Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN EVALUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT SERTA

KESEHATAN MASYARAKAT

DI SDN 23 RANAH PADANG SELATAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG

Oleh : drg. Shavira Syarifatul Erdin

Pembimbing : drg. Ira Yusrita


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi
merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan
mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini
mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Kelainan-kelainan yang bisa
terjadi di dalam mulut adalah gigi berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal.
Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan pendukung
gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar di Indonesia, serta cenderung
meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara - negara
berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras
gigi (caries dentin). Hal ini karena prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha
untuk mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan indikator
kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi serta belum berhasilnya usaha
untuk mengatasinya mungkin dipengaruhi oleh faktor - faktor distribusi penduduk, faktor
lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-beda pada
masyarakat Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email terus ke dentin
dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor. Ada empat faktor
utama yang saling mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor host yang meliputi
gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah substrat dan ke empat
adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-faktor tidak
langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor
penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan
penduduk dan lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang
menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat berbeda antara
kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet dipertimbangkan sebagai perbedaan utama
antara kelompok-kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibuktikan
dari berbagai penelitian bahwa gula dalam diet merupakan penyebab utama karies. Suku
bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi, kariesnya lebih tinggi dibandingkan dengan
mereka yang mengkonsumsi gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga sangat
berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini antara lain disebabkan
karena adanya perubahan perilaku masyarakat serta kemampuan dalam menyediakan
makanan yang bersifat kariogenik seperti gula, permen dan coklat.

1.2 Pernyataan Masalah Kesehatan Gigi & Mulut Serta Kesehatan Masyarakat
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang cukup tinggi dialami di
Indonesia dengan prevalensi lebih dari 80%. Karies gigi merupakan penyakit kronis yang
umum terjadi dan cukup tinggi pada anak usia sekolah dasar yaitu umur 6-11 tahun.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2018, persentase masyarakat Indonesia yang mengalami
karies gigi sebesar 45,3%. Pada anak dengan kelompok usia 5-9 tahun jumlah anak yang
mengalami kerusakan gigi serupa sebanyak 54,0%. Pada indeks rata-rata karies gigi pada
anak usia 10-12 tahun sebesar 1,89%. Karies gigi merupakan penyakit yang menyebabkan
adanya lesi yang berupa demineralisasi email dan dentin. Anak usia sekolah khususnya
anak sekolah dasar kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena anak
tersebut masih memiliki perilaku dan kebiasaan diri yang kurang sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan gigi. Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami
masalah pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu pada penampilan
diri yang kemudian akan membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Selain itu, kehilangan
gigi yang disebabkan oleh karies juga berdampak pada susunan gigi yang tidak teratur
(malokluksi), tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang, dan
penyakit pada jaringan periodontal.

1.3 Tujuan Evaluasi


Evaluasi kondisi kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk meninjau sebaran
masalah kesehatan gigi pada anak usia sekolah dasar dan selanjutnya dapat dilakukan
penyusunan data dan usulan rencana perawatan serta program yang dapat dilaksanakan.
1.4 Manfaat
Data-data yang didapatkan dari evaluasi kesehatan gigi dan mulut ini dapat
dijadikan dasar dalam merancang rencana intervensi berupa program preventif dan kuratif,
sehingga angka kesakitan gigi dan mulut pada usia anak berkurang pada tahun-tahun
berikutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang serius pada
banyak negara berkembang maupun negara maju dan masih sering terjadi pada anak.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, didapat bahwa prevalensi nasional karies
aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2018 adalah 43,4% dan 67,2%
masyarakat memiliki pengalaman karies (memiliki nilai DMFT > 0), serta 20,6%-21,6%
anak usia 6-12 tahun di Indonesia memiliki masalah pada gigi dan mulut. Hal tersebut
menggambarkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan gigi sehingga perilaku kesehatan gigi masih kurang, serta ketidaktahuan dan
mahalnya biaya dokter gigi menyebabkan lebih tingginya pelayanan kuratif dibandingkan
dengan preventif. Karies gigi adalah penyakit gigi yang etiologinya bersifat multifaktorial.
Etiologi utama karies gigi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor-faktor
yaitu gigi, bakteri, saliva, diet, waktu dan faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi
etiologi utama karies, yaitu tingkat sosial ekonomi, sikap, perilaku, pendidikan, dan
pendapatan individu.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kesehatan gigi yaitu indeks, Indeks adalah
suatu angka yang menunjuukkan keadaan klinis yang diidapat pada waktu dilakukan
pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak
maupun kalkulus, dengan demikian angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang
objektif. Apabila kita sudah mengetahui nilai atau angka kebersihan gigi dan mulut dari
seseorang pasien kita dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan, motivasi dan
evaluasi yaitu dengan melihat kemajuan ataupun kemunduran kebersihan gigi dan mulut
seseorang atau sekelompok orang, ataupun kita dapat melihat perbedaan keadaan klinis
seseorang atau sekelompok orang. Kita dapat membedakan penilaian apabila penilaian
yang dilakukan oleh pemeriksaan seragam. oleh karena itu pada saat pengukuran
diperlukan sekali ketelitian dan keseragaman penilaian diantara pemeriksaan sehingga
diperoleh nilai yang akurat dan seragam dari setiao pemeriksaan. Untuk mendapatkan nilai
yang akurat tentunya diantara pemeriksaan harus mempunyai pandangan yang sma dalam
penilaian, oleh karena itu perlu sekali dilakukan kalibrasi terlebih dahulu. Untuk
menggambarkan indeks karies gigi adalah dengan menghitung jumlah karies gigi dapat
dilakukan dengan skor def-t dan DMFT. Skor def-t digunakan untuk menghitung indeks
karies pada gigi sulung dan skor DMF-T digunakan untuk mengetahui indeks karies pada
gigi permanen. Terdapat juga DMF-s (untuk gigi permanen) dan def-s (untuk gigi sulung)
pada pengukuran indeks ini, seluruh komponen memiliki kesempatan untuk dilakukan
pemeriksaan. PUFA (untuk gigi permanen) dan pufa (untuk gigi sulung) pada pengukuran
indeks ini dapat dilakukan secara visual untuk melihat adanya karies yang menunjukkan
keterlibatan pulpa, ulserasi, fistula, dan abses. Terdapat pula ICDAS (International Caries
Detection Assesment System) , pada pengukuran indeks ini dapat dilakukan pada gigi
permanen maupun gigi sulung, dengan menggunakan indeks ICDAS ini kita dapat
mengetahui perjalanan karies seseorang. RCI (Root caries index) pada pengukuran indeks
ini dilakukan lebih spesifik, karena dilakukan pengukuran karies yang hanya terjadi pada
akar, dan gigi yang beresiko untuk dilakukan pengukuran merupakan gigi yang sedang
mengalami resesi gingiva. CSI (Caries Severity Index) pada pengukuran indeks ini dapat
diketahui seberapa parah keadaan karies pada setiap individu maupun populasi. UTN
(Unmed Treatment Need) pada pengukuran indeks ini dapat diketahui mengenai kebutuhan
perawatan pada setiap individu.
BAB III

METODE EVALUASI

Evaluasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung disertai pencatatan data
terkait kondisi kesehatan gigi anak di SDN 23 Ranah Padang Selatan terdapat 7 anak yang
diperiksa pada kelas IV dan 19 anak di Kelas V. Setiap anak di-skrining kondisi giginya
dan kemudian jumlah serta elemen gigi yang berlubang, hilang ataupun ditambal dicatat.
Kebiasaan sikat gigi dan pola makan anak juga ditanyakan secara umum dan singkat
kepada orang tua anak.

Pemeriksaan dilaksanakan di Ruang Kelas Sekolah Dasar Negeri 23 Ranah. Setelah


rangkaian pemeriksaan selesai, anak murid diberi penjelasan singkat mengenai temuan
kondisi gigi anaknya diikuti dengan edukasi dan saran lebih lanjut terkait kondisi gigi dan
cara menjaga kesehatan gigi dan mulut.
BAB IV

HASIL

4.1 Profil Komunitas Umum def-T

SDN 23 Ranah Kelas IV

Skor
Umur Jenis
No. Nama def-T Alamat
(th) Kelamin
d e f

1. M. Faiz 9 L 2 Ranah

Razi
2. 10 L 2 Ranah
Nofriyandri

3. Rizki Halan F 10 L Ranah

4. Kanaya P 11 P 4 Ranah

5. Aurel 10 P 3 Ranah

6. Ririn Olivia 11 P 1 Ranah

7. Keysha 11 P 1 Ranah

Tabel 4.1 Data def-T Murid Kelas IV SDN 23 Ranah

SDN 23 Ranah Kelas V

Skor
No Umur Jenis
Nama def-T Alamat
. (th) Kelamin
d e f

1. Afry Sulaiman 11 L 2 Ranah

2. Anindya 11 P 1 Ranah

3. Ayu 10 P 1 Ranah
4. Azzura 11 P Ranah

5. Cahya Mutiara 10 P 6 Ranah

6. Elnin 12 P Ranah

7. Gamilang 12 L Ranah

8. Iman Teguh 11 L 1 Ranah

9. Laura 10 P 5 Ranah

10. Marsya 11 P 1 Ranah

11. Monicha 10 P 1 Ranah

12. M.Jinga 11 L 1 Ranah

13. M.Zikri 11 L 2 Ranah

14. Nadhila 11 P 2 Ranah

15. Rafael Sidiq 12 L 4 Ranah

16. Rahayu 11 P Ranah

17. Shani 12 P Ranah

18. William 11 L 1 Ranah

19. Yulianis 12 P 3 Ranah

Tabel 4.2 Data def-T Murid Kelas V SDN 23 Ranah

Skor def-T:

d (decayed) : gigi karies (berlubang)


e (exfoliated) : gigi yang sudah tanggal / gigi sisa akar
f (filled) : gigi yang sudah ditambal

Indeks def-T:

Indeks def-T dihitung dengan cara menjumlahkan skor def-T lalu dibagi dengan jumlah
individu.

● Murid Kelas IV : 13/7 = 1,85 (rendah)


● Murid Kelas V : 31/19 = 1,63 (rendah)

4.2 Data Dasar


Puskesmas Seberang Padang merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di
kecamatan Padang Selatan. Puskesmas Seberang Padang berdiri pada tahun 1970,
termasuk puskesmas tertua di kota Padang. Dahulunya Puskesmas Seberang Padang
merupakan satu satunya puskesmas untuk kecamatan Padang Selatan sebelum adanya
Puskesmas lain pada tahun 1980 dan 1992. Saat itu Puskesmas membawahi 24 Kelurahan,
namun sejak adanya 2 Puskesmas lain dan penciutan jumlah kelurahan, wilayah kerja
sekarang tinggal 4 kelurahan saja.

A. Geografis
Puskesmas Seberang Padang berlokasi di Kecamatan Padang Selatan kelurahan
Seberang Padang. Wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang mencakup 4 (empat)
kelurahan yaitu:
 Kelurahan Seberang Padang,
 Kelurahan Alang Laweh,
 Kelurahan Ranah Parak Rumbio,
 Kelurahan Belakang Pondok.
Keempat Kelurahan tersebut dapat di lalui dengan jalan darat. Luas wilayah ± 2.37
km2, terletak Lintang 0,91352 dan Bujur 100,3662 lebih kurang 4 meter di atas permukaan
laut. Dan merupakan zona merah bencana tsunami.
Batas wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang adalah sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Parak Gadang Timur
 Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rawang
Kelurahan Mata Air
 Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pemancungan
Kelurahan Pasa Gadang
 Sebelah timur berbatasan Kecamatan Lubuk Begalung

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang Tahun 2022

Sumber : Puskesmas Seberang Padang Tahun 2022

B. Demografi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2022
berjumlah 16543 jiwa, terdiri dari penduduk asli dan pendatang.
Tabel II.1 menggambarkan distribusi jumlah penduduk tahun 2022 di wilayah kerja
Puskesmas Seberang Padang berdasarkan kelompok sasaran dan Tabel II.2
memperlihatkan distribusi kepesertaan BPJS dari bulan Januari sampai bulan Desember
Tahun 2022.

TABEL II.1
DATA DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN UMUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG 2022
N Keluraha Jumlah
o n Penduduk B Bu
a Apr Bu
Busui/ Bufas

Lansia (60+)
Total Pnddk

Li Pus
y as mil
Bayi Resti

L P i n
Bumil
Balita
1
Seberang 17 15 15 128
1 7278 5 607 265 33 562
Padang 22 0 5 5 3
3072 4175 2

Alang 5
2 3071 362 117 67 13 60 60 810 272
Laweh 1803 1295 6 9
Ranah
3
3 Parak 4342 198 79 46 8 40 40 733 204
6 6
Rumbio 2441 1907

Belakang
4 1074 6 60 35 8 1 7 7 340 114
Pondok 564 510 1
2
Puskesm 122 29 26 26 316 115
5 38 496 55
as 7 1 2 2 6 2
15767 7880 7887 0
Sumber : Pusdatin 2022
Tabel II.1 Menjelaskan sasaran penduduk di Kecamatan Padang Selatan wilayah
kerja Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2022 (15767 jiwa). Jumlah penduduk
terbanyak berada di Kelurahan Seberang Padang (7278 jiwa).
Jumlah RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah rumah per kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Seberang Padang tahun 2022.
TABEL II.2
DATA DISTRIBUSI JUMLAH RT,RW,KK DAN RUMAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG 2022

No Kelurahan RT RW KK Rmh
C.
1 Seberang Padang 28 8 2056 1183
2 Alang Laweh 20 5 765 515
3 Ranah Parak Rumbio 18 4 621 415
4 Belakang Pondok 28 8 453 425
Jumlah 94 25 3670 2538
Kondisi Sosial Budaya Dan Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang sebagian besar beragama
Islam. Warga non muslim, umumnya berada di sekelompok kelurahan yaitu Belakang
Pondok. Di tengah perbedaan suku, agama dan budaya, aktifitas sosial dan peribadatan
penduduk berjalan dengan baik.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Padang Selatan beraneka ragam, mulai
dari pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri, ABRI, bertani, buruh dan
lain-lain. Pekerjaan sebagai buruh umumnya adalah buruh pabrik dan industri rumah
tangga yang terdapat di beberapa kelurahan. Aktifitas perekonomian dalam lingkungan
menengah ke bawah, juga berjalan sangat dinamis.

TABEL II.3
JUMLAH KAPITASI DAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL YANG MENGKASES FKTP PUSKESMAS SEBERANG PADANG
TAHUN 2022
Jumlah Kunjungan
R
U
NON PBI PBI Kunjungan Kunjunga J
Jumla
No Bulan Kapitasi DAN /APBD/AP sakit n Sehat U
h
MANDIRI BN K
A
N
L P L P L P L P
1 Januari 11555 449 541 191 362 849 982 40 44 3458 357
2 Februari 11651 393 530 218 345 803 959 18 25 3291 351
3 Maret 11634 459 548 207 371 831 1017 16 21 3470 436
4 April 11673 371 410 148 190 714 772 7 3 2615 324
5 Mei 11570 382 514 193 322 730 916 7 6 3070 386
6 Juni 11598 447 562 202 410 851 1047 5 4 3528 434
7 Juli 11677 409 497 203 380 815 969 6 8 3287 370
8 Agustus 11581 547 650 308 528 1122 1316 28 27 4526 440
9 Sept 11563 472 640 272 539 970 1282 31 31 4237 440
10 Oktober 11585 492 636 286 518 1037 1264 21 24 4278 423
11 November 11542 512 597 277 529 1044 1224 38 41 4262 404
12 Desember 11616 442 585 249 513 862 1204 48 41 3944 -
1062
Jumlah 5375 6710 2754 5007 12952 265 275 43966 4365
8
Sumber : Laporan BPJS Puskesmas Tahun 2022
Kapitasi Puskesmas Seberang Padang pada kondisi Desember tahun 2022 adalah
11617 jiwa, kepesertaan terbanyak mengakses FKTP adalah Non PBI /Mandiri sebanyak
8183 orang.

TABEL II.4
KUNJUNGAN PASIEN PUSKESMAS SEBERANG PADANG
TAHUN 2022

N KUNJUNGAN
O BULAN UMUM BPJS VAKSIN TOTA
SWA
    DALA L
B
L P L P M LUAR
1 Januari 237 119 639 898 363 640 67 2963
2 Februari 199 107 609 871 524 902 265 3477
3 Maret 176 106 661 918 572 978 64 3475
4 April 175 66 518 684 100 249 5 1797
5 Mei 150 81 572 834 87 152 0 1876
6 Juni 192 79 647 961 110 202 0 2191
7 Juli 196 98 612 868 85 102 0 1961
8 Agustus 271 155 849 1169 42 99 0 2585
9 September 230 125 741 1173 66 82 2 2419
10 Oktober 254 125 774 1147 0 0 0 2300
11 November 276 132 785 1119 55 101 0 2468
12 Desember 203 137 687 1094 53 182 0 2356
1174
  TOTAL 2559 1330 8094 2057 12489 408 29868
6

D. Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi


Sebagai satu bentuk organisasi, Puskesmas Seberang Padang memiliki stuktur
organisasi yang jelas dan mengacu pada Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) Dinas
Kesehatan Kota Padang dan mengacu pada Permenkes 43 tahun 2019. Struktur
organisasi tersebut terdiri dari :

1. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

2. Unsur Membantu Pimpinan : Unit Ketatausahaan

3. Unsur Fungsional : Disebut juga unit fungsional, karena terdiri


dari tenaga/pegawai dalam jabatan
fungsional
Jumlah unit tergantung pada kegiatan, jumlah tenaga dan fasilitas yang ada. Untuk
memudahkan koordinasi semua unit dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu Unit
Upaya Kesehatan Perorangan dan Unit Upaya Kesehatan Masyarakat. Masing-masing
kelompok di atur oleh seorang Koordinator.
Kepala Puskesmas berfungsi memimpin, mengawasi dan melaksanakan koordinasi
kegiatan Puskesmas. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Puskesmas menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan
organisasi di luar lingkungan Puskesmas.
Unit Ketatausahaan bertugas mengurus bidang kepegawaian, adminisrasi,
keuangan, perlengkapan serta pencatatan dan pelaporan. Masing-masing bagian
dipertanggungjawabkan kepada satu orang petugas, di bawah koordinasi satu orang Kepala
Tata Usaha. Berikut Struktur Organisasi Puskesmas Seberang Padang Tahun 2022:
E. Visi, Misi, Strategi Dan Tujuan

1. Visi Dan Misi

 Visi
Visi Pembangunan kesehatan Puskesmas Seberang Padang Kota Padang yakni ”
Mewujudkan Mayarakat Padang Selatan Sehat yang Mandiri, dan Berkeadilan ”.
Pernyataan visi tersebut, mengandung tiga point yaitu sehat, mandiri dan
berkeadilan. Masyarakat Kecamatan Padang Selatan kota Padang yang sehat adalah
gambaran masyarakat Kecamatan Padang Selatan kota Padang masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Hal tersebut selaras dengan pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan No 36
tahun 2009, yang menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sehat baik fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial maupun ekonomis. Hampir sama sehat menurut Badan Kesehatan Dunia/ World
Health Organization (WHO), yang menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahtera
secara fisik, mental dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat.
Dari definisi sehat diatas, dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang terbebas dari suatu penyakit sehingga seseorang dapat melakukan
aktivitas secara optimal sehingga mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Mandiri dalam hal ini adalah masyarakat yang menyadari, mau dan mampu
untuk mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi,
sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan.
Sedangkan berkeadilan mengandung pengertian diperolehnya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi setiap orang yang merupakan hak azazi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.
 Misi
Misi ini dituangkan menjadi empat misi yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya yang ada.

2. Strategi
Visi dan misi Puskesmas Seberang Padang akan dicapai dengan beberapa strategi
yang diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana, terarah dan berkesinambungan.
Beberapa strategi tersebut antara lain:

 Meningkatkan upaya promosi kesehatan

 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama yang lebih baik dengan lintas sektor

 Meningkatkan kwalitas SDM Puskesmas

 Meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

3. Tujuan
Sebagai tujuan akhir yang akan dicapai dari penjabaran visi, misi dan strategi
Puskesmas Seberang Padang adalah
1. Mewujudkan kemampuan untuk hidup sehat setiap warga
2. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara adil dan
terjangkau

F. SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN KESEHATAN

1. Sarana Dan Prasarana

a. Sarana dan Prasarana Umum, terdiri dari:

 Sarana ibadah ; mesjid dan mushalla.

 Sarana-sarana lingkungan; Perumahan, Tempat-Tempat Umum (TTU), Tempat


Pengolahan Makanan (TPM), Sarana Air Bersih (SAB) dan Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL).

 Sarana pendidikan; dari TK hingga PT, Madrasah Ibtidaiyah, SLB, Panti


Asuhan dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
 Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari sarana kesehatan milik pemerintah,
UKBM dan swasta. Sarana kesehatan pemerintah selain Puskesmas Seberang
Padang juga terdapat 1 Puskesmas Pembantu dan 3 Pos Kesehatan Kelurahan.
Sedangkan UKBM berupa Posyandu berjumlah 23 pos. Untuk sarana pelayanan
kesehatan pemerintah/swasta antara lain adalah :
1. Rumah Sakit Swasta : 1 unit
2. Klinik Swasta : 5 unit
3. Dokter Praktek Umum : 6 Orang
4. Bidan Praktek Mandiri : 5 Orang
5. Kader aktif : 92 Orang
6. Posyandu Balita : 23 unit
7. Posyandu Lansia : 4 unit
8. Batra : 2 unit

TABEL II.5
DATA SARANA UMUM DAN LINGKUNGAN PUSKESMAS SEBERANG PADANG
TAHUN 2022
Alang Blkg
Seb Rana
No Sarana Umum dan Lingkungan Lawe Pondo Total
Pdg h
h k
1 Tempat Ibadah 15 6 5 4 30
2 Panti Asuhan 3 0 1 0 4
3 Restoran dan Rumah Makan (TPM) 45 25 18 27 115
4 Rumah Penduduk 1183 515 415 425 2538
5 Tempat-tempat umum (TTU) 23 13 11 10 57
6 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 2 1 1 1 5
7 Sarana Air Bersih (PAM, SGL, SPT) 1183 515 415 425 2538
8 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) 1183 515 415 425 2538
Sumber : Laporan Kesehatan Lingkungan 2022
Tabel II.3 menggambarkan jumlah sarana umum dan lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Seberang Padang yang terdata hingga tahun 2022. Wilayah kerja Puskesmas
Seberang Padang memiliki sarana pendidikan dari berbagai jenjang, mulai dari pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan lanjutan hingga perguruan tinggi yang tersebar di sepuluh
kelurahan. Semua murid dan siswa di semua sarana pendidikan dasar dan lanjutan adalah
sasaran pelayanan kesehatan Puskesmas Seberang Padang, melalui program UKS, UKGS, KIA-
Anak dan Imunisasi. Sedangkan mahasiswa di universitas yang ada (1 universitas swasta)
menjadi sasaran untuk kegiatan Skrining Penyakit Tidak Menular (PTM).
Data sarana pendidikan tahun 2022 secara rinci dapat dilihat pada Tabel II.4. berikut

Tabel II.6
DISTRIBUSI JUMLAH FASILITAS PENDIDIKAN PER KELURAHAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEBERANG PADANG 2022
SLTA
N S
TK/ SMP/ Dr
o Kelurahan SD SMA/ SMK/ PT L
PAUD MTS Kecil
MI STM B

Seberang
1 2 4 2 1 - 1 1 60
Padang
90
2 Alang Laweh 1 6 1 - - - 1

Ranah Parak
3 - 1 1 3 - - - 15
Rumbio
Belakang
4 2 3 1 1 - - - 30
Pondok
195
PUSKESMAS 5 14 5 5 - 1 2

Sumber : Laporan UKS 2022


Tabel II.4 menggambarkan sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Seberang Padang tahun 2022.
b. Prasarana
Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat dalam wilayah kerja,
Puskesmas Seberang Padang memiliki sarana dan prasarana yang cukup. Secara umum sarana
dan prasarana tersebut meliputi:
 Sarana fisik gedung
 Sarana transporta

2. TENAGA KESEHATAN
Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Seberang Padang pada tahun 2022
berjumlah 59 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 44 orang PNS, 12 orang tenaga Non-PNS
(kontrak BLUD), 1 kontrak BLUD dan 1 kontrak pihak ke tiga (tenaga Cleaning Service) dan 2
orang bidan/perawat volenteer. Distribusi tenaga sebagian besar berada di Puskesmas induk,
sedangkan sebanyak 4 orang bertugas di 1 Pustu dan 3 orang di Poskeskel.
Menurut Permenkes 75 tahun 2014 tentang standar jumlah minimal SDM di Puskesmas
rawatan Perkotaan adalah berjumlah 23 orang. Berikut jenis ketenagaan yang harus ada di
Puskesmas Perkotaan Rawatan.

TABEL II.8
STANDAR TENAGA MINIMAL PUSKESMAS PERKOTAAN MENURUT
PERMENKES 43 TAHUN 2022
No Jenis Ketenagaan Jumlah
1. Dokter DLP 1
2. Dokter Gigi 1
3. Perawat 5
4. Bidan 4
5. Tenaga Promosi Kesehatan dan ilmu 2
perilaku
6. Tenaga Sanitasi Lingkungan 1
7. Nutrisionis 1
8. Tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis 1
kefarmasian
9. Ahli Tehnologi Laboratorium medic 1
Tenaga Non Kesehatan
10 Tenaga Sistem Informasi Kesehatan 1
11. Tenaga Administrasi Keuangan 1
12 Tenaga Ketata Usahaan 1
13 Pekarya 2
Jumlah 23
* Tidak termasuk petugas untuk di Pustu dan Poskeskel
Sumber : Permenkes No. 43 Tahun 2019
3. Pendanaan

Dana yang digunakan untuk kegiatan Puskesmas Seberang Padang selama tahun 2022

adalah realisasi BOK yang bersumber dari Biaya Operasional Kegiatan dan Jaminan Kesehatan

Nasional.

G. POLA PENYAKIT

Diagram 1.2 Kasus Penyakit Terbanyak Puskesmas Seberang Padang Tahun 2022

(sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Seberang Padang 2022)

Dari diagram diatas terlihat penyakit terbanyak di Puskesmas Seberang Padang tahun
2022 adalah ISPA, HIV dan Commond Cold.
Laporan Hasil Kegiatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Seberang
Padang
Tabel 1.3 Data Kunjungan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Puskesmas Seberang Padang
2022

Hasil
No Kegiatan Target Kumulatif %
L P

1 Hari buka BP Gigi

2 Jumlah Penduduk 8.267 8.276 16.543

1.06
3 Jml Kunj Baru Rawat Jalan Gigi 13 44
1
5% 1.602 9,68

4 Jml Kunj Lama Rawat Jalan Gigi 21 47 541

5 Jml Kunj Baru Rawat Jalan Gigi Bumil 28 329


50% 329 119,6
6 Jml Kunj Lama Rawat Jalan Gigi Bumil -

7 Jml Kunj Baru Rawat Jalan Apras 28


50% 40 5,70
8 Jml Kunj Lama Rawat Jalan Apras 12

9 Jml Kunj Baru Rawat Jalan UKGS 1 3 155


211
10 Jml Kunj Lama Rawat Jalan UKGS 7 3 56
Tabel 1.4 Data Jumlah Kasus Di Poli Gigi Puskesmas Seberang Padang 2022

No. Diagnosis Kasus

1 Karies 115

2 Penyakit jaringan pulpa dan 638


periapikal

3 Gingivitis dan penyakit periodontal 143

4 Plak, karang gigi, stain 92

5 Gangguan perkembangan dan erupsi 185


gigi

6 Gigi impaksi 77

7 Radiks 141

Tabel 1.5 Data Jumlah Perawatan Di Poli Gigi Puskesmas Seberang Padang 2022

No. Perawatan Kasus

1 Tumpatan Sementara Gigi Permanen 8

2 Tumpatan Sementara Gigi Desidui 0

3 Tambalan Tetap Permanen 16

4 Tambalan Tetap Desidui 2

5 Pencabutan Permanen 120

6 Pencabutan Desidui 173


7 Tindakan lainnya 811
BAB V

DISKUSI

Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak anak murid SN 23 Ranah cukup bervariasi. Skor
def-T bervariasi dari 0 – 6, dengan persentase anak yang bebas karies (skor 0) sebesar 23% (6
dari 26 anak). Indeks def-T di Murid Kelas IV adalah 1,85 (rendah) sedangkan di Kelas V adalah
1,63 (rendah).

Penulis merasa kondisi kesehatan gigi dan mulut anak murid di dua kelas SDN 23 Ranah
ini sudah cukup baik namun masih dapat ditingkatkan. Kelainan pulpa masih dapat ditemukan
pada 10 anak. Saat pengambilan data di lapangan, penulis masih menemui beberapa anak yang
belum mengetahui cara menyikat gigi yang benar dan masih malas menyikat gigi namun tidak
melakukan intervensi yang berarti, sehingga gigi anak mengalami karies. Beberapa anak juga
mengaku suka mengonsumsi camilan manis namun masih malas menyikat gigi.

Dari temuan di lapangan, penulis merasa bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut anak
sangat bisa ditingkatkan jika orang tua anak mendapat edukasi yang tepat mengenai kebersihan
gigi dan mulut, serta menerapkannya di kehidupan sehari-hari bersama anaknya. Anak-anak di
bawah lima tahun belum mengerti pentingnya menyikat gigi dengan benar 2 kali sehari, sehingga
keberadaan role model di rumah dapat membuat anak tertarik dan bersedia berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan rongga mulutnya. Jika ibu / ayah di rumah sudah menerapkan kebiasaan
menyikat gigi dengan benar dan mengajak anaknya untuk melihat, mencontoh dan melakukan,
maka kebiasaan tersebut lama kelamaan akan tertanam di dalam diri anak. Mereka menjadi sadar
bahwa menyikat gigi itu penting dan jika tidak dilakukan akan memberikan akibat buruk seperti
gigi berlubang.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari data yang dikumpulkan diperoleh indeks def-T untuk Murid Kelas IV dan V SDN
23 Ranah adalah sebesar 1,85 dan 1,63. Indeks sebesar 1,85 untuk Murid Kelas IV dan 1,63
untuk Murid Kelas V termasuk kategori rendah dan rendah. Kondisi ini sudah cukup baik secara
umun dapat ditingkatkan mengingat masih dapat ditemui beberapa anak yang memiliki sisa akar
di dalam mulutnya.
Hal ini berhubungan dengan frekuensi dan waktu sikat gigi memiliki hubungan yang
signifikan dengan status karies gigi pada anak sekolah. Frekuensi menyikat gigi adalah 3 kali
sehari, namun 2 kali seharipun sudah cukup yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur. Teknik
menyikat gigi juga berhubungan dengan kejadian karies gigi karena teknik menyikat gigi yang
baik dan benar dapat menghilangkan plak dan bakteri pada gigi sehingga anak terhindar dari
karies gigi. Menyikat gigi harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat, penggunaan alat
yang tepat dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi.
Jenis makanan dan pola makan sangat mempengaruhi terjadinya karies gigi. Anak usia
sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap penyakit karies gigi. salah
satu penyebabnya adalah tersedianya jenis jajanan anak-anak di lingkungan sekolah yang manis,
lunak, dan melekat pada gigi. Sehingga merusak gigi seperti permen, coklat, biscuit. Semakin
tinggi konsumsi terhadap makanan kariogenik maka akan semakin tinggi juga resiko anak untuk
mengalami gigi berlubang sehingga memperparah tingkat karies gigi pada anak, kemudian
kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab terjadinya karies gigi pada anak. Hal ini
dikarenakan anak tidak mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dengan baik.

6.2 Saran

1. Bagi orang tua mempertahankan dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anaknya
melalui sikat gigi dengan benar dan menerapkan pola makan sehat dan seimbang
2. Bagi orang tua mempelajari, menerapkan dan mengajari (mencontohkan) kepada anaknya
cara menyikat gigi dengan benar (dibersihkan menggunakan kain kasa halus untuk bayi
dan dengan gerakan memutar ringan untuk anak-anak, menggunakan pasta gigi yang
sesuai untuk anak, menggunakan sikat gigi yang sesuai untuk anak)
3. Bagi orang tua menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang termasuk makanan
berserat seperti sayur dan buah serta membatasi konsumsi camilan / makanan manis dan
lengket
DAFTAR PUSTAKA

1. Herawati. 1997. Sikap Orang Tua Pada Perawatan Gigi Anaknya. Kumpulan Naskah
Temu Ilmiah Nasional I (TIMNAS I) Peringatan 70 Tahun Pendidikan Dokter Gigi
Indonesia. 375-378
2. Anggriana, Dita., Musyrifah. 2004. Faktor Pendorong Motivasi Orang Tua Merawatkan
Gigi Anak di Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Unair. www.journal.ac.id
3. Petersen, P. E. 2005. Sociobehavioral Risk Factors in Dental Caries – International
Perspectives. Community Dent Oral Epidemiod 33: 274-279
4. Mardiati, E., Salikun, S., & Supardan, I. (2017). Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi
Pada Siswa SD Sambiroto 02 Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi, 4(1), 25–32.
5. Nainggolan, S. J. (2016). Gambaran Pengetahuan Anak Tentang Jenis Makanan
Kariogenik Terhadap Terjadinya Karies Gigi Pada Siswa / I Kelas V-B Sd Negeri 068003
Kayu Manis. Jurnal Ilmiah PANNMED, 14(1), 110–114.
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2281/1/573-Article
Text-846-1-10-20191101 %281%29.pdf
6. Newton, J. T., Bower, E. J. 2005. The Social Determinant of Oral Health : New
Approaches to Conceptualizing and Researching Complex Causal Networks. Community
Dent. Oral Epidemiod 33: 25-34
7. Riskesdas 2018
8. Prasetya, M. A. 2016. Normative Need and Felt Need Orang Tua Terhadap Perawatan
Gigi Anak Usia 4-5 Tahun Di Surabaya Pusat. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

9. Sunarjo, L., Salikun, & Ningrum, P. W. (2016). Faktor Penyebab Tingginya Angka
Karies Gigi Tetap Pada Siswa SD Negeri 02 Banjarsari Kecamatan Talun Kabupaten
Pekalongan. Journal ARSA, 1(1), 22–28.

Anda mungkin juga menyukai