Anda di halaman 1dari 72

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi seumur hidup manusia.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi-mulut sebesar
31,1%, mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 29,7% dan pada tahun
2018 mengalami peningkatan sebesar 57,6%.(Riskesdas 2018). Peningkatan
prevalensi karies gigi sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut yang baik, kurangnya pengetahuan tentang asupan
makanan yang baik, meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan
flour. Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010
menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar
80% - 90% diantaranya adalah golongan anak. Karies gigi yang terjadi pada anak-
anak dapat mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi anak sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yang pada akhirnya akan
mempengaruhi status gizi anak yang kemudian berimplikasi pada kualitas sumber
daya manusia yang rendah .(Saleh S et al 2006)
Karies gigi merupakan penyakit yang dapat mengganggu kondisi gizi
anak sehingga dapat menyebabkan masalah gizi. Karies gigi dapat menyebabkan
terganggunya fungsi pengunyahan (mastikasi) yang dapat mempengaruhi asupan
makanan dan status gizi. Gigi yang sakit akan mempengaruhi status gizi melalui
mekanisme terganggunya fungsi pengunyahan. Karies gigi yang terjadi pada anak
akan menyebabkan munculnya rasa sakit sehingga anak akan menjadi malas
makan dan juga akan menyebabkan tulang disekitar gigi menjadi terinfeksi.
Apabila terjadi kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses maka
gigi akan dapat tanggal. Anak yang mengalami karies gigi dan menimbulkan rasa
sakit atau anak-anak yang kehilangan beberapa giginya akibat karies tidak dapat
makan dengan makanan yang baik kecuali hanya dengan makan makanan yang
lunak.(Hidayanti,UNDIP 2005) Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak
baik akan memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya dan cendrung

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 1


memilih makanan yang lunak sehingga pada akhirnya akan menyebabkan
malnutrisi.
Prevalensi stunting (gizi pendek) yang saat ini menjadi perhatian
pemerintah dan kita bersama, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
dan 2018 pada balita di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 37,2% pada tahun
2013 dan mengalami penurunan sebesar 30,8% pada tahun 2018 tetapi masih
lebih tinggi dari target RPJMN 2019 sebesar 28%. Untuk proporsi status gizi
sangat pendek dan pendek pada balita menurut provinsi, Aceh berada pada posisi
ketiga tertinggi diatas rata-rata nasional dan untuk proporsi status gizi sangat
pendek dan pendek pada baduta menurut provinsi, Aceh berada pada posisi
pertama diatas rata-rata nasional (Riskesdas 2018), sehingga dapat disimpulkan
bahwa stunting terjadi pada lebih dari sepertiga balita di Indonesia. Permasalahan
yang lain muncul yaitu proporsi status gizi buruk dan gizi kurang pada balita
dimana terjadi penurunan prevalensi yaitu 19,6% pada tahun 2013 menjadi 17,7%
pada tahun 2018 dimana target RPJMN 2019 adalah 17%. Untuk proporsi status
gizi buruk dan gizi kurang pada balita menurut provinsi, menempatkan aceh pada
urutan ke delapan nasional prevalensi balita dengan status gizi buruk dan gizi
kurang diatas rata-rata nasional.( Riskesdas 2018)
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi
kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi buruk apabila
indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) kurang dari -3 SD
(Kemenkes, 2011). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun.
Karies gigi pada anak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status
gizi. Semakin rendah indeks karies gigi pada anak, maka status gizinya akan
semakin baik. Kondisi status kesehatan gigi yang baik atau karies gigi yang
rendah tentunya tidak menyulitkan proses pengunyahan makanan, karena gigi
geligi memegang peranan penting, sehingga asupan zat-zat gizi berlangsung
lebih baik, sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Junaidi,UGM 2004). Status karies
dan gigi yang berfungsi buruk dapat mengganggu proses pengunyahan
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 2
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya asupan makanan. Anak
dengan karies gigi akan mengalami gangguan pada fungsi pengunyahannya,
sehingga akan berpengaruh terhadap asupan zat gizi dan status gizinya.(Sasiwi
R,UNDIP 2004)
Sebagian besar anak sangat suka makanan yang manis, lunak, melekat
(bersifat kariogenik) dan makanan yang bentuknya menarik. Makanan manis yang
berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh langsung terhadap terjadinya
karies gigi karena makanan yang melekat dapat membentuk plak dan
menyebabkan karies gigi. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula tinggi,
seperti coklat, permen, roti isi, bakso, serta biskuit mempunyai korelasi tinggi
dengan kejadian karies gigi. Konsumsi makanan tersebut dengan frekuensi sering
dan berulang-ulang akan menyebabkan pH plak dibawah normal dan
menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies gigi.
Adapun pada ibu hamil kondisi rongga mulut pada hamil sangat
mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil yang menderita
pembengkakan gusi dan perdarahan (infeksi periodontal) dapat menyebabkan bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir prematur. (Moestopo
1993)
Gula atau sukrosa merupakan penyebab karies yang paling utama.
Streptococcus mutans yang merupakan patogenesis plak dengan cepat merubah
gula menjadi asam sehingga terjadi pembuatan polisakarida ekstraselluler yang
menyebabkan asam melekat pada permukaan gigi dan streptococcus mutans
mengurangi permiabilitas plak sehingga plak tidak mudah dinetralisir kembali.
Makanan manis akan dinetralisir oleh air ludah setelah 20 menit, maka apabila
setiap 20 menit sekali mengkonsumsi makanan manis akan mengakibatkan gigi
lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik dimakan pada saat jam makan
utama, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam, karena pada waktu jam
makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak, sehingga dapat
membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi.(Ramadhan
AG, 2010)

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 3


Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk menjadi suatu lubang pada
gigi sangat bervariasi, diperkirakan antara 6-48 bulan. Pada Periode anak-anak
sering terjadi serangan karies dalam kurun waktu 2-4 tahun sesudah erupsi gigi,
yaitu biasanya pada anak usia 4-8 tahun.(Almonaitiene BDM journal 2010). Gigi
susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena
enamel pada gigi tetap lebih banyak mengandung mineral, maka enamel pada gigi
tetap semakin padat dibandingkan enamel pada gigi susu. Hal ini menjadi salah
satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.(Schuurs UGM 1992)
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin,
dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Secara umum terjadinya karies gigi
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor host atau gigi dan saliva, agen atau
mikroorganisme, substrat dan waktu.
Host (gigi dan saliva). Dalam proses terjadinya karies, kualitas struktur
gigi dan saliva merupakan faktor tuan rumah yang perlu diperhatikan. Pit dan
fisur gigi posterior merupakan daerah yang rentan terhadap karies karena sisa-
sisa makanan dan bakteri mudah tertumpuk, terutama pada pit dan fisur yang
dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah
melekat dan bentuk lengkung gigi yang tidak teratur dengan gigi berjejal
mempermudah dalam perkembangan karies gigi.
Saliva selain berperan sebagai buffer juga berperan dalam
membersihkan rongga mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri
tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Selain itu juga terdapat komponen
antibodi rongga mulut yang melindungi gigi terhadap bakteri-bakteri patogen.
Pada penelitian Andriani dkk, kondisi malnutrisi atau yang lebih spesifiknya
stunting dapat meningkatkan resiko timbulnya karies akibat terganggunya
proses sekresi saliva yang disebabkan kelenjar saliva mengalami atropi
sehingga sekresi saliva menjadi berkurang dan menyebabkan fungsi saliva
sebagai buffer, pembersih, anti pelarut, dan antibakteri juga berkurang.
Apabila jumlah saliva yang disekresikan sedikit maka seluruh komponen yang
terdapat dalam saliva juga sedikit, sehingga resiko terjadinya karies gigi
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 4
meningkat.
Rangsangan sekresi (aliran) saliva yang menurun juga dapat diakibatkan
oleh kurangnya rangsangan terhadap sekresi saliva, seperti pada penelitian
yang dilakukan Jones dkk terhadap anak-anak di Swedia dengan kondisi
malnutrisi memiliki rasio aliran saliva yang lebih rendah dibandingkan anak
dengan gizi normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh kurangnya rangsangan
terhadap sekresi saliva, yaitu kurangnya aktivitas pengunyahan yang dapat
terjadi pada anak yang susah makan atau kurang mendapat asupan makanan.
Menurut Jones dkk lambatnya erupsi gigi permanen pada anak juga
berhubungan dengan adanya malnutrisi. Hal ini menyebabkan munculnya
karies yang lebih banyak pada gigi primer anak yang mengalami malnutrisi.
Gigi primer yang terlambat tanggal akan lebih lama terpapar makanan yang
pada akhirnya akan menyebabkan resiko timbulnya karies pada gigi primer
pun semakin meningkat.
Mikroorganisme (plak). Proses terjadinya karies gigi karena adanya
fermentasi dari sisa-sisa makanan di dalam rongga mulut oleh mikroorganisme
pembentuk asam yang terdapat di dalam plak maupun dalam saliva. Beberapa
mikroorganisme terlibat dalam proses pembentukan karies gigi. Streptococcus
mutans memiliki peran utama dalam proses karies gigi karena bakteri tersebut
dapat melekat baik ke permukaan gigi dan menghasilkan asam yang lebih
banyak dibandingkan dengan jenis bakteri lain. Bakteri juga dapat bertahan
lebih baik dari bakteri lain pada lingkungan asam dan memproduksi
polisakarida ekstraseluler dari sukrosa.
Prevalensi karies gigi di Indonesia pada anak prasekolah usia 4-5 tahun
dilaporkan sebesar 90,5% di perkotaan dan 95,9% di pedesaan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Andriani dkk,2008) didapatkan adanya korelasi
positif antara gizi kurang dan tingkat keparahan karies gigi. Anak dengan gizi
kurang memiliki karies gigi susu dan gigi tetap yang lebih tinggi daripada anak
dengan gizi baik. Faktor yang paling berperan pada perbedaan keparahan karies
gigi adalah pH saliva. Skor karies gigi pada anak dengan gizi kurang lebih tinggi
karena pada anak gizi kurang perkembangan kelenjar saliva mengalami atropi
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 5
sehingga menyebabkan aliran saliva menurun, kemudian mengurangi buffer saliva
dan self cleansing yang akhirnya dapat meningkatkan resiko terjadinya karies
gigi. Komponen-komponen yang dihasilkan oleh kelenjar saliva merupakan hal
yang sangat berperan dalam sistem imun rongga mulut. Dalam saliva tidak hanya
terdapat antibodi berupa immunoglobulin A sekretori (sIgA) yang beperan dalam
melindungi gigi geligi, juga terdapat komponen-komponen alamiah non spesifik
seperti protein kaya prolin, laktoferin, laktoperoksidase, lisozim, serta faktor–
faktor agregasi dan aglutinasi bakteri yang juga memiliki peranan dalam
melindungi gigi dari karies.
Pada masa pertumbuhan, anak sangat membutuhkan makanan sumber zat
pembangun untuk membantu proses metabolisme dan pertumbuhan secara
optimal di dalam tubuh. Protein diketahui dapat menghambat kerusakan gigi oleh
kuman. Makanan yang mengandung protein tinggi seperti daging dan kacang-
kacangan akan diubah menjadi zat yang bersifat alkali oleh bakteri dalam mulut
sehingga dapat menghambat terjadinya karies gigi. (Moestopo,Diet anak 1993)
Makanan sumber protein dapat berasal dari hewan maupun tumbuh-
tumbuhan. Bahan makanan sumber protein hewani mengandung semua jenis asam
amino esensial, sedangkan bahan makanan sumber protein nabati rendah
kandungan beberapa jenis asam amino esensial. Contoh makanan sumber protein
hewani adalah telur, daging, ayam, dan ikan, sedangkan contoh bahan makanan
sumber protein nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu, dan oncom. Beras
juga merupakan sumber protein nabati dan sumbangannya terhadap asupan
protein orang Indonesia cukup besar karena dikonsumsi sebagai makanan pokok.
Asupan protein yang kurang menyebabkan penyusutan massa otot
sehingga terjadi penurunan berat badan yang akhirnya menyebabkan underweight.
Secara umum, protein berfungsi antara lain untuk pertumbuhan, pembentukan
komponen struktural, pengangkut dan penyimpan zat gizi, enzim, pembentukan
antibodi, dan sumber energi. Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran
merupakan bagian dari pola makan yang sehat dan seimbang, karena sayuran dan
buah-buahan adalah sumber utama dari mineral dan vitamin yang esensial bagi
pertumbuhan anak. (Hardinsyah, ilmu gizi 2017).
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 6
B. POKOK PERMASALAHAN
Ada beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh Puskesmas
Peusangan Selatan di wilayah kerjanya dalam 2 tahun terakhir ini, yaitu ;
1. Masih rendahnya angka kunjungan balita dan ibu hamil ke posyandu
2. Masih rendahnya angka cakupan balita dan anak-anak yang mendapatkan
imunisasi yang lengkap
3. Isu nasional yang berkembang saat ini yaitu tentang penanganan stunting
(gizi pendek)
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh Puskesmas Peusangan Selatan ini maka
kita dapat menarik kesimpulan bahwa fenomena permasalahan ini terutama terjadi
pada anak-anak dan lebih khususnya lagi yang berkaitan dengan gizi anak dan
kekebalan tubuh anak. Anak yang sehat sudah pasti tidak mudah terinfeksi oleh
berbagai macam penyakit karena didukung oleh gizi yang baik, dimana kita tahu
secara bersama bahwa faktor gizi anak saat ini sangat menentukan kemajuan
bangsa di masa depan.

Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami


stunting (Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2013) dan di seluruh dunia,
Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar..
Balita/Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stunting
akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi
lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada
menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan
memperlebar ketimpangan. Selain itu, stunting atau kegagalan pertumbuhan
tubuh pada balita juga dapat menyebabkan berbagai masalah pada kondisi gigi
balita, diantaranya yaitu dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi susu dan
meningkatkan resiko terjadinya karies gigi.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 7


pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa faktor
yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia
0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia
diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan
baru pada bayi, MP- ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi
tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk
daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang
berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes
dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di
Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013
dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum
mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih
terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru
1 dari 3 anak usia 3-6 tahun yang terdaftar di layanan
PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih
tergolong mahal.Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI
2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 8
dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di
Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke
makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1
dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.
Berdasarkan permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh puskesmas
Peusangan Selatan diatas didapati pula oleh penulis bahwa data dari kunjungan
pasien anak ke poli gigi puskesmas peusangan selatan menunjukkan ada begitu
banyak anak yang mengalami kasus karies (gigi berlubang) begitu juga halnya
penulis dapati data dari petugas gizi puskesmas peusangan selatan ada begitu
banyak anak-anak yang mengalami gizi kurang dan beberapa anak gizi buruk
yang terjadi di puskesmas peusangan selatan. Berdasarkan data jumlah kasus
kunjungan anak umur 2-5 tahun ke poli gigi didapat data bahwa pada tahun 2017
angka kunjungan anak cukup besar yaitu 46 orang dan pada tahun 2018 angka
kunjungan anak menurun yaitu menjadi 22 orang. Melihat data diatas ada
kecendrungan penurunan kunjungan anak berumur 2-5 tahun yang berobat ke poli
gigi dengan alasan bermacam-macam diantaranya kesibukan orang tua anak
dalam bekerja, kurang pedulinya orang tua akan kesehatan gigi anaknya, jarak ke
puskesmas dari rumah yang jauh, dan lain-lain padahal penulis yakin ada banyak
anak diluar sana berumur 2-5 tahun yang mengalami penyakit di gigi dan
mulutnya yang tidak tersentuh oleh pelayanan gigi di puskesmas.
Sedangkan data dari petugas gizi puskesmas peusangan selatan ada 3 anak
baduta yang lahir pada tahun 2017 yang mengalami gizi buruk yang terus
mendapatkan pendampingan di tahun 2018 dan tahun 2019 serta jumlah anak
balita dengan gizi kurang yang jumlahnya puluhan yang terus mendapatkan
pendampingan di tahun 2018 hingga tahun 2019. Pada anak-anak yang mengalami
gizi kurang dan gizi buruk didapati pula data bahwa sebagian dari mereka
mengalami karies gigi yang parah yang mengakibatkan anak-anak dengan karies
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 9
gigi yang parah tersebut hanya bisa mengkonsumsi makanan yang lunak yang bisa
diakomodir oleh pengunyahan mereka dan hal ini pula yang pada akhirnya
menyebabkan status gizi mereka menurun. Dan pada beberapa anak-anak yang
mengalami gizi buruk juga disertai dengan penyakit infeksi seperti TBC dan down
syndrome
Penulis berpendapat bahwa tingginya angka karies gigi pada anak adalah
salah satu hal yang sangat mempengaruhi status gizi anak oleh karena itu penulis
meyakini dirasa perlu untuk membantu menanggulangi tingginya angka gizi
buruk dan gizi kurang serta tingginya angka karies gigi pada anak ini dimulai
dengan turun ke posyandu dengan melakukan program-program edukasi kepada
ibu hamil dengan memberikan pengetahuan tentang pola makan bergizi,
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, pola asuh balita, pola hidup bersih
dan sehat baik untuk personal maupun lingkungan kepada ibu hamil , melakukan
tindakan pencegahan berupa pemeriksaan dan penambalan pit dan fissur pada
lubang gigi yang kecil pada balita di posyandu dan kegiatan edukasi dan
pencegahan ini diteruskan ke siswa - siswi PAUD dan TK serta anak-anak kelas 1
sekolah dasar yang ada dalam wilayah kecamatan Peusangan Selatan. Dilain pihak
angka kunjungan anak ke posyandu berdasarkan survei nasional mengalami
penurunan begitu juga yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Peusangan
Selatan, oleh karena itu penulis juga berpendapat dirasa perlu untuk membuat
program inovasi untuk menaikkan angka kunjungan diposyandu juga dalam hal
menyasar ibu hamil dan anak-anak balitanya untuk mendapatkan pengetahuan
tentang pola asuh yang baik, asupan makanan bergizi yang baik dan yang utama
pengetahuan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai
perwujudan dari perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan pelayanan
berupa tindakan pencegahan dengan melakukan penambalan pada lubang gigi
(karies gigi) yang kecil agar lubang gigi tersebut tidak menjadi besar pada anak-
anak balita.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 10


Grafik Kunjungan Anak 2-5 tahun ke poli gigi Puskesmas Peusangan Selatan
50
45
40
35
30
25 tahun 2017
tahun 2018
20
15
10
5
0
jumlah kunjungan anak 2-5 tahun ke poli gigi

Grafik SKDN (angka kunjungan pasien ke posyandu) tahun 2017

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 11


SKDN 2017
1400
1287 1298 1311 1275 1271 1268 1283 1296
1251 1253 1256 1240
1200
994 1003 1020
1000 946 928
875 878 903 882 880 903 897

800 778
697 705
644 668
612 616 589
576 583 579 571
600

400

200

0
ri ri et ril ei ni li s
be
r
be
r
be
r
be
r
nua r ua ar Ap M Ju Ju
ustu m to m m
Ja b M
Fe Ag pt
e
Ok ve se
Se No De

Grafik SKDN (angka kunjungan pasien ke posyandu) tahun 2018

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 12


SKDN 2018
1600

1400 1350 1346 1326 1364 1351


1312 1295 1340 1308 13191291
1257 1264 1269
1200 1097 1062
981 983 982 977 1010 1001
1000 959 953

800 762 763 750


699 675 701
657 652 636 639 650 661
600

400

200

0
i i et ei ni li s r er r r
ar ar ar ril Ju Ju tu be be be
nu
b r u
M Ap M us em tob m m
Ja Fe A g
pt Ok ve se
Se No De

Grafik kunjungan ibu hamil 2017-2018 (orang)


3.5

2.5

2
tahun 2017
1.5 tahun 2018
1

0.5

0
jumlah kunjungan ibu hamil ke poli gigi

C. TUJUAN

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 13


1. TUJUAN UMUM
Membantu mencegah peningkatan angka gizi kurang dan gizi buruk pada anak
sejak dini dengan menurunkan angka karies gigi pada anak sedini mungkin
dengan melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dan anak
balita serta anak-anak sekolah, penyuluhan asupan gizi yang baik,pola asuh yang
baik, pola hidup bersih dan juga dengan melakukan tindakan pencegahan berupa
penambalan pada karies/lubang gigi yang kecil (tidak dalam dan tidak ada rasa
sakit) pada balita di posyandu dan anak sekolah dasar.
2. TUJUAN KHUSUS
a) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu hamil tentang pola hidup
yang sehat termasuk kesehatan gigi dan mulut, asupan gizi yang baik, pola
asuh yang baik, dan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan demi
terciptanya status gizi yang baik bagi mereka dan anak-anak yang
dikandunganya.
b) Melakukan monitoring dan skrening anak-anak balita yang mengalami gizi
buruk dan gizi kurang di posyandu guna dilakukan penanganan secara lintas
program.
c) Melakukan tindakan pencegahan berupa penambalan lubang gigi yang kecil
(tidak dalam dan tidak sakit) pada balita di posyandu dan murid-murid
sekolah dasar agar terhindar dari rasa sakit yang berat akibat lubang gigi
yang sudah menjadi besar yang dapat mempengaruhi keefektifan
pengunyahan dan gizi anak.
d) Meningkatkan angka kunjungan anak ke posyandu dan ke poli gigi
puskesmas khususnya.
e) Memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada anak-anak sekolah PAUD,
TK dan sekolah dasar akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
yang dapat mendukung perbaikan gizi mereka.
f) Menanamkan kebiasaan kepada anak untuk selalu menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut mereka serta menanamkan kesadaran kepada anak
bahwa berobat gigi itu menyenang
BAB II
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 14
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN UPT.DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN

A. GAMBARAN UMUM UPT.DINAS KESEHATAN PUSKESMAS


PEUSANGAN SELATAN

1. DATA GEOGRAFIS
Puskesmas Peusangan Selatan merupakan puskesmas rawat inap yang terletak
di sebelah selatan Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh. Puskesmas Peusangan
Selatan beralamat di Jl. Simpang Tanjong Km 8 Desa Geulanggang Labu Kec.
Peusangan Selatan. E-mail Puskesmaspeusanganselatan@yahoo.Com. Yang
berbatas langsung pada sebelah Utara dengan Kecamatan Peusangan, sebelah
Selatan dengan Kecamatan Bener Meriah, sebelah Timur dengan Kecamatan
Siblah Krueng dan sebelah Barat dengan Kecamatan Juli. Dengan demikian
menjadikan Puskesmas Peusangan Selatan terletak di perdalaman Kabupaten
Bireuen.
Luas bangunan Puskesmas Peusangan Selatan yaitu 5400 meter, dengan
memiliki luas wilayah kerja 120.000 Km2, yang terdiri 21 desa yang dilayani,
terbagi dalam tiga kemukiman yaitu : Kemukiman Keude Asan, Kemukiman Paya
Malem dan Kemukiman Simpang Tanjong. Peusangan Selatan terletak didaerah
pegunungan dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata mata pencaharian
masyarakat Peusangan Selatan adalah sebagai petani. Dengan karakteristik daerah
termasuk penyangga daerah wisata, dengan kondisi daerah pertanian. Semua
wilayah dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 dan 4.

2. DATA DEMOGRAFI
Jumlah dan Rasio Berdasarkan Jenis Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Peusangan Selatan Tahun 2018.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 15


1. Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan
Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran yang fungsi utamanya
memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya,
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran, kode etik yang
berlaku, serta dapat dipertanggungjawabkan (Anireon, 1984).

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 16


Jumlah dokter umum di Puskesmas Peusangan Selatan pada tahun 2018
adalah 3 orang dan jumlah dokter gigi adalah 1 orang

2. Jumlah dan Rasio Bidan dan Perawat di Sarana Kesehatan


Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik bidan.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di
dalam maupun luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Jadi dapat diartikan bahwa seorang dapat diartikan bahwa seorang
dikatakan sebagai perawat dan mempunyai fungsi serta peran sebagai perawat,
manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah
menyelesaikan pendidikan perawat – baik di dalam maupun luar negeri – dengan
membuktikannya melalui ijazah atau surat tanda tamat belajar. Sehingga perawat
bukan keahlian yang turun temurun, melainkan melalui jenjang pendidikan
perawat. 
Jumlah Bidan di Puskesmas Peusangan Selatan 72 orang. Sedangkan
jumlah Perawat 24 orang, dan Jumlah Perawat Gigi di Puskesmas Peusangan
Selatan 1 orang

3. Jumlah dan Rasio Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan


Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan,
kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan, serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Terdiri dari apoteker, analis
farmasi dan asisten apoteker.
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 17
4. Jumlah dan Rasio Tenaga Gizi di Sarana Kesehatan
Ahli Gizi atau dietisan adalah seorang profesional medis yang
mengkhususkan diri dalam dietetika, yaitu studi tentang gizi dan penggunaan diet
khusus untuk mencegah dan mengobati penyakit. Jumlah Tenaga Gizi 2 orang.

5. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat di Sarana Kesehatan


Tenaga Kesehatan Masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang
kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Peusangan
Selatan 4 orang

6. Jumlah dan Rasio Keterapian Fisik di Sarana Kesehatan


Tenaga keterapian fisik adalah tenaga kesehatan yang menangani masalah
kesehatan dan rehabilitasi seputar fisik manusia, meliputi fisioterapis, okupasi
terapis, terapis wicara, ortetik prostetik dan akupunkturJumlah Tenaga Keterapian
Fisik di Puskesmas Peusangan Selatan 1 orang.

3. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan saat ini sudah banyak me ngalami kemajuan, hal ini tidak
terlepas dari dukungan Pemda bireuen, maupun NGO. Walaupun demikian, masih
banyak juga sarana kesehatan yang memerlukan penambahan, terutama aula,
mushalla, gudang, dan perlengkapan kamar bersalin. Adapun sarana kesehatan
yang ada adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas : 1 Unit
2. Pustu : 3 Unit
3. Polindes : 3 Unit
4. Poskesdes : 11 Unit
5. Posyandu : 23 Pos
6. Pos Obat Desa : 1 Unit

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 18


4. DATA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT
Usaha kesehatan bersumber daya masyarakat mempunyai arti yang sangat
penting dalam mendekatkan akses pelayanan kesehatan dengan melibatkan
masyarakat baik sebagai kader di desa maupun sebagai dokter kecil di sekolah-
sekolah. Adapun data usaha kesehatan bersumber daya masyarakat adalah sebagai
berikut :
Tiga (3) Unit Puskesmas Pembantu
1. Pustu Krueng Beukah
2. Pustu Tanjong Beuridi
3. Pustu Darussalam
Sebelas (11) Unit POSKESDES
1. Poskesdes Lueng Baro dibangun pada tahun 2011 (OTSUS)
2. Poskesdes Blang Cut dibangun pada tahun 2009
3. Poskesdes Mata Ie dibangun pada tahun 2008 (P2DTK)
4. Poskesdes Blang Pala dibangun pada tahun 2009
5. Poskesdes Uteuen Raya dibangun pada tahun 2015
6. Poskesdes Me Rayeuk dibangun pada tahun 2016
7. Poskesdes Teupin Reudeup dibangun pada tahun 2013
8. Poskesdes Paya Crot dibangun pada tahun 2010
9. Poskesdes Darul Aman dibangun pada tahun 2014
10. Poskesdes Blang Mane dibangun pada tahun 2008 (DAK)
11. Poskesdes Pulo Harapan dibangun pada tahun 2008 (DAK)
12. Poskesdes Suwak dibangun pada tahun 2017

Tiga (3) Unit Polindes


1. Polindes Lueng Kuli dibangun pada tahun 2007 (MERLIN)
2. Polindes Ceubrek dibangun pada tahun 2007 (MERLIN)
3. Polindes Pulom Panyang dibangun pada tahun 2007 (MERLIN)

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 19


5 . SARANA PENDIDKAN
Sarana pendidikan dapat dikelompokkan menjadi sarana pendidikan
formal maupun nonformal. Kegiatan belajar mengajar dilangsungkan di rumah,
sekolah maupun pasantren ataupun di balai-balai pengajian.
a. Sarana pendidikan formal
- SMU : 1 (satu) buah
- SLTP : 2 (dua) buah
- MTSS : 1 (satu) buah
- SD : 9 (sembilan) buah
- MIN : 3 (tiga) buah
- TK : 9 (tujuh) buah

b. Pendidikan non formal


- Pasantren : 2 (dua) buah
- Balai pengajian : 23 (dua puluh tiga) buah

B. KONSEP DASAR PUSKESMAS PEUSANGAN SELATAN


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
a. Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Pusat pembangunan kesehatan.
c. Penanggungjawab utama penyelenggara upaya pembangunan kesehatan.
d. Konsep kerja wilayah.

1. Tujuan Puskesmas Peusangan Selatan


1. Untuk mencapai pelayanan Puskesmas yang bermutu dan memuaskan
2. Memfasilitasikan pembangunan berwawasan kesehatan
3. Tata kelola dokumen dan informasi yang terstruktur
4. Komunikasi internal yang kontinui dan teravaluasi
5. Pelayanan yang berbasis minimal resiko dan mengutamakan keselamatan
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 20
6. Tata hubungan kerja listas sektor dan lintas program yang berkesinambungan

2. Visi Puskesmas Peusangan Selatan


Menciptakan Puskesmas yang berkualitas demi terwujudnya masyarakat
sehat mandiri

3. Misi Puskesmas Peusangan Selatan


1. Menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan terjangkau
2. Memberi pelayanan kesehatan yang sesuai standar prosedur
3. Tersedianya sarana dan prasarana alat kesehatan dan penunjangan yang sesuai
standar
4. Meningkatkan mutu SDM kesehatan dengan part
5. isipasi aktif dalam kegiatan keilmuan sesuai kompetensi
6. Memberdayakan individu keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat secara
mandiri

4. Motto
Masyarakat Sehat Kepuasan Bagi Kami

C. KARYA INOVASI “GAZIBU SENI dengan GIAT” ( CEGAH GIZI


BURUK SEJAK DINI dengan GIGI yang SEHAT)
Pelayanan poli gigi yang ada di Puskesmas Peusangan Selatan mempunyai
tugas untuk melakukan pelayanan yang bersifat promotif, preventif dan kuratif.
Untuk menyukseskan kegiatan itu maka poli gigi puskesmas Peusangan Selatan
mempunyai kegiatan pelayanan dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan
pelayanan dalam gedung dilakukan setiap hari kerja dan kegiatan pelayanan luar
gedung dilakukan terjadwal sesuai dengan program yang telah diusulkan di akhir
tahun sebelumnya dan biasanya program tersebut juga dapat merujuk kepada isu
kesehatan nasional strategis yang sedang berkembang pada saat itu.
Saat ini di negara kita sedang berkembang isu tingginya angka stunting
yang dialami anak-anak balita Indonesia yang menunjukkan 1 dari 3 balita
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 21
Indonesia mengalami stunting. Stunting ini efeknya tidak hanya pada
perkembangan fisik yang menjadi terganggu tetapi juga dapat menghambat
kecerdasan dan produktifitas seseorang di masa depan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi ketimpangan ekonomi suatu bangsa di masa depan bila masalah
stunting ini tidak segera diatasi.
Kegiatan luar gedung yang biasa dilakukan poli gigi Puskesmas
Peusangan Selatan dari tahun ke tahun berikutnya adalah upaya promotif dan
preventif di sekolah-sekolah dasar (kegiatan UKGS “Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah) yang ada dalam wilayah kecamatan Peusangan Selatan yang menyasar
siswa-siswi kelas 1 sekolah dasar berdasarkan pertimbangan bahwa pada periode
umur tersebut adalah periode gigi bercampur yaitu periode pergantian gigi susu ke
gigi permanen yang mana kita mengedukasi para siswa kelas 1 agar mereka dapat
menjaga kesehatan gigi permanennya hingga seterusnya sampai mereka dewasa.
Melihat fenomena berkembangnya isu stunting saat ini terlebih lagi
hubungan lebih seriusnya ke gizi buruk maka penulis merasa perlu untuk terlibat
membantu mengatasi stunting ini, dan kegiatan luar gedung yang dilakukan kali
ini lebih digiatkan di posyandu, terlebih lagi melihat angka kunjungan anak usia
2-5 tahun dan anak usia sekolah dasar yang berkunjung berobat ke poli gigi
cendrung menurun akibat berbagai macam alasan mulai dari kesibukan orang tua
yang bekerja hingga kurang pedulinya orang tua akan arti penting kesehatan anak,
maka penulis merasa perlu untuk membuat program luar gedung dengan
menambahkan program promotif dan preventif ke posyandu dengan menyasar ibu
hamil dan balita, kunjungan ke siswa-siswi PAUD dan TK dan tetap melanjutkan
kegiatan UKGS kepada siswa-siswi kelas 1 sekolah dasar.
Kegiatan penyuluhan di posyandu semakin menarik dikarenakan angka
kunjungan ibu hamil dan balita ke posyandu ternyata juga semakin menurun.
Untuk menaikkan angka kunjungan posyandu itu maka dibuatkan beberapa
program inovasi di tahun 2018 seperti dengan membuat arisan doorprize
posyandu setiap bulan ditambah dengan pengadaan mainan di posyandu yang
membuat anak menjadi menarik untuk datang ke posyandu, pemutaran film
edukasi kesehatan dan keterlibatan beberapa program lain yang juga turun ke
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 22
posyandu seperti program PTM (Penyakit Tidak Menular) untuk lansia, program
TOGA (Tanaman Obat Keluarga), petugas gizi, dan program lainnya dan yang
terbaru yaitu kegiatan inovasi yang kita jalankan yang diberi nama GAZIBU
SENI dengan GIAT (Cegah Gizi Buruk Sejak Dini dengan Gigi yang Sehat)
dimana pada kegiatan inovasi ini dilakukan penyuluhan, pemeriksaan gigi dan
mulut pada ibu hamil dan balita dan tindakan pencegahan berupa penambalan
lubang gigi yang kecil pada balita dan agar kegiatan ini menarik bagi balita maka
dilakukan pemberian hadiah kepada anak-anak yang berani membuka mulutnya
untuk diperiksa dengan hadiah stiker, mainan kecil sampai kepada balon yang
justru sangat disukai anak-anak balita.
Stunting adalah keadaan kurang gizi kronis yang diderita anak balita yang
berusia kurang dari 2 tahun. Artinya stunting ini sangat berpengaruh pada 1000
hari pertama kehidupan anak. Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan gigi pada
balita terutama anak usia 2 tahun kebawah adalah tindakan yang sangat sulit
karena pada saat umur-umur tersebut anak masih susah untuk berinteraksi dengan
orang lain diluar dari interaksinya kepada keluarga terdekat si anak. Penulis
berinovasi dengan memberikan mainan kepada anak-anak yang mau membuka
mulutnya untuk diperiksa mulai dari pemberian stiker, mainan kecil hingga balon
yang justru sangat disukai anak-anak, dan ternyata menurut penulis tindakan ini
dirasakan cukup berhasil dalam melakukan upaya promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut anak balita.
Kegiatan inovasi yang dilakukan bernama GAZIBU SENI dengan GIAT
tersebut dilakukan pada 23 posyandu, 12 Sekolah Dasar, dan 7 sekolah PAUD /
TK dalam wilayah kecamatan Peusangan Selatan. Untuk kegiatan dalam gedung
dilakukan poli gigi ramah anak dengan menempelkan stiker kartun anak-anak di
dinding poli yang bertujuan menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk berobat ke
poli gigi. Kegiatan inovasi berupa penyuluhan juga dilakukan pada kelas calon
pengantin pada inovasi KECAP MANIS( kelas edukasi calon pengantin menuju
keluarga harmonis ).dan kelas ibu yang biasa dilakukan oleh petugas KIA.
Secara garis besarnya kegiatan inovasi GAZIBU SENI dengan GIAT ini
meliputi :
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 23
I. Kegiatan UKGS (Usaha Kegiatan Gigi Sekolah ) yang dilakukan pada 12
sekolah dengan jadwal 2x setahun, dengan materi kegiatan berupa :
a. Penyuluhan
b. Pemeriksaan gigi dan mulut
c. Penambalan lubang gigi kecil (penambalan pit dan fissur ) khususnya
kepada murid sekolah dasar kelas 1 yang telah mengalami karies/lubang
gigi kecil yang bertujuan sebagai tindakan pencegahan agar tidak
menjadi lubang gigi yang besar yang dapat menimbulkan rasa sakit
dikemudian hari dengan bahan tambalan GIC
Sasaran kegiatan adalah semua murid sekolah dasar kelas 1
II. Kegiatan UKGS yang dilakukan pada 7 sekolah PAUD/TK dengan jadwal
2x setahun, dengan materi kegiatan berupa :
a. Penyuluhan
b. Pemeriksaan gigi dan mulut
Sasaran kegiatan adalah semua murid TK/PAUD
III. Kegiatan di Posyandu yang dilakukan pada 23 posyandu di setiap hari
posyandu, dengan materi kegiatan berupa:
a. Penyuluhan kepada ibu hamil dan balita
b. Pemeriksaan gigi pada ibu hamil dan balita
c. Penambalan lubang gigi kecil khususnya pada anak balita sebagai
tindakan pencegahan agar lubang gigi tersebut tidak menjadi besar
yang dapat menimbulkan rasa sakit dan mengganggu pengunyahan
anak.
Sasaran kegiatan penyuluhan adalah ibu hamil
Sasaran kegiatan pencegahan berupa penambalan lubang gigi yang kecil
adalah balita di posyandu
IV. Kegiatan tambahan pada kelas calon pengantin yaitu KECAP MANIS dan
sifatnya insidentil dengan materi kegiatan hanya berupa penyuluhan.
Sasaran kegiatan adalah pasangan calon pengantin.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 24


D. HASIL KARYA INOVASI “GAZIBU SENI dengan GIAT”
1. Tujuan utama adalah dengan membantu menurunkan angka karies gigi pada
anak terutama pada anak balita di posyandu guna mendapatkan status gizi anak
yang baik.
a. Kegiatan penyuluhan berupa materi kesehatan gigi dan mulut pada ibu
hamil , penyuluhan tentang pola asuh, asupan gizi yang baik dan
kebersihan (hygiene) pribadi dan lingkungan disertai dengan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil dapat kita
lakukan dengan maksimal, dimana hal ini tidak dapat kita lakukan pada
poli gigi puskesmas karna rendahnya angka kunjungan ibu hamil ke
poli gigi di 2 tahun terakhir. Angka kunjungan ibu hamil ke posyandu
juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya
b. Hampir 80% kegiatan pemeriksaan gigi dan mulut pada balita di
posyandu dapat kita lakukan dimana hal ini tidak dapat kita lakukan di
poli gigi puskesmas. Dari pemeriksaan tersebut didapati hampir 70%
anak memiliki karies (gigi berlubang). Angka kunjungan balita ke
posyandu juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
c. Ada 24 anak yang mendapatkan tindakan pencegahan berupa
penambalan pada lubang giginya yang terus kita evaluasi status gizinya
tiap bulan berupa penambahan berat badan dan tinggi badannya. Dan
ada 2 anak yang memiliki status gizi buruk disertai dengan karies gigi
yang parah namun enggan untuk dilakukan perawatan. Pada anak yang
mendapatkan perawatan ada penambahan berat badan signifikan 0,5-1
kg lebih hingga pemeriksaan Juli ini. Namun pada anak yang enggan
mendapatkan perawatan tidak terjadi penambahan berat badan yang
signifikan.
d. Pada beberapa anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk
didapati fakta bahwa anak-anak tersebut sering mengalami sakit yang
disebabkan oleh penyakit infeksi dengan keluhan demam, batuk, sesak
nafas dan diare. Setelah ditelusur ke orang tua ternyata anak-anak
tersebut tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap.
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 25
e. Kegiatan penyuluhan yang kita lakukan pada ibu hamil dan balita di
psoyandu juga meningkatkan angka kunjungan ibu hamil dan balita ke
poli gigi puskesmas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan
ada kasus-kasus tertentu yang harus mendapatkan perawatan istensif di
puskesmas,yaitu ada 9 kunjungan ibu hamil dan 29 balita per Juli 2019.

A. Grafik kunjungan pasien (SKDN) ke posyandu tahun 2017-2019 (%)


120

100

80

60
2017
2018
40
2019
20

0
ri ri et r il ei ni li s er r r r
ua r ua ar ap m ju ju stu mb obe be be
jan b m u t m m
fe ag pt
e ok ve se
se no de

B. Grafik kunjungan pasien anak umur 2-5 tahun di poli gigi puskesmas
(orang)
50
45
40
35
30
tahun 2017
25
tahun 2018
20 juli tahun 2019
15
10
5
0
jumlah kunjungan anak 2-5 tahun ke poli gigi puskesmas

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 26


C. Grafik kunjungan ibu hamil ke poli gigi 2017- juli 2019 (orang)
10

8
7

6
tahun 2017
5
tahun 2018
4 juli tahun 2019

0
jumlah kunjungan ibu hamil ke poli gigi

D. Grafik kenaikan status gizi anak (penambahan berat badan dan tinggi
badan) pada anak yang mendapatkan perawatan gigi dan yang tidak
mendapatkan perawatan (%) per Juli 2019
100

90
80

70

60
anak dengan karies gigi yang
mendapatkan perawatan gigi
50
anak dengan karies gigi yang
40 tidak mendapatkan per-
awatan gigi
30

20

10

0
persentase perbaikan status gizi

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 27


2. Tujuan kegiatan gazibu seni berikutnya adalah melakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah dasar dan PAUD/TK dan
pemeriksaan gigi dan mulut disertai tindakan pencegahan penambalan
lubang gigi yang kecil
a) 100% kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta penyuluhan
asupan makanan bergizi pada murid sekolah dasar kelas 1 dan murid
PAUD/TK dapat dilakukan.
b) Kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah
dasar dan murid TK/PAUD juga dapat dilakukan
c) Kegiatan pencegahan berupa penamblan lubang gigi kecil pada murid
sekolah dasar tidak dapat dilakukan sepenuhnya karena tidak banyak
orangtua murid yang memberikan izin. Hal ini dapat kita pahami karena
trauma dan kurang pahamnya orang tua murid.

E. KENDALA DAN HAMBATAN KEGIATAN INOVASI


1. Pada kegiatan inovasi di posyandu :
a. Tidak dijumpai kendala dan hambatan yang berarti dikarenakan pasien
merasa senang dengan banyaknya program kesehatan di posyandu
b. Kendala yang dihadapi ada pada sumber daya manusianya karena
hanya ada 1 dokter gigi yang bertugas di puskesmas di awal-awal
kegiatan inovasi ini dilakukan sehingga waktu menjadi terbatas antara
waktu melakukan kegiatan di posyandu dengan kegiatan di dalam
gedung di poli gigi
c. Pada anak-anak timbul rasa takut dan bosan pada saat dilakukan
pemeriksaan dan perawatan sehingga diperlukan metode lain dan
sistem lain untuk membuat anak senang
d. Jadwal kegiatan di posyandu terkadang padat terutama apabila terdapat
2 posyandu atau lebih pada satu waktu disebabkan adanya perubahan
jadwal mendadak dari suatu posyandu yang bisa bersumber dari
masyarakat desa, kader dan bidan desanya yang akhirnya inovasi
gazibu seni juga ikut terkendala
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 28
2. Pada kegiatan inovasi di sekolah dasar dan PAUD/TK
a. Kegiatan di sekolah terbatas sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dengan pihak sekolah agar tidak mengganggu jadwal
pelajaran sehingga pemeriksaan dan perawatan secara berkelanjutan
tiap bulan tidak bisa kita lakukan
b. Kerjasama dan pemahaman dari orang tua murid akan pentingnya
kesehatan gigi dan mulut masih kurang sehingga kegiatan pencegahan
berupa penambalan lubang gigi yang kecil tidak dapat maksimal
dilakukan
c. Orang tua murid tidak memiliki pengetahuan kesehatan yang utuh dan
cukup sehingga mudah terpengaruh oleh pihak-pihak lain ketika terjadi
masalah kesehatan massal yang akhirnya berimbas pada program
kesehatan yang lainnya

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 29


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari kegiatan yang telah di lakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
gizi buruk dan gizi kurang yang dialami oleh anak mayoritas disebabkan oleh 2
hal besar yaitu:
1. Penyakit infeksi yang diderita anak dan
2. Asupan makanan yang kurang dikonsumsi oleh anak
Adapun penyebab balita menderita penyakit infeksi setelah ditanyakan ke
orang tuanya didapati fakta bahwa anak-anak tersebut tidak mendapatkan imu
nisasi yang lengkap, sehingga anak-anak mereka menjadi lebih rentan menderita
sakit dengan keluhan batuk, sesak, demam hingga diare. Adapun pada anak
dengan gizi buruk lainnya ada yang mendeerita TBC, down sindrome, dan hernia.
Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada ibu hamil dan anak-anak
adalah infeksi pada gigi dan mulutnya akibat dari gigi yang berlubang maupun
pengaruh hormonal yang terjadi pada ibu hamil dan bisa berakibat kepada janin
yang dikandungnya dan anak setelah lahir. Begitu juga jika pada anak-anak balita
tersebut mempunyai gigi yang berlubang dapat juga mempengaruhi keefektifan
pengunyahan mereka.
Adapun penyebab kedua karena asupan makanan yang kurang, faktor
terbesarnya adalah karena faktor ekonomi keluarga. Diakui faktor ekonomi
keluarga ini menjadi penyebab dominan anak mengalami gizi buruk dan gizi
kurang. Ada anak yang terpaksa tinggal sama neneknya karena kedua orang
tuanya merantau di malaysia.
Sebab lainnya anak menderita gizi buruk dan gizi kurang karena waktu
lahirnya BBLR dan prematur karena ada 2 anak baduta yang menderita gizi buruk
disebabkan lahirnya prematur
Pada anak-anak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang didapati pula
bahwa sebagian anak-anak tersebut juga menderita penyakit infeksi pada gigi dan
mulutnya yaitu adanya karies/lubang gigi dimulutnya yang mengakibatkan

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 30


mereka mengunyah makanan menjadi tidak maksimal disebabkan adanya rasa
sakit/ngilu waktu mengunyah makanan.
Penyebab lain dari anak-anak menderita gizi buruk dan gizi kurang adalah
pengetahuan orang tua yang masih kurang yaitu pengetahuan dalam hal mengasuh
anak (ilmu parenting) dan masih kurangnya kesabaran oranrg tua dalam
mengasuh anaknya diantaranya terlalu gampangnya orang tua memberikan
jajanan luar yang belum tentu nilai gizinya baik bagi anak-anak mereka.
Masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah masalah yang kompleks, bukan
hanya persoalan di bidang kesehatan tapi juga menjadi persoalan yang harus
ditangani oleh pihak-pihak lain yang terkait dengannya. Inovasi yang kami
lakukan dengan mencegah kenaikan angka gizi kurang dan gizi buruk pada anak
dengan pengurangan angka karies gigi pada anak melalui edukasi gizi baik dan
tindakan perawatan kesehatan gigi dan mulut dirasa cukup berhasil tetapi belum
maksimal. Dirasakan cukup berhasil karena tingginya angka kunjungan anak dan
ibu hamil yang bisa mendapatkan edukasi gizi dan kesehatan gigi dan mulut serta
perawatan gigi pada anak-anak balitanya yang mana hal ini tidak akan mungkin
kita dapatkan pada poli gigi puskesmas karena rendahnya angka kunjungan balita
dan ibu hamil di poli gigi puskesmas. Dirasa belum maksimal karena ada faktor
yang lain yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami gizi kurang dan gizi
buruk.
Angka perawatan gigi pada anak-anak balita dan usia 6 tahun di sekolah dasar
dan PAUD/TK demi mendukung status gizi mereka yang baik dinilai juga cukup
berhasil karena hadirnya anak-anak sekolah di kelas mereka masing-masing yang
mendapatkan penyuluhan tentang asupan gizi dan cara perawatan kesehatan gigi
dan mulut mereka dengan baik. Ada hubungan yang erat antara status gizi yang
baik dengan status kesehatan gigi yang baik pula begitu juga sebaliknya. Tindakan
penambalan pada lubang gigi kecil yang kita lakukan dapat mengurangi angka
kesakitan gigi pada anak-anak yang akhirnya dapat meningkatkan status gizi
mereka. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi pada ibu hamil dan anak-
anak adalah infeksi pada gigi dan mulutnya akibat dari gigi yang berlubang
maupun pengaruh hormonal yang terjadi pada ibu hamil dan bisa berakibat kepada
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 31
janin yang dikandungnya dan anak setelah lahir. Upaya untuk mendapatkan status
gizi yang baik melalui upaya pencegahan penyakit infeksi gigi dan mulut melalui
upaya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang baik serta dengan melakukan
tindakan pencegahan berupa penambalan pada lubang

gigi yang kecil sudah kami lakukan namun harus ada juga upaya dari pihak
lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan kasus gizi buruk dan gizi
kurang pada anak bangsa. Perbaikan ekonomi keluarga harus menjadi perhatian
lebih serius ditambah kegiatan penyuluhan harus terus menerus dilakukan disertai
dengan pemberian pengetahuan parenting kepada setiap keluarga juga dirasa perlu
melalui pendekatan keagamaan.

B. SARAN
Perlu dilakukan pemeriksaan berkelanjutan terhadap anak-anak usia 2-5 tahun
yang telah mendapatkan edukasi tentang gizi yang baik dan perawatan gigi dan
mulutnya di posyandu terhadap status gizi mereka seterusnya. Begitu juga
terhadapa siswa-siswi sekolah yang telah mendapatkan perawatan gigi dan
mulutnya terhadap status gizi mereka seterusnya, keterbatasan tenaga dan waktu
yang akhirnya membuat upaya pencegahan gizi buruk ini melalui upaya
perawatan giginya dirasa masih kurang karena jumlah anak yang sangat banyak
untuk diperiksa. Selain itu pengetahuan orang tua akan asupan gizi yang baik juga
harus ditingkatkan melalui upaya promosi kesehatan yang massif seperti di
tempat-tempat fasilitas umum. Pembinaan calon pengantin melalui bimbingan
pranikah dirasa perlu dan dapat bekerjsama antara KUA dan puskesmas,
kerjasama antara DEPAG dan DEPDIKBUD juga dirasa perlu perannya melalui
dukungan kepada program-program kesehatan seperti pemberian Fe kepada
remaja putri disekolah.
Dinas sosial juga dapat terlibat melalui program penyediaan fasilitas jamban
sehat kepada rumah penduduk,pemberian bantuan pangan non tunai kepada
keluarga miskin dan pemberian bantuan tunai bersyarat.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 32


Kerjasama kepada alim ulama juga dirasa perlu dalam hal bimbingan kepada
masyarakat tentang pentingnya imunisasi, pembentukan kelas parenting melalui
pengajian-pengajian.
Pemanfaatan pekarangan rumah melalui pemanfaatan tanama obat keluarga
juga perlu digalakkan. Untuk saat ini kami sudah bekerjasama dengan petugas
TOGA agar dapat mengembangkan TOGA menjadi PMT kepada ibu hamil dan
anak balita di posyandu yang pada akhirnya tanaman TOGA itu nantinya bisa
menjadi makanan olahan di rumah oleh masyarakat untuk menanggulangi
ketidaksanggupan mereka bila harga-harga pangan terlalu mahal yang tidak dapat
dijangkau oleh mereka.
Edukasi tentang gizi kurang dan gizi buruk ini seharusnya pun sudah
dilakukan secara intens kepada remaja putri di tingkat-tingkat sekolah menengah
sebagai calon ibu nantinya. Semoga pihak-pihak terkait dapat melakukan upaya-
upaya yang berkelanjutan.
Anak-anak balita yang menjadi objek pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulutnya terkadang merasa cepat bosan dan cepat kehilangan moodnya untuk itu
dirasa perlu menggunakan media yang lebih menarik selain pemberian hadiah
mainan yang telah dilakukan selama ini.
Kerjasama antar lintas program di puskesmas juga perlu ditingkatkan
dalam hal pelayanan terpadu terhadap anak dan ibu hamil begitu juga untuk kasus
lainnya, karena pelayanan terpadu ini dirasa masih kurang sehingga banyak pasien
yang tidak tuntas mendapatkan perawatan atau pengobatan.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 33


BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas
segala karunia kesehatan dan ilmu yang telah diberikan sehingga dapat membawa
manfaat kepada sesama. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
keluarga besar penulis yang telah memberikan sumbangan moril terutama kepada
istri, dan anak-anak yang mana mereka cukup tahu begitu susahnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan ini dan makalah ini. Penulis ucapkan terimakasih juga
kepada teman-teman di Puskesmas, Kepala Puskesmas dan terutama kepada
petugas gizi. Ucapan terimkasih juga diucapkan pada teman-teman lintas sektor di
Puskesmas yang berada dalam wilayah kecamatan Peusangan Selatan
Semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan rahmat dari ALLAH
SWT dan bisa memberi manfaat kepada sesama.

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 34


DAFTAR PUSTAKA

1. Riskesdas 2018
2. Saleh S, et al. Majalah Kedokteran Gigi, 2016,13.
3. Hidayanti L, Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasan Makanan
kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar. Program
Pasca Sarjana Gizi Masyarakat. UNDIP,2005
4. Junaidi, Hubungan Keparahan Karies Gigi dengan Asupan Zat Gizi Siswa di
SD 15 Banda Aceh. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,
UGM Yogyakarta 2004
5. Sasiwi R, Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi
Anak.Program Gizi, FKM-UNDIP Semarang 2004
6. Ramadhan AG, serba-serbi Kesehatan gigi, Jakarta 2010
7. Almonaitiene,et al.Factors Influencing Permanent teeth Eruption, Dental and
Maxilofacial Journal 12 (3) :67-72
8. Schuurs. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi.UGM,
1992
9. Moestopo, Penuntun Diet Anak, Gramedia Jakarta, 1993
10. Andriani, dkk. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, Hubungan Status Gizi Pendek
( Stunting ) dan Tingkat Karies Gigi, Indonesian Journal of Dentistry, 2008

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 35


LAMPIRAN
LANGKAH- LANGKH KEGIATAN “GAZIBU SENI DENGAN GIAT”
1. SOSIALISASI KEGIATAN DENGAN LINTAS PROGRAM DAN
LINTAS SEKTOR
A. SOSIALISASI DENGAN LINTAS PROGRAM

B.SOSIALISASI DENGAN LINTAS SEKTOR, KEUCHIK, KUA DAN


UNSUR KECAMATAN

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 36


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 37
B. SOSIALISASI DENGAN KADER POSYANDU DAN
PENDAMPING DESA

2. PROGRAM GAZIBU SENI DENGAN GIAT DI POSYANDU

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 38


A. PENYULUHAN KEPADA IBU HAMIL TENTANG POLA ASUPAN
GIZI YANG BAIK, POLA ASUH DAN PHBS SERTA PENYULUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 39


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 40
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 41
B. PENYULUHAN KEPADA ORANG TUA BALITA TENTANG ASUPAN
GIZI YANG BAIK DAN PENYULUHAN TENTANG CARA MENJAGA
KESEHATAN GIGI DAN MULUT BAGI BALITA MEREKA

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 42


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 43
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 44
C. MELAKUKAN PEMERIKSAAN GIGI PADA BALITA

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 45


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 46
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 47
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 48
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 49
D. MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN DENGAN MELAKUKAN
PENAMBALAN PIT DAN FISSUR PADA LUBANG GIGI YANG
KECIL DI POSYANDU

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 50


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 51
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 52
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 53
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 54
E. KUNJUNGAN KE RUMAH BALITA GIZI BURUK

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 55


KEGIATAN GAZIBU SENI DENGAN GIAT DI SEKOLAH DASAR
A. PENYULUHAN TENTANG PENTINGNYA ASUPAN MAKANAN
YANG BAIK DAN CARA PERAWATAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 56


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 57
B. MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN BERUPA
PENAMBALAN LUBANG GIGI YANG KECIL PADA MURID SEKOLAH
DASAR

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 58


KEGIATAN GAZIBU SENI DENGAN GIAT DI PAUD / TK
A. KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG ASUPAN MAKANAN YANG
BAIK DAN PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 59


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 60
BERPERAN SERTA DALAM MEMBERIKAN PENYULUHAN KEPADA
CALON PENGANTIN DI KANTOR KUA

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 61


PERJALANAN TERJAL KE DESA TERJAUH

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 62


YANG LEBIH UTAMA DAN MENYENANGKAN HATI ADALAH ANAK-
ANAK TERLAYANI DAN MEREKA MERASA BAHAGIA

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 63


E. HASIL KARYA INOVASI
Inovasi yang dilakukan dalam rangka mencegah peningkatan angka gizi
kurang dan gizi buruk dengan mengurangi angka karies gigi pada anak dirasakan
cukup berhasil. Hampir 90% ibu-ibu hamil sudah mengerti akan asupan gizi baik
yang harus mereka konsumsi selama masa kehamilan dan mereka juga mengerti
tentang beberapa penyakit infeksi pada gigi dan mulut yang biasa dialami pada
masa kehamilan dan efeknya bagi janin dan mereka juga mengerti tentang
perawatan kesehatan gigi dan mulut yang baik guna mendukung peningkatan
nutrisi pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya juga mereka sudah paham
akan perawatan kesehatan gigi dan mulut yang harus mereka lakukan pada balita-
balita mereka dimulai ketika mereka menyusui anak-anak mereka hingga sang
anak mengalami erupsi gigi susunya untuk pertama kali. Angka kunjungan anak
2-5 tahun yang rendah di poli gigi puskesmas dapat kita atasi dengan tingginya
angka kunjungan anak balita dan ibu hamil di posyandu sehingga edukasi dan
tindakan pencegahan penyakit infeksi gigi dan mulut dapat kita lakukan lebih
maksimal. Angka kunjungan yang rendah disebabkan oleh berbagai macam hal
dimulai dari kesibukan orang tua yang bekerja dan masih kurang pedulinya orang
tua akan arti pentingnya kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut sedari

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 64


dini. Hampir 80% balita juga dapat kita lakukan tindakan penambalan pada
lubang gigi kecilnya (penambalan pit dan fissur) untuk mencegah lubang gigi
menjadi besar yang dapat menimbulkan rasa sakit dan keengganan anak untuk
makan.
Angka kunjungan balita ke posyandu juga cendrung meningkat begitu juga
jumlah balita yang ditimbang dan mengalami kenaikan berat badan juga
bertambah.
Kegiatan penyuluhan pentingnya asupan gizi yang baik dan menjaga
kesehatan gigi dan mulut yang baik kepada siswa-siswi PAUD, TK dan SD kelas
1 juga dikatakan berhasil karena 90% anak-anak mengerti tentang cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut mereka dan juga mereka menjadi mengerti tentang
asupan makanan yang baik dan benar bagi tubuh mereka. Pada anak-anak Sekolah
Dasar kelas 1 juga dapat dilakukan tindakan penambalan lubang gigi kecil yang
tentunya atas persetujuan dari orang tua mereka.
Kegiatan penambalan lubang gigi kecil dilakukan pada siswa-siswi sekolah
dasar kelas 1 untuk mencegah lubang gigi menjadi lebih besar yang dapat
menimbulkan rasa sakit yang akibatnya dapat mengurangi asupan gizi yang baik
bagi tubuh mereka yang pada akhirnya dapat mempengaruhi erupsi gigi permanen
mereka dan perkembangan tulang rahang mereka mengecil.

GRAFIK KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 65


SKDN 2018
1600

1400 1350 1346 1326 1364 1351


1312 1295 1340 1308 13191291
1257 1264 1269

1200
1097
1062
983 982 1010 1001
1000 981 959 977
953

800 762 763 750


699 675 701
657 652 636 639 650 661
600

400

200

0
et

ei

s
i

ri

ni

li

r
r

r
ril
ar

be

be

be
be
tu
Ju
ua

Ju
ar
nu

Ap

us

em

m
m
to
M
br

ve

se
Ja

Ag

Ok
Fe

pt

De
No
Se

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
C. KESIMPULAN
Masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah masalah yang kompleks, bukan
hanya persoalan di bidang kesehatan tapi juga menjadi persoalan yang harus
ditangani oleh pihak-pihak lain yang terkait dengannya. Inovasi yang kami
lakukan dengan mencegah kenaikan angka gizi kurang dan gizi buruk pada anak
dengan pengurangan angka karies gigi pada anak melalui edukasi gizi baik dan
tindakan perawatan kesehatan gigi dan mulut dirasa cukup berhasil tetapi belum

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 66


maksimal. Dirasakan cukup berhasil karena tingginya angka kunjungan anak dan
ibu hamil yang bisa mendapatkan edukasi gizi dan kesehatan gigi dan mulut serta
perawatan gigi pada anak-anak balitanya yang mana hal ini tidak akan mungkin
kita dapatkan pada poli gigi puskesmas karena rendahnya angka kunjungan balita
dan ibu hamil di poli gigi puskesmas. Dirasa belum maksimal karena ada faktor
yang lain yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami gizi kurang dan gizi
buruk.
Angka perawatan gigi pada anak-anak balita dan usia 6 tahun demi
mendukung status gizi mereka yang baik dinilai juga cukup berhasil karena
hadirnya anak-anak sekolah di kelas mereka masing-masing yang mendapatkan
penyuluhan tentang asupan gizi dan cara perawatan kesehatan gigi dan mulut
mereka dengan baik. Ada hubungan yang erat antara status gizi yang baik dengan
status kesehatan gigi yang baik pula begitu juga sebaliknya. Tindakan penambalan
pada lubang kecil (pit dan fissur) yang kita lakukan dapat mengurangi angka
kesakitan gigi pada anak-anak yang akhirnya dapat meningkatkan status gizi
mereka. Status gizi yang buruk pada dasarnya disebabkan oleh 2 faktor yaitu
status gizi kurang yang kronis dan penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi
yang sering terjadi pada ibu hamil dan anak-anak adalah infeksi pada gigi dan
mulutnya akibat dari gigi yang berlubang maupun pengaruh hormonal yang terjadi
pada ibu hamil dan bisa berakibat kepada janin yang dikandungnya dan anak
setelah lahir. Upaya untuk mendapatkan status gizi yang baik melalui upaya
pencegahan penyakit infeksi gigi dan mulut melalui upaya penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut yang baik serta dengan melakukan tindakan pencegahan berupa
penambalan pit dan fissur pada lubang gigi yang kecil sudah kami lakukan namun
harus ada juga upaya dari pihak lain untuk bersama-sama mengatasi permasalahan
kasus gizi buruk dan gizi kurang pada anak bangsa. Perbaikan ekonomi keluarga
harus menjadi perhatian lebih serius ditambah kegiatan penyuluhan harus terus
menerus dilakukan disertai dengan pemberian pengetahuan parenting kepada
setiap keluarga juga dirasa perlu melalui pendekatan keagamaan.

D. SARAN
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 67
Perlu dilakukan penelitian berkelanjutan terhadap anak-anak usia 2-5 tahun
yang telah mendapatkan edukasi tentang gizi yang baik dan perawatan gigi dan
mulutnya di posyandu terhadap status gizi mereka seterusnya. Begitu juga
terhadapa siswa-siswi sekolah yang telah mendapatkan perawatan gigi dan
mulutnya terhadap status gizi mereka seterusnya, keterbatasan tenaga dan waktu
yang akhirnya membuat upaya pencegahan gizi buruk ini melalui upaya
perawatan giginya dirasa masih kurang karena jumlah anak yang sangat banyak
untuk diteliti. Selain itu pengetahuan orang tua akan asupan gizi yang baik juga
harus ditingkatkan melalui upaya promosi kesehatan yang massif seperti di
tempat-tempat fasilitas umum.
Yang dirasa perlu juga adalah pengetahuan tentang ilmu parenting
(mengasuh anak) yang baik juga perlu dibuat kepada masyarakat, bisa melalui
pengajian-pengajian atau dari petugas kesehatan sendiri. Upaya mengatasi
masalah gizi buruk dan gizi kurang dengan mengurangi angka karies giginya telah
kami lakukan akan tetapi masalah gizi kurang dan gizi buruk ini tidak bisa
dilakukan oleh satu sektor saja yaitu dari sektor kesehatan karena masalah
ekonomi dan sosial pengetahuan tetap menjadi faktor pemicu dari masalah gizi
buruk dan gizi kurang ini. Diharapkan ada kerjasama yang sinergi dari berbagai
sektor agar tidak terjadi tumpang tindih dalam mengatasi masalah gizi kurang dan
gizi buruk ini. Untuk saat ini kami sudah bekerjasama dengan petugas TOGA agar
dapat mengembangkan TOGA menjadi PMT kepada ibu hamil dan anak balita di
posyandu yang pada akhirnya tanaman TOGA itu nantinya bisa menjadi makanan
olahan di rumah oleh masyarakat untuk menanggulangi ketidaksanggupan mereka
bila harga-harga pangan terlalu mahal yang tidak dapat dijangkau oleh mereka.
Edukasi tentang gizi kurang dan gizi buruk ini seharusnya pun sudah
dilakukan secara intens kepada remaja putri di tingkat-tingkat sekolah menengah
sebagai calon ibu nantinya. Semoga pihak-pihak terkait dapat melakukan upaya-
upaya yang berkelanjutan.
Anak-anak balita yang menjadi objek pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulutnya terkadang merasa cepat bosan dan cepat kehilangan moodnya untuk itu

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 68


dirasa perlu menggunakan media yang lebih menarik selain pemberian hadiah
mainan yang telah dilakukan selama ini.

BAB IV
PENUTUP
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas
segala karunia kesehatan dan ilmu yang telah diberikan sehingga dapat membawa

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 69


manfaat kepada sesama. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada
keluarga besar penulis yang telah memberikan sumbangan moril terutama kepada
istri, dan anak-anak yang mana mereka cukup tahu begitu susahnya waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan ini dan makalah ini. Penulis ucapkan terimakasih juga
kepada teman-teman di Puskesmas, Kepala Puskesmas dan terutama kepada
petugas gizi. Ucapan terimkasih juga diucapkan pada teman-teman lintas sektor di
Puskesmas yang berada dalam wilayah kecamatan Peusangan Selatan
Semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan rahmat dari ALLAH
SWT dan bisa memberi manfaat kepada sesama.

DAFTAR PUSTAKA

11. Riskesdas 2018


12. Saleh S, et al. Majalah Kedokteran Gigi, 2016,13.
GAZIBU SENI DENGAN GIAT 70
13. Hidayanti L, Hubungan Karakteristik Keluarga dan Kebiasan Makanan
kariogenik dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar. Program
Pasca Sarjana Gizi Masyarakat. UNDIP,2005
14. Junaidi, Hubungan Keparahan Karies Gigi dengan Asupan Zat Gizi Siswa di
SD 15 Banda Aceh. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat,
UGM Yogyakarta 2004
15. Sasiwi R, Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Status Gizi
Anak.Program Gizi, FKM-UNDIP Semarang 2004
16. Ramadhan AG, serba-serbi Kesehatan gigi, Jakarta 2010
17. Almonaitiene,et al.Factors Influencing Permanent teeth Eruption, Dental and
Maxilofacial Journal 12 (3) :67-72
18. Schuurs. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi.UGM,
1992
19. Moestopo, Penuntun Diet Anak, Gramedia Jakarta, 1993
20. Andriani, dkk. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, Hubungan Status Gizi Pendek
( Stunting ) dan Tingkat Karies Gigi, Indonesian Journal of Dentistry, 2008

GAZIBU SENI DENGAN GIAT 71


GAZIBU SENI DENGAN GIAT 72

Anda mungkin juga menyukai