Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan satu kesatuan dari seluruh organ tubuh sehingga kerusakan

yang terjadi pada gigi dapat berpengaruh terhadap kesehatan anggota tubuh lain serta

dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang

penting dalam kehidupan setiap orang, termasuk anak-anak, karena gigi dan gusi yang

rusak dan tidak dirawat akan menimbulkan rasa sakit dan gangguan pengunyahan serta

dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya (Kantohe et al., 2016). Penyakit gigi dan

mulut yang umum ditemukan di masyarakat luas yaitu karies gigi. Karies tidak hanya

terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak (Tambunan, 2021).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyebutkan hasil dari

The Global Burden of Disease Study 2017 persentase dari keseluruhan penduduk dunia

mengalami karies sebesar 37%. Tercatat sebanyak 2,3 miliar orang di dunia

mengalami karies pada gigi permanen yang tidak dilakukan perawatan. Karies

menyerang berbagai tingkatan usia di masyarakat, tercatat karies pada gigi desidui

menyerang 530 juta jiwa anak di dunia (World Health Organization, 2021). Amerika

Serikat memiliki prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun sebesar 90% (Mamengko

et al., 2016).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 mengemukakan prevalensi

gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi yaitu sekitar 93% artinya hanya

7% anak Indonesia yang bebas dari karies gigi. Prevalensi karies gigi pada anak

Indonesia usia 5-6 tahun ditemukan sebesar 67,3% dengan tingkat pengalaman karies

1
2

yang diukur dengan indeks def-t memiliki rata-rata nilai 8,43. Menurut data dari Riset

Kesehatan Dasar Provinsi Jambi tahun 2018, prevalensi masalah kesehatan gigi dan

mulut yang paling banyak dialami masyarakat adalah gigi rusak/berlubang/sakit, dan

kasus tersebut paling banyak terjadi di daerah Kabupaten Kerinci sebanyak 58,58%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci bulan Januari-September 2022,

jumlah karies gigi pada anak di 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci yang

telah dilakukan penjaringan pada kegiatan UKGS (Unit Kesehatan Gigi Sekolah)

adalah sebanyak 1839 orang. Jumlah karies gigi banyak ditemukan di Kecamatan

Semurup yaitu sebanyak 413 orang.

Karies gigi merupakan istilah penyakit jaringan gigi yang diawali terjadinya

kerusakan pada permukaan gigi, yaitu dari enamel ke dentin dan meluas hingga ke

pulpa. Faktor utama penyebab karies gigi adalah host, mikroorganisme, substrat dan

waktu (Tambunan, 2021). Menurut Teori multifaktorial Kayes, faktor lain penyebab

terjadinya karies gigi salah satunya berhubungan dengan perilaku anak yang suka

mengkonsumsi makanan manis yang menyebabkan kerusakan gigi yang tergolong

makanan kariogenik (Mamengko et al., 2016). Selain itu, faktor risiko yang dapat

menyebabkan keparahan karies gigi antara lain pengalaman karies gigi, ekonomi, usia,

jenis kelamin, geografi, pendidikan dan pengetahuan (Tambunan, 2021).

Dampak yang ditimbulkan jika karies terlambat terdeteksi maka gigi tersebut

tidak dapat ditambal dan harus dilakukan pencabutan. Jika telah dilakukan pencabutan

gigi, maka gigi yang berada dibagian kanan dan kiri akan bergeser kearah gigi yang

telah dicabut sehingga gigi akan menjadi renggang, sisa-sisa makanan akan membusuk

sehingga menimbulkan bau mulut yang tidak enak dan suasana di rongga mulut akan

menjadi asam. Banyaknya bakteri yang menempel pada gigi dapat menyebabkan
3

kerusakan gigi (Syah et al , 2019). Selain itu, dampak lain yang dapat timbul jika karies

gigi tidak dirawat yaitu dapat menimbulkan rasa nyeri, abses, kesulitan bicara dan

menelan yang pada akhirnya akan menurunkan kesehatan fisik dan mengganggu

estetika sehingga menimbulkan rasa kurang percaya diri pada penderitanya serta

gangguan sosial seperti tidak hadir saat sekolah, kesulitan mengerjakan pekerjaan

rumah, dan sulit untuk fokus memperhatikan pelajaran di kelas (Apro et al., 2020).

Masalah kesehatan gigi dan mulut dapat dihindari dengan melakukan

perawatan gigi sejak dini. Perawatan gigi anak dilakukan untuk mencegah terjadinya

kelainan atau gangguan gigi dan membuat gigi sehat, teratur, rapi, serta indah yang

memerlukan peran aktif orang tua. Kesehatan gigi anak atau gigi desidui sangat

mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen. Hal tersebut dikarenakan gigi desidui

merupakan gigi pertama yang tumbuh saat usia bayi sekitar 6–8 bulan yang selanjutnya

tumbuh secara lengkap mencapai 20 buah dan berhenti pada tahun ketiga usia bayi

(Hermawan et al., 2020).

Pada saat usia dini sangat penting untuk dikenalkan mengenai pendidikan

kesehatan gigi, seperti bagaimana cara menyikat gigi yang benar, waktu menyikat gigi

yang tepat, makanan yang sehat. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak,

diperlukan kondisi kesehatan yang baik termasuk kesehatan gigi dan mulut yang

optimal agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Fitriana & Kasuma,

2019). Peran ibu sebagai fasilitator kesehatan anak diperlukan untuk mencegah

masalah pada gigi desidui agar gigi tersebut dapat berfungsi dengan baik selama di

rongga mulut(Abdat, 2015).


4

Menurut teori Green (1980), pengetahuan merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang atau masyarakat yang

berkaitan dengan kesehatan. Pengetahuan dapat berbentuk keyakinan tertentu

sehingga seseorang berperilaku sesuai kenyataan. Menurut Darsini dkk (2019)

pengetahuan yang dimiliki oleh individu dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal (Darsini et al., 2019). Faktor internal yang dapat mempengaruhi

pengetahuan adalah usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi pengetahuan antara lain tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman,

sumber informasi, minat, lingkungan dan sosial budaya.

Pengetahuan ibu mengenai gigi desidui dan peranan pentingnya dapat

berdampak pada kesehatan gigi anaknya. Suatu penelitian di Moradabad, India

menunjukkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya gigi desidui termasuk dalam

kategori rendah dengan presentase sebesar 25,4% (Wardani et al., 2021). Pengetahuan

yang dimiliki ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin baik tingkat

pendidikan ibu maka semakin baik pula kemampuannya dalam memahami dan

merespon informasi yang diberikan khususnya mengenai kesehatan gigi dan mulut

anaknya (Afrinis et al., 2020).

Berdasarkan penelitian Priyanto A, menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan

perilaku ibu yang positif terhadap kesehatan gigi dan mulut anak dapat memberi

pengaruh terhadap status kesehatan gigi dan mulut yang baik. Tanpa adanya

pengetahuan dasar yang dimiliki orang tua terutama ibu mengenai kesehatan gigi dan

mulut tentunya akan sulit dalam melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit gigi

dan mulut.
5

Menurut penelitian Afrinis dkk (2020) terdapat hubungan pengetahuan ibu

dengan kejadian karies gigi. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,00 3 (p <

0,05), sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang

kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi (Afrinis et al., 2020). Ibu yang

memiliki pengetahuan yang baik cenderung anaknya tidak mengalami karies,

sedangkan ibu dengan pengetahuan yang kurang cenderung anaknya mengalami

karies. Menurut penelitian Rompis dkk (2016) didapatkan hasil 0,270 dimana nilai p

lebih besar dari 0,05 maka hipotesis 0 menyatakan tidak ada hubungan antara

pengetahuan ibu dengan tingkat keparahan karies gigi (Rompis et al., 2016). Jadi

terdapat perbedaan mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian karies

antara kedua penelitian sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan pengetahuan ibu mengenai gigi desidui dengan kejadian karies

gigi anak prasekolah di TK IT Nurul Qur’an dan TK Muslim Semurup, Kabupaten

Kerinci. Berdasarkan laporan penjaringan kesehatan peserta didik, TK tersebut belum

pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dari Puskesmas, padahal anak

prasekolah sangat rentan terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat ditentukan rumusan

masalah yaitu bagaimana hubungan pengetahuan ibu mengenai gigi desidui dengan

kejadian karies gigi anak prasekolah di TK IT Nurul Qur’an dan TK Muslim Semurup,

Kabupaten Kerinci.
6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu mengenai gigi desidui dengan

kejadian karies gigi anak prasekolah di TK IT Nurul Qur’an dan TK Muslim Semurup,

Kabupaten Kerinci.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai gigi desidui anak prasekolah

di TK IT Nurul Qur’an dan TK Muslim Semurup, Kabupaten Kerinci.

b. Mengetahui karakteristik tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu anak

prasekolah di TK IT Nurul Qur’an dan TK Muslim Semurup, Kabupaten

Kerinci.

c. Mengetahui kejadian karies gigi anak prasekolah di TK IT Nurul Qur’an dan

TK Muslim Semurup, Kabupaten Kerinci.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu kedokteran gigi yang telah

didapatkan selama masa preklinik serta menambah wawasan ilmu pengetahuan.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan edukasi kepada ibu mengenai pentingnya menjaga

kesehatan gigi desidui untuk mencegah terjadinya karies anak prasekolah.


7

1.4.3 Bagi Sekolah

Memberikan edukasi kepada pihak sekolah supaya bisa turut andil dalam

program pentingnya menjaga kesehatan gigi desidui untuk mencegah terjadinya

kerusakan gigi pada anak prasekolah.

1.4.4 Bagi Institusi Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan Institusi Kesehatan termotivasi

untuk dapat memberi perhatian lebih pada program Unit Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS) ke anak prasekolah dengan mengadakan program edukasi secara langsung

kepada anak prasekolah dan orang tua mengenai upaya preventif mempertahankan gigi

desidui dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai