SISWA DI SEKOLAH
Pembimbing:
drg. Yufitri Mayasari, M.Kes
Disusun Oleh:
Retno Kinasih Nugraheni
2014-16-178
Spika Nabila
2014-16-179
2014-16-180
PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling
sering dijumpai di masyarakat.6 Umumnya anak-anak yang memasuki usia sekolah
mempunyai resiko tinggi terhadap karies gigi, karena pada usia ini anak-anak
memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang bersifat
kariogenik.7 Karies gigi pada anak merupakan masalah serius dalam kesehatan
gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi hingga 90,05%.8
Tingkat keparahan kerusakan gigi dapat digambarkan melalui Indeks
DMF-T. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari tiga indeks D-T, M-T, dan
F-T. Indeks DMF-T ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur prevalensi
nasional Indeks DMF-T yaitu 4,6. Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan
nilai masing-masing: D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,8; yang berarti kerusakan gigi
penduduk Indonesia 460 buah gigi per 100 orang.5
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kerusakan gigi adalah tidak
menyikat gigi. Dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang tidak menyikat gigi
yaitu sebanyak 22,8% dan dari 77,2% yang menyikat gigi tersebut hanya 8,1%
yang menyikat gigi tepat pada waktunya. Fakta yang terjadi 72,1% penduduk
Indonesia memiliki masalah karies dan 46,5% diantaranya tidak melakukan
perawatan terhadap karies yang dideritanya. Kesadaran orang dewasa untuk
datang ke dokter gigi kurang dari 7% dan pada anak-anak hanya sekitar 4%
kunjungan ke dokter gigi.6 Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan
pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.
KESEHATAN RONGGA MULUT
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dan memiliki pengaruh
susunan gigi yang berantakan, kurang beraturan, atau gigi menguning dianggap
memiliki kesehatan yang lebih rendah, meskipun gigi tersebut mempunyai
estetika yang masih asli, oleh karena itu gigi yang tidak pernah mengalami
kerusakan dapat dianggap sehat, dan gigi yang telah ditambal dianggap lebih sehat
dari gigi dengan kerusakan yang tidak diobati.14
Karies gigi merupakan kasus yang paling sering mengganggu kesehatan gigi
dan mulut. Karies gigi dapat mengakibatkan rasa sakit, terjadinya infeksi dan bila
tidak segera ditangani dapat berujung dengan terjadinya kehilangan gigi.15 Hal ini
berkaitan karena adanya gangguan asupan nutrisi dan memungkinkan terjadinya
pertumbuhan yang kurang baik.9
Tidak banyak dokter gigi yang mengerti mengenai mekanisme tahap awal
karies, bagaimana cara mengidentifikasi pasien yang berisiko karies dan
bagaimana tahap rencana perawatan yang baik dan benar untuk memastikan agar
penyakit tidak dapat berkembang.16 Dokter gigi pada umumnya menghabiskan
waktu mereka sebanyak 50% untuk melakukan perawatan pada karies gigi. 17
Namun sering kali mereka hanya merawat dan mengobati karies berdasarkan
proses yang terjadi, tetapi tidak menghilangkan faktor penyebabnya. 16
Karies gigi mempunyai proses yang kompleks, dimulai dari demineralisasi
enamel dan remineralisasi yang terjadi akibat asam organik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dalam plak gigi.18 Karies gigi adalah penyakit multifaktorial atau
terjadi karena beberapa faktor, yang dihasilkan dari interaksi antara faktor
lingkungan, perilaku dan genetik.16
belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana
yang dinyatakan dalam rapor.21
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar.21 Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.21
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar
siswa.21
Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, berdasarkan penelitian
Hamdu (2011) motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa memiliki pengaruh
yang signifikan.21 Selain motivasi belajar, prestasi belajar siswa juga dapat
ditentukan oleh kemandirian belajar yang tinggi dari siswa itu sendiri pernyataan
tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2010). 20 Pendapat
lain dikatakan oleh Dalyono (2006), yaitu berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan oleh dua faktor: faktor pertama adalah faktor internal yang
mempengaruhi dari dalam diri siswa meliputi kesehatan, minat, bakat, intelegensi,
motivasi, dan cara belajar, dan faktor kedua adalah faktor eksternal yaitu
mempengaruhi dari luar diri siswa termasuk di dalamnya adalah kondisi keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.22
Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (2010) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya yaitu: 231. Faktor dari
dalam diri siswa (internal): a. Faktor Jasmani, adalah faktor yang berhubungan
dengan kesehatan dan cacat tubuh, b. Faktor psikologis, faktor ini berhubungan
erat dengan intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan
dan keaktifan siswa dalam bermasyarakat, dan c. Faktor kelelahan, yang meliputi
kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. 2. Faktor yang berasal dari luar (faktor
eksternal): a. Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan, b. Faktor sekolah, yang meliputi
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa
dan disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah, dan c. Faktor
masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dengan
beberapa
pendapat
disimpulkan
banyaknya
faktor
yang
10
11
of Life (OHRQoL)).27 Salah satu instrumen yang paling sering digunakan adalah
Oral Health Impact Profile-14 (OHIP-14). OHIP ini terdiri dari tujuh dimensi
dalam empat belas pertanyaan, yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik,
ketidaknyamanan
psikis,
ketidakmampuan
fisik,
ketidakmampuan
psikis,
12
Gambar 1
Faktor yang berhubungan dengan OHRQoL24
Terdapat tiga kategori pengukuran OHRQoL seperti yang ditunjukkan oleh
Slade. Tiga kategori tersebut ialah indikator sosial, global self-rating OHRQoL
dan beberapa kuesioner dari OHRQoL.24
Metode menggunakan kuesioner adalah metode yang paling banyak
digunakan untuk menilai OHRQoL. Metode ini bervariasi dalam hal jumlah
pertanyaan, dan format pertanyaan dan tanggapannya.24 Secara teoritis, OHRQoL
merupakan fungsi dari berbagai gejala dan pengalaman, dan mewakili perspektif
subjektif. Dimensi OHRQoL yang umum digunakan ditunjukkan pada Gambar 2.
Dimensi yang ditunjukkan disertai masing-masing contoh spesifik yang terkait
dengan dimensinya.25
Gambar 2
Dimensi hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup (OHRQoL).25
13
14
15
16
17
siswa dengan status kesehatan rendah memiliki prestasi belajar yang kurang.
Sehingga disimpulkan bahwa status kesehatan bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa.36
Penjelasan di atas juga dapat dihubungkan dengan pendapat Dalyono
(2006) yaitu berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua
faktor: salah satunya adalah faktor internal termasuk di dalamnya adalah
kesehatan.22 Dari beberapa hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan khususnya kesehatan rongga mulut adalah salah satu faktor yang
menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar atau menentukan
prestasi belajar siswa di sekolah.
Masalah pada gigi dapat berkaitan dengan penurunan jumlah kehadiran
siswa di sekolah dan terjadinya interaksi sosial yang kurang baik dengan
lingkungan sekitar seperti menurunnya keinginan untuk beraktivitas di luar
rumah, menjadi kurang bersemangat saat berinteraksi dengan teman sebaya
diakibatkan karena adanya rasa nyeri pada gigi, dan lebih banyak berdiam diri saat
diajak berkomunikasi dengan orang-orang sekitarnya. Permasalahan pada
kesehatan rongga mulut, dapat pula berakibat pada penurunan kehadiran orang tua
di tempat kerja karena terjadinya masalah gigi pada anak mereka.9
Tabel 1: Hubungan Kesehatan Rongga Mulut dan Prestasi Siswa di Sekolah
Tahun
De Paula, dkk. (2015)
Sampel
525 anak berusia 12 tahun
Keterangan
Ketidakhadiran siswa dengan
18
Brazil
dan status sosio- ekonominya. 30
260 anak berumur 2-5 tahun Hubungan yang signifikan hanya
di Sao Paulo, Brazil
Pourhashemi SJ,
dkk. (2015)
di sekolah.10
600 siswa di kota Bengaluru, Secara signifikan siswa dengan
India.
Jackson SL (2010)
menurun di sekolah.32
2.183 siswa di North Carolina Siswa yang memiliki status
kesehatan mulut yang buruk
tiga kali lebih mungkin untuk
19
Umardani MR (2011)
20
RINGKASAN
Pada anak-anak, penyakit gigi dapat menyebabkan permasalahan pada
kesehatan tubuh secara umum, menimbulkan rasa sakit yang signifikan, gangguan
dalam makan, dan kehilangan waktu sekolah.1 Selain menyebabkan beberapa
masalah tersebut, penyakit gigi juga dapat berpengaruh terhadap ketidakhadiran
siswa di sekolah dan akhirnya berhubungan terhadap prestasi belajar siswa di
sekolah. Anak-anak umumnya yang memasuki usia sekolah mempunyai resiko
tinggi terhadap karies gigi, karena pada usia ini anak-anak memiliki kebiasaan
mengonsumsi makanan dan minuman yang bersifat kariogenik. 7 Tingkat
keparahan kerusakan gigi dapat digambarkan melalui Indeks DMF-T. Menurut
data dari Riskesdas tahun 2013, Indeks DMF-T Indonesia adalah 4,6.5 Banyaknya
faktor yang mempengaruhi siswa dalam pencapaian prestasi belajar, salah satunya
adalah faktor kesehatan khususnya kesehatan rongga mulut, apabila faktor
tersebut dapat dimiliki dan dilaksanakan siswa dengan baik maka prestasi belajar
yang baik akan dicapai pula.22 Metode menggunakan kuesioner adalah metode
yang paling banyak digunakan untuk menilai OHRQoL (Oral Health-Related
Quality of Life).24 Dari beberapa hasil penelitian yang beberapa diantaranya
menggunakan kuisioner dari OHRQoL disimpulkan bahwa kesehatan khususnya
kesehatan rongga mulut menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar atau menentukan prestasi belajar siswa di
sekolah.
21