PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi seumur hidup manusia.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi-mulut sebesar
31,1%, mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 29,7% dan pada tahun
2018 mengalami peningkatan sebesar 57,6%.(Riskesdas 2018). Peningkatan
prevalensi karies gigi sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut yang baik, kurangnya pengetahuan tentang asupan
makanan yang baik, meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan
flour. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010
menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
80% - 90% diantaranya adalah golongan anak. Karies gigi yang terjadi pada anak-
anak dapat mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi anak sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi anak yang kemudian berimplikasi pada kualitas sumber
daya manusia yang rendah .(Saleh S et al 2006)
Karies gigi merupakan penyakit yang dapat mengganggu kondisi gizi
anak sehingga dapat menyebabkan masalah gizi. Karies gigi dapat menyebabkan
terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi) yang dapat mempengaruhi asupan
makanan dan status gizi. Gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui
mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan. Karies gigi yang terjadi pada anak
akan menyebabkan munculnya rasa sakit sehingga anak akan menjadi malas
makan dan juga akan menyebabkan tulang disekitar gigi menjadi terinfeksi.
Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses maka
gigi akan dapat tanggal. Anak yang mengalami karies gigi dan menimbulkan rasa
sakit atau anak-anak yang kehilangan beberapa giginya akibat karies tidak dapat
makan dengan makanan yang baik kecuali hanya dengan makan makanan yang
lunak.(Hidayanti,UNDIP 2005) Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak
baik akan memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya dan cendrung
800 778
697 705
644 668
612 616 589
576 583 579 571
600
400
200
0
ri ri et ril ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju Ju
ustu m to m m
Ja b M
Fe Ag pt
e
Ok ve se
Se No De
400
200
0
i i et ei ni li s r er r r
ar ar ar ril Ju Ju tu be be be
nu
b r u
M Ap M us em tob m m
Ja Fe A g
pt Ok ve se
Se No De
2.5
2
tahun 2017
1.5 tahun 2018
1
0.5
0
jumlah kunjungan ibu hamil ke poli gigi
C. TUJUAN
1. DATA GEOGRAFIS
Puskesmas Peusangan Selatan merupakan puskesmas rawat inap yang terletak
di sebelah selatan Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh. Puskesmas Peusangan
Selatan beralamat di Jl. Simpang Tanjong Km 8 Desa Geulanggang Labu Kec.
Peusangan Selatan. E-mail Puskesmaspeusanganselatan@yahoo.Com. Yang
berbatas langsung pada sebelah Utara dengan Kecamatan Peusangan, sebelah
Selatan dengan Kecamatan Bener Meriah, sebelah Timur dengan Kecamatan
Siblah Krueng dan sebelah Barat dengan Kecamatan Juli. Dengan demikian
menjadikan Puskesmas Peusangan Selatan terletak di perdalaman Kabupaten
Bireuen.
Luas bangunan Puskesmas Peusangan Selatan yaitu 5400 meter, dengan
memiliki luas wilayah kerja 120.000 Km2, yang terdiri 21 desa yang dilayani,
terbagi dalam tiga kemukiman yaitu : Kemukiman Keude Asan, Kemukiman Paya
Malem dan Kemukiman Simpang Tanjong. Peusangan Selatan terletak didaerah
pegunungan dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata mata pencaharian
masyarakat Peusangan Selatan adalah sebagai petani. Dengan karakteristik daerah
termasuk penyangga daerah wisata, dengan kondisi daerah pertanian. Semua
wilayah dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 dan 4.
2. DATA DEMOGRAFI
Jumlah dan Rasio Berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Peusangan Selatan Tahun 2018.
3. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan saat ini sudah banyak me ngalami kemajuan, hal ini tidak
terlepas dari dukungan Pemda bireuen, maupun NGO. Walaupun demikian, masih
banyak juga sarana kesehatan yang memerlukan penambahan, terutama aula,
mushalla, gudang, dan perlengkapan kamar bersalin. Adapun sarana kesehatan
yang ada adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas : 1 Unit
2. Pustu : 3 Unit
3. Polindes : 3 Unit
4. Poskesdes : 11 Unit
5. Posyandu : 23 Pos
6. Pos Obat Desa : 1 Unit
4. Motto
Masyarakat Sehat Kepuasan Bagi Kami
100
80
60
2017
2018
40
2019
20
0
ri ri et r il ei ni li s er r r r
ua r ua ar ap m ju ju stu mb obe be be
jan b m u t m m
fe ag pt
e ok ve se
se no de
B. Grafik kunjungan pasien anak umur 2-5 tahun di poli gigi puskesmas
(orang)
50
45
40
35
30
tahun 2017
25
tahun 2018
20 juli tahun 2019
15
10
5
0
jumlah kunjungan anak 2-5 tahun ke poli gigi puskesmas
8
7
6
tahun 2017
5
tahun 2018
4 juli tahun 2019
0
jumlah kunjungan ibu hamil ke poli gigi
D. Grafik kenaikan status gizi anak (penambahan berat badan dan tinggi
badan) pada anak yang mendapatkan perawatan gigi dan yang tidak
mendapatkan perawatan (%) per Juli 2019
100
90
80
70
60
anak dengan karies gigi yang
mendapatkan perawatan gigi
50
anak dengan karies gigi yang
40 tidak mendapatkan per-
awatan gigi
30
20
10
0
persentase perbaikan status gizi
gigi yang kecil sudah kami lakukan namun harus ada juga upaya dari pihak
lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan kasus gizi buruk dan gizi
kurang pada anak bangsa. Perbaikan ekonomi keluarga harus menjadi perhatian
lebih serius ditambah kegiatan penyuluhan harus terus menerus dilakukan disertai
dengan pemberian pengetahuan parenting kepada setiap keluarga juga dirasa perlu
melalui pendekatan keagamaan.
B. SARAN
Perlu dilakukan pemeriksaan berkelanjutan terhadap anak-anak usia 2-5 tahun
yang telah mendapatkan edukasi tentang gizi yang baik dan perawatan gigi dan
mulutnya di posyandu terhadap status gizi mereka seterusnya. Begitu juga
terhadapa siswa-siswi sekolah yang telah mendapatkan perawatan gigi dan
mulutnya terhadap status gizi mereka seterusnya, keterbatasan tenaga dan waktu
yang akhirnya membuat upaya pencegahan gizi buruk ini melalui upaya
perawatan giginya dirasa masih kurang karena jumlah anak yang sangat banyak
untuk diperiksa. Selain itu pengetahuan orang tua akan asupan gizi yang baik juga
harus ditingkatkan melalui upaya promosi kesehatan yang massif seperti di
tempat-tempat fasilitas umum. Pembinaan calon pengantin melalui bimbingan
pranikah dirasa perlu dan dapat bekerjsama antara KUA dan puskesmas,
kerjasama antara DEPAG dan DEPDIKBUD juga dirasa perlu perannya melalui
dukungan kepada program-program kesehatan seperti pemberian Fe kepada
remaja putri disekolah.
Dinas sosial juga dapat terlibat melalui program penyediaan fasilitas jamban
sehat kepada rumah penduduk,pemberian bantuan pangan non tunai kepada
keluarga miskin dan pemberian bantuan tunai bersyarat.
1. Riskesdas 2018
2. Saleh S, et al. Majalah Kedokteran Gigi, 2016,13.
3. Hidayanti L, Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasan Makanan
kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar. Program
Pasca Sarjana Gizi Masyarakat. UNDIP,2005
4. Junaidi, Hubungan Keparahan Karies Gigi dengan Asupan Zat Gizi Siswa di
SD 15 Banda Aceh. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,
UGM Yogyakarta 2004
5. Sasiwi R, Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi
Anak.Program Gizi, FKM-UNDIP Semarang 2004
6. Ramadhan AG, serba-serbi Kesehatan gigi, Jakarta 2010
7. Almonaitiene,et al.Factors Influencing Permanent teeth Eruption, Dental and
Maxilofacial Journal 12 (3) :67-72
8. Schuurs. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi.UGM,
1992
9. Moestopo, Penuntun Diet Anak, Gramedia Jakarta, 1993
10. Andriani, dkk. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, Hubungan Status Gizi Pendek
( Stunting ) dan Tingkat Karies Gigi, Indonesian Journal of Dentistry, 2008
1200
1097
1062
983 982 1010 1001
1000 981 959 977
953
400
200
0
et
ei
s
i
ri
ni
li
r
r
r
ril
ar
be
be
be
be
tu
Ju
ua
Ju
ar
nu
Ap
us
em
m
m
to
M
br
ve
se
Ja
Ag
Ok
Fe
pt
De
No
Se
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
C. KESIMPULAN
Masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah masalah yang kompleks, bukan
hanya persoalan di bidang kesehatan tapi juga menjadi persoalan yang harus
ditangani oleh pihak-pihak lain yang terkait dengannya. Inovasi yang kami
lakukan dengan mencegah kenaikan angka gizi kurang dan gizi buruk pada anak
dengan pengurangan angka karies gigi pada anak melalui edukasi gizi baik dan
tindakan perawatan kesehatan gigi dan mulut dirasa cukup berhasil tetapi belum
D. SARAN
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 67
Perlu dilakukan penelitian berkelanjutan terhadap anak-anak usia 2-5 tahun
yang telah mendapatkan edukasi tentang gizi yang baik dan perawatan gigi dan
mulutnya di posyandu terhadap status gizi mereka seterusnya. Begitu juga
terhadapa siswa-siswi sekolah yang telah mendapatkan perawatan gigi dan
mulutnya terhadap status gizi mereka seterusnya, keterbatasan tenaga dan waktu
yang akhirnya membuat upaya pencegahan gizi buruk ini melalui upaya
perawatan giginya dirasa masih kurang karena jumlah anak yang sangat banyak
untuk diteliti. Selain itu pengetahuan orang tua akan asupan gizi yang baik juga
harus ditingkatkan melalui upaya promosi kesehatan yang massif seperti di
tempat-tempat fasilitas umum.
Yang dirasa perlu juga adalah pengetahuan tentang ilmu parenting
(mengasuh anak) yang baik juga perlu dibuat kepada masyarakat, bisa melalui
pengajian-pengajian atau dari petugas kesehatan sendiri. Upaya mengatasi
masalah gizi buruk dan gizi kurang dengan mengurangi angka karies giginya telah
kami lakukan akan tetapi masalah gizi kurang dan gizi buruk ini tidak bisa
dilakukan oleh satu sektor saja yaitu dari sektor kesehatan karena masalah
ekonomi dan sosial pengetahuan tetap menjadi faktor pemicu dari masalah gizi
buruk dan gizi kurang ini. Diharapkan ada kerjasama yang sinergi dari berbagai
sektor agar tidak terjadi tumpang tindih dalam mengatasi masalah gizi kurang dan
gizi buruk ini. Untuk saat ini kami sudah bekerjasama dengan petugas TOGA agar
dapat mengembangkan TOGA menjadi PMT kepada ibu hamil dan anak balita di
posyandu yang pada akhirnya tanaman TOGA itu nantinya bisa menjadi makanan
olahan di rumah oleh masyarakat untuk menanggulangi ketidaksanggupan mereka
bila harga-harga pangan terlalu mahal yang tidak dapat dijangkau oleh mereka.
Edukasi tentang gizi kurang dan gizi buruk ini seharusnya pun sudah
dilakukan secara intens kepada remaja putri di tingkat-tingkat sekolah menengah
sebagai calon ibu nantinya. Semoga pihak-pihak terkait dapat melakukan upaya-
upaya yang berkelanjutan.
Anak-anak balita yang menjadi objek pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulutnya terkadang merasa cepat bosan dan cepat kehilangan moodnya untuk itu
BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas
segala karunia kesehatan dan ilmu yang telah diberikan sehingga dapat membawa
DAFTAR PUSTAKA