PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan
penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta
mempunyai dampak luas yang meliputi: faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu
yang menderita penyakit gigi. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada
sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah utama kesehatan gigi dan mulut
pada anak ialah karies gigi. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan, 2013:60).
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies
dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air
ludah, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling umum
bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus
mutans dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan
rasa sakit, kehilangan gigi, dan infeksi. (Tarigan, 2013:1).
Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja
menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh
lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan
mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi
belajar, memengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat
memengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik. Umumnya anak- anak memasuki usia sekolah mempunyai risiko
karies yang tinggi karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan
makanan dan minuman sesuai keinginannya. (Worotitjan, Mintjelungan, Gunawan,
2013: 60).
Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia
tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Pada usia 12 tahun semua
gigi primer telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh. Anak memasuki
usia sekolah mempunyai risiko mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di
sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga mengancam
kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika
memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali. (Worotitjan,
Mintjelungan, Gunawan, 2013: 60).
Pada anak Sekolah Dasar, secara umum anak yang mengalami karies gigi mulai
dari umur 6-12 tahun, namun dari hasil berbagai banyak penelitian yang mengalami
karies gigi diantaranya anak berusia di bawah 12 tahun, salah satunya ialah anak
berusia 10 tahun. Pemilihan anak 10 tahun karena sebelumnya perlu diketahui bahwa
terjadinya karies tidak berlangsung dalam hitungan detik, melainkan dalam hitungan
bulan ataupun tahun. Dimana karies terjadi melewati beberapa tahap dan dipengaruhi
oleh beberapa faktor di dalamnya dan melewati beberapa proses dengan adanya
proses demineralisasi dan remineralisasi pada gigi.
Anak prasekolah mengalami proses pembentukan karies karena kurangnya
perhatian terhadap makanan sehari–hari dan menyikat gigi. Dan pada umur 3- 6 tahun
berdasarkan tahap tumbuh kembang, anak tersebut mulai melakukan sesuatu
berdasarkan keinginanya salah satunya mulai mencoba berbagai rasa makanan dalam
bentuk apapun sehingga dapat memberikan dampak buruk bagi gigi apabila anak
tersebut tidak memerhatikan solusi pencegahan timbulnya karies.
Anak yang memiliki pola makan buruk pada tahun 3-6 tahun bisa saja
menimbulkan terjadinya karies pada umur 10 tahun, karena kebiasaan buruk yang
dilakukan tersebut sebelum tanggalnya keseluruhan gigi primer (susu) pada anak umur
10 tahun. Dapat diketahui mulai tanggalnya gigi pada anak pada usia 6-8 tahun, dan
tumbuhnya gigi permanen pada usia 12 tahun. Dari adanya hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan ingin mengetahui anak umur 10 tahun dapat mengalami karies sebelum
terjadinya penanggalan keseluruhan gigi susu dan tumbuhnya gigi susu di umur 5-6
tahun pada rahang bawah dan umur 7-8 tahun pada rahang atas, mengalami “karies
atau tidak”.
Menurut WHO (2003), bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia
dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Menurut penelitian negara-
negara Eropa, Amerika, dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80- 95% dari anak-
anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi. (Yohandri, 2012 dalam Tamrin,
Afrida, Jamaluddin, 2014, p. 14).
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI,2000) menyatakan bahwa
63,5% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun dibeberapa Provinsi angka
tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%,
Sumatera 65,4%. Sedangkan pada tahun 2004 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga, prevalensi karies gigi penduduk Indonesia mencapai 90,05%. Hasil penelitian
Direktorat Kesehatan Gigi tahun 2006, di Kalimantan Barat 99%, Kalimantan Selatan
96%, Jambi 92%, Sulawesi Selatan 87%, dan Maluku 77% (Agussalim,
2011 dalam Alim, fatimah, p. 132).
Umumnya penderita gigi berlubang tersebut adalah anak-anak sesuai data
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI). Pada tahun 2007, penderita gigi berlubang di
Indonesia mencapai 72,1 %. Dari persentase ini, hanya satu persen yang berhasil
ditambal. Drg Harun Achmad, spesialis kedokteran gigi anak mengatakan, untuk
wilayah Makassar tingkat gigi berlubang mencapai 82 % dan sekitar 60 % adalah anak
– anak.
Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80% – 90% dimana
diantaranya adalah golongan anak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 sebesar 30% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Dilihat dari
kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding
umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% umur 45
tahun keatas 53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini
menunjukkan karies gigi banyak terjadi pada golongan usia produktif. (Kartikasari,
Nuryanto, 2014: 415).
Di Sulawesi Selatan menunjukkan prevalensi karies sebesar 37,6% dan yang
mempunyai pengalaman karies sebesar 58,1%. Jenis perawatan yang paling banyak
diterima penduduk yang mengalami masalah gigi-mulut, yaitu ‘pengobatan’ (83,6%),
disusul penambalan, pencabutan, dan bedah gigi (46,8%). Konseling perawatan,
kebersihan gigi dan pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat relatif kecil,
masing-masing 10,7% dan 4,8%. Menurut kabupaten atau kota, pengobatan paling
tinggi di Gowa (94,2%), dan terendah di Kota Pare-pare (67,9%). Penambalan,
pencabutan dan bedah gigi tertinggi di Bone (62,4%) dan terendah di Bulukumba
(34,1%). Pemasangan gigi tiruan lepas/cekat terlihat tinggi di Wajo (11,5%), Maros
(9,8%). Kesadaran untuk melakukan konseling relatif sedikit di semua kabupaten
(10,7%), kecuali di Selayar (31,0%) (Riskesdas, 2007: 96).
Makassar (ANTARA News) - Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, Prof Mansjur Nasir, drg PhD mengatakan, prevalensi gigi "karies" atau
berlubang di Sulawesi Selatan pada tahun 2013 masih tinggi yakni 60%. Jadi dari
sekitar delapan juta jiwa penduduk di Sulawesi Selatan, masih terdapat sekitar 60%
yang mengalami gigi karies (Mansjur, 2013, dalam Alim, Fatimah, p. 132).
Berdasarkan data awal yang diperoleh di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa, pada tahun 2013 jumlah keseluruhan siswa sebanyak 177 siswa,
yang berada di kelas V (lima) berumur 10 tahun sebanyak 27 siswa. Pada tahun 2014,
jumlah keseluruhan siswa sebanyak 175 siswa, yang berada di kelas V (lima) berumur
10 Tahun sebanyak 28 siswa. Pada tahun 2015 jumlah keseluruhan siswa sebanyak
174 siswa.
Pada Tahun 2015 jumlah siswa yang berumur 10 tahun ialah siswa yang duduk di
kelas 4 sebanyak 6 orang dari 28 siswa, siswa di kelas 5 sebanyak 30 orang dari 30
siswa, dan yang duduk di kelas 6 terdapat 1 orang siswa dari 30 siswa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa yang berumur 10 tahun di SDI Talakuwe sebanyak 37 orang
(bagian kesiswaan SDI Talakuwe).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang diuraikan di atas maka penulis
tertarik mengangkat tentang, Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Karies
Gigi Pada Anak Umur 10 tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat
Kabupaten Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka adapun rumusan
masalahnya adalah:
1. Apakah ada hubungan pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
2. Apakah ada hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi pada
anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
3. Apakah ada hubungan produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak umur
10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang
berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10 tahun di SDI Talakuwe
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur
10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
b. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menyikat gigi dengan timbulnya karies gigi
pada anak umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
c. Untuk mengetahui hubungan produksi saliva dengan timbulnya karies gigi pada anak
umur 10 Tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dalam
melakukan kajian ilmiah dibidang keperawatan serta syarat untuk menyelesaikan studi.
2. Manfaat bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu dan pengetahuan
yang bermanfaat bagi dunia keperawatan dalam kesehatan khususnya mahasiswa (i)
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (Stikper) Gunung Sari Makassar mengenai karies gigi
pada anak.
3. Manfaat bagi profesi perawat
Sebagai bahan referensi untuk lebih meneliti dalam melakukan tindakan
keperawatan terhadap anak yang menderita karies gigi. Memberikan sumbangsih
pengetahuan di bidang keperawatan dalam rangka pengembangan dan kemandirian
profesi keperawatan.
4. Manfaat bagi tempat peneliti
Sebagai acuan bagi instansi terkait dalam menetapkan kebijakan untuk
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi kesehatan gigi anak.
Dapat mengupayakan tindakan preventif karies pada anak-anak sekolah dengan jalan
promosi kesehatan lewat program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) melalui jalur
program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah).
5. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian
lebih lanjut dimasa yang akan datang khususnya bagi yang ingin meneliti tentang karies
gigi pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Tinjauan Tentang Karies Gigi
a. Definisi
1) Gigi
Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang
berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi.
Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami
kerusakan. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan
dalam tubuh manusia. (Irma, Intan, 2013: 10).
Manusia mempunyai 2 macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi primer)
dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai usia 6 bulan
yang jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen (sekunder) yaitu gigi yang
berangsur–angsur tanggal, berjumlah 32 buah yang terjadi muncul usia 6 tahun sampai
14 tahun. Gigi terakhir (molar 3) akan bererupsi pada masa usia 17 sampai 21 tahun.
(Isro’in, Andarmoyo, 2012: 33).
7
Gambar.
2. 2. Karies media
Sumber: Tarigan Rasinta, Karies gigi, 2013: 40
c) Karies Profunda
Karies sudah mengenai setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
b. Etiologi
Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies: permukaan
gigi (email atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau makanan (seperti
sukrosa), dan waktu. Proses karies tidak memiliki hasil yang tak terelakkan, dan setiap
individu berbeda terhadap kerentanan tergantung pada bentuk gigi, kebiasaan
kebersihan mulut, dan kapasitas produksi saliva mereka. (Hongini, Aditiawarman, 2012:
40).
Produksi Saliva
Pola Makan
Keterangan:
: Variabel Independen : Variabel
Dependen : Penghubung Antar Variabel
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual
penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi,
yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.
1. Pola makan
Yang dimaksud pola makan dalam penelitian ini adalah pola makan atau
kebiasaan makanan yang dikonsumsi oleh responden baik kebiasaan jenis dan
frekuensi makanan jajan yang manis atau minuman manis seperti minuman kemasan,
dan makanan yang mudah terselip di gigi.
Kriteria objektif :
Baik : Jika responden mempunyai skor ≥ 5
Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5
2. Kebiasaan menyikat gigi
Kebiasaan menyikat gigi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan kebiasaan menyikat gigi anak secara mandiri. kebiasaan yang dilakukan
responden setiap hari yang berhubungan dengan tata cara atau kebiasaan menyikat
gigi serta frekuensi menyikat gigi dalam sehari.
Kriteria objektif :
Baik : Jika responden mempunyai skor ≥ 5
Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5
3. Produksi saliva
Produksi saliva yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mulut
menghasilkan saliva atau air liur saat makan ataupun dalam keadaan mulut kosong,
dan mengetahui apakah tenggorokan atau mulut sering terasa kering serta kebiasaan
yang biasanya dilakukan saat produksi saliva berkurang.
Kriteria objektif :
Baik : Jika responden mempunyai skor ≥ 5
Kurang baik : Jika responden mempunyai skor < 5
4. Karies gigi
Yang dimaksud karies gigi dalam penelitian ini adalah suatu infeksi pada gigi dan
mulut dimana keadaan yang menunjukan adanya lesi atau lubang gigi yang ditandai
oleh kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email, dentin) sehingga meluas
kearah pulpa yang dapat dilihat secara langsung, dengan adanya plak (bercak) pada
gigi baik bercak putih, cokelat, ataupun gigi yang telah berlubang serta data pendukung
diketahuinya karies telah mengenai pulpa dengan adanya keluhan nyeri pada gigi anak.
Dapat diketahui melalui observasi dan wawancara langsung pada anak tanpa adanya
sebuah angket berupa kuesioner .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah Korelasi
Deskriptif dengan menggunakan model pendekatan Cross Sectional, dimana peneliti
melakukan pengukuran variabel pada saat yang bersamaan yang tujuannya untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan timbulnya karies gigi pada anak umur 10
tahun di SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa. (Suyanto, 2011:35).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di SDI Talakuwe yang berada di Desa Gentungang
Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Mei 2015
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 37 siswa yang berumur 10 Tahun.
2. Sampel
35
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007: 32).
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang berumur 10 Tahun yang berada di
SDI Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa sebesar 37 sampel diambil
secara total sampling untuk semua populasi yang ada.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling yakni suatu teknik
pengambilan sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah prosedur pengumpulan data penelitian,
peneliti menggunakan alat ukur berupa daftar pertanyaan (kuesioner), wawancara,
observasi, dan dokumentasi, yang dikembangkan berdasarkan acuan tinjauan teoritis.
Hasil kuesioner didapatkan dengan menggunakan skala Guttman yaitu dengan jawaban
”Ya” dan “Tidak”.
Skor untuk pertanyaan “ Positif ” Ya = 1 dan Tidak = 0, Skor untuk
pertanyaan “Negatif “ Ya = 0 dan Tidak = 1
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data terdiri dari :
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh penelitian melalui:
1) Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui wawancara
langsung dengan responden.
2) Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang ditempuh peneliti dengan membagikan
kuesioner (angket) kepada responden dengan cara mengirimkan suatu daftar
pertanyaan kepada responden untuk diisi.
3) Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui pengamatan
dilokasi penelitian untuk mendapatkan data.
b. Data Sekunder
Data sekunder juga digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti jumlah keseluruhan siswa SDI
Talakuwe Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa yang berumur 10 tahun.
2. Tahap pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang
disediakan). Adapun langkah langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut:
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ulang atau mengecek jumlah dan meneliti
kelengkapan data yang diperlukan.
b. Coding
Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka
(pengkodean) sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.
c. Data entry
Mengisi kolom–kolom atau kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing–
masing.
d. Tabulating
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data ke dalam suatu tabel
menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga tabel mudah
untuk dianalisa.
e. Cleaning
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukan ke dalam
kotak lembar kode apakah ada kesalahan atau tidak.
F. Teknik Analisis data
1. Analisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dimana analisis ini
menghasilkan distribusi, frekuensi dan presentasi dari setiap variabel diteliti, baik
variabel independen maupun variabel dependen.
2. Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri dengan
variabel terikat digunakan uji statistic Chi-Square. Analisa data akan diolah dengan
menggunakan SPSS. Uji satistik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen.
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent (Persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang bersedia untuk
diteliti. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak
subjek tersebut.
2. Anonymity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden,
tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Contidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Harun. (2010). Karies dan Perawatan Pulpa Pada anak Secara
Komprehensif. Makassar: Bimer.
Alim Sabri & Fatimah. (2014). Pola Makan dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan
Timbulnya Karies Gigi Pada Anak. Journal of Pediatric Nursing,1(3), 131-136.
Erwana Ferry Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Hidayat Alimul Aziz.A. (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut; Buku
Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Irma Z Indah, & Intan Ayu,S. (2013). Penyakit Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Isro’in laily, & Andarmoyo Sulistyo. (2012). Personal Hygiene Konsep Proses & Aplikasi
Dalam Prakktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kartikasari Yuwan Hana, & Nuryanto. (2014). Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan
Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar. Journal
Of Nutrition Collage, 3(3), 414-421.
Ramadhan Gilang Ardyan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta: Bukune.
Riskesdas. (2007). Profil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2007. Makassar.
Sariningsih Endang. (2012). Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus
Infeksi. Jakarta: Elexmedia Komputindo.
Soegeng Santoso, M.Pd., & Ranti Lies Anne,M.Pd. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
EGC
Sulistyoningsih Hariyani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
41
Tamrin Masriadi, Afrida, & Jamaluddin Maryam. (2014). Dampak Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan Menyikat Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada
Anak Sekolah. Journal Of Pediatric Nursing, 1(1), 014-018.
Tarigan Rasinta. (2013). Karies Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wangidjaja Itjiningsih. (2014). Anatomi Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Worotitjan Indry, Mintjelungan Christy N, & Gunawan Paulina. (2013). Pengalaman Karies
Gigi Serta Pola Makan dan Minum Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Kiawa
Kecamatan Kawangkoan Utara. Journal e-Gigi (eG),1(1), 59-68.