Anda di halaman 1dari 141

PENERAPAN MANAJEMEN NYERI TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM

PADA NY. L DENGAN POST OPERASI KISTA OVARIUM DI RSUD


BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Jurusan Keperawatan

NOVIANTI RUSLI
P00320015039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Novianti Rusli

NIM : P00320015039

Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan


Judul KTI : PENERAPAN MANAJEMEN NYERI TEKNIK
RELAKSASI NAPAS DALAM PADA NY. L DENGAN
POST OPERASI KISTA OVARIUM DI RSUD
BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESITENGGARA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 26 Juli 2018


Yang membuat surat pernyataan,

Novianti Rusli
ABSTRAK

Novianti Rusli (P00320015039). Penerapan Manajemen Nyeri Teknik Relaksasi


napas dalam Pada Pasien Gangguan Sistem Reproduksi (Post Operasi Kista
Ovarium). Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Dibimbing Oleh Ibu Anita Rosanty,SST.M.Kes(Pembimbing I) dan Bapak Muhaimin
Saranani S,KepNs.,MSC(Pembimbing II). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi kefektifan menejemen nyeri teknik relaksasi napas dalam pada
pasien operasi kista ovarium.Asuhan post operasi merupakan hal yang berat karena
keadaan yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, pengkajian yang
dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital rasupan dan keluaran, rasa skit dan
insisi, efek dari anastesi yang sudah sudah habis akan menibulkan rasa nyeri sehingga
terapi obat yang diberikan memiliki efek penggunaan analgesic jangka panjang
sehingga mengharuskan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
melakukan intervensi mandiri salah satu intervensi yang diberikan adalah teknik
relaksasi napas dalam tindakan ini adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Peneitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. Sampel dalam penelitian
ini adalah 1 orang yang bersedia menjadi responden dengan diagnosa medis post
opersi kista ovarium di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Prov Sultra. Data
akan dijelaskan dalam bentuk narasi sesuai dengan hasil yang didapatkan. Pada
penelitian ini dapat dilihat bahwa penerapan teknik relaksasi napas dalan efektif
untuk mengurangi nyeri, walaupun skala hanya turun sedikit. Pada hari pertama
penerapan tersebut belum efektif karena klien merasakan nyeri masih sangat tinggi.
Tindakan pembedahan terutama pada klien kista ovarium merupakan tindakan medis
yang dilakukan untuk mengangkat kista yang ada pada ovarium, yang akan
mengakibatkan nyeri pada luka tempat insisi.

Kata Kunci: Pasien post operasi kista ovarium dan Teknik relaksasi napas dalam
Daftar Pustaka : 12 (2006-2018)
Motto

Ketika pohon iman telah tertanam dalam hati seseorang yang berdiri

kokoh dengan akar mencengkram, maka buah-buahnya akan keluar setiap

hari dengan izin tuhannya yang didukung oleh “minyak pertolongan ilahiah”

Iman berfungsi untuk mengarahkan jiwa menuju nilai yang bermakna dan

abadi, menuju negeriakhirat yang lestari, serta menuju Allah SWT yang

maha hidup dan tidak akan perna mati

Karya Tulis Ini Saya Persembahkan sebagai bukti baktiku Kepada

Keluarga Saya Terutama Kedua Orang Tua, Saudaraku, Kakek Dan Nenek,

Agamaku, Almamaterku, Serta Bangsa Dan Negaraku


RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

1. Nama : Novuanti Rusli

2. Tempat Tanggal Lahir : Pasipalele 13 juni 1998

3. Agama : Islam

4. Suku/Bangsa : Galela/ Indonesia

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Alamat : Jln Saranani Lorong Pajak

7. No Hp :082188303922

B. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Pasipalele. Tamat Tahun 2009.

2. SMP Negeri 4 Gane Barat Tahun 2012.

3. SMA Negeri 5 Gane Barata. Tamat Tahun 2015

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun 2015 sampai

saat ini
KATA PENGANTAR

ِ‫ﺑِﺴْﻢِ ﱠ ِ اﻟﺮﱠ ﺣْ ﻤَﻦِ اﻟﺮﱠ ﺣِ ﯿﻢ‬

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberi rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, dan ketenangan jiwa
sehingga Proposal peneliti yang berjudul “Penerapan Manajemen Nyeri Teknik
Relaksasi Napas Dalam Pada Ny. L Dengan Post Operasi Kista Ovarium Di
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara” dapat terselesaikan sebagai
syarat dalam menyelasaikan pendidikan Deploma III ( D III ) Di Politeknik
Kesehatan Kementtrian Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmia ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala

kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari

pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmia ini dan agar dapat meningkatkan

hasil penulisannya dilain kesempatan.

Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmia ini, penulis sampaikan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmia ini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Anita Rosanty

SST.M.Kes selaku pembimbing I, bapak Muhaimin Saranani.S,Kep,Ns,MSc selaku

pembimbing II.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Askrening, SKM,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kendari.


2. Bapak Rusdin , SE, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak dr.,Abdul Karim, Sp.PK selaku Direktur, Wadir perencanaan dan

Diklat RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah

memberikan izin penelitian

4. Bapak Indriono Hadi,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

5. Tim Penguji, Bapak Akhmad,SST.,M.Kes, Ibu Hj. Nurjannah,

B.Sc.,S.Pd.M.Kes ,Ibu Dian Yuniar, SKM.,M.Kep, Seluruh dosen dan staf

Poltekkes Kemenkes Kendari khususnya Jurusan Keperawatan. Terima kasih

atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama ini.

6. Spesial Kedua orang Tua Bapak Rusli Muhammad dan Ibu Jajia M Saleh serta

Adikku Maryono, Mirda, Riska dan semua anggota keluarga yang selalu

memberikan cinta kasih dan penuh kesabaran memberikan bantuan, motivasi

dan doa yang tulus kepada penulis selama menjalankan pendidikan

7. Seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan 2015 yang tidak bisa

peneliti sebutkan satu persatu namanya yang telah memberi dukungan dan

bantuannya.

8. Seluruh sahabat dan teman-teman Volunteer Sultra Island Care yang tidak

bisa peneliti sebutkan namanya satu-persatu yang telah memberikan motivasi

dan pelajaran yang begitu banyak


Harapan penulis semoga kelak setelah membaca karya tulis ini, wawasan para

pembaca menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para pembaca

dimasa yang akan datang. Amin

Kendari Juli 2018

Penilis

Novianti Rusli
DAFTAR ISI

Halaman Judul Depan ............................................................................................ i

Halaman Judul Dalam............................................................................................ ii

Halaman Pengesahan.............................................................................................. iii

Halaman Keaslian Tulisan ..................................................................................... iv

Riwayat Hidup ........................................................................................................ v

Motto Hidup ........................................................................................................... vi

Abstrak .................................................................................................................... vii

Kata Pengantar ...................................................................................................... viii

Daftar Isi ................................................................................................................. ix

Daftar Tabel ............................................................................................................ xi

Daftar Gambar ....................................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kista Ovarium........................................................................ 6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kista Ovarium .................................... 19
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Rasa Nyaman...................................... 28

BAB III METODE STUDI KASUS


A. Desain Penelitian........................................................................................... 43
B. Subyek Studi Kasus ...................................................................................... 43
C. Fokus Studi Kasus......................................................................................... 43
D. Definisi Operasional...................................................................................... 44
E. Instrumen pengumpulan data ........................................................................ 45
F. Jenis Dan Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48
G. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ................................................................... 50
H. Penyajian Data ............................................................................................. 50
I. Etika Studi Kasus .......................................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 77
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 87
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................................... 88
B. Saran............................................................................................................. 89
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan post operasi kista ovarium

Tabel 2.2 Perbedaan nyeri akut dan kronik

Tabel 4.1 Identitas Rekam Medik

Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.3 Imlementasi Keperawatan


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patway

Gambar 4.1 Gambar Diagram Evaluasi Tindakan Hari Ke-1

Gambar 4.2 Gambar Diagram Evaluasi Tindakan Hari Ke-2

Gambar 4.3 Gambar Diagram Evaluasi Tindakan Hari Ke-3

Gambar 4.4 Gambar Diagram Evaluasi Tindakan Hari Ke-4


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar operasional prosedur ( SOP ) Teknik relaksasi napas dalam

Lampiran 2 Format pengkajian sistem reproduksi

Lampiran 3 Format pengkajian kebutuhan kenyamanan

Lampiran 4 Format analisa sampai evaluasi

Lampiran 5 Lembar observasi rekapan

Lampiran 6 Informed consent

Lampiran 7 Surat izin pengambilan data

Lampiran 8 Surat pengantar izin penelitian

Lampiran 9 Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 10 Surat izin penelitian

Lampiran 11 Surat keterangan kelayakan etika penelitian

Lampiran 12 Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran 13 Surat keterangan bebas pustaka

Lampiran 14 Surat keterangan bebas administrasi

Lampiran 15 Lembar konsul perbaikan hasil


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Healt Organitation (WHO) pada tahun 2015 angka kejadian kista

ovarium tertinggi ditemukan pada negara maju rata-rata 10/100000, kecuali jepang

(6,4/100000). Insiden Amerika Serikat (7,7/100000) relative tinggi dibandingkan

dengan angka kejadian diasia dan afrika.Berdasarkan survei demografi dan

kesehatan indonesian (SDKI) 2014, angka kejadian kista ovarium menduduki urutan

kelima terbahaya dari gangguan sistem reproduksi. Resiko yang paling ditakuti dari

kista ovarium yaitu mengalami terpuntir (kista yang berisi banyak aliran darah )

sehingga menimbulkan nyeri akut perdarahan atau infeksi sehingga kista ovarium

memiliki penanganan professional dan multi disiplin.

Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling

utama sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam mengatur proses menstuasi

ovarium terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung kerahim oleh

ligamentum ovarium tropium dan kedinding panggul oleh ligementum inhudibilo –

pelvikum. fungsinya sebagai tempat folikel, menghasilkan dan mensekresi estrogen

dan progesterone. Fungsi ovarium dapat terganggu oleh penyakit akut dan

kronik.salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah kista ovarium.

Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan

bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis pada

pasien muda yang sehat. Salah satu tindakan yang akan dilakukan untuk tindakan
poat operasi kista ovarium untuk mengurangi nyeri adalah tehnik relaksasi napas

dalam (Nurarif, 2015). Tehnik relaksasi napas dalam mampu mengungi nyeri.

Nyeri merupakan kondisi berupa pesan tidak menyenangkan bersifat subjektif

karena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yang dialaminya. Munculnya nyeri nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rannsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-

ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin

yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding

arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat

adanya stimulasi atau ransangan. Stimulasi hal tersebut dapat berupa zat kimiawi

seperti histamine, bradikidin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang

dilepaskan terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi

yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiwin Lismidiati tahun

2017 pengaruh tehnik relaksasi pada post operasi kista ovarium, menunjukan

bahwa tehnik relaksasi napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post

operasi kista ovarium sebelum dilakukan tehnik relaksasi napas dalam pasien

rata-rata memiliki skala nyeri 8 dari skala nyeri (1-10) sebelum dilakukan tehnik

relaksai napas nalam, sedangkan sesudah melakukan tehnik relaksasi napas

dalam rata- rata skala nyeri berkurang dari 8 ke 5 – 4.


Kista ovarium memiliki resiko yaitu mengalami degenersi keganasan menjadi

kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau tepuntir sehingga menimbulkan nyeri

akut, perdarahan, atau infeksi bahkan sampai kematian. Oleh karena itu kista ovarium

merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reprodusi wanita.

Tingginya angka kematian karena penyakit ini dikarenakan tanpa adanya gejala dan

tanpa menimbulkan keluhan, sehingga sulitnya mendeteksi penyakit ini menyebabkan

60% sampai70% pasien datang pada stadium lanjut insiden kista ovarium itu 70%

dari populasi wanita dan 85% bersifat jinak. Lebih dari 80% kematian akibat tumor

ovarium terjadi pada usia 35-75 tahun karena tumor ini sulit untuk di diagnosis,

kelangsungan hidup hanya sebesar 35%-38%

Angka kejadian kista ovarium di indonesia tahun 2015 sebanyak 23.400 orang

dan yang meninggal 13.900 orang . angka kematian yang tinggi disebabkan karena

penyakit ini bersifat asomatik dan baru menimbulkn keluhan apabila sudah stadium

lanjut ( Kemenkes). Data yang diperoleh dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara Pada Tahun 2015 angka kejadian kista ovarium sebanyak 79 kasus dari

1325 dari kasus genokologi (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara)

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan Di Rumah Sakit Umum Daerah

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 20 maret 2018 Didapatkan data

Rawat Inap Untuk Kista Ovarium :Tahun 2015 penderita kista ovarium yang paling

tertinggi usia 45-64 tahun 7 orang, Tahun 2016 penderita kista ovarium yang paling

tertinggi usia 45-64 tahun 7 orang, Tahun 2017 penderita kista ovarium yang paling

tertinggi usia 25-44 tahun 15 orang. Rawat jalan untuk kista ovarium :Tahun 2015
penderita kista ovarium yang paling tertinggi usia 25-44 tahun 46 orang, Tahun 2016

penderita kista ovarium yang paling tertinggi usia 25-44 tahun 52 orang, Tahun 2017

penderita kista ovarium yang peling tertinggi usia 25-44 tahun 72 orang. Pada tahun

2017 pendetita kista ovarium post operasi dalam satu bulan adalah 6 orang

Penelitian yang dilakukan oleh Riyanti Poespita Martha (Hubungan kejadian

kista ovarium berdasarkan faktor usia di RS TNI AD SIDOARJO ), Angka kejadian

kista ovarium pada usia 25-44 tahun berjumlah 44 orang dari 50 sample karena pada

usia ini adalah masa produktif dimana ovarium menghasilkan seltelur setiap bualan

dan jika ovarium tidak dibuahi oleh sperma maka sel-telur akan membusuk dan akan

dikeluarkan dalam bentuk menstruasi, jika ovariumnya tidak bermasalah maka setiap

bulan ovarium akan melepaskan sel-telur yang membusuk ( tidak dibuahi oleh sperma

) oleh karena itu penyebab kista ovarium sala satunya adalah siklus menstruasi tidak

normal. Kista ovarium juga jarang terjadi pada masa puberitas dan menopause.

Dari data yang ada di Rumah Sakit Bahteramas Provinsi

Sulewesi Tenggara dan data penelitan sebelumnya yang terkait dengan hubungan

kejadian kista ovarium berdasarkan faktor usia peneliti tertarik meniliti kista

ovarium pada usia 25-44 tahun

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan manajemen nyeri teknik relaksasi napas dalam pada

pasien gangguan sisitem reproduksi ( post operasi kista ovarium ) dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman


C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan umum

Uuntuk mengetahui penerapan manajemen nyeri teknik relaksasi napas

dalam pada pasien gangguan sistem reproduksi ( post operasi kista

ovarium )

2. Tujuan khusus

Mengidentifikasi kefektifan manajemen nyeri teknik relaksasi napas

dalam pada pasien gangguan sistem reproduksi ( post operasi kista

ovarium )

D. Manfaat

1. Bagi tempat peneliti rumah sakit bahteramas sebagai bahan pertimbangan

untuk menerapkan asuhan keperawatan khususnya kista ovarium

2. Bagi peneliti menambah pengalaman dalam mengaplikasikan asuhan

keperawatan pada paien dengan kista ovarium dalam pemenuhan kebutuhan

rasa nyaman (bebas nyeri)

3. Bagi institusi sebagai ilmu pengetahuan tentang keperawatan maternitas pada

gangguan sistem reproduksi

4. Bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan

gangguan system reproduksi kista ovarium


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kista Ovarium

1. Pengertian

Kista ovarium timbul karena ketidakseimbangan fisiologis ,misalnya

peningkatan hormone luteinizing bisa mengakibatkan stimulasi yang

berlebihan pada ovarium, tumbuhnya kista memerlukan dogonatropin.

Kebanyakan kista ovarium adalah asimtomatis dalam waktu yang cukup lama

atau bisa juga menimbulkan gejala tetapi tidak spesifik. Menstruasi bisa tidak

teratur apabila ada keseimbangan hormonal. kista yang membesar bisa

menimbulkan rasa nyeri tumpul, unilateral, pada bagian bawa abdomen. Pasien

juga merasa berat pada daerah pelvis yang bisa disertai dengan cepat mersa

lelah.(Gant F. Norman, Cunningham Garry ,F 2010)

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang

banyak menyerang wanita. Kista atau tumor yang merupakan bentuk gangguan

yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang

jinak walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi tumor

ganas atau kanker. Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa

gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana

sekitar 60% sampai70% penderita datang pada stadium lanjut.

Kista ovarium merupakan suatu tumor baik kecil maupun yang besar, kistik

atau padat,, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutein, tumor

ovarium yang besar dapat disebabkan kelainan letak janin atau dapat

menhalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul (Winjosastro. el,all

2011)

Kista ovarium merupakan pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada

ovarium yang mebentuk seperti kantong (Agusfarli,2008)

2. Klasifikasi

a. Kista ovarium non neoplastik

1) Kista folikel

Kista folikel ini berasal dari graaf yang tidak sampi berovulasi,

namun tunggu terus menjadi kista folikel, atau dan beberapa folikel

primer yang setelah tumbuh dibawa pengaruh oksigen tidak

mengalami atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista

(Prawirohardjo 2002 dalam buku Baradero Marry, SPC , Marry

Wilfrid, SPC, MSN, (2006)

Kista folikel adalah struktul normal, fisiologis, sementara dan

sering kali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi dan cairan

folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi

pada wanita muda yang paling menstruasi dan merupakan kista

yang paling lazim dijumpai oleh ovarium normal. Kista ini biasanya

asimtomatik kecuali jika robek, dimana kasus ini nyeri pada

panggul, jika kista tidak robek biasanya menyusut sampai 2-3 kali

siklus menstruasi
2) Kista korpus luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan

menjadi korpus albikans. Terkadang korpus luteum akan

mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang

sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi

cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista

kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum

yang berasal dari sel-sel teka.

Terjadi setelah ovulasi dan Karena peningkatan sekresi dari

progesterone akibat dari peningkatan cairan dikorpus luteum

ditandai dengan nyeri, tendendernes pada ovaryi, keterlambatan

menstruasi dan siklus mentruasi yang tidak teratur atau terlalu

panjang. Adanya kista dapat juga menyebabkan rasa berat perut

bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat

menyebabkan rupture. Ruptur dapat mengakibatkan haemorage

intraperitoneal. Biasanya kista korpus hilang Selma 1-2 siklus

menstruasi

3) Kista Techa-lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar

kehamilan kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari

korpus lutein hematoma. Kista techa lutein bisanya bilateral, kecil

dan lebih jarang diibbanding dengan kista folikel atau kista corpus

lutein.
Kista teka lutein diisi oleh cairan kuning-kuningan secara

perlahan -lahan terjadi reabsobsi dari unsure-unsur darah, sehingga

akhirnya tinggal cairan yang jerni atau bercampur dara.

(Wiknojosastro,2002 dalm buku Gant F. Norman, Cunningham

Garry ,F 2010)

4) Sindroma rolistik ovarium

Tejadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari

estrogen yang terlalu tinggi, testosterone dan LH serta penurunan

sekresi FSH. Tanda menstruasi tidakk teratur, infertilisasi

b. Kista ovarium plasti

1) Kistadenoma

Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista.

Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan ataupun kiri. Gejala

yang timbul biasanyya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar

sepperti vesikula urinaria sehingga dapat menyebabkan

inkontenensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas

terutama pada usia diatas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun

2) Kista dermoid

Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur

ektodermal berberdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari

pada ektodermal endoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak

tipis, konsistensi sebagian kistis kenyal dan sebagian laagi padat.

Dapat terjadi perubahab kearah keganasan. Kista ini siduga berasal


dari sel telut melalui proses parthenogenesis (Smeltzer,2002 dalam

buku Nurairi, A. H., & Kusuma, H. (2015).

3) Kista coklat ( Endometroma)

Terjadi karena lapisan karena lapisan didalam rahim tidak

terletak didalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung telur.

Akibatnya setiap kali haid, lapisan ini akan menghhasilkan darah

terus-menerus yang akan yang akkan trtimbun didalam dalam

ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu

ovarium. Gejala utamanya yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau

bersenggama.

3. Etiologi

Sampai sekarang ini penyebab kista ovarium belum sepenuhnya belum

dimengerti tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam

pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-

hipotalamus. Penyebab tumbuhnya kista ovarium adalah gagalnya sel telur atau

folikel untuk berovulasi

Munculnya penyakit kista disebabkan beberapa hal yaitu :

a. Usia > 35 tahun

b. Adanya riwayat kista ovarium sebelumnya

c. Ada riwayat perna mengalami kanker payudara

d. Siklus menstruasi yang tidak normal

e. Peningkatan disrtibusi lemak dibagian tubuh dibagian atas


f. Pada wanita yang tidak subur (infertilisasi), resiko tumbuhnya kista naik

empat kali lipat

g. Menstruasi dini, yang terjadi diusia 11 tahun atau lebih muda lagi

h. Ovulasi yang terus berlangsung tanpa intorupsi dalam waktu lama

i. Ketidakseimbangan hormonal

j. Penggunaan pil KB

k. Kehamilan multiple

l. Genetik

m. Merokok

Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan sel abdomen dari

epithelium ovarium dan dibagi menjadi dua:

a. Kista non neoplasma disebabkan karena ketidakseimbangan hormone

estrogen dan progesteron diantaranya adalah

1) Kista fungsional non ,kista serosa inklusi, berasal dari permukaan

epithelium yang berkurang dalam korteks

2) Kista non fungsional

a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi

rupture atau foliikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikel

diantaranya siklus menstuasi. Banyak terjadi pada wanita yang

menarche kurang dari 12 tahun.

b) Kista kurpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi

progesteron setelah ovulasi


c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar

hemoglobin terdapat pada molahidatidosa

d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH

yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.

b. Kista neoplasma

1) Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang

kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista

2) Kistadenoma ovari serosum berasal dari epitel permukaan ovarium

a. Kista dermoid, tumor barasal dari sel telur melalui pada proses

pathogenesis pada kehamilan yang dijumpai dengan kista ovarium

ini memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut

pada kehamilan 16 minggu karena dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abotus, kematian

dalam rahim (Ida Bagus Gede Manuaba2009)

4. Manifestasi Klinis

Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik tanpa ada

gejala (asomatik). mayoritas penderitta tumor ovarium tidak menunjukan

adanya gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan

penyakit ini berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering

ditemukan pada saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu

klien mengeluh adanya ketidakberaturan menstruasi, nyeri pada perut bagian

bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada perut
Pada umumnya kista adenoma ovari serosum tak mempunyai ukuran yang

amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan tumor

biasa licin akan tetapi dapat pula berbagai karena ovariumpun dapat berbentuk

multivokuler. Meskipun lazimnya beronggga satu warna kista putih keabu-

abuan.Tanda dan gejala yang sering muncul oada kista ovarium adalah :

b. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri

c. Perasaan penuh dan ditekan diperut bagian bawah

d. Nyeri saat bersenggama

e. Pendarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan

lebih lama, mungkin lebih pendek, atau tidak keluar darah

menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur

f. Gangguan haid

g. jika sudah menekan rektum mungkin terjadi konstipasi atau serung

berkemi

h. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang

menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut

i. Asites

j. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan napsu makan

k. Gangguan buang air basar dan kecil.( Ida Bagus Gede

Manuaba2009)

5. Patofisiologi

Kista terdiri dari folikel-folikel praovulasi yang telah mengalami

artresia(degenerasi). Pada wanita yang yang menderita ovarium polokistik,


ovarium utuh dan FSH SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH

dibawah normal sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH

lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan

LH yang terus menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen

oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel anavulasi beregenerasi yang

membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Gant F.

Norman, Cunningham Garry ,F 2010)

Kista non neoplastik sering ditemukan tapi bukan masalah serius. Kista

folikel dan luteal diovarium sangat sering ditemukan sehinggga hampir

dianggap sebagai varian fosiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal

dari folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian

seringnya adalah multiple ovarium dan timbul langsung dibawah lapisan serosa

yang menutupi ovarium, biasanya kecil dengan diameter 1-1,5 cm dan berisi

cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup

banyak, sampai mencapai diameter 4 sampai 5 cm sehingga dapat diraba masa

dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil kista ini dilapisi granulose atau sel

teka, tetepi sering dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat

menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang-kadang kista ini pecah menimbulkan

intraperitonium, dan gejala abdomen akut, (Robbins, 2006) dalam buku

Baradero Marry, SPC , Marry Wilfrid, SPC, MSN, (2007)


Patway post operasi

Pembesaran ovarium

Kurang histerek Overektomi Ruptur


pengetahuan tomi ovarium
pembe

Luka Anastesi resiko


cemas
operasi perdarah
an

Kelemahan otot
pernapasan
Diskontuinit
as jaringan

Tidak mampu
mengeluarkan
Nyeri sekret

Penumpukan
sekret

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

(Aspiani Yuli Reny.,2017)


6. Komplikasi

Kista ovarium yang besar bisa mengakibatkan ketidaknyamanan pada

ovarium. Jika kista yang besar menekan kandungg kemih akan mengakibatkan

seseorang sering berkamih karena kapasitas kandung kemih menjadi

berkurang. Beberapa wanita denggan kista ovarium tidak menimbulkan

keluhan, tetapi dokterlah yang menemukan pada saat pemeriksaan pelvis.

Masa kista ovarium yang berkembang setelah menopause mungkin akan

menjadi suatu keganasan. Beberapa komplikasi antara lain :

a. Torsio kista ovarium

Komplikasi kista ovarium bisa berat. Komplikasi yang paling sering

dan yang paling berbahaya adalah torsio dari kista ovarium yang

merupakan kegawatdaruratan medis yang menyebabkan tuba folopi

berotasi, situs ini bisa menyebabkan nekrosis. Kondisi ini sering

menyebabkan infertilisasi. Manifestasi dari torsio kista ovarium

adalah nyeri perut unilateral yang biasanya turun kekaki. Pda kondisi

ini pasien segera dibawah ke rumah sakit. Jika pembedahan selesai

pad 6 jam pertama setelah onset krisis, intervensi pada kista torsio

bisa dilakukan. Jika pembedahan torsio lebih dari 6 jam dan tuba

follopi sudah nekrosis, pasien akan kehilangan tuba follopinya.

b. Pendarahan dan rupture kista

Komplikasi lain adalah pendarahan atau rupturnya kista yang ditandai

dengan acites dan sering sulit dibedakan dengan kehamilan ektopik.

Situasi ini juga perlu pembedahan darurat. Gejala dominan dari


komolikasi ini adalah nyeri kuat yang berlokasi pada sala satu sisi

abdomen (pada ovarium yang mengandung kista). Ruptur kista

ovarium juga mengakibatkan anemia. Ruptur kista ovarium sulit

dikenal karena beberapa kasus tidak ditemukan gejala. Tanda

pertamma yang bisa terjadi adalah terasa nyeri diabdomen bagian

bawah, mual, muntah dan demam

c. Infeksi

Infeksi bisa mengikuti komplikasi dari kista ovarium. Kista ovarium

yang tidak terdeteksi dan susahh untuk didagniosi bisa mengakibatkan

kematian akibat septicemia. Gejala infeksi pertama adalah demam,

malise, menggigil dan nyeri pelvis

7. Pemeriksaansering penunjang

1) Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan

adanya kista

a. Ultra sound / scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran

b. Laparoskopi : Dilakukan untuk melihat tumor dan perdarahan

c. Hitung darahh lengkap

d. Foto roontgen

8. Penatalaksanaan

Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan

bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan/fisiologis

pada pasien muda yang sehat. kontrasepsi oral dapat digunakan untuk

menekan aktivitas ovarium dan menhilangakn kista. Sekitar 80% lesi yang
terjadi pada wanita berusia 29 dan lebih muda adalah jinak, setelah 50 tahun

hanya 50% yang jinak. Perawatan paska operatif setelah pembedahan untuk

mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah

pembedahan abdomen dengan satu pengecualian. Penurunan tekannan intara

abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya

mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah

samapi dengan suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat

(Suzanne,S, C)

Tindakan pada tumor neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan

tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung

tumor. Akan tetapi jika ada komlikasi atau tumornya besar, peril dilakukan

pengangkatan ovarium. (Wiknjosastro, et. all,1999)

Asuhan post operasi merupaksan hal yang berat karena keadaan yang

mencakup kepetusan untuk melakukan operasi, seperti horargi dan infeks.

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan

keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesic

biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberian rasa aman,

perhatianterhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan

emosional. Efek dari anastesi umum, mempengaruhi keadaan umum

penderita, karena kesadaran menuru. Selain itu juga diperlukan monitor

terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara napas, dan usaha

pernapasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainase urin dan perdarahan.

Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktivitas pasien dirumah setelah


pemulangan, berkendaraan mobil setelah satu minggu dirumah, tetapi tidak

boleh mngendarai atau menyetir untuk tiga sampai empat mingggu, hindarkan

mengankat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan

kongesti darah di daerah pelvis, aktivitas seksual sebaiknya dalam empat

sampai enam minggu setelah operasi, control evaluasi pasca bedah sesuai

anjuran (Long,1996)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium

1. Pengkajian

Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data

yangdikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk

tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun

pengkajiannya meliputi :

1. Biodata

Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas

masuk

2. Riwayat kesehatan

Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

3. Status Obstetrikus, meliputi :

1) Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

2) Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

3) Riwayat persalinan

4) Riwayat KB
Pengkajian post operasi

a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

b. Auskultasi bising usus

c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

e. Kaji terhadap nyeri atau mual

f. Kaji status alat intrusive

g. Kaji status balutan

h. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan

lamanya waktu di bawah anestesi.

i. Kaji status psikologis pasien setelah operasi

2. Diagnosa keperawatan

Post operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otot akibat

pembedahan

2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bekas operasi

4) Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik akibat

efek anastesi.( Aspiani Yuli Reny.,2017)


3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 intervensi keperawatan post operasi kista ovarium

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manjeman nyeri (Pain

berhubungan dengan tindakan keperawatan managemen)

agens cedera fisik diharapkan klien dapat:


1. Lakukan
(prosedur 1. Mengontrol
pengkajian nyeri
pembedahan ) nyeri (pain
secara komprehensif
control) dengan
meliputi : lokasi,
criteria hasil :
karakteristik durasi,
 Klien dapat
kualitas, intensitas
mengetahui
atau beratnya nyeri
penyebab nyeri
dan faktor pencetus
 klien mampu
2. Observasi
menggunakan
adanya petunjuk non
teknik non
verbal mengenai
farmakologi
ketidaknyamanan pada
untuk
pasien yang tidak
mengurangi
dapat berkomunikasi
nyeri
secara efektif
 klien melaporkan
3. Gunakan strategi
nyeri berkurang
2. Pain level komunikasi terapeutik

(menunjukan untuk mengetahui

tingkat nyeri) pengalaman nyeri agar

dengan criteria klien dapat

hasil : mengespresikan nyeri

 klien melaporkan 4. Ajarkan

nyeri dan penggunakan teknik

pengaruhnya pada non farmakologi (

tubuh Teknik relaksasi napas

 klien mampu dalam)

mengenal skala, 5. Evaluasi

intensitas, keefektifan dari

frekuensi dan tindakan mengontrol

lamanya nyeri nyeri tindakan yang

berlangsung digunakan

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pengendalian infeksi

tindakan keperawatan (Infection control) dan

diharapkan klien dapat perlindungan terhadap

meningkatkan infeksi (infection

1. Pertahanan protection)

tubuh dengan 1. Pantau tanda dan


criteria hasil : gejala infeksi

 Klen tidak misalnya suhu

menunjukan tubu, keadaan

tanda-tanda luka post operasi

infeksi 2. Kaji factor yangt

 Tanda-tanda meningkatkan

vitan dalam serangan infeksi

rentang 3. Pantau personal

normal hygiene untuk

 Luka perlindungan

tidak terhadap infeksi

mengeluarkan nana 4. Monitor tanda

dan gejala

infeksi sistemik

5. Anjurkan klien

atau keluarga

untuk menjaga

personal hygiene

dan melindungi

tubuh terhadap

infeksi

6. Ajarkan klien
dan keluarga

tentang tanda-

tanda dan gejala

infeksi

3 Gangguan Setelah dilakukan Excerise therapy:

mobilitas tindakan keperawatan Ambulation (terapi

fisik mobilitas klien latihan :Ambulasi)

berhubungan meningkat (mobility  Kaji kemampuan

dengan luka level) dengan kriteria klien dalam

bekas hasil : melakukan

operasi  Klien melaporkan mobilitas

aktivitas fisik  Observasi

meningkat penyebab

Klien gangguan

melaporkan mobilitas yang

melaporkan dialami klien

perasaan  Monitor dan catat

peningkatan kemampuan klien

kekuatan dan dalam

kemampuan mentoleransi

dalam bergerak aktivitas dan


penggunaan

keempat

ekstremitas

 Ajarkan latihan

ROM secara pasif atau

aktif sesuai kondisi

klien

 Ubah posisi tiap 2

jam

Pastikan klien

bebas dari nyeri

sebelum diberikan

latihan

4 Resiko Setelah dilakukan Manejemen konstipasi (

konstipasi tindakan keperawatan Concipation

berhubungan diharapkan eliminasi Management)

dengan BAB normal kembli 1. Observasi pola

penurunan (bowel elimination kebiasaan BAB

peristaltik )dengan criteria hasil : meliputi :waktu,

akibat efek  Klien dapat frekuensi dan

anastesi mempertahanka konsistensi,

n konsistensi riwayat
BAB lunak penggunaan

 Klien dapat obat-obatan

mengidentifikas riwayat diet

i pencegahan termasuk intake

dan pengobatan cairan, pola

konstipasi latihan riwayat

obstetric
Klien BAB satu

2. Palpasi adanya

distensi abdomen,

perkusi bunyi

dullnes dan

auskultasi bunyi

peristaltic usus pada

klien dengan

konstipasi

3. Berikan privasi saat

klien BAB

4. Anjurkan makan

makanan yang

berserat
5. Anjurkan minum

1,5 liter sampai

dengan 2 liter per

hari

4. Implementasi

Perawat dapat melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi rasa

nyeri. Tindakan tersebut yaitu tindakan farmakologis dan non

farmakologis. Biasanya, untuk nyeri yang ringan tindakan nonfarmakologis

merupan tindakan yang paling utama. sedangkan untuk mengantisipasi

perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan farmakologi. Nyeri yang

sedang sampai berat dapat menggunakan teknik non farmakologis, yang

merupakan suatu pelengkap yang efektif disamping tindakan utamanya

yaitu farmakologis( Prasetyo 2010).

5. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan

dalam merespon rangsangan nyeri klien diantaranya hilangnya perasaan

nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis yang baik serta

kemampuan pasien melakukan aktifitas


C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam Kebutuhan Rasa Nyaman

Nyeri merupakan kondisi berupa pesan tidak menyenangkan bersifat

subjektifkarena perasaan nyeri berada pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Munculnya nyeri nyeri berkaitan erat

dengan reseptor dan adanya rannsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah

nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau

bah kan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya

pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri

dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau ransangan. Stimulasi hal

tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine, bradikidin, prostaglandin,

dan macam-macam asam yang dilepaskan terdapat kerusakan pada jaringan akibat

kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau

mekanis. Nyeri di bagi menjadi dua yaitu nyeri akut dab nyeri kronik.

Tabel 2.2 Perbedaan nyeri Akut dan Kronis

NO Karakteristik Nyeri Nyeri Akut Nyeri Kronis

1. Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status ekstistensi

2. Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau

penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu lama

3. Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang


dan terselubung

4. Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan atau

bertahun-tahun

5. Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan

diketahui dengan pasti intensitasnya

6. Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi

dengan gejala yang

lebih jelas

7. Pola Terbatas Berlangsung terus

1. Perjalanan Berkurang setelah Bertambah parah setelah

beberapa saat beberapa saat

Sumber. ( Prasetyo Nian Sigit. 2010)

1. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri yang factual (terkini), lengkap dan akurat akan

memudahkan perawat dalam menetapkan data dasar, dalam menegakan

diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang

cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap

terapi yang diberikan. H.Alimul Aziz.A.,(2009)

Tidakan yang perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selam

nyeri
1) Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul)

2) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokkasi nyeri

3) Mengkaji tingkat keperahan dan kualitas nyeri

Untuk pengkajian episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klian

dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat

berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum

mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien klien terhadap nyeri.

Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih

baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif,

kognitif, (NIH, 1986; McGuire, 1992, dalam buku prasetyo N, S)

Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen

tersebut diantaranya:

2. Karekteristik nyeri (metode P, Q, R, S)

a) Faktor pencetus (P: Provacate )

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada

klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan obserfasi bagian-

bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai

adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplor

perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan yang apa yang dapat

mencetuskan nyeri.

b) Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien,seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalmia-kalimat:


tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertidi, perih,

tertusuk-tusuk dan lain-lain, dimasa tiap-tiap klien mungkin berbeda-

beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan

c) Lokasi (L: Regional)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

mewujudkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh

klien. Untukk melokalisasi nyeri yang lebih spesifik, maka perawat dapat

meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling,

kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus

(menyebar). Dalam mendokumentasikan hasil pengkajiian tentang lokasi

nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istila yang

deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “nyeri terdapat dikuadran abdomen

kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik Sdibandingkan “ klien

menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”

4) Keparahan (S: Severe)

Tingkat kaparehan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang

paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk

menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri

sedang, nyeri barat. Hal ini juga bias disebabkan karena memang

pengalaman nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda.

Skala Numerik (numerical rating scale, NRS) Digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dari

skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan


nyeri, angka 10 mengindikasi nyeri yang paling berat yang dirasakan

klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan sesuudah intervensi terapeutik. Sebagai contoh: pada hari

pertama post operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada

angka 8, kemudian pada hari kedua post operasi saat dilakukan

pengkajian klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan

pada skala 4.

Perlu diperhatikan dalam menggunakan skala nyeri, bahwa perawat

tidak menggunakan skala nyeri tersebut untuk membandingkan satu klien

dengan yang lainnya, walaupun sakala tersebut bersifat objektif, akan

tetapi tingkat keparahan nyeri terlalu subjektif untuk digunakan dalam

perbandingan nyeri antar individu

5) Durasi ( T: time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentuan awitan durasi, dan

rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan :” kapan nyeri mulai

dirasakan? “apakah nyeri yang dirasakan pada waktu / yang sama setiap

hari?” seberapa sering nyeri kambu? Atau dengan kata-kata lain yang

semakna.

Factor yang memperberat/memperingan nyeri. Perawat perlu mengkaji

factor-faktor yang yang memperberat nyeri pasien, misalkan peningkatan

aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya, sehingga dengan

demikian perawat dapat memberikan tindakan untuk menghindari

peningkatan respon nyeri pada klien. Demikian halnya perawat perlu


untuk mengetahui apakah klien mempunyai cara-cara sendiri yang efektif

untuk menghilangkan atau menurunkan nyerinya, seperrti mengubah

posisi, melakukan tindakan ritual, menggosok/massage bagian tubuh

yang sakit, meditasi atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan

kompres dingin atau hangat

a. Diagnosa keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Terdapat dua diagnosa utama yang dapat digunakan untuk menggabarkan

nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut Noart American

Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2011, Dalam buku, Prasetyo, N,S),

Nyeri akut didefenisikan sebagai “suatu pengalamman sensori dan emosional

dan tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat

actual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dari

intensitas yang ringan sampai berat, dapat diperdiksi untuk berakhir dan

durasi kurang dari enam bulan.

Keberadaan nyeri pada klien dapat dapat mencetuskan masalah

keperawatan lainnya. Sebagai contoh nyeri yang dialami klien arthritis

menyebabkan masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik, atau nyeri yang

dialami klien meyebabkan klien tidak bias melakukan aktivitas sehari-harinya

(seperti toileting, makan, minum) secara mandiri, sehingga menimbulkan

masalah keperawatan lainnya Defisit perawatan diri.

Penegakan dignosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan

apabila data dan analisa data pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.
Diagnosa-diasnosa keperawatan yang akan mucul pada pasien dengan

gangguan nyeri

a. Ansietas berhubungan dengan nyeri kronis

b. Nyeri berhubungan dengan

1) Cedera fisik atau trauma

2) Penurunan supalai darah kejaringan

3) proses melahirkan

c. Nyeri kronik berhungan dengan

1) Kontrol nyeri yang tidak adekuat

2) jaringan perut

3) kanker maligna

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

1) nyeri muskoloskeletal

2) nyeri insisi

e. gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

b. Intervensi keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan

berorientasi untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. klien melaporkann penurunan adanya penurunan rasa nyeri

2. klien melapokan adanya peningkatan rasa nyaman

3. klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimilki

4. klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri


5. klien mampu menggunakan terapi yang diberikanuntuk mengurangi rasa

nyerii saat dirumah

Berikut ini merupakan contoh tindakan pada beberapa masalah

keperawatan :

a. Kaji terhadap faktor yang menyebabkan nyeri

b. Kurangi atau hilangkan factor-faktor yang meningkatkan nyeri

c. Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode-metode apa saja

yang dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyeri

d. Kolaborasi dengan individu untuk memulai tindakan mengurangi nyeri

secara non invasif yang cocok

1) Relaksasi

a). Instruksikan mengunakan teknik relaksasi untuk mengurangi

ketegangan otot

b) Gunakan bantal dan selimut untuk mendukung bagian yang nyeri

untik mengurangi jumlah nyeri yang tegang

c) Tingkatkan relaksasi dengan tepuk punggung, pijatan atau mandi

air hangat

d) Berikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang optimal

1) Jelaskan rute yang akan digunakan (IV, IM, SC, rectal)

2) Kaji tanda vital dan efek pemberian obat

3) Kaji respon terhadap tindakan penurunan rasa sakit

e) Berikan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi


f) Diskusikan pada individu dan keluarga pada tentang tindakan

yang mengurangi rasa nyer inon invasiv (relaksasi, distraksi,

masase)

g) Nyeri kronis

a) Kaji pengalaman nyeri individu, gambaran intensitasnya,

minta klien untuk merntangkan nyerinya dengan skala nyeri

b) Kaji terhadap factor yang menyebabkan nyeri

c) Kurangi atau hillangkan factor-faktor yang dapat

meningkatkan nyeri

d) Kaji efek krnis terhadap kehidupan individu dengan

menggunakan individu dan keluarga

e) Bantu keluarga dan individu untuk menentukan untuk

menentukan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

nyerinya

f) Diskusikan dengan individu untuk menentukan metode yang

dpat digunakan untuk mengurangi nyerinya

g) Berikan penurunan nyeri dengan obat analgesik yang

diresepkan

h) Tingkatkan mobiliosasi optimal

i) Diskusikan nilai latihan untuk kekuatan dan regangan otot,

menurunnya stress dan meningkatkan tidur

j) Bantu untuk merencanakan aktivitas harian bial nyeri itu ada

pada tingkat yang paling rendah


c. Imlementasi keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk

mengurangi rasa nyerii yang ia derita. Tindakan-tindakan tersebut mencakup

tindakan non farmakologis dan tin tindakan farmakologis. dalam beberapa

kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan

yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis untuk mengantisipasi

perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non

farmakologis menjadi sutu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri

disamping tindakan farmakologis yang utama

a. Tindakan farmakologis

Terdapat tiga macam obat-obatan untuk mengontrol nyeri, yaitu (1)

anagesik non opiate, (2) analgesic opiate dan (3) analgesic adjuvant

(menurut WHO, dalam buku, Prasetyo,N.S)

1) Analgesik non-opiat sering digunakan untuk berbagai keadaan yang

mengakibatkan nyeri seperti trauma pembedahan atau kanker (

American pain society, 1986 dalam buku prasetyo ,N.S) penggunaan

analgesic non opiate ini meliputi nyeri yang bersifat ringan sampai

sedang, dan digunakan secara berkesinambungan dengan obat-obatan

opiat.

2) Analgesik opiate bekerja dengan mengikat reseptor opiate pada

neuron afferent, sehingga impuls nyeri akan terhenti pada spinal kord

dan tidak ditransmisikan ke korteks dalam keadaan ini nyeri

kemudian tidak dipersepsikan


3) Patient controlled analgesia (PCA) Merupakan terapi farmakologis.

Tetapi ini diberikan melalui seperangkat alat, yang memungkinkan

klien untuk mengontrol pemberian obat secara mandiri melalui intra

vena, epidural maupun subkutaneus dan merupakan cara yang efektif

dengan system pompa yang sudah terprogram. cara ini merupakan

metode yang aman untuk penatalaksanaan nyeri kanker, nyeri paska

operasi atau traumatic. PCA memungkinkan seorang klien untuk

mendapatkan pengobatan nyeri ketika mereka membutuhkan tanpa

kekewatiran terjadi overdosis. Tujuan adalah mempertahankan kadar

plasma analgesic yang konstan.

b. Tindakan non invasiv

Tindakan pengontrolan nyeri non-invasif digunakan untuk mendukung

tindakan farmakologis yang sudah diberikan. Dalam penatalaksaan,

kliendan keluarga perlu dilibatkan dalam perencanaan tindakan non-

invasif sehingga ketika klien dan keluarga dapat melakukan dengan efektif

ketika harus mengalami perawatan dirumah. Jenis-jenis tindakan invasive

antara lain:

1) Membangun hubungan terapeutik perawat-klien

Terciptanya hubungan teraputik antar perawat dank klien akan

memberikan pondasi dasar terlaksananya tindakan keperawatan yang

efektif pada klien yang mengalami nyeri. Hubungan saling percaya

yang terbentuk akan membuat perawat merasa nyaman

mendengarkan dan bertindak memberikan asuhan keperawatan,


sebaliknya klien juaga merasa nyaman untuk mendengarkan anjuran

perawat dan berani untuk menyatakan keluhan-keluhan

2) Bimbingan antisipasi

Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu terlebih apabila

dengan timbulnya kecemasan akan meningkatkan presepsi nyeri

klien. Pada klien yang akan mengalami tindakan operasi, penjelasan

prosedur tindakan akan mengurangi kecemasan klien. Penjelasan

mengenai tindakan yang akan dilakukan, apa yang dirasakan klien

saat tindakan dilakukan sangat penting untuk mengiurangi kecamasan

klien .Bimbingan antisipasi hendaknya memberikan informasi yang

jujur pada klien, jangan mengatakan pada klien bahwa klien tidak

akan merasakan nyeri. Bimbingan nyeri memberikan penjelasan yang

jujur mengenai pengalaman nyeri, serta memberikan instruksi tentang

teknik penurunan atau menghilangklan nyeri.

3) Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan

fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan

toleransi terhadap nyeri. Berbagai metode relaksasi digunakan untuk

menurunkan kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan

penurunan denyut jantung, penurunan respirasi serta penurunan

ketegangan otot. Contoh tindakan relaksasi yang dapat untuk

menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot.


Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiwin

Lismidiati tahun 2017 pengaruh tehnik relaksasi pada post operasi

kista ovarium, menunjukan bahwa tehnik relaksasi napas dalam

dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi kista ovarium

sebelum dilakukan tehnik relaksasi napas dalam pasien rata-rata

memiliki skala nyeri 8 dari skala nyeri (1-10) sebelum dilakukan

tehnik relaksai napas nalam, sedangkan sesudah melakukan tehnik

relaksasi napas dalam rata- rata skala nyeri berkurang dari 8 ke 5 – 4.

Prosedur relaksasi napas dalam

a) Anjurkan klien untuk duduk rileks

b) Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dengan pelan

c) Tahan beberapa detik, kemudian lepaskan (tupkan leawat

bibir)saat menghembuskan udara anjurkan klien untuk

merasakan relaksasi

4) Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing dapat digunakan bersamaan saat melakukan

tindakan relaksasi, imajinasi terbimbing adalah upaya untuk

menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian berkonsentarasi

pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan

presepsi klien terhadap nyeri.Tindakan ini membutuhkan lingkungan

yang aman tanpa nkebisingan

5) Distraksi
Distraksi adalah suatu tindakan pengakiihan perhatian pasien ke

hal-hal lain diluar nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat

menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu kerugian tindakan

yang dipikirkan adalah apabila stimulasi distraksi nyeri berakhir

maka nyeri yang dirasakan biasanya senakin bertambah barat

6) Stimulasi kutaneus

Stimilasi kutaneus akan merangsang serabut-serabu

akar perifer untuk megirimkan impuls melelui dorsal horn pada

medulla spinalis, saat impuls yang dibawa oleh serabut A-Beta

mendominasi maka meknisme gerbang akan menutup sehingga

impuls nyeri tidak dihantarkan ke otak. Keuntungan dari teknik ini

adalah banyak metode yang dapat dipilih dan mudah untuk

diimplementasikan pad klien, keuntungan lainnya adalah teknik ini

mudah untuk diajarkan pada klien dan keluarga sehingga klien dapat

melaksanakan secara mandiri dirumah. Contoh dari tindakan

stimulasi kutaneus adalah : mandi air hangat, masase, kompres

dengan air dingin atau air panas, pijatan dengan mentol


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif studi kasus

penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagian

penerapan pada pasien kista ovarium dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di

Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesesi Tenggara

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu yang pengalami

gangguan sistem reproduksi dengan diagnosa medis kista ovarium dan mengalami

masalah pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan kriteria Kriteria iklusi yaitu :

1. Klien yang bersedia menjadi responden, yaitu klien dengan post

operasi kista oavarium

2. Klien yang sudah kooperatif dan suda bisa bekomunikasi dengan

cukup baik kepada peneliti

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

pada pasien post operasi kista ovarium dengan menggunakan” Teknik Relaksasi

napas dalam ” Di Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara

1. Tujuan ( NOC )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat :


1) Pain control ( mengontrol nyeri ) dengan criteria hasil

a. Klen dapat mengetahui penyebab nyeri

b. Klien mampu menggunakan teknik non farmakologiuntuk

mengurangi nyeri

c. Klien melaporkan nyeri berkurang

2) Pain level (menunjukan tingkat nyeri )

a. Klien melaporkan pengaruhnya nyeri pada tubuh

b. Klien mampu mengenal skala, intensitas, dan lamanya nyeri

berlangsung

2. Intervensi (NIC)

a. Manajemen nyeri ( Pain manajemen )

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi : lokasi,

karakteristik durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor

pencetus

2) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan

pada pasien yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif

3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri agar klien dapat mengespresikan nyeri

4) Ajarkan penggunakan teknik non farmakologi ( Teknik relaksasi

napas dalam)

5) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri tindakan yang

digunakan
D. Defenisi Operasional

1. Pasien kista ovarium yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah pasien yang

mengalami gangguan sistem reproduksi kronik yaitu pertumbuhan sel-sel yang

abdnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong dengan tanda nyeri pada

bagian bawah perut yang sangat menonjol dan akan dilakukan operasi

2. Kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan kedua dari kebutuhan fisiologis yang

harus terpenuhi setiapa orang yang dimaksud dalam studi kasus ini adalah

mendemonstrasikan cara mengontol nyeri secara mandiri oleh penderita kista

ovarium teknik yang suda di ajarkan oleh perawat yaitu teknik relaksasi napas

dalam.

3.Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari

ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

Berbagai metode relaksasi digunakan untuk menurunkan kecemasan dan

ketegangan otot sehingga didapatkan penurunan denyut jantung, penurunan

respirasi serta penurunan ketegangan otot. Contoh tindakan relaksasi yang dapat

untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot

Prosedur teknik relaksasi:

a. Anjurkan klien untuk duduk rileks

b. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dengan pelan

c. Tahan beberapa detik, kemudian lepaskan (tiupkan leawat bibir) saat

menghembuskan udara anjurkan klien untuk merasakan relaksasi


E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini

menggunakan format pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, implementasi

keperawatan, evaluasi keperawatan dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensi

meter, thermometer, penlaigh, hummer. Pengumpulan data ini dilakukan dengan

cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara dan studi

dukumentasi

1. Format pengkajian keperawatan yang terdiri dari : Identitas pasien, alasan

masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep

diri dan proses pengobatan

2. Format pengkajian analisa data yang terdiri dari :Nama pasien, nomor rekam

medik data masalah dan etiologi

3. Format diagnose keperawatan yang terdiri dari: Nama pasien, nomor rekam

medik, diagnose keperawatan, tanggal dan paraf

4. Format rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari : Nama pasien, nomor

rekam medik, diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan

5. Format implementasi keperawatan yang terdiri dari : Nama pasien nomor

rekam medik, hari dan tanggal diagnose keperawatan, implementasi

keperawatan dan paraf

6. Format evaluasi keperawatan yang terdiri dari : Nama pasien, nomor rekamm

medik, diagnosaa keperawatan, dan evaluasi keperawatan dan paraf

7. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data

yangdikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk

tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun

pengkajiannya meliputi :

1. Biodata

1. Identitas pasien

Meliputi identitas penanggung jawab dan identitas masuk

2. Riwayat kesehatan

Meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.

3. Status Obstetrikus, meliputi :

1) Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau

2) Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan

3) Riwayat persalinan

4) Riwayat KB

Pengkajian post operasi

1) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen

2) Auskultasi bising usus

3) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa

4) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi

5) Kaji terhadap nyeri atau mual

6) Kaji status alat intrusive

7) Kaji status balutan


8) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan

dan lamanya waktu di bawah anestesi.

9) Kaji status psikologis pasien setelah operasi

F. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek studi

kasus berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan maternitas,

Data primer ini diperoleh melalui dua cara, yaitu :

1) Wawancara

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara

lisan dari seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap

dan berhadapan muka dengan orang tersebut.

2) Observasi

Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syarat-

syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti

dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien

a) Inspeksi

Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan indera

penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data.

b) Palpasi
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah untuk

mendeteksi adanya kelainan atau tidak

c) Perkusi

Mengetuk permukaan tubuh

d) Auskultasi

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan

menggunakan stetoskop.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Data

sekunder dapat diperoleh dari :

a. studi dokumentasi

b. Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung kepasien

melainkan ke dokumen

c. studi kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian sebelumnya

2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

anamnes, pemeriksaan fisik, obserfasi langsung, wawancara dan studi

dokumentasi adapun langkah-langkah pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti adalah

1) Peneliti meminta surat pengambilan data awal dari institusi asal

penelitian poltekkes kemenkes kendari


2) Peneliti mengambil data dari rumag sakit bahteramas provinsi

Sulawesi tenggara

3) Peneliti meminta surat izin dari badan LITBANG rumah sakit

bahteramas provinsi Sulawesi tenggara

4) Peneliti meminta surat rekomendasi dari rumah sakit bahteramas

provinsi Sulawesi tenggara

5) Peneliti meminta izin kepada kepala rungan tempat penelitih

rumah sakit bahteramas provinsi Sulawesi tenggara

6) Peneliti mendatangi subjek studi kasus dan menjelaskan tentang

tujuan penelitian

7) Informed consent diberikan kepada subjek studi kasus dan

keluarga

8) Subjek studi kasus menandatangani informed consent, peneliti

meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan

dimulai dari pengkajian sampai evaluasi dokumentasi

G. Tempat Dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat studi kasus

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang Tumbu Dadi Rumah Sakit

Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

2. Waktu studi kasus

Penilitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 11 juli sampai 14 juli

tahun 2018
H. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tekstular atau narasi

disertai dengan ungkapan verbal dari subjek studi kasus yang merupakan data

pendukungnya.

I. Etika Studi Kasus

Pertimbangan etik dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memenuhi

prinsip-prinsip The Five Right Of Human Subjects In Research ( Macne, 2004 )

1) Hak untuk self determination, subjek studi memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian

2) Hak terhadap Privacy Dan Dignity. subjek studi memiliki hak untuk dihargai

tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka

serta mengontrol kapan dan bagaimana informasi tentang mereka bagi

dengan orang lain

3) Hak Anonymity dan confidentiality, subjek studi harus dijaga kerahasiayaan

atas keterlibatanya dalam penelitian ini

4) Hak untuk mendapatkan penanganan yang adil memberikan individu hak

yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi

5) Hak terhadap perlindungan diri atas ketidaknyamanan atau kerugian,

mengharuskan subjek studi dilindungi dari eksploitas dan peneliti harus

menjamin.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Manajemen Nyeri Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Ny. L

Dengan Post Operasi Kista Ovarium Diruang Tumbu Dadi

RSU Bahteramas Prov. Sultra 2018

Tabel 4.1 Identitas Rekam Medik

Nomor Rekam Medis 53-34-50

Tanggal Masuk RS 17 Juli 2018

Tanggal Pengkajian 10 Juli 2018

Sumber Informasi Pasien (Observasi), keluarga

(wawancara) dan rekam medis

Sumber: Data Primer, 2018

A. Hasil Penelitian

1. Pengkajian Keperawatan

a. Biodata

Pasien L, perempuan 28 tahun, pekerjaan wiraswasta, agama islam, suku

bugis,diagnosa medis kista ovarium, masuk rumah sakit selasa 10 juli 2018

b. Keluhan Utama

Keluhan utama pasien yaitu nyeri pada perut bagian bawah sejak 4 hari

yang lalu sebelum masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi


Sulawesi Tenggara, pada saat pasien melakukan pemeriksaan di RS kolaka

kemudian mendapat rujukan dari RS kolaka untuk operasi dikarenakan

hasil Ultrasonografi ( USG ) kista sudah membesar ukurannya 9 cm

c. Keluhan Saat Dikaji

Saat dilakukan pengkajian pada pasien Rabu 11 juli 2018, keadaan

pasien lemah, pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah khususnya

pada luka operasi, pasien nampak meringis, pasien nampak pucat tekanan

darah 100/60 mmHg, nadi 90x/menit, suhu tubuh 37,8

d. Riwayat Kesehatan keluarga

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan bahwa ibu pasien

pernah mengalami operasi yang sama dengan pasien yaitu operasi kista

ovarium

e. Pemeriksaan Fisik pada abdomen

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan bahwa, tidak ada pembesaran

abdomen, terdapat luka bekas operasi, pasien mengeluh nyeri pada perut

bagian bawah khususnya pada luka operasi, panjang luka operasi ± 10 cm

f. Riwayat Obstetri

1) Riwayat menstruasi

Pasien mengatakan menstruasi pada usia 11 tahun, siklus haid tidak

teratur, lama haid 5 hari, hari pertama haid terakhir ( HPHT ) Tanggal 2

bulan juni 2018, pasien mengatakan pada saat menstruuasi tiga tahun

terakhir ini darah yang keluar tidak maksimal ( sedikit )

2) Riwayat kehamilan
Pasien mengatakan belum pernah hamil

g. Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan

P : Luka bekas opersi, nyeri pada saat beraktivitas

Q : Seperti ditusu-tusuk

R : Dibawah umbilikus region 8 ( Hipogastrik )

S : 9 ( 0-10 )

T ; Terus menerus

h. Data Penunjang

Tanggal 10 juli 2018

Pada pemeriksaan Ultrasonografi ( USG ) bahwa terdapat kista ovarium

kiri ukurannya 9 cm

Laboratorium :

HB :12,3

CT : 6,33

BT : 3,10

SGPT : 18

SGOT : 19

Ureum : 23

Kreatinin : 1,6

i. Terapi Pengobatan

Terapi pengobatan pada Ny. L diberikan cairan RL 1500ml/24 jam,

Cefotaxin 1gr drips/24 jam, buscopan 1amp/8 jam, Erdipine 1amp/8 jam,
Ranitidine 1amp/12 jam, mefenamicacid tablet 500 mg 3x1, ferrous tablet

2x1.

2. Variabel Penelitian

Penerapan manajemen nyeri teknik latihan relaksasi napas dalam dilakukan

selama 4 hari dengan frekuensi latihan 4-6 kali sehari, sebelum dilaksanakan

latihan relaksasi napas dalam terlabih dahulu peneliti melakukan pengukuran

skala nyeri dengan menggunakan lembar observasi, setelah dilakukan latihan

relaksasi napas dalam peneliti langsung mengevaluasi tindakan yang telah

dilakukan melalui ungkapan yang diutarakan oleh pasien.


3. Intervensi keperawatan

Tabel 4.2

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manjeman nyeri (Pain

berhubungan dengan tindakan keperawatan managemen)

agens cedera fisik diharapkan klien dapat:


6. Lakukan
(prosedur
1. Mengontrol nyeri pengkajian nyeri
pembedahan )
(pain control) secara komprehensif

dengan criteria meliputi : lokasi,

hasil : karakteristik durasi,

kualitas, intensitas
 Klien dapat
atau beratnya nyeri
mengetahui
dan faktor pencetus
penyebab nyeri
7. Observasi
 klien mampu
adanya petunjuk non
menggunakan
verbal mengenai
teknik non
ketidaknyamanan pada
farmakologi
pasien yang tidak
untuk
dapat berkomunikasi
mengurangi
secara efektif
nyeri
8. Gunakan strategi
 klien melaporkan
nyeri berkurang komunikasi terapeutik

2. Pain level untuk mengetahui

(menunjukan pengalaman nyeri agar

tingkat nyeri) klien dapat

dengan criteria mengespresikan nyeri

hasil : 9. Ajarkan

 klien melaporkan penggunakan teknik

nyeri dan non farmakologi (

pengaruhnya pada Teknik relaksasi napas

tubuh dalam)

 klien mampu 10. Evaluasi

mengenal skala, keefektifan dari

intensitas, tindakan mengontrol

frekuensi dan nyeri tindakan yang

lamanya nyeri digunakan

berlangsung
4. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.3

No Diagnosa Tgl Jam Implementasi Paraf

1 Nyeri akut 11 13,00 1. Melakukan

berhubungan juli pengkajian nyeri

dengan cedera 2018 secara

fisik komprehensif

P : Melakukan

aktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 9 dari 0-10

T : Terus menerus

2. Observasi adanya

petunjuk non

verbal mengenai

ketidaknyamanan.

Hasil :

Klen tidak nyaman

dengan sauna yang

penu dengan
keributan

3. Mengajarkan

teknik relaksasi

napas dalaam

Hasil :

Klien mengerti

4. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

Hasil :

17.00 Klien nampak

meringis

5. Mengajarkan

teknik relaksasi

napas dalam

19.00 Hasil :

Skala nyeri tetap

6. Mengajarkan

teknik relaaksasi

napas dalam

00.00 Hasil :

Skala nyeri tetap


7. Mengajarkan

teknik relaksasi

napas dalam

Hasil :

Skala nyeri tetap

2 Nyeri akut 12 08.00 1. Melakukan

berhubunggan juli pengkajian nyeri

dengan dengan 2018 secara

cedera fisik komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 7 dari 0-10

T : Terus- menerus

2. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

3. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan
mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 7

dari 1-10

10.00 4. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 7 dari 0-10

T : Terus- menerus

5. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

6. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :
Skala nyeri tetap 7

dari 1-10

13.00 7. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 7 dari 0-10

T : Terus- menerus

8. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

9. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri

berkurang dari 7
menjadi 6

16.00 10. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 6 dari 0-10

T : Terus- menerus

11. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

12. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 6

dari 1-10

22.00 13. Melakukan


pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 6 dari 0-10

T : Terus- menerus

14. Penerapan teknik

relaksai napas

dalam

15. Mengevaluasi
keefektifan dari
tindakan
mengontrol nyeri
Hasil :
Skala nyeri tetap 6
dari 1-10
3 Nyeri akut 13 08.00 1. Melakukan

berhubungan juli pengkajian nyeri

dengan cedera 2018 secara

fisik komprehensif

P : Beraktivitas
Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 6 dari 0-10

T : Terus- menerus

2. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

3. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 6

dari 1-10

13.00 4. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri
(region 8)

S : 6 dari 0-10

T : Terus- menerus

5. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

6. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 5

dari 1-10

14.00 7. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 5 dari 0-10
T : Terus- menerus

8. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

9. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 5

dari 0-10

15.00 10. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 5 dari 0-10

T : Terus- menerus

11. Penerapan teknik


relaksasi napas

dalam

12. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri

berkurang menjadi

4 dari 1-10

18.00 13. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 4 dari 0-10

T : Terus- menerus

14. Penerapan teknik

relaksasi
15. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 7

dari 1-10

23.00 16. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 4 dari 0-10

T : Terus- menerus

17. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

18. Mengevaluasi

keefektifan dari
tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 4

dari 1-10

4 Nyeri akut 14 09.00 1. Melakukan

berhubungan juli pengkajian nyeri

dengan cedera 2018 secara

fisik komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 4 dari 0-10

T : Terus- menerus

2. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

3. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri
Hasil :

Skala nyeri tetap 4

dari 1-10

10.00 4. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 4 dari 0-10

T : Terus- menerus

5. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

6. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri
berkuran 4 ke 3

dari 1-10

11.00 7. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 43 dari 0-10

T : Terus- menerus

8. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

9. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri

berkurang 3 ke 2
dari 1-10

12.00 10. Melakukan

pengkajian nyeri

secara

komprehensif

P : Beraktivitas

Q : Tertusuk-tusuk

R : Hipogastri

(region 8)

S : 2 dari 0-10

T : Terus- menerus

11. Penerapan teknik

relaksasi napas

dalam

12. Mengevaluasi

keefektifan dari

tindakan

mengontrol nyeri

Hasil :

Skala nyeri tetap 2

dari 1-10
Imlementasi keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk

mengurangi rasa nyerii yang ia derita. Tindakan-tindakan tersebut mencakup

tindakan non farmakologis dan tin tindakan farmakologis. dalam beberapa

kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan

yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis untuk mengantisipasi

perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non

farmakologis menjadi sutu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri

disamping tindakan farmakologis yang utama

5. Evaluasi

Penerapan Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada


Pasien Post Kista Ovarium Hari Ke-1
10
9
8
7
6
Skala Nyeri

5
Pre tindakan
4
Post tindakan
3
2
1
0
13 17 19 0
waktu Pemberian

Gambar 4.1 Evaluasi tindakan hari ke-1


Penerapan Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien
Post Kista Ovarium Hari Ke-2

8
7
6
5
Skala Nyeri

4
Pre tindakan
3
Post tindakan
2
1
0
8 10 13 16 22
Waktu Pemberian

Gambar 4.2 Evaluasi tindakan hari ke-2

Penerapan Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien


Post Kista Ovarium Hari Ke-3

5
Skala Nyeri

3 Pre Tindakan
Post Tindakan
2

0
8 13 14 15 18 23
Waktu Pemberian

Gambar 4.Evaluasi tindakan hari ke-3


Penerapan Teknik Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien
Post Kista Ovarium Hari Ke-4

4
Skala Nyeri

2 Pre tindakan

1 Post tindakan

0
9 10 11 12
Waktu Pemberian

Gambar 4.4 Evaluasi tindakan hari ke-4

Dari data tersebut dapat dilihat adanya penurunan skala nyeri pre dan post

penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam pada hari ke-1 sampai hari ke-4.

Pada hari pertama pukul 13.00 saat pengukuran skala nyeri hasilnya yaitu 9 dari 0-

10 ( nyeri berat ) kemudian pada pukul 14.00 pasien diberi terapi obat injeksi

Buscopan 1 amp, injeksi Erdipine 1 amp, injeksi Ranitidine 1 amp, injeksi

Cefotaxim 1 amp. Kemudian pada pukul 15.00 dilakukan pengukuran skala nyeri

dan hasilnya 8 dari 0-10 ( nyeri berat ) dan pada saat dilakukan penerapan teknik

relaksasi napas dalam skala nyeri tidak berkurang atau menurun. Kemudian pada

pukul 17.00 dan 19.00 dilakukan pengukuran skala nyeri hasilnya yaitu 8 dari 0-10 (

nyeri berat ) kemudian dilakukan penerapan teknik ralaksasi napas dalam skala

nyerinya tidak berkurang atau menurun, pada pukul 00.00 dilakukan penerapan

teknik relaksasi napas dalam skala nyeri tetap sama tidak berkurang atau menurun

hasilnya 8 dari 0-10 ( nyeri berat ). Pada hari kedua diberikan terapi obat pukul
06.00 injeksi Buscopan 1 amp, injeksi Erdipine 1 amp, injeksi Ranitidine 1 amp.

Pada pukul 08.00 dilakukan pengukuran skala nyeri hasil 7 (nyeri berat) saat

dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri tidak

berkurang atau menurun. Kemudian pada pukul 10.00 dilakukan pengukuran nyeri

hasilnya 7 ( nyeri berat ) saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas

dalam skala nyeri pasien tidak berkurang masih tetap 7. Pada pukul 13.00

dilakukkan pengukuran nyeri tetap 7 ( nyeri berat ) saat dilakukan penerapan

tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri pasien menjadi 6 (nyeri sedang) .

Pukul 16.00 dan 22.00 skala nyeri 6 ( nyeri sedang ) dan pada saat penerapan

tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri tetap 6 (nyeri sedang) tidak berkurang

atau menurun. Pada hari ke-3 pukul 08.00 dilakukan pengukuran skala nyeri 6 (

nyeri sedang ) pada saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam

nyeri nyeri tidak berkurang masi tetap 6 ( nyeri sedang ), Pukul 13.00 dilakukan

pengukuran nyeri skala nyeri 6 ( nyeri sedang ) dan dilakukan penerapan tindakan

teknik relaksasi napas dalam skala nyeri pasien berkurang menjadi 5 ( nyeri sedang

). Pada pukul 14.00 diberi terapi obat injeksi Buscopan 1 amp, injeksi Erdipine 1

amp. saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam skala nyeri 5 (

nyeri sedang ), pukul 15.00 dilakukan pengukuran skala nyeri dipatkan hasil 5 (

nyeri sedang ) pada saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam

nyeri berkurang menjadi 4 ( nyeri sedang ), Pukul 18.00 dan 23.00 dilakukan

pengukuran skala nyeri 4 ( nyeri sedang ) dan saat dilakukan penerapan tindakan

teknik relaksasi napas dalam nyeri tidak berkurang atau atau menurun skala nyeri

masi tetap 4 ( nyeri sedang ). Pada hari ke-4 pukul 07.00 diberi terapi obat oral
Fefenamicid tablet dan Ferrous, pukul 09.00 dilakukan pengukuran skala nyeri

didapatkan hasil 4 ( nyeri sedang ) saat dilakukan penerapan tindakan teknik

relaksasi napas dalam skala nyeri tidak berkurang atau menurun skala nyeri tetap 4 (

nyeri sedang ). pukul 10.00 dilakukan pengukuran skala nyeri didapatkan hasil skala

nyeri 4 ( nyeri sedang ) saat dilakukan penerapan tindakan teknik relaksasi napas

dalam nyeri pasien berkurang menjadi 3 ( nyeri ringan ) pukul 11.00 dilakukan

pengukuran skala nyeri adalah 3 ( nyeri ringan ) saat dilakukan penerapan tindakan

teknik relaksasi napas dalam nyeri pasien berkurang menjadi 2 ( nyeri ringan ),

Pukul 12.00 dilakukan pengkajian nyeri didapatkan skala nyeri 2 ( nyeri ringan ) saat

penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri tetap 2 (nyeri ringan ).

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengkajian Keperawatan

a. Keluhan Utama

Penkajian merupakan langkah pertama dalam membuat asuhan keperawatan

untuk mengumpulkan data tentang pasien dengan metode wawancara, observasi, dan

melihat rekam medic pasien. Fokus pada studi kasus ini adalah pada bagian abdomen

luka insisi untuk pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri)

Berdasarkan keluhan utama pada Ny. L didapatkan data bahwa Ny. L mengeluh

sakit perut bagian bawah. Sakit perut bagian bawah pada penderita gangguan sistem

reproduksi seperti kista ovarium karena adanya gangguan pembentukan estrogen dan

mekanisme umpan balik antara ovarium dan hipotalamus. Munculnya nyeri

berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan, nyeri yang dimaksud adalah

nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa khususnya pada dinding ovarium. ( H.Alimul Aziz.

A., 2009 )

b. Keluhan Saat Dikaji

Keluhan yang alami dioleh pasien saat dikaji yaitu pasien mengeluh nyeri pada

perut bagian bawah khususnya pada luka operasi, pasien nampak lemah, pasien

nampak pucat, pasien nampak meringis. Penurununan nyeri sebenarnya terjadi

berbeda-beda dilihat dari respon pasien. Nyeri pasien pasca operasi dapat diatasi

dengan manejemen nyeri yang tepat, dikarenakan efek samping dari penggunaan

analgesik jangka panjang yang tidak baik mengharuskan perawat sebagai pemberi

asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi untuk memberikan intervensi

mandiri yang dpat mengatasi nyeri. Terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi nyeri seseorrang misalnya teknik relaksasi napas dalam ( Potter &

Perry 2010 ).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa ada anggota keluarga yang

pernah operasi dengan penyakit yang sama. Hal ini sesuai dengan teori yang

berpendapat bahwa kista ovarium juga sala satu penyebabnya adalah faktor genetic. (

Robbins, 2017 )

d. Pemeriksaan Fisik Pada Abdomen

Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa , tidak ada pembesaran

abdomen, pasien mengatakan tidak ada perubahan atau pembesaran abdomen

sebelum dan sesudah operasi, terdapat luka bekas operasi, pasien mengeluh nyeri

pada perut bagian bawah khususnya pada luka operasi, panjang luka operasi ± 10 cm.
Tidak ada pembesaran abdomen hal ini disebabkan perjalan penyakit berlangsung

secara tersembunyi sehingga diagnosa ini sering ditemukan pada pasien stadium

lanjut, sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tidak semua penderita kista

ovarium memiliki benjolan pada abdomen. ( Robbins, 2007 )

e. Riwayat Obstetri

1) Riwayat menstruasi

Berdasarkan pengkajian didapatkan data, pasien mengatakan menstruasi

pada usia 11 tahun, siklus haid tidak teratur, lama haid 5 hari, hari pertama haid

terakhir ( HPHT ) Tanggal 2 bulan juni 2018, pasien mengatakan pada saat

menstruuasi tiga tahun terakhir ini darah yang keluar tidak maksimal ( sedikit ).

Menurut teori munculnya penyakit kista disebabkan ada beberapa hal terkait dengan

menstruasi seperti yang dikatakan oleh pasien, siklus haid tidak teratur diakibatkan

peningkatan cairan dikopu luteum di tandai dengan nyeri, tendendernes ovari. Dari

manifestasi klis juga termasuk yang dikeluhkan oleh pasien.

2) Riwayat kehamilan

Pasien mengatakan belum pernah hamil, Dalam konsep dijelaskan bahwa

dalam kehamilan kista ovarium yang besar dapat menyebabkan kelainan letak janin

atau menghalangni masuknya kepala kedalam panggu. (Winjasastro, 2011). Jadi bisa

hamil akan tetapi hamil dengan resiko tinggi.

f. Pengkajian Kenyamanan

P : Luka bekas opersi, nyeri pada saat beraktivitas

Q : Seperti ditusu-tusuk

R : Dibawah umbilikus region 8 ( Hipogastrik )


S : 9 ( 0-10 )

T ; Terus menerus

Dari pengkajian yang didapatkan maka masalah keperawatan adalah nyeri

akut

a. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri yang factual (terkini), lengkap dan akurat akan

memudahkan perawat dalam menetapkan data dasar, dalam menegakan

diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang

cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap

terapi yang diberikan. H.Alimul Aziz.A.,(2009)

Tidakan yang perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selam

nyeri

1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul)

2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokkasi nyeri

3. Mengkaji tingkat keperahan dan kualitas nyeri

Untuk pengkajian episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klian

dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat

berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum

mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien klien terhadap nyeri.

Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih

baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif,

kognitif, (NIH, 1986; McGuire, 1992, dalam buku prasetyo N, S)


Donovan dan Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen

tersebut diantaranya:

b. Karekteristik nyeri (metode P, Q, R, S)

1. Faktor pencetus (P: Provacate )

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada

klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan obserfasi bagian-

bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai

adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplor

perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan yang apa yang dapat

mencetuskan nyeri.

2. Kualitas (Q: Quality)

Kualitas nyeri merupakan suatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien,seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalmia-kalimat:

tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertidi, perih,

tertusuk-tusuk dan lain-lain, dimasa tiap-tiap klien mungkin berbeda-

beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan

3. Lokasi (L: Regional)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk

mewujudkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh

klien. Untukk melokalisasi nyeri yang lebih spesifik, maka perawat dapat

meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling,

kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus

(menyebar). Dalam mendokumentasikan hasil pengkajiian tentang lokasi


nyeri, perawat hendaknya menggunakan bahasa anatomi atau istila yang

deskriptif. Sebagai contoh pernyataan “nyeri terdapat dikuadran abdomen

kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik Sdibandingkan “ klien

menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”

4. Keparahan (S: Severe)

Tingkat kaparehan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang

paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk

menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri

sedang, nyeri barat. Hal ini juga bias disebabkan karena memang

pengalaman nyeri pada masing-masing individu berbeda-beda.

Skala Numerik (numerical rating scale, NRS) Digunakan sebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dari

skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan

nyeri, angka 10 mengindikasi nyeri yang paling berat yang dirasakan

klien. Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan sesuudah intervensi terapeutik. Sebagai contoh: pada hari

pertama post operasi klien menyatakan skala nyeri yang ia rasakan pada

angka 8, kemudian pada hari kedua post operasi saat dilakukan

pengkajian klien melaporkan adanya penurunan nyeri yang ia rasakan

pada skala 4.

Perlu diperhatikan dalam menggunakan skala nyeri, bahwa perawat

tidak menggunakan skala nyeri tersebut untuk membandingkan satu klien

dengan yang lainnya, walaupun sakala tersebut bersifat objektif, akan


tetapi tingkat keparahan nyeri terlalu subjektif untuk digunakan dalam

perbandingan nyeri antar individu

5. Durasi ( T: time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentuan awitan durasi, dan

rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan :” kapan nyeri mulai

dirasakan? “apakah nyeri yang dirasakan pada waktu / yang sama setiap

hari?” seberapa sering nyeri kambu? Atau dengan kata-kata lain yang

semakna.

Factor yang memperberat/memperingan nyeri. Perawat perlu mengkaji

factor-faktor yang yang memperberat nyeri pasien, misalkan peningkatan

aktivitas, perubahan suhu, stress dan yang lainnya, sehingga dengan

demikian perawat dapat memberikan tindakan untuk menghindari

peningkatan respon nyeri pada klien. Demikian halnya perawat perlu

untuk mengetahui apakah klien mempunyai cara-cara sendiri yang efektif

untuk menghilangkan atau menurunkan nyerinya, seperrti mengubah

posisi, melakukan tindakan ritual, menggosok/massage bagian tubuh

yang sakit, meditasi atau mengompres bagian tubuh yang nyeri dengan

kompres dingin atau hangat

g. Dianosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Terdapat dua diagnosa utama yang dapat digunakan untuk menggabarkan

nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Menurut Noart American

Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2011, Dalam buku, Prasetyo, N,S),


Nyeri akut didefenisikan sebagai “suatu pengalamman sensori dan emosional

dan tidak menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat

actual maupun potensial, dengan onset tiba-tiba ataupun lambat, dari

intensitas yang ringan sampai berat, dapat diperdiksi untuk berakhir dan

durasi kurang dari enam bulan.

Keberadaan nyeri pada klien dapat dapat mencetuskan masalah

keperawatan lainnya. Sebagai contoh nyeri yang dialami klien arthritis

menyebabkan masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik, atau nyeri yang

dialami klien meyebabkan klien tidak bias melakukan aktivitas sehari-harinya

(seperti toileting, makan, minum) secara mandiri, sehingga menimbulkan

masalah keperawatan lainnya Defisit perawatan diri.

Penegakan dignosa keperawatan yang akurat akan dapat dilaksanakan

apabila data dan analisa data pengkajian yang dilakukan cermat dan akurat.

h. Intervensi keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan

berorientasi untuk memenuhi hal-hal sebagai berikut:

1. klien melaporkann penurunan adanya penurunan rasa nyeri

2. klien melapokan adanya peningkatan rasa nyaman

3. klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimilki

4. klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri

5. klien mampu menggunakan terapi yang diberikanuntuk mengurangi rasa

nyerii saat dirumah


Berikut ini merupakan contoh tindakan pada beberapa masalah

keperawatan :

a. Kaji terhadap faktor yang menyebabkan nyeri

b. Kurangi atau hilangkan factor-faktor yang meningkatkan nyeri

c. Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode-metode

apa saja yang dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyeri

d. Kolaborasi dengan individu untuk memulai tindakan

mengurangi nyeri secara non invasif yang cocok

i. Imlementasi keperawatan kebutuhan rasa nyaman

Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk

mengurangi rasa nyerii yang ia derita. Tindakan-tindakan tersebut mencakup

tindakan non farmakologis dan tin tindakan farmakologis. dalam beberapa

kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmakologis adalah tindakan

yang paling utama, sedangkan tindakan farmakologis untuk mengantisipasi

perkembangan nyeri. pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non

farmakologis menjadi sutu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri

disamping tindakan farmakologis yang utama

j. Evaluasi keperawatan

Evaluasi terhadap nyari dilakukan dengan menilai kemempuan dalam

merespon rangsangan nyeri klien diantaranya hilangnya perasaannya

nyeri, intensitas nyeri menurun, respon fisiologis pasien yang baik serta

kemampuan pasien melakukan aktivitas

k. Variabel Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiwin Lismidiati

tahun2017 pengaruh tehnik relaksasi pada post operasi kista ovarium, menunjukan

bahwa tehnik relaksasi napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi

kista ovarium sebelum dilakukan tehnik relaksasi napas dalam pasien rata

rata memiliki skala nyeri 8 dari skala nyeri (1-10) sebelum dilakukan tehnik

relaksai napas nalam, sedangkan sesudah melakukan tehnik relaksasi napas dalam

rata- rata skala nyeri berkurang dari 8 ke 5 – 4.

Setelah dilakukan manajemen nyeri teknik latihan relaksasi napas dalam

dilakukan oleh peneliti selama 4 hari dengan frekuensi latihan 4-6 kali sehari,

sebelum dilaksanakan latihan relaksasi napas dalam, terlabih dahulu peneliti

melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan lembar observasi, setelah

dilakukan latihan relaksasi napas dalam peneliti langsung mengevaluasi.

Berdasarkan data intensitas nyeri pasca operasi kista ovarium pada hari ke-1

sampai hari ke-4 sebelum penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam, terdapat

intensitas nyeri pada tabel tersebut bervariasi. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa

penerapan teknik relaksasi napas dalan efektif untuk mengurangi nyeri, walaupun

skala hanya turun sedikit. Pada hari pertama penerapan tersebut belum efektif karena

klien merasakan nyeri masih sangat tinggi. Tindakan pembedahan terutama pada

klien kista ovarium merupakan tindakan medis yang dilakukan untuk mengangkat

kista yang ada pada ovarium, yang akan mengakibatkan nyeri pada luka tempat

insisi. Nyeri yang dirasakan pada hari pertama dan juga setelah efek bius sudah

habis, tetapi tidak semua wanita mengalami intensitas dan tingkat keparahan nyeri

yang sama tergantung respon klien yang berbeda-beda.


Penurunan nyeri terjadi pada setiap klien itu berbeda-beda tergantung

kondisinya masing-masing, nyeri klien pasca operasi dapat diatasi dengan

manajemen nyeri yang tepat. Efek samping dari penggunaan analgesik jangka

panjang yang tidak baik mengharuskan perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan pada klien pasca operasi untuk memberikan intervensi mandiri untuk

mengatasi nyeri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri seseorang

misalnya, teknik relaksasi napas dalam ( Potter & Perry 2010 ). Pada penelitian ini

dilakukan penerapan tindakan teknikk relaksasi napas dalam untuk mengurangi

nyeri.

Teknik relaksasi napas dalam , dalam penelitian, peneliti dapat menemukan

teknik relaksasi napas dalam sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.

Latihan napas dalam suatu tindakan untuk “ membebaskan untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan stress, sehingga dapat menyebabkan toleransi

terhadap nyeri. (Notoatmodjo,2010)

C. Keterbatasan Studi Kasus

Prosedur penelitian studi kasus ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namum demikian masih memiliki keterbatasan dan menghambat proses

penelitian yaitu:

1. Pengurusan surat izin peneltian di Rumah Sakit Umum Bahteramas Prov.

Sultra Kendari menggunakan waktu yang lama

2. Peneliti tidak stay 24 jam diruangaan, peneliti melakukan penelitian terkait

dengan tindakan yang dilakukan setiap hari peneliti datang diruangan maksimal

dua sampai tiga kali perhari


BAB V

KASIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan tindakan teknik relaksasi napas

dalam pada Ny. L dengan diagnose medis Post Operasi Kista Ovarium Diruang

Tumbu Dadi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Privinsi Sulawesi Tenggara

tahun 2018 peneliti mengambil kesimpulan penerapan latihan relaksasi napas

dalam yang dilaksanakan selama 4 hari dapat dibuktikan sebagai berikut:

1. Pada hari -1 sebelum dilaksanakan latihan relaksasi napas dalam terlabih

dahulu peneliti melakukan pengukuran skala nyeri dengan menggunakan lembar

observasi, setelah dilakukan latihan relaksasi napas dalam peneliti langsung

mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan melalui ungkapan yang diutarakan

oleh pasien. saat dilakukan pengkajian nyeri sebelum tindakan skala nyeri

pasien yaitu 9 ( nyeri berat ) dari 0-10, setelah kemudian klien diterapi obat, satu

jam setelah pemberian obat, dilakukan pengkajian nyeri, skala nyeri pasien

menjadi 8 ( nyeri berat ) dari 0-10 setelah dilakukan tindakan nyeri pasien tidak

berkurang atau menurun. Dan pada hari ke-4 dilakukan pengkajian nyeri hasil yang

didapatkan 3 ( nyeri ringan ) dari 0-10 kemudian pada saat dilakukan

penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam nyeri berkurang menjadi 2 ( nyeri

ringan ) dari 0-10.

2. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa penerapan teknik relaksasi napas

dalan efektif untuk mengurangi nyeri, walaupun skala hanya turun sedikit. Pada
hari pertama penerapan tersebut belum efektif karena klien merasakan nyeri masih

sangat tinggi. Tindakan pembedahan terutama pada klien kista ovarium merupakan

tindakan medis yang dilakukan untuk mengangkat kista yang ada pada ovarium,

yang akan mengakibatkan nyeri pada luka tempat insisi. Nyeri yang dirasakan pada

hari pertama dan juga setelah efek bius sudah habis, tetapi tidak semua wanita

mengalami intensitas dan tingkat keparahan nyeri yang sama tergantung respon

klien yang berbeda-beda.

Penurunan nyeri terjadi pada setiap klien itu berbeda-beda tergantung

kondisinya masing-masing, nyeri klien pasca operasi dapat diatasi dengan

manajemen nyeri yang tepat. Efek samping dari penggunaan analgesik jangka

panjang yang tidak baik mengharuskan perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan pada klien pasca operasi untuk memberikan intervensi mandiri untuk

mengatasi nyeri terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri seseorang

misalnya, teknik relaksasi napas dalam ( Potter & Perry 2010 ). Pada penelitian ini

dilakukan penerapan tindakan teknikk relaksasi napas dalam untuk mengurangi

nyeri.

Teknik relaksasi napas dalam , dalam penelitian, peneliti dapat menemukan

teknik relaksasi napas dalam sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri.

Latihan napas dalam suatu tindakan untuk “ untuk membebaskan mental dan fisik

dari ketegangan stress, sehingga dapat menyebabkan toleransi terhadap nyeri.

(Notoatmodjo,2010)

B. Saran

1. Bagi peneliti
Peneliti berharap agar hasil penelitian bagi profesi peneliti dapat menambah

pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

Post operasi kista ovarium dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas

nyeri )

2. Bagi tampat peneliti

Peneliti berharap hasil penelitian ini menjadi bahan baca untuk menerapkan

asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi kista ovarium dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas nyeri )

3. Bagi institusi

Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan

pembelajaran asuhan keperawatan pada pasien Post operasi kista ovarium dalam

pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ( bebas nyeri ) pada deploma III

keperawatan khususnya dibidang keperawatan maternitas

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti berharap hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan informasi untuk

menerapkan asuhan keperawatan selanjutnya pada pada penyakit gangguan

sistem reproduksi ( Post operasi kista ovarium )


DAFTAR PUSTAKA

Aspiani Yuli Reny.,(2017) Asuhan keperawatan maternitas aplikasi NANDA, NIC

dan NOC . Jakarta : TIM

Baradero Marry, SPC , Marry Wilfrid, SPC, MSN, (2006) Klien Gangguan Sistem

Reproduksi Dan Seksualitas Jakarta: Medika Salemba

Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.

Singapore: Elsevier, Alih Bahasa Intisari Nurjannah & Roxsana Devi

Tumanggor.

dr. Chandranita Manuaba Ida Ayu., Sp,Og, dr Ida Bagus Gede Fajar Manuaba

Sp.Og, Prof, dr. Ida Bagus Gede Manuaba (2009) Ilmu Genokologi Dan

Obstetri . Jakarta :EGC

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka

Baru Press.

Gant F. Norman, Cunningham Garry ,F (2010) Dasar-Dasar Genokologi Dan

Obstetri .Jakarta :EGC

H.Alimul Aziz.A.,(2009) Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta : Salemba Medika

Jones-Derek Llewellyn. (2001). Dasar-Dasar Obstetric Dan Genokologi

Jakarta : EGC
Kemenkes, 2015. Sebagian Besar Penderita Kista ovarium Tidak menyadarinya.

Kendari. www.kemenkes.go.id.article.view. Kemenkes 22 Maret 2018. Jam

11.00

Moorhead, S, et al. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC): Pengukuran

Outcomes Kesehatan. Singapore: Elsevier, Alih Bahasa Intisari Nurjannah

& Roxsana Devi Tumanggor.

Nurairi, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC ( Jilid ke-2). Jogjakarta: MediAction

Prasetyo Nian Sigit. (2010) Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta :

Graha ilmu Winjosastro. el,all (2011) Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan

Seksualitas Jakarta: Medika Salemba


DOKUMENTASI

GAMBAR MENGAJARKAN TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM

GAMBAR MELAKUKAN PENGKAJIAN


GAMBAR MELAKUKAN PENGKAJIAN

GAMBAR MELAKUKAN PENGKAJIAN


LAMPIRAN

Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TEKNIK MENGATASI NYERI (RELAKSASI NAPAS DALAM)

Ada tiga hal utama yang diperhatikan dalam tekniki relaksasi :

1. Posisikan pasien dengan tepat


2. Pikiran beristrahat
3. Lingkungan yang tenang

Tujuannya :
Untuk mengurangi rasa nyeri atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi :
Diilakukan pada pasien yang mengalami nyeri

Prosedur pelaksana :
A. Tahap prainteraksi
1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga privasi pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarga
C. Tahap kerja
1. Berikan kesempatan kepada pasien jika ada yang kurang jelas
2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam sehingga rongga paru
paru berisi udara
4. Instruksikan pasien secara perlahan untuk menghembuskan udara
keluar dari setip anggota tubuh, pada waktu yang bersamaan
memusatkan perhatian untuk rileks
5. Instruksikan pasien ungtuk bernapas dengan irama normal beberapa
saat 1-2 menit
6. Instruksikan pasien untuk tarik napas dalam, kemudian hembuskan
secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan
kaki menuju keparu-paru dan udara menuju keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan udara
yang mengalir dan meraskan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki kemudian rasakan kehangatannya
8. Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa
nyerinya kembali
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengn baik
4. cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga
Lampiran 2

FORMAT PENGKAJIAN DATA

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Nama Mahasiswa : No Rekam Medik :

Nim : Ruangan/RS :

Tanggal : Diagnosa Medis :

A. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nama Suami :
2. Umur : Umur :
3. Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
4. Agama : Pendidikan :
5. Pendidikan : Pekerjaan :
6. Pekerjaan : Alamat :
7. Alamat :
8. Status Perkawinan :
B. STATUS KESEHATAN SAAT INI
1. Alasan kunjungan ke Rumah Sakit :
2. Keluhan Utama saat ini :
3. Timbulnya keluhan : ( ) bertahap
4. Faktor yang memperberat : ( ) mendadak
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :
6. Diagnosa Medik :
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi :
1) Menarche :
2) Banyaknya :
3) HPHT :
4) Siklus : Teratur ( ) Tidak ( )
Lamanya :
Keluhan :

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
ke
Thn Umur Penyul Jenis Penolo Penyuli Lares Infeks Perdar JK BB P
kehamil it ng t ai i ahan J
an

c. Genogram

2. Riwayat Keluarga Berecana


a) Melakukan KB : ( ) ya ( ) tidak
b) Bila ya, jenis Kontrasepsi apa yang digunakan :
c) Sejak kapan menggunakan kontrasepsi :
d) Masalah yang terjadi :
3. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit yang pernah dialami ibu :
b) Pengobatan yang didapatkan :
c) Riwayat penyakit keluarga :
( ) Penyakit Diabetes Militus
( ) Penyakit Jantung
( ) Penyakit Hipertensi
( ) Penyakit Lainnya
4. Riwayat Lingkungan
a) Kebersihan :
b) Bahaya :
c) Lainnya, sebutkan :
5. Aspek Psikososial
a) Presepsi ibu tentang keluhan/ penyakit :
b) Aspek keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupa sehari
– hari, bila ya bagaimana :
c) Harapan yang ibu inginkan :
d) Siapa orang yang terpenting bagi ibu :
e) Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini :
f) Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( ) ya ( ) tidak
6. Kebutuhan Dasar Khusus
a) Pola Nutrisi
1) Frekuensi Makan : x/hari
2) Nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak ada nafsu makan,
Alasan :
3) Jenis makanan rumah :
4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
b) Pola Eliminasi
BAK
1) Frekuensi : kali
2) Warna :
3) Keluhan : Saat BAK ........
BAB
1) Frekuensi : kali
2) Warna :
3) Bau :
4) Konsistensi :
5) Keluhan :
c) Pola Personal Hygiene
1) Mandi
 Frekuensi : x/hari
 Sabun : ( ) ya ( ) tidak
2) Oral Hygiene
 Frekuensi : x/hari
 Waktu : ( ) pagi ( ) sore ( ) setelah makan
3) Cuci rambut
 Frekuensi : x/hari
 Shampo : ( ) ya ( ) tidak
d) Pola Istirahat dan Tidur
1) Lama tidur : jam/hari
2) Kebiasaan sebelum tidur :
3) Keluhan :
e) Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kegiatan dalam pekerjaan : ......Jam/hari
2) Waktu bekerja : ( ) Pagi ( ) Sore ( ) Malam
3) Olahraga
Jenis :
Frekuensi :
4) Kegiatan waktu luang :
5) Keluhan dalam aktivitas :
f) Pola Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
1) Merokok :
2) Minuman keras :
3) Ketergantungan obat :
7. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : ........ Kesadaran
b) Tekanan darah : mmHg
c) Pernapasan : x/mnt
d) Nadi : x/mnt
e) Suhu : °C
f) Berat Badan : Kg
g) Tinggi Badan : cm
h) Kepala
Bentuk :
Keluhan :
i) Mata
1) Kelopak Mata :
2) Gerakan mata :
3) Kongjungtiva :
4) Sclera :
5) Pupil :
6) Akomodasi :
7) Lainnya, sebutkan :
j) Hidung
1) Reaksi alergi :
2) Sinus :
3) Lainnya, sebutkan :
k) Mulut dan Tenggorokan
1) Gigi geligi :
2) Kesulitan menelan :
3) Lainnya, sebutkan :
l) Dada dan Axilla
1) Mammae :
2) Aereola mammae :
3) Papila mammae :
4) Colostrum :
m) Pernapasan
1) Jalan napas :
2) Suara napas :
3) Menggunkan otot – otot pernapasan :
4) Lainnya, sebutkan :
n) Sirkulasi jantung
1) Kecepatan denyut apical :
2) Irama :
3) Kelainan bunyi jantung :
4) Sakit dada :
5) Timbul :
6) Lainnya, sebutkan :
o) Abdomen
1) Mengecil :
2) Linea dan Strae :
3) Luka bekas operasi :
4) Kontraksi :
5) Lainnya, sebutkan :
p) Genitourinary
1) Perineum :
2) Vesika urinaria :
3) Lainnya, sebutkan :
q) Ekstremitas (Integumen / Muskoloskeletal)
1) Turgor kulit :
2) Warna kulit :
3) Kontraktur pada persendian ekstremitas :
4) Kesulitan dalam pergerakan :
5) Lainnya, sebutkan :
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
2. Pemeriksaan USG :
3. Radiologi :
4. Terapi yang didapat :
E. DATA TAMBAHAN
Lampiran 3

FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN

I. DATA DEMOGRAFI
A. BIODATA
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Suku/Bangsa :
6. Status Perkawinan:
7. Agama :
8. Pekerjaan :
9. Diagnosa Medik :
10. No. Rekam Medik :
11. Tanggal Masuk :
12. Tanggal Pengkajian :
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hubungan Dengan Klien :
II. KELUHAN UTAMA
Keluhan Klien Sehingga Dia Membutuhkan Pertolongan Medik
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Waktu Timbulnya Penyakit Kapan?
2. Bagaimana Awal Munculnya?
3. Keadaan Penyakit Apakah Sudah Membaik, Parah Atau Tetap
Sama?
4. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan?
5. Kondisi Saat Dikaji (PQRST)?
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya
Menyerang?
2. Buat Bagan Genogram
C. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
1. Penyebab Nyeri
a. Benda Tajam :
b. Trauma :
c. Benda Tumpul :
d. Dan Lain-Lain :
2. Regional (Daerah)
a. Bagian Dalam :
b. Seluruh Badan :
c. Bagian Permukaan :
d. Apakah Menjalar Kebagian Lain :
3. Intensitas Nyeri
a. Ringan
b. Parah
c. Sangat Parah
4. Kualitas Nyeri
a. Sakit
b. Terbakar
c. Tertusuk
5. Waktu
a. Apakah Pernah Menderita Penyakit/Trauma Yang
Menyebabkan Rasa Nyeri?
b. Jika Ya, Kapan Terjadi ?
c. Lamanya Berlangsung
d. Interval Nyeri
6. Faktor Yang Meringankan
a. Apakah Pernah Membeli Obat Untuk Menghilangkan Rasa
Nyeri
b. Kalau Pernah, Obat Apa Yang Digunakan
c. Dosis Obat Yang Digunakan
d. Efek Obat Yang Digunakan
e. Selain Obat, Tindakan Apa Yang Dilakukan :
1) Nonton
2) Nyanyi
3) Cerita
4) Dll;
7. Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas
a. Tidur :
b. Makan :
c. Bekerja :
d. Interaksi Sosial :
8. Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
a. Mual :
b. Muntah :
c. Pusing :
d. Konstipasi :
e. Suhu Tubuh :
f. Menggil :
g. Dll; :
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium :
b. Foto Rontgen :
c. Ekg :
d. Pemeriksaan Lain :
Lampiran 4

FORMAT ANALISA KEPERAWATAN

No. Data Masalah Etiologi Problem


FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nomor Rekam Tanggal Dan


No. Nama Pasien Diagnosa
Medik Paraf
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
kriteria hasil
FORMAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :

No. rekam medik :

No. Hari/tgl Diagnosa Implementasi Keperawatan Paraf


FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien :

No. rekam medik :

No. Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Lampitran 5

LEMBAR OBSERVASI

Nama Pasien :

Umur :

Hari/Tanggal Pelaksanaan :

Jenis Tindakan :

Pre penerapan teknik relaksasi napas dalam Post penerapan teknik relaksasi napas dalam

NO. JAM Skala Skala PARAF

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 01.00

2 02.00

3 03.00

4 04.00
5 05.00

6 06.00

7 07.00

8 08.00

9 09.00

10 10.00

11 11.00

12 12.00

13 13.00

14 14.00

15 15.00

16 16.00
17 17.00

18 18.00

19 19.00

20 20.00

21 21.00

22 22.00

23 23.00

24 24.00

Anda mungkin juga menyukai