaringan
Tidak mampu
mengeluarkan
Nyeri sekret
Penumpukan
sekret
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
ovarium. Jika kista yang besar menekan kandungg kemih akan mengakibatkan
dan yang paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang
adalah nyeri perut unilateral yang biasanya turun kekaki. Pda kondisi
pad 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio
bisa dilakukan. Jika pembedahan torsio lebih dari 6 jam dan tuba
c. Infeksi
7. Pemeriksaansering penunjang
adanya kista
d. Foto roontgen
8. Penatalaksanaan
bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis
pada pasien muda yang sehat. kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menhilangakn kista. Sekitar 80% lesi yang
terjadi pada wanita berusia 29 dan lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun
hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operatif setelah pembedahan untuk
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah
samapi dengan suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat
(Suzanne,S, C)
tumor. Akan tetapi jika ada komlikasi atau tumornya besar, peril dilakukan
Asuhan post operasi merupaksan hal yang berat karena keadaan yang
keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesic
boleh mngendarai atau menyetir untuk tiga sampai empat mingggu, hindarkan
sampai enam minggu setelah operasi, control evaluasi pasca bedah sesuai
anjuran (Long,1996)
1. Pengkajian
pengkajiannya meliputi :
1. Biodata
masuk
2. Riwayat kesehatan
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
Pengkajian post operasi
2. Diagnosa keperawatan
Post operasi
pembedahan
berlangsung digunakan
1. Pertahanan protection)
Tanda-tanda meningkatkan
Luka perlindungan
dan gejala
infeksi sistemik
5. Anjurkan klien
atau keluarga
untuk menjaga
personal hygiene
dan melindungi
tubuh terhadap
infeksi
6. Ajarkan klien
dan keluarga
tentang tanda-
infeksi
meningkat penyebab
Klien gangguan
kemampuan mentoleransi
keempat
ekstremitas
Ajarkan latihan
klien
jam
Pastikan klien
sebelum diberikan
latihan
n konsistensi riwayat
BAB lunak penggunaan
obstetric
Klien BAB satu
2. Palpasi adanya
distensi abdomen,
perkusi bunyi
dullnes dan
auskultasi bunyi
klien dengan
konstipasi
klien BAB
4. Anjurkan makan
makanan yang
berserat
5. Anjurkan minum
hari
4. Implementasi
5. Evaluasi
subjektifkarena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Munculnya nyeri nyeri berkaitan erat
dengan reseptor dan adanya rannsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah
nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau
bah kan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya
pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri
dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau ransangan. Stimulasi hal
dan macam-macam asam yang dilepaskan terdapat kerusakan pada jaringan akibat
kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau
mekanis. Nyeri di bagi menjadi dua yaitu nyeri akut dab nyeri kronik.
bertahun-tahun
6. Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi
lebih jelas
1. Pengkajian nyeri
Tidakan yang perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selam
nyeri
1) Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul)
Untuk pengkajian episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klian
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih
tersebut diantaranya:
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan obserfasi bagian-
mencetuskan nyeri.
klien. Untukk melokalisasi nyeri yang lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus
sedang, nyeri barat. Hal ini juga bias disebabkan karena memang
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dari
pertama post operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada
pada skala 4.
5) Durasi ( T: time)
dirasakan? “apakah nyeri yang dirasakan pada waktu / yang sama setiap
hari?” seberapa sering nyeri kambu? Atau dengan kata-kata lain yang
semakna.
yang sakit, meditasi atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan
nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut Noart American
dan tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat
intensitas yang ringan sampai berat, dapat diperdiksi untuk berakhir dan
apabila data dan analisa data pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.
Diagnosa-diasnosa keperawatan yang akan mucul pada pasien dengan
gangguan nyeri
3) proses melahirkan
2) jaringan perut
3) kanker maligna
1) nyeri muskoloskeletal
2) nyeri insisi
keperawatan :
1) Relaksasi
ketegangan otot
air hangat
masase)
g) Nyeri kronis
meningkatkan nyeri
nyerinya
diresepkan
kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan
perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non
a. Tindakan farmakologis
anagesik non opiate, (2) analgesic opiate dan (3) analgesic adjuvant
analgesic non opiate ini meliputi nyeri yang bersifat ringan sampai
opiat.
neuron afferent, sehingga impuls nyeri akan terhenti pada spinal kord
invasif sehingga ketika klien dan keluarga dapat melakukan dengan efektif
antara lain:
2) Bimbingan antisipasi
jujur pada klien, jangan mengatakan pada klien bahwa klien tidak
3) Relaksasi
merasakan relaksasi
4) Imajinasi terbimbing
5) Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengakiihan perhatian pasien ke
6) Stimulasi kutaneus
mudah untuk diajarkan pada klien dan keluarga sehingga klien dapat
A. Desain Penelitian
penerapan pada pasien kista ovarium dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di
Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu yang pengalami
gangguan sistem reproduksi dengan diagnosa medis kista ovarium dan mengalami
masalah pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan kriteria Kriteria iklusi yaitu :
Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
pada pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan” Teknik Relaksasi
Tenggara
1. Tujuan ( NOC )
mengurangi nyeri
berlangsung
2. Intervensi (NIC)
pencetus
napas dalam)
digunakan
D. Defenisi Operasional
1. Pasien kista ovarium yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah pasien yang
abdnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong dengan tanda nyeri pada
bagian bawah perut yang sangat menonjol dan akan dilakukan operasi
2. Kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan kedua dari kebutuhan fisiologis yang
harus terpenuhi setiapa orang yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah
ovarium teknik yang suda di ajarkan oleh perawat yaitu teknik relaksasi napas
dalam.
3.Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
respirasi serta penurunan ketegangan otot. Contoh tindakan relaksasi yang dapat
keperawatan, evaluasi keperawatan dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensi
dukumentasi
2. Format pengkajian analisa data yang terdiri dari :Nama pasien, nomor rekam
3. Format diagnose keperawatan yang terdiri dari: Nama pasien, nomor rekam
4. Format rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari : Nama pasien, nomor
6. Format evaluasi keperawatan yang terdiri dari : Nama pasien, nomor rekamm
7. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data
pengkajiannya meliputi :
1. Biodata
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek studi
1) Wawancara
2) Observasi
syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti
a) Inspeksi
mengumpulkan data.
b) Palpasi
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah untuk
c) Perkusi
d) Auskultasi
menggunakan stetoskop.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Data
a. studi dokumentasi
melainkan ke dokumen
c. studi kepustakaan
Sulawesi tenggara
tujuan penelitian
keluarga
tahun 2018
H. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tekstular atau narasi
disertai dengan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan data
pendukungnya.
1) Hak untuk self determination, subjek studi memiliki otonomi dan hak untuk
membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari
2) Hak terhadap Privacy Dan Dignity. subjek studi memiliki hak untuk dihargai
tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka
yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi
menjamin.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata
bugis,diagnosa medis kista ovarium, masuk rumah sakit selasa 10 juli 2018
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien yaitu nyeri pada perut bagian bawah sejak 4 hari
pasien lemah, pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah khususnya
pada luka operasi, pasien nampak meringis, pasien nampak pucat tekanan
pernah mengalami operasi yang sama dengan pasien yaitu operasi kista
ovarium
abdomen, terdapat luka bekas operasi, pasien mengeluh nyeri pada perut
f. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
teratur, lama haid 5 hari, hari pertama haid terakhir ( HPHT ) Tanggal 2
bulan juni 2018, pasien mengatakan pada saat menstruuasi tiga tahun
2) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan belum pernah hamil
Q : Seperti ditusu-tusuk
S : 9 ( 0-10 )
T ; Terus menerus
h. Data Penunjang
kiri ukurannya 9 cm
Laboratorium :
HB :12,3
CT : 6,33
BT : 3,10
SGPT : 18
SGOT : 19
Ureum : 23
Kreatinin : 1,6
i. Terapi Pengobatan
Cefotaxin 1gr drips/24 jam, buscopan 1amp/8 jam, Erdipine 1amp/8 jam,
Ranitidine 1amp/12 jam, mefenamicacid tablet 500 mg 3x1, ferrous tablet
2x1.
2. Variabel Penelitian
selama 4 hari dengan frekuensi latihan 4-6 kali sehari, sebelum dilaksanakan
Tabel 4.2
kualitas, intensitas
Klien dapat
atau beratnya nyeri
mengetahui
dan faktor pencetus
penyebab nyeri
7. Observasi
klien mampu
adanya petunjuk non
menggunakan
verbal mengenai
teknik non
ketidaknyamanan pada
farmakologi
pasien yang tidak
untuk
dapat berkomunikasi
mengurangi
secara efektif
nyeri
8. Gunakan strategi
klien melaporkan
nyeri berkurang komunikasi terapeutik
hasil : 9. Ajarkan
tubuh dalam)
berlangsung
4. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.3
fisik komprehensif
P : Melakukan
aktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 9 dari 0-10
T : Terus menerus
2. Observasi adanya
petunjuk non
verbal mengenai
ketidaknyamanan.
Hasil :
penu dengan
keributan
3. Mengajarkan
teknik relaksasi
napas dalaam
Hasil :
Klien mengerti
4. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
Hasil :
meringis
5. Mengajarkan
teknik relaksasi
napas dalam
19.00 Hasil :
6. Mengajarkan
teknik relaaksasi
napas dalam
00.00 Hasil :
teknik relaksasi
napas dalam
Hasil :
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 7 dari 0-10
T : Terus- menerus
2. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
3. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
10.00 4. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 7 dari 0-10
T : Terus- menerus
5. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
6. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri tetap 7
dari 1-10
13.00 7. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 7 dari 0-10
T : Terus- menerus
8. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
9. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri
berkurang dari 7
menjadi 6
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 6 dari 0-10
T : Terus- menerus
relaksasi napas
dalam
12. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 6 dari 0-10
T : Terus- menerus
relaksai napas
dalam
15. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri tetap 6
dari 1-10
3 Nyeri akut 13 08.00 1. Melakukan
fisik komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 6 dari 0-10
T : Terus- menerus
2. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
3. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
13.00 4. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 6 dari 0-10
T : Terus- menerus
5. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
6. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
14.00 7. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 5 dari 0-10
T : Terus- menerus
8. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
9. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 0-10
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 5 dari 0-10
T : Terus- menerus
dalam
12. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri
berkurang menjadi
4 dari 1-10
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 4 dari 0-10
T : Terus- menerus
relaksasi
15. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 4 dari 0-10
T : Terus- menerus
relaksasi napas
dalam
18. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
fisik komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 4 dari 0-10
T : Terus- menerus
2. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
3. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
10.00 4. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 4 dari 0-10
T : Terus- menerus
5. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
6. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri
berkuran 4 ke 3
dari 1-10
11.00 7. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 43 dari 0-10
T : Terus- menerus
8. Penerapan teknik
relaksasi napas
dalam
9. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri
berkurang 3 ke 2
dari 1-10
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk
R : Hipogastri
(region 8)
S : 2 dari 0-10
T : Terus- menerus
relaksasi napas
dalam
12. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
dari 1-10
Imlementasi keperawatan kebutuhan rasa nyaman
kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan
perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non
5. Evaluasi
5
Pre tindakan
4
Post tindakan
3
2
1
0
13 17 19 0
waktu Pemberian
8
7
6
5
Skala Nyeri
4
Pre tindakan
3
Post tindakan
2
1
0
8 10 13 16 22
Waktu Pemberian
5
Skala Nyeri
3 Pre Tindakan
Post Tindakan
2
0
8 13 14 15 18 23
Waktu Pemberian
4
Skala Nyeri
2 Pre tindakan
1 Post tindakan
0
9 10 11 12
Waktu Pemberian
Dari data tersebut dapat dilihat adanya penurunan skala nyeri pre dan post
penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam pada hari ke-1 sampai hari ke-4.
Pada hari pertama pukul 13.00 saat pengukuran skala nyeri hasilnya yaitu 9 dari 0-
10 ( nyeri berat ) kemudian pada pukul 14.00 pasien diberi terapi obat injeksi
Cefotaxim 1 amp. Kemudian pada pukul 15.00 dilakukan pengukuran skala nyeri
dan hasilnya 8 dari 0-10 ( nyeri berat ) dan pada saat dilakukan penerapan teknik
relaksasi napas dalam skala nyeri tidak berkurang atau menurun. Kemudian pada
pukul 17.00 dan 19.00 dilakukan pengukuran skala nyeri hasilnya yaitu 8 dari 0-10 (
nyeri berat ) kemudian dilakukan penerapan teknik ralaksasi napas dalam skala
nyerinya tidak berkurang atau menurun, pada pukul 00.00 dilakukan penerapan
teknik relaksasi napas dalam skala nyeri tetap sama tidak berkurang atau menurun
hasilnya 8 dari 0-10 ( nyeri berat ). Pada hari kedua diberikan terapi obat pukul
06.00 injeksi Buscopan 1 amp, injeksi Erdipine 1 amp, injeksi Ranitidine 1 amp.
Pada pukul 08.00 dilakukan pengukuran skala nyeri hasil 7 (nyeri berat) saat
dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri tidak
berkurang atau menurun. Kemudian pada pukul 10.00 dilakukan pengukuran nyeri
hasilnya 7 ( nyeri berat ) saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas
dalam skala nyeri pasien tidak berkurang masih tetap 7. Pada pukul 13.00
tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri pasien menjadi 6 (nyeri sedang) .
Pukul 16.00 dan 22.00 skala nyeri 6 ( nyeri sedang ) dan pada saat penerapan
tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri tetap 6 (nyeri sedang) tidak berkurang
atau menurun. Pada hari ke-3 pukul 08.00 dilakukan pengukuran skala nyeri 6 (
nyeri sedang ) pada saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam
nyeri nyeri tidak berkurang masi tetap 6 ( nyeri sedang ), Pukul 13.00 dilakukan
pengukuran nyeri skala nyeri 6 ( nyeri sedang ) dan dilakukan penerapan tindakan
teknik relaksasi napas dalam skala nyeri pasien berkurang menjadi 5 ( nyeri sedang
). Pada pukul 14.00 diberi terapi obat injeksi Buscopan 1 amp, injeksi Erdipine 1
amp. saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri 5 (
nyeri sedang ), pukul 15.00 dilakukan pengukuran skala nyeri dipatkan hasil 5 (
nyeri sedang ) pada saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam
nyeri berkurang menjadi 4 ( nyeri sedang ), Pukul 18.00 dan 23.00 dilakukan
pengukuran skala nyeri 4 ( nyeri sedang ) dan saat dilakukan penerapan tindakan
teknik relaksasi napas dalam nyeri tidak berkurang atau atau menurun skala nyeri
masi tetap 4 ( nyeri sedang ). Pada hari ke-4 pukul 07.00 diberi terapi obat oral
Fefenamicid tablet dan Ferrous, pukul 09.00 dilakukan pengukuran skala nyeri
relaksasi napas dalam skala nyeri tidak berkurang atau menurun skala nyeri tetap 4 (
nyeri sedang ). pukul 10.00 dilakukan pengukuran skala nyeri didapatkan hasil skala
nyeri 4 ( nyeri sedang ) saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas
dalam nyeri pasien berkurang menjadi 3 ( nyeri ringan ) pukul 11.00 dilakukan
pengukuran skala nyeri adalah 3 ( nyeri ringan ) saat dilakukan penerapan tindakan
teknik relaksasi napas dalam nyeri pasien berkurang menjadi 2 ( nyeri ringan ),
Pukul 12.00 dilakukan pengkajian nyeri didapatkan skala nyeri 2 ( nyeri ringan ) saat
penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri tetap 2 (nyeri ringan ).
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan Utama
untuk mengumpulkan data tentang pasien dengan metode wawancara, observasi, dan
melihat rekam medic pasien. Fokus pada studi kasus ini adalah pada bagian abdomen
Berdasarkan keluhan utama pada Ny. L didapatkan data bahwa Ny. L mengeluh
sakit perut bagian bawah. Sakit perut bagian bawah pada penderita gangguan sistem
reproduksi seperti kista ovarium karena adanya gangguan pembentukan estrogen dan
berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan, nyeri yang dimaksud adalah
nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa khususnya pada dinding ovarium. ( H.Alimul Aziz.
A., 2009 )
Keluhan yang alami dioleh pasien saat dikaji yaitu pasien mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah khususnya pada luka operasi, pasien nampak lemah, pasien
berbeda-beda dilihat dari respon pasien. Nyeri pasien pasca operasi dapat diatasi
dengan manejemen nyeri yang tepat, dikarenakan efek samping dari penggunaan
analgesik jangka panjang yang tidak baik mengharuskan perawat sebagai pemberi
mandiri yang dpat mengatasi nyeri. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi nyeri seseorrang misalnya teknik relaksasi napas dalam ( Potter &
Perry 2010 ).
pernah operasi dengan penyakit yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang
berpendapat bahwa kista ovarium juga sala satu penyebabnya adalah faktor genetic. (
Robbins, 2017 )
sebelum dan sesudah operasi, terdapat luka bekas operasi, pasien mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah khususnya pada luka operasi, panjang luka operasi ± 10 cm.
Tidak ada pembesaran abdomen hal ini disebabkan perjalan penyakit berlangsung
secara tersembunyi sehingga diagnosa ini sering ditemukan pada pasien stadium
lanjut, sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tidak semua penderita kista
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
pada usia 11 tahun, siklus haid tidak teratur, lama haid 5 hari, hari pertama haid
terakhir ( HPHT ) Tanggal 2 bulan juni 2018, pasien mengatakan pada saat
menstruuasi tiga tahun terakhir ini darah yang keluar tidak maksimal ( sedikit ).
Menurut teori munculnya penyakit kista disebabkan ada beberapa hal terkait dengan
menstruasi seperti yang dikatakan oleh pasien, siklus haid tidak teratur diakibatkan
peningkatan cairan dikopu luteum di tandai dengan nyeri, tendendernes ovari. Dari
2) Riwayat kehamilan
dalam kehamilan kista ovarium yang besar dapat menyebabkan kelainan letak janin
atau menghalangni masuknya kepala kedalam panggu. (Winjasastro, 2011). Jadi bisa
f. Pengkajian Kenyamanan
Q : Seperti ditusu-tusuk
T ; Terus menerus
akut
a. Pengkajian nyeri
Tidakan yang perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selam
nyeri
Untuk pengkajian episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klian
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih
tersebut diantaranya:
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan obserfasi bagian-
mencetuskan nyeri.
klien. Untukk melokalisasi nyeri yang lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus
sedang, nyeri barat. Hal ini juga bias disebabkan karena memang
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dari
pertama post operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada
pada skala 4.
5. Durasi ( T: time)
dirasakan? “apakah nyeri yang dirasakan pada waktu / yang sama setiap
hari?” seberapa sering nyeri kambu? Atau dengan kata-kata lain yang
semakna.
yang sakit, meditasi atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan
g. Dianosa Keperawatan
nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut Noart American
dan tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat
intensitas yang ringan sampai berat, dapat diperdiksi untuk berakhir dan
apabila data dan analisa data pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.
keperawatan :
kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan
perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non
j. Evaluasi keperawatan
nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis pasien yang baik serta
k. Variabel Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiwin Lismidiati
tahun2017 pengaruh tehnik relaksasi pada post operasi kista ovarium, menunjukan
bahwa tehnik relaksasi napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi
kista ovarium sebelum dilakukan tehnik relaksasi napas dalam pasien rata
rata memiliki skala nyeri 8 dari skala nyeri (1-10) sebelum dilakukan tehnik
relaksai napas nalam, sedangkan sesudah melakukan tehnik relaksasi napas dalam
dilakukan oleh peneliti selama 4 hari dengan frekuensi latihan 4-6 kali sehari,
Berdasarkan data intensitas nyeri pasca operasi kista ovarium pada hari ke-1
sampai hari ke-4 sebelum penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam, terdapat
intensitas nyeri pada tabel tersebut bervariasi. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
penerapan teknik relaksasi napas dalan efektif untuk mengurangi nyeri, walaupun
skala hanya turun sedikit. Pada hari pertama penerapan tersebut belum efektif karena
klien merasakan nyeri masih sangat tinggi. Tindakan pembedahan terutama pada
klien kista ovarium merupakan tindakan medis yang dilakukan untuk mengangkat
kista yang ada pada ovarium, yang akan mengakibatkan nyeri pada luka tempat
insisi. Nyeri yang dirasakan pada hari pertama dan juga setelah efek bius sudah
habis, tetapi tidak semua wanita mengalami intensitas dan tingkat keparahan nyeri
manajemen nyeri yang tepat. Efek samping dari penggunaan analgesik jangka
keperawatan pada klien pasca operasi untuk memberikan intervensi mandiri untuk
misalnya, teknik relaksasi napas dalam ( Potter & Perry 2010 ). Pada penelitian ini
nyeri.
teknik relaksasi napas dalam sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.
mental dan fisik dari ketegangan stress, sehingga dapat menyebabkan toleransi
Prosedur penelitian studi kasus ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
penelitian yaitu:
dengan tindakan yang dilakukan setiap hari peneliti datang diruangan maksimal
A. Kesimpulan
dalam pada Ny. L dengan diagnose medis Post Operasi Kista Ovarium Diruang
Tumbu Dadi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Privinsi Sulawesi Tenggara
oleh pasien. saat dilakukan pengkajian nyeri sebelum tindakan skala nyeri
pasien yaitu 9 ( nyeri berat ) dari 0-10, setelah kemudian klien diterapi obat, satu
jam setelah pemberian obat, dilakukan pengkajian nyeri, skala nyeri pasien
menjadi 8 ( nyeri berat ) dari 0-10 setelah dilakukan tindakan nyeri pasien tidak
berkurang atau menurun. Dan pada hari ke-4 dilakukan pengkajian nyeri hasil yang
penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri berkurang menjadi 2 ( nyeri
2. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penerapan teknik relaksasi napas
dalan efektif untuk mengurangi nyeri, walaupun skala hanya turun sedikit. Pada
hari pertama penerapan tersebut belum efektif karena klien merasakan nyeri masih
sangat tinggi. Tindakan pembedahan terutama pada klien kista ovarium merupakan
tindakan medis yang dilakukan untuk mengangkat kista yang ada pada ovarium,
yang akan mengakibatkan nyeri pada luka tempat insisi. Nyeri yang dirasakan pada
hari pertama dan juga setelah efek bius sudah habis, tetapi tidak semua wanita
mengalami intensitas dan tingkat keparahan nyeri yang sama tergantung respon
manajemen nyeri yang tepat. Efek samping dari penggunaan analgesik jangka
keperawatan pada klien pasca operasi untuk memberikan intervensi mandiri untuk
misalnya, teknik relaksasi napas dalam ( Potter & Perry 2010 ). Pada penelitian ini
nyeri.
teknik relaksasi napas dalam sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.
Latihan napas dalam suatu tindakan untuk “ untuk membebaskan mental dan fisik
(Notoatmodjo,2010)
B. Saran
1. Bagi peneliti
Peneliti berharap agar hasil penelitian bagi profesi peneliti dapat menambah
Post operasi kista ovarium dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas
nyeri )
Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi bahan baca untuk menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi kista ovarium dalam
3. Bagi institusi
Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan
pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien Post operasi kista ovarium dalam
Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan informasi untuk
Baradero Marry, SPC , Marry Wilfrid, SPC, MSN, (2006) Klien Gangguan Sistem
Tumanggor.
dr. Chandranita Manuaba Ida Ayu., Sp,Og, dr Ida Bagus Gede Fajar Manuaba
Sp.Og, Prof, dr. Ida Bagus Gede Manuaba (2009) Ilmu Genokologi Dan
Baru Press.
Jakarta : EGC
Kemenkes, 2015. Sebagian Besar Penderita Kista ovarium Tidak menyadarinya.
11.00
Prasetyo Nian Sigit. (2010) Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta :
Graha ilmu Winjosastro. el,all (2011) Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan
Lampiran 1
Tujuannya :
Untuk mengurangi rasa nyeri atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :
Diilakukan pada pasien yang mengalami nyeri
Prosedur pelaksana :
A. Tahap prainteraksi
1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien jika ada yang kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam sehingga rongga paru
paru berisi udara
4. Instruksikan pasien secara perlahan untuk menghembuskan udara
keluar dari setip anggota tubuh, pada waktu yang bersamaan
memusatkan perhatian untuk rileks
5. Instruksikan pasien ungtuk bernapas dengan irama normal beberapa
saat 1-2 menit
6. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam, kemudian hembuskan
secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan
kaki menuju keparu-paru dan udara menuju keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan udara
yang mengalir dan meraskan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki kemudian rasakan kehangatannya
8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa
nyerinya kembali
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengn baik
4. cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
Lampiran 2
Nim : Ruangan/RS :
A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nama Suami :
2. Umur : Umur :
3. Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
4. Agama : Pendidikan :
5. Pendidikan : Pekerjaan :
6. Pekerjaan : Alamat :
7. Alamat :
8. Status Perkawinan :
B. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Alasan kunjungan ke Rumah Sakit :
2. Keluhan Utama saat ini :
3. Timbulnya keluhan : ( ) bertahap
4. Faktor yang memperberat : ( ) mendadak
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :
6. Diagnosa Medik :
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi :
1) Menarche :
2) Banyaknya :
3) HPHT :
4) Siklus : Teratur ( ) Tidak ( )
Lamanya :
Keluhan :
c. Genogram
I. DATA DEMOGRAFI
A. BIODATA
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Suku/Bangsa :
6. Status Perkawinan:
7. Agama :
8. Pekerjaan :
9. Diagnosa Medik :
10. No. Rekam Medik :
11. Tanggal Masuk :
12. Tanggal Pengkajian :
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hubungan Dengan Klien :
II. KELUHAN UTAMA
Keluhan Klien Sehingga Dia Membutuhkan Pertolongan Medik
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Waktu Timbulnya Penyakit Kapan?
2. Bagaimana Awal Munculnya?
3. Keadaan Penyakit Apakah Sudah Membaik, Parah Atau Tetap
Sama?
4. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan?
5. Kondisi Saat Dikaji (PQRST)?
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya
Menyerang?
2. Buat Bagan Genogram
C. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
1. Penyebab Nyeri
a. Benda Tajam :
b. Trauma :
c. Benda Tumpul :
d. Dan Lain-Lain :
2. Regional (Daerah)
a. Bagian Dalam :
b. Seluruh Badan :
c. Bagian Permukaan :
d. Apakah Menjalar Kebagian Lain :
3. Intensitas Nyeri
a. Ringan
b. Parah
c. Sangat Parah
4. Kualitas Nyeri
a. Sakit
b. Terbakar
c. Tertusuk
5. Waktu
a. Apakah Pernah Menderita Penyakit/Trauma Yang
Menyebabkan Rasa Nyeri?
b. Jika Ya, Kapan Terjadi ?
c. Lamanya Berlangsung
d. Interval Nyeri
6. Faktor Yang Meringankan
a. Apakah Pernah Membeli Obat Untuk Menghilangkan Rasa
Nyeri
b. Kalau Pernah, Obat Apa Yang Digunakan
c. Dosis Obat Yang Digunakan
d. Efek Obat Yang Digunakan
e. Selain Obat, Tindakan Apa Yang Dilakukan :
1) Nonton
2) Nyanyi
3) Cerita
4) Dll;
7. Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas
a. Tidur :
b. Makan :
c. Bekerja :
d. Interaksi Sosial :
8. Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
a. Mual :
b. Muntah :
c. Pusing :
d. Konstipasi :
e. Suhu Tubuh :
f. Menggil :
g. Dll; :
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
b. Foto Rontgen :
c. Ekg :
d. Pemeriksaan Lain :
Lampiran 4
Tujuan dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
kriteria hasil
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :
Nama Pasien :
LEMBAR OBSERVASI
Nama Pasien :
Umur :
Hari/Tanggal Pelaksanaan :
Jenis Tindakan :
Pre penerapan teknik relaksasi napas dalam Post penerapan teknik relaksasi napas dalam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 01.00
2 02.00
3 03.00
4 04.00
5 05.00
6 06.00
7 07.00
8 08.00
9 09.00
10 10.00
11 11.00
12 12.00
13 13.00
14 14.00
15 15.00
16 16.00
17 17.00
18 18.00
19 19.00
20 20.00
21 21.00
22 22.00
23 23.00
24 24.00