Anda di halaman 1dari 22

PENILAIAN STATUS GIZI

3 penilaian status gizi

METODE PENILAIAN STATUS GIZI

PSG LANGSUNG PSG TIDAK LANGSUNG

• ANTROPOMETRI • SURVEI
• KLINIS KONSUMSI MAKANAN
• BIOKIMIAWI • STATISTIK VITAL
• BIOFISIK • FAKTOR EKOLOGI

1. PENILAIAN STATUS GIZI LANGSUNG


A. Antropometri
Definisi
ukuran tubuh manusia b/d berbagai macam pengukuran dimensi tubuh &
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
 Parameter antropometri
 Berat badan
 Tinggi badan
 Umur
 Lingkar kepala
 Lingkar lengan atas
 Lingkar dada
 Indeks antropometri
 BB/U, BB/TB, TB/U
 LLA/U, LK/U
B. Klinis
penting menilai status gizi masy. didasarkan perubh2 yg terjadi  b/d ketidakcuk
upan zat gizi. dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) kulit,
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yg dekat dg permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid
C. Biokimia
pemeriks.spesimen laboratoris pd jaringan tubuh / berkaitan dg laboratorium.
ex: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
- Penggunaan
 Dpt menentukan keadaan malnutrisi
 Dpt membuktikan pemeriksaan tk sub –klinis Sbg pemeriksaan pelengkap
D. Biofisik
Definisi
metode  melihat kemampuan fs (khususnya jaringan ) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.
- Penggunaan
 Mengukur kemampuan fungsi jaringan biologis
 Pemeriksaan Perubahan Struktur aringan
- Contohnya
 Pemeriksaan Koordinasi Otot
 Pemeriksaan Kemampuan Fisik
 Pemeriksaan Adaptasi Gelap

2. PENILAIAN STATUS GIZI TIDAK LANGSUNG


A. Survei Konsumsi
Pengertian
metode melihat jumlah & jenis zat gizi yg dikonsumsi
B. Statistik Vital
Pengertian
Menganalisis data  statistik kesehatan  seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi
C. Faktor Ekologi
Bengoa Malnutrisi mrp masalah ekologi sbg hasil interaksi bbrp faktor fisik,
biologis & lingkungan budaya

1. Pengukuran tinggi badan


KONSELING GIZI
Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu atau kelompok yang mengalami
sesuatu masalah (disebut konsele atau biasa disebut klien) dengan tujuan dapat teratasinya
masalah tersebut. Konseling dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti di masyarakat.
Begitu juga dalam program perbaikan gizi, konseling biasa dilakukan baik itu di posyandu,
puskesmas maupun klinik pengobatan dan rumah sakit. Tujuannya antara lain membimbing dan
mengarahkan klien dalam memahami masalah gizi yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.

Konseling melibatkan dua pribadi (konselor dan klien) yang unik dan berbeda dalam
banyak hal. Konselor perlu menyadari bahwa, menghadapi individu yang sedang bermasalah
perlu berbekal pemahaman tentang perilaku manusia dewasa. Pada umumnya klien dalam
program perbaikan gizi adalah ibu atau pengasuh balita yang mempunyai gangguan
pertumbuhan, antara lain dikarenakan masalah gizi kurang, gizi buruk atau justru yang
mengalami kegemukan dan obesitas. Mereka menjadi sasaran konseling pada saat pelayanan di
meja empat posyandu, di ruang pojok gizi puskesmas atau di ruang konsultasi gizi rumah sakit.

1. Konseling pemberian Vitamin A

2. Konseling tentang GAKI


SURVEI KONSUMSI PANGAN
A. PENGERTIAN

Survey Konsumsi Makanan yaitu mempelajari/menelaah jumlah makanan yang


dikonsumsi masuk ke dalam tubuh dan membandingkan dengan baku kecukupan, sehingga
diketahui kecukupan gizi yang dipenuhi.
Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui konsumsi makanan seseorang
atau kelompok orang, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif . Metode yang
bersifat kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan
makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan
makanan tersebut.
Penilaian konsumsi pangan dapat digunakan sebagai indikator pola pangan yang baik
atau kurang baik . Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia. Penilaian
konsumsi pangan dapat dipakai untuk menentukan jumlah dan sumber zat gizi yang dimakan .
Hal ini dapat membantu menunjukkan persediaan zat gizi dalam tubuh cukup atau kurang .
Rendahnya mutu bahan makanan yang dikonsumsi dan jumlah makanan yang tidak cukup dapat
menyebabkan berbagai masalah diantaranya adalah : pertumbuhan badan terganggu , gangguan
pada perkembangan mental dan kecerdasan , timbulnya berbagai macam penyakit , angka
kematian bayi dan anak yang tinggi serta menurunnya daya kerja. Konsumsi makanan itu
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan secara kompleks , seperti tersedianya
bahan makanan , status ekonomi dan sosial budaya serta gangguan kesehatan lingkungan .
Keadaan gizi , baik kekurangan atau kelebihan sering disebut dengan istilah Gizi Salah . Banyak
negara berkembang termasuk indonesia menghadapi masalah gizi yang disebut dengan masalah
Gizi Ganda . Istilah gizi ganda mengacu kepada pengertian masalah gizi yang memiliki dua sisi .
Sisi pertama adalah empat masalah gizi kurang , yaitu kurang energi protein , kurang vitamin A ,
anemi gizi besi , dan gangguan akibat kekurangan iodium .
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia .Rendahnya mutu bahan
makanan yang dikonsumsi dan jumlah makanan yang tidak cukup memenuhi kebutuhan
konsumsi makanan sehari – hari dapat menyebabkan masalah yang diantaranya adalah :
gangguan pada perkembangan mental dan kecerdasan , pertumbuhan badan terganggu ,
timbulnya berbagai macam penyakit , angka kematian bayi dan anak yang tinggi serta
menurunnya daya kerja . Penilaian konsumsi pangan dapat dipakai untuk menentukan jumlah
dan sumber zat gizi yang dimakan dan dapat membantu menunjukkan persediaan zat gizi dalam
tubuh cukup atau kurang .

Penilaian konsumsi pangan seperti cara penilaian keadaan gizi lainnya mempunyai kelemahan
– kelemahan , antara lain :
1. Konsumsi pangan tidak selalu tepat , karena orang dapat kurang cermat mencatat semua
apa yang dimakannya dalam jumlah yang tepat , jika digunakan cara recall makanan ,
tidak semua ingat makanan apa yang dimakan .
2. Pengumpulan data konsumsi pangan dalam waktu jangka pendek tidak selalu mewakili
pola kebiasaan konsumsi pangan .
3. Variasi kebutuhan pangan perorangan tidak selalu dicerminkan secara tetap , jika
dibandingkan dengan konsumsi zat gizi yang diajurkan .
4. Konsumsi zat gizi yang dianjurkan lebih menekankan pada kebutuhan kelompok orang
dari pada untuk perorangan .
5. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) untuk menghitung data konsumsi zat gizi ,
tidak selalu tepat untuk jenis pangan yang dimakan .

B. Tujuan :
Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei . Survei konsumsi pangan
bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang , keluarga atau kelompok orang baik
secara kuantitatif maupun secara kualitatif . Survei secara kuantitatif adalah untuk mengetahui
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sedangkan secara kualitatif adalah untuk mengetahui
frekuensi makan , kebiasaan makan ( food habit) , jenis pangan , dan cara memperolehnya .

C. Metode Pengumpulan Data Konsumsi Pangan


1. Pada prinsipnya ada 4 macam metode penilaian konsumsi pangan secara kuantitatif yaitu:
a. Metode Inventaris ( inventory method )

Metode inventaris sering juga disebut Log Book Method , biasanya digunakan
pada survei konsumsi pangan keluarga atau rumah tangga . Metode ini prinsipnya adalah
melakukan inventaris ( pencatatan ) dan penimbangan langsung terhadap semua jenis
bahan makanan , mulai dari awal sampai akhir survei . Periode waktu yang digunakan
dapat 1 minggu atau berbulan – bulan . Inventaris dan penimbangan dilakukan oleh
enumerator atau responden ( salah satu anggota keluarga ) yang telah dilatih sebelumnya .
Tahap peleksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Pada hari pertama survei , catat dan timbang semua jenis pangan yang ada . Ini
dianggap sebagai stok awal (S) .
2. Selama survei ( mulai hari kedua sampai sehari sebelum hari terakhir survei ) ,
catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang diperoleh dari dibeli , diberi ,
dari kebun atau makan diluar rumah (Pp).
3. Catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang diberikan kepada selain
anggota keluarga (Pb) selama survei .
4. Pada hari terakhir survei , catat dan timbang semua jenis bahan pangan yang ada
dirumah . Ini dianggap sebagai stok akhir (Sk) .

Jumlah bahan pangan yang dikonsumsi (Ki) adalah :


Ki = Swi + Ppi – Pbi – Ski
i = 1,2,3…..menunjukkan jenis pangan
f.. Rata – rata konsumsi per kapita = B : jumlah anggota keluarga
Data tentang jumlah anggota keluarga , umur , berat badan , pendidikan serta
jenispekerjaan perlu dilengkapi dalam survei .

b. Metode Pendaftaran ( foodlist method )

Metode ini hampir sama dengan metode inventaris dalam hal pencatatannya ,
perbedaannya pada penimbangan . Metode ini tidak dilakukan penimbangan atau
pengukuran langsung . Datanya dikumpulkan secara wawancara dengan keluarg dan
dicatat dalam formulir yang telah disiapkan sebelumnya . Metode ini kurangteliti
dibandingkan dengan metode inventaris , karena data yang dikumpulkanmerupakan hasil
astimasi ( perkiraan ) , sedangkan pada metode inventarisdilakukan penimbangan secara
langsung .Biaya metode pendaftaran labih murah didandingkan dengan metode inventaris
.

c. Metode mengingat – ingat ( recall method )

Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada masa yang lalu . Wawancara dilakukan serinci mungkin agar responden
dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsinya beberapa hari yang lalu . Penentuan jumlah hari recall sangat ditentukan
oleh keragaman jenis konsumsi bahan makanan antar waktu atau tipe responden dalam
memperoleh makanan . Biasanya dilakukan selama 2 - 3 hari atau seminggu , bila terlalau
lama dikuatirkan responden akan banyak yang lupa .
Urutan waktu makan dalam sehari terdiri dari makan pagi , makan siang , makan malam
dan makanan selingan atau jajanan . Pengelompokan bahan makanan dapat berupa bahan
makanan pokok , sumber protein nabati ( kacang – kacangan ) , sumber protein hewani (
daging , ikan , telur dan susu ) , sayuran , buah – buahan dan lainnya . Penaksiran jumlah
makanan yang dikonsumsi diawali dengan menyatakan dalam bentuk ukuran rumah
tangga (URT) , seperti : potong , ikat , piring , gelas , mangkok , sendok makan dan alat
atau ukuran lain yang biasa dilakukan dalam rumah tangga . Dari ukuran rumah tangga
(URT) , jumlah makanan dikonversikan menjadi satuan berat ( gram ) yang
menggunakan daftar URT yang umum berlaku atau dibuat sendiri pada saat survei . Agar
hasil survei cukup teliti sebaiknya pewawancara telah berpengalaman atau dilatih
sebelumnya mengenal URT dan mengkonversikannya kesatuan berat . Selain itu
mengenal cara – cara pengolahan pangan dan pola pangan penduduk didaerah yang
diteliti .
Metode racall sering digunakan untuk survei konsumsi individu dibanding keluarga .
Tetapi metode ini dapat digunakan untuk survei konsumsi keluarga bila semua anggota .
Keluarga diwawancara atau salah seorang anggota keluarga yang mengetahui tentang
konsumsi anggota keluarga lainnya .Metode mengingat – ingat mempunyai kelemahan
dalam tingkat ketelitiannya , karena keterangannya diperoleh dari hasil ingatan .
Kelemahan dapat diatasi dengan memperpanjang waktu survei .
d. Metode Penimbangan ( Weighing Method )

Prinsip metode ini adalah mengukur langsung berat setiap jenis bahan makanan
yang dikonsumsi dengan cara penimbangan . Apabila berat bahan makanan seebelum
dimakan adalah Sk dan berat bahan makanan yang tersisa setelah dimakan adalah T ,
maka berat bahan makanan yang dikonsumsi (K) adalah :
Ki = Ski – Ti
i = 1,2,3 …..menunjukkan jenis bahan makanan
Apabila tidak ada Daftar Kandungan Gizi Makanan yang telah masuk atau diolah Daftar
Konversi Masak – Mentah (F) maka pada saat survei perlu ditimbang berat bahan
makanan mentah sebelum dimakan (Sm) untuk mengetahui faktor mentah – masak . Jika
bahan makanan masih mentah , perlu diketahui apakah sudah berat bersih atau berat kotor

2. Survei Konsumsi Pangan Secara Kualitatif


Survei konsumsi pangan secara kualitatif adalah untuk memperoleh data atau
informasi mengenai pola konsumsi pangan , kebiasaan makan termasuk makanan pantangan .
Data – data yang perlu dikumpulkan meliputi , jenis pangan yang dikonsumsi, frekuensi
konsumsi masing – masing jemis pangan , asal atau dari mana diperolehnya , cara
penyimpanan , penyiapan dan pemasakan makanan .
a. Penilaian konsumsi pangan digunakan untuk menunjukkan tingkat keadaan gizi dan .
dapat dipakai untuk menentukan jumlah dan sumber zat gizi yang dimakan .
b. Survei konsumsi pangan bertujuan untuk mengetehui konsumsi pangan seorang
keluarga . Survei konsumsi pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif adalah untuk mengetahui jumlahbahan
makanan yang dikonsumsi .
2. Survei konsumsi pangan secara kualitatif adalah untuk mengetahui frekuensimakan
, kebiasaan makan , jenis pangan , dan cara memperolehnya .
Gizi dalam Daur Kehidupan
Daur kehidupan manusia adalah rangkaian perjalanan hidup seseorang, mulai dari
kelahiran hingga berakhir pada saat seseorang tersebut meninggal dunia dari waktu-kewaktu,
manusia menghadapi berbagai perubahan dalam kehidupannya. Ada perubahan yang
berlangsung sangat lambat dan terus menerus, adapula perubahan secara drastis atau dramatis.
Daur kehidupan tersebut berlaku bagi setiap manusia tanpa terkecuali, dengan urutan dan
tahapan yang sama. Daur kehidupan tersebut meliputi pertumbuhan dan perkembangan, baik
fisik maupun mental.

Tahapan dari daur kehidupan dimulai atau diawali dari masa kehamilan, bayi, anak-anak usia
sekolah dan remaja, dewasa, dan lansia.

Untuk daur kehidupan mungkin bisa digambarkan seperti siklus di atas, dimulai atau diawali dari
masa kehamilan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.

Siklus itu dimulai dari bumil KEK (ibu hamil yang kekurangan energi kronis) atau WUS KEK
(Wanita Usia Subur kekurangan energi kronis), seorang ibu hamil yang kekurangn energi kronis
atau kekurangan energi protein akan berpotensi menghasilkan BBLR (berat badan lahir rendah).
Gizi pada ibu hamil memengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis pada ibu mempunyai
dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan gizi, karena selama kehamilan, ibu harus
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin yang sangat pesat, dan agar keluaran kehamilannya
berhasil baik dan sempurna.
Yang perlu diingat, status gizi ibu hamil ditentukan jauh sebelum ibu itu hamil, yaitu
selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Gizi selama kehamilan penting, namun banyak
tambahan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi apabila ibu mempunyai cadangan nutrisi yang cukup
sebelum hamil. Kebutuhan energi dan nutrisi selama kehamilan lebih tinggi daripada orang
dewasa.

Setelah ibu hamil, tahap kedua adalah bayi. Seperti yag sudah dijelaskan sebelumnya,
bayi yang dilahirkan dari ibu hamil yang mengalami KEK dan KEP berpotensi mengalami
BBLR (berat badan lahir rendah), berat badan bayi yang normal antara 2,5-3,5 kg.
Tahun pertama setelah bayi lahir merupakan salah satu perubahan besar yang dialami bayi. Bayi
yang kecil, pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan fase lain dalam daur kehidupan,
imaturitas dari organ-organ tubuh dan kemampuannya dalam mencerna dan menyerap nutrient
dari ASI atau susu formula, serta perilaku makan yang berkembang tahap demi tahap,
mengharuskan masukan gizi sangat diperhatikan. Implikasi praktis dari keadaan di atas adalah
pemberian makanan yang sering, pemberian makanan tinggi dalam energi dan nutrient serta diet
yang bersifat cair dengan jumlah air yang tinggi.
Bayi membutuhkan diet yang cukup berbeda dengan anak-anak dan dewasa. Kecilnya tubuh dan
pertumbuhan yang cepat merupakan faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi dan
nutrient bagi bayi. Imaturitas dari fisiologi dan perkembangan menyebabkan bayi membutuhkan
bentuk makanan yang berbeda.

Bayi BBLR rentan mengalami IMR (Indeks Masa Relatif) perkembangan terhambat,
mengalmi penyakit kronis akan berdampak pada siklus selanjutnya. Bayi BBLR ditambah
kurangnya asupan makan, pelayanan kesehatan yang kurang, pola asuh yang tidak memadai dan
sering terkena infeksi akan mengalami balita KEP (Kekurangan Energi dan Protein), balita KEP
tersebut mengalami masa pertumbuhan yang tidak optimal dan tumbuh kembangnya terhambat.

Balita KEP dengan konsumsi yang tidak mencukupi dan pola asuh yang kurang, akan
mengakibatkan remaja dan anak usia sekolah mengalami gangguan pertumbuhan dan tumbuh
kembangnya. Keadaan tubuh remaja dan anak usia sekolah mengalami produktivitas fisik yang
menurun dan berkurang.
Selama remaja, perubahan hormonal mempercepat pertumbuhan. Pertumbuhan lebih cepat dari
tahap yang lain dalam kehidupan, kecuali satu tahun pertama kehidupan (bayi), karena pada
masa ini terjadi kejar tumbuh. Pada tahap ini kebutuhan nutrisipun akan bertambah dari tahapan
sebelumnya.

Dari anak usia sekolah dan remaja yang terganggu pertumbuhannya akan menyebabkan
orang dewasa KEP. Perubahan yang terjadi pada masa dewasa selain perubahan fisik juga
perubahan fisiologis, misalnya pertumbuhan yang cepat, perkembangan seksual, perubahan
bentuk badan, dan perubahan hormonal. Selain perubahan di atas, perubahan penting lain yang
terjadi adalah perubahan psikologis yang cukup besar dan perubahan sosial. Kelompok dewasa
muda perlu meningkatkan kebutuhan gizinya baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan.
Namun, karena hal-hal yang berhubungan dengan penampilannya, pada umumnya kelompok ini
membatasi dietnya.
Perubahan yang terjadi pada kelompok ini meletakkan kelompok ini, terutama perempuan, ke
dalam kelompok risiko tinggi untuk berperilaku mengubah penampilan hingga memberi rasa
nyaman, melalui pola makannya. Dan kondisi demikian memberikan konsekuensi dari ringan
hingga berat.

Tahapan terakhir dari siklus hidup adalah lansia (lanjut usia).


Jadi ke empat siklus (kecuali lansia) tadi saling berkaitan,karena itu, kalau awalnya baik, maka
hasilnya juga baik. Lingkaran setan inilah yang jadi masalah, untuk menyelesaikannya harus ada
yang diputus. Untuk memutusnya, mungkin bisa diawali dari menjaga kesehatan para ibu hamil.
Kalau ibu hamil gizinya terpenuhi maka gizi dari si bayinya juga bisa terpenuhi, dan terhindar
dari berat badan lahir rendah.

1. Pemantauan Bumil KEK Puskesmas Peusangan selatan


2. Balita Gizi Buruk

3. Pemberian Tablet FE Pada Remaja Putri


SURVEILANS GIZI
1. PENGERTIAN SURVEILANS GIZI

Berasal dari kata bahasa Perancis: “Surveiller” yan berarti mengamati sesuatu dengan
perhatian penuh disertai dengan kemampuan dan kecurigaan. Menurut WHO surveilans Gizi
adalah Mengamati gizi secara seksama agar upaya kebijaksanaan yang dilaksanakan akan terarah
pada perbaikan gizi masyarakat Berbeda dengan Survei yang berarti mengumpulkan informasi
tentang suatu hal pada suatu saat tertentu. Sistem surveilance mungkin memerlukan survei untuk
beberapa masalah khusus, Tanpa suatu sistem Surveillance Gizi yang memadai suatu penurunan
gizi kesehatan yang progresif/mendadak tanpa diketahui terlebih dahulu. Ketiadaan isyarat dini
menyebabkan ketidaksiagaan berkelanjutan, respon tidaK mencukupi dan pemborosan sumber
yang sia-sia.

Surveillance Gizi Merupakan Alat Untuk :


 Menemukan problem gizi di masyarakat,
 Merumuskan suatu kebijakan,
 Perancangan dan evaluasi program kegiatan di bidang gizi (Terkait dengan
pengembangan atau penanggulangan keadaan gawat)

B. TUJUAN SURVEILLANCE GIZI

 Menentukan status gizi penduduk dengan merujuk secara khusus pada kelompok
penduduk yang diketahui sedang dalam keadaan menderita (at risk) .
 Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk menganalisis sebab-sebab atau
faktor-faktor terkait
 Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan prioritas yang sesuai
dengan tersedianya sumberdaya dalam memperbaiki status gizi dalam keadaan normal
maupun darurat
 Memberi peramalan tentang perkembangan masalah gizi yang akan datang
 Melakukan monitoring program pagan dan gizi serta tentang efektivitasnya.

C. SURVEILLANCE GIZI VS SURVEILLANCE PENYAKIT

Keduanya sama-sama memiliki kegiatan pengumpulan kegiatan pengumpulan informasi


untuk kebijakan program dan tindakan

Perbedaannya Dalam Hal :

 Kerumitan masalah yang dihadapi : masalah gizi lebih rumit, karena terkait kemiskinan
 Kemudahan mengidentifikasi gejala dan cara pencegahannya : gejala dan cara
penanganan penyakit lebih mudah dan jelas hasilnya.
 Kesulitan penanganan masalah : masalah gizi lebih rumit, perlu kerja sama lintas sektor.
D. SYARAT-SYARAT KEGIATAN SURVEILLANCE GIZI (WHO, 1976) :

 Mengumpulkan informasi secara teratur.


 Data yang dikumpulkan secara periodik dan dianalisa harus dapat digunakan sebagai
bahan pengambilan keputusan di dalam pengelolaan program-program yang memiliki
dampak gizi.

Kegiatan Surveilance Gizi Dimaksudkan Untuk Keperluan :

 Perencanaan kebijakan dalam bidang pangan dan gizi.


 Pengelolaan program gizi terutama menyangkut perencanaan, monitoring dan evaluasi
dampak.
 Isyarat tepat waktu untuk pencegahan kejadian krisis pangan.

E. DATA SURVEILLANCE GIZI

1. Jenis Data :

 Primer
 Sekunder

2. Bentuk Data :

 Tunggal : Berat badan lahir, TB, dsb


 Gabungan/Indeks : BMI, indeks BB/U, dsb
 Kontruksi: pengetahuan, pelayanan dsb

Data surveillance & dianalisis untuk dijadikan indikator adanya perubahan konsumsi dan
gizi penduduk

F. SUMBER DATA SURVEILLANCE


Data Yang Dikumpulkan Harus Menjawab :

 Ada masalah pangan dan gizi apa?


 Siapa yang menderita : di mana, kapan dan mengapa?
 Data serta sumbernya : apa saja dan dimana tersedianya?

Sumber Data :

 Data yang dicatat belum lama berselang atau tersedia secara potensial dalam rangka
sistem pengumpulan data yang sekarang dilakukan.
 Data Tambahan (Baru) :
- Didapat dari dinas-dinas yang ada (pertanian, kesehatan, pendidikan dan sebagainya)
- Mempekerjakan karyawan yang khusus untuk tujuan ini.
1. Pemberian Vit A pada Balita

2. Pemantauan Gaki
3. Penjaringan dan Pemantauan Gizi Kurang

4. Pemeriksaan Garam beryodium


DIETETIK PENYAKIT INFEKSI

1. PEMANTAUAN BALITA GIZI BURUK


PENGUKURAN TINGGI BADAN DENGAN
MICROTOICE

A. Pengukuran Tinggi Badan dengan Menggunakan Microtoice


Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang , jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi badan , faktor umur dapat dikeseimbangan. Pengukuran tinggi badan untuk anak yang
memiliki tinggi kurang lebih 85 cm atau orang dewasa dilakukan dengan menggunakan
microtoise atau staturemeter, dengan tata cara sebagai berikut:
1. Letakkan mikrotoise dilantai yang lurus kemudian pita ditarik keluar sampai 2 meter,
kemudian ujung mikrotoise ditempelkan dengan menggunakan paku atau lakban
didinding dan akhirnya pengukuran dilakukan dengan menarik tuas mikrotois yang sudah
tergantung.
2. Lepaskan sepatu, sandal, topi agar menghasilkan pengukuran yang akurat
3. Subjek harus berdiri tegak , kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan
kedepan. Untuk subjek anak-anak pengukur hendaknya memastikan kaki tertutup rapat
dan bagian-bagian tubuh yang menempel harus dipastikan.
4. Subjek diminta untuk menarik napas dalam-dalam dan posisi tulang belakang diluruskan,
serta jangan lupa untuk melemaskan pundak(bahu)
5. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
6. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa, angka
tersebut menunjukkan tinggi yang diukur.
7. Pengukuran tinggi badan harus dilakukan dengan pandangan maksimum, adapun
ketinggian kedua mata pengukur sama dengan microtoise untuk menghindari galat
paralaks (Parallax Error). Galat paralaks adalah pergeseran yang tampak dari suatu
obyek (titik 1) terhadap latar belakang (titik 2) yang disebabkan oleh perubahan posisi
pengamat. Tinggi badan diukur dalam millimeter.
PENGUKURAN PANJANG BADAN BAYI DENGAN
MENGGUNAKAN INFANTOMETER

A. Pengertian

Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini
dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan


skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah
kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama.

Tinggi Badan (TB) merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Tinggi badan juga merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac
stick) faktor umur dapat dikesampingkan.Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering
disebut dengan panjang badan. Saat baru lahir, panjang badan normal bayi adalah sekitar 45 cm-
55 cm, Pada usia 0-3 bulan, panjang badan (PB) bayi normalnya mencapai 55 cm-60 cm, dengan
kenaikan tiap bulannya yang tidak terlalu signifikan.
Pada usia 3-6 bulan, PB bayi normalnya mencapai 60,5 cm-65 cm. Kenaikan pada 3 bulan kedua
ini cukup signifikan. Pada usia 6-9 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 65 cm-71 cm, dengan
kenaikan yang sangat signifikan pada 3 bulan ketiga ini. Hal ini disebabkan karena otot-otot
penopang tubuh si kecil yang sudah mulai terstimulasi dengan semakin banyaknya gerakan yang
dihasilkan serta jenis makanan yang sudah mulai beragam sehingga membantu proses
pertumbuhan tulangnya.Pada usia 9-12 bulan, PB si kecil normalnya sekitar 71 cm-75 cm.

Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk
berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi
anak berdiri tegak.

1. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang


2. Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan
dengan berdiri tegak

B. Cara Mengukur panjang bayi menggunakan Infantometer

Alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi adalah infatometer dengan
ketelitian 0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari infatometer adalah sebagai berikut :

1. Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix
2. Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan
3. Alas yang rata
4. Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1 mm

Cara mengukur tinggi badan

Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer adalah sebagai berikut :

1. Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada permukaan yang rata dengan
ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.
2. Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar selimut tipis
atau kertas tisu yang lebar.
3. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan
rambut, dan kaos kaki bayi
4. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan
skala pengukur
5. Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau head board
6. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada pada
garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer.
7. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi
8. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer
9. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi
lurus
10. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut
11. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot
board sehingga menempel dengan tumit bayi.
12. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas
13. Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat dilakuakan
pada satu atau dua kaki bayi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran tinggi badan

1. Usahakan agar ibu berada pada posisi yang terlihat oleh bayi agar bayi lebih tenang bila
tidak ada asisten pengukur ibu dapat diajari untuk menjadi asisten pengukur.
2. Jangan menekan lutut terlalu keras terutama pada bayi kecil
3. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengukur tinggi badan bayi adalah posisikan kepala,
luruskan badan dan tungkai, posisikan kaki, ukur panjang badan sampai 0,1 cm terdekat.
4. Jika bayi diukur telanjang, alasi papan pengukur dengan menggunakan kain kering untuk
menghindari cedera.
5. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap
hangat sambil menunggu pengukuran
Kelemahan Alat :

1. Alat pengukur panjang badan bayi aluminium ini mempunyai kelemahan pada panel
penggeser maupun panel untuk menempel di kepala, sebab tidak statis (mudah digerak-
gerakan ke kiri dan ke kanan). Oleh sebab itu pengukur harus berhati-hati dalam
mengukur, pembacaan dilakukan ketika posisi kedua papan tersebut tegak lurus. Caranya
adalah minta bantuan petugas pengunpul data lain atau ibu anak/bayi untuk memegang
papan bagian kepala, dan pengukur memegang papan bagian kepala.
2. Batas pengukuran maksimal adalah 100 cm. Apabila ditemukan panjang bayi lebih. Dari
100 cm, dapat digunakan meteran kain dengan menempelkan meteran pada papan. Bila
panjang badan bayi kurang dari batas minimal alat ukur, dapat digunakan penggaris atau
alat tambahan sampai ke batas minimal, kemudian diukur selisihnya untuk mendapatkan
hasil panjang badan bayi yang sebenarnya.
IDENTIFIKASI SECARA KLINIS ANAK YANG
MENDERITA GIZI BURUK

A. PENGERTIAN.

Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang
gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara
garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO,
Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000).
Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk
apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik)

B. DIAGNOSIS GIZI BURUK :

a. Terlihat sangat kurus dan atau edema, dan atau.


b. BB/PB atau BB/TB <-3SD

C. ADA TIGA TIPE GIZI BURUK :


1. KWASHIORKOR

Tanda Dan Gejala :


- Edema
- Wajah membulat dan sembab
- Pandangan mata sayu
- Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok
- Perubahan status mental: apatis & rewel
- Pembesaran hati
- Otot mengecil (hipotrofi)
- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
- Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare

Edema
- Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema
- Derajat edema:
+ Pada tangan & kaki
++ Tungkai & lengan
+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)
Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan

2. MARASMUS

Tanda Dan Gejala :


- Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
- Wajah seperti orang tua
- Cengeng, rewel
- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada
(~pakai celana longgar-baggy pants)
- Perut umumnya cekung
- Iga gambang
- Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

3. MARASMIK - KWASHIORKOR
Tanda Dan Gejala :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

Anda mungkin juga menyukai