Anda di halaman 1dari 8

Penggantian Gigi Anterior Yang Hilang Pada Pasien Dengan

Chronic Mouth Breathing Dan Tongue Thrusting

ABSTRAK
Hilangnya gigi anterior memiliki kerugian fungsional dan estetik yang serius.
Berbagai etiologi dapat dikaitkan dengan hilangnya gigi anterior, termasuk trauma,
karies, dan penyakit periodontal. Pernapasan mulut kronis yang dikarenakan
pembesaran gelenjar adenoid juga diketahui dapat meningkatkan kemungkinan
penyakit gingiva dan periodontal. Literatur kedokteran gigi membuktikan adanya
hubungan antara pernapasan melalui nasal, tongue thrusting, dan open bite anterior.
Bentuk lengkung rahang dan posisi gigi terutama ditentukan oleh gaya lidah dan otot
perioral. Peningkatan tekanan dari otot lidah pada pasien yang memiliki kebiasaan
tongue thrusting dapat menyebabkan gigi anterior menjadi lebih maju, membuat
mereka lebih rentan terkena penyakit periodontal dan traumatik kehilangan gigi.
Penggantian gigi anterior pada pasien ini juga akan membantu dalam pedoman
restorasi gigi anterior, yang berhubungan dengan kesehatan TMJ, gigi posterior dan
otot-otot dalam mulut.
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi anterior memiliki implikasi sosial yang sangat merugikan
bagi penderita dan secara signifikan mempengaruhi integrasi sosial yang normal.
Kehilangan gigi anterior penyebabnya multifaktorial seperti trauma, penyakit
periodontal, karies dental, dan kebiasaan buruk. Jika tindakan pencegahan tidak
dilakukan sejak usia dini, maka akan berlanjut sampai dewasa. Efek merugikan dan
penanganan dari kebiasaan buruk ini biasanya ditangani oleh ahli kesehatan mulut
yang profesional. Proliferasi jaringan limfoid yang berlebihan dan infeksi yang
berujung pada obstruksi saluran napas menyebabkan terjadinya pernapasan mulut
kronis. Penelitian menunjukkan korelasi yang kuat antara pernapasan mulut sebagai

faktor etiologi tongue thrusting dan open bite gigi anterior. Maloklusi berkepanjangan
menyebabkan lidah lidah mengisi celah gigi dan mengakibatkan hilangnya otot tonus.
Keseimbangan yang terganggu antara gaya lidah dan otot rongga mulut
mengakibatkan migrasi gigi anterior. Gigi yang terkena akan lebih berisiko untuk
mengalami kerusakan traumatik. Pernapasan mulut juga dianggap sebagai salah satu
faktor predisposisi yang menyebabkan penyakit periodontal. Pasien dengan
pernapasan mulut kronis dengan tingkat insidensi penyakit periodontal yang tinggi
cenderung kehilangan gigi anterior di usia muda. Gigi anterior yang open bite dan
kehilangan gigi anterior menghambat emisi suara dental-alveolar. Tidak adanya gigi
anterior memperpanjang waktu disoklusi dan predisposisi pasien terhadap gangguan
TMJ. Ada kekurangan pada literatur gigi mengenai efek pernapasan kronis dan
tongue thrusting dan penanganan prostetiknya. Protesa yang didesain dengan baik
dapat sepenuhnya memperbaiki masalah estetik, fungsional dan fonetik. Tujuan dari
laporan kasus ini adalah untuk menjelaskan perbaikan prostetik secara klinis dari
pasien dengan pernapasan mulut kronis dan tongue thrusting dengan kehilangan gigi
anterior rahang atas dan bawah.
PRESENTASI KASUS
Pasien laki-laki berusia 35 tahun datang ke klinik dental King Khalid
University untuk pemasangan gigi tiruan sebagai pengganti gigi anterior rahang atas
dan bawah yang missing. Pasien sangat kecewa dengan gigi tiruan yang dimiiki
sebelumnya yang merupakan gigi tiruan sebagian lepasan karena stabilitasnya buruk,
terutama saat digunakan berbicara dan mengunyah. Enam bulan yang lalu gigi
anterior pasien diekstraksi karena mobilitas yang tinggi. Pasien tersebut memiliki
kebiasaan buruk bernafas lewat mulut yang kronis, yang disebabkan oleh pembesaran
kelenjar adenoid yang menyebabkan pernafasan melalui hidung menjadi terhambat.
Hal tersebut juga yang kemudian menyebabkan mobilitas pada gigi
anteriornya sehingga harus dicabut. Pemeriksaan klinis menunjukan bahwa pasien
mengalami kehilangan kedua gigi insisivus sentral rahang atas dan keempat gigi
insisius rahang bawah (Gambar 1). Gigi insisivus lateral rahang atas inlinasinya
tampak sedikit lebih ke labial dan mengalami mobilitas derajat 1.

Gambar 1. Gambaran intraoral pasien dengan gigi anterior yang missing, gigi anterior yang
tersisa mengalami sedikit perubahan inklinasi dengan lidah yang menempati edentulous
space.

Pemeriksaan radiografi periapikal intraoral menunjukan adanya bone loss


sekitar 20-25% di regio tersebut. Pemeriksaan TMJ menunjukkan bahwa tidak
terdapat kondisi patologis. Pasien diminta untuk menutup kedua bibirnya dan
menutup salah satu lubang hidung dengan jari telunjuk kemudian diminta untuk
bernafas normal melalui lubang hidung yang terbuka untuk mengecek kebiasaan
bernafas pasien.
Pergerakan lidah pasien dalam batas normal. Saat menelan tanpa
menggunakan gigi tiriuan lepasan, tampak jarak diantara gigi posterior dan
hiperaktivitas minor dari musculus orbicularis oris dan mentalis. Setelah dilakukan
pemeriksaan klinis lengkap yang disesuaikan dengan tanda gejala klinis pasien,
disimpulkan bahwa diagnosa pasien adalah kehilangan gigi anterior rahang atas dan
bawah yang disebabkan oleh kombinasi antara penyakit periodontal, kebiasaan
bernafas lewat mulut yang kronis dan kebiasaan tongue thrusting.
Rencana perawatan yang dipilih berupa penggantian gigi rahang atas dan
bawah disertai rehabilitasi untuk memperbaiki kebiasaan buruk tongue thrusting.
Pilihan rencana perawatan telah didiskusikan dengan pasien, termasuk pilihan gigi
tiruan cekat dengan dukungan implant. Perawatan ysng dipilih pasien berupa gigi
tiruan cekat sebagian konvensional.
Pemilihan gigi yang sesuai untuk dijadikan abutment dilakukan dengan
bantuan pemeriksaan klinis dan radiografi untuk mengecek kondisi jaringan

periodontal dan pulpa. Perawatan saluran akar dilakukan pada gigi insisivus lateral
rahang atas sebelah kanan untuk memperoleh path of insersion yang baik. Gigi
kaninus dan insisivus lateral rahang atas dijadikan abutment untuk gigi tiruan
insisivus pertama rahang atas.
Tidak terdapat defek tulang yang terlalu parah pada daerah missing teeth
sehingga gigi tersebut layak untuk menjadi pendukung gigi tiruan cekat. Model studi
dibuat dengan menggunakan cetakan negatif dari bahan cetak irreversible
hydrocolloid alginate. Model studi dipasang pada artikulator dengan face bow yang
telah diukur pada pasien. Carving malam dibuat pada model studi untuk mendapatkan
hasil estetika yang baik dan untuk mendapatkan respon/pendapat dari pasien
mengenai calon gigi tiruannya.

Gambar 2. Carving malam pada model studi

Gigi abutment dan pontic disesuaikan sedemikian sehingga perluasan daerah


edentulous yang terjadi dapat teratasi dengan tampilan estetik yang baik. Akrilik
autopolimerisasi digunakan sebagai bahan untuk pembuatan denture base pada area
edentulous di cetakan positif dan bahan modeling plastic compound digunakan
sebagai bahan untuk pembuatan occlusal rim. Tinggi occlusal rim secara vertikal
disesuaikan berdasarkan anatomical landmark, penampilan/estetik. Dan fonetik
pasien.
Plastic compound dilunakkan, kemudian pasien diminta untuk melakukan
semua fungsi fisiologi otot-otot dengan diminta untuk melakukan semua fungsi
fisiologis otot-otot dengan diminta untuk menghisap, menelan, dan fonasi. Modelling
compound yang dikontur ulang tersebut memberi gambaran posisi dan inklinasi gigi

yang tepat berdasarkan zona netral. Split putty indexing dibuat sebagai panduan bagi
teknisi untuk pembuatan pontic dengan posisi dan inklinasi yang tepat.
Gigi abutment rencananya akan dibuat dengan menggunakan retainer metalkeramik; cetakan negative kedua diperoleh dengan pencetakan menggunakan heavy
body dan light body. Gigi tiruan sementra kemudian dibuat dengan menggunakan
bahan polietilmetakrilat dengan teknik indirect. Gigi tiruan jembatan tersebut
kemudian disementasi menggunakan luting cement dengan bahan non-eugenol
(Gambar 3).

Gambar 3. Hasil akhir gigi tiruan jembatan sementara

Estetik, fonetik, dan oklusi gigi tiruan jembatan sementara tersebut telah
dievaluasi dan disesuaikan. Terapi kebiasaan buruk tongue thrusting pasien dilakukan
dengan pemberian stimuli neuromuscular sensory.

Pasien diminta untuk datang

kembali 24 jam setelahnya untuk evaluasi kesehatan gingiva dan kenyamanan pasien
terhadap gigi tiruan jemabatan sementara dan terapi yang diberikan. Pasien kemudian
dijadwalkan untuk kontrol setiap 6 minggu sekali untuk evaluasi estetika, fonetik, dan
fungsi gigi tiruan jembatan sementara. Penyesuaian sederhana dilakukan pada gigi
tiruan jembatan sementara selama waktu tersebut.
Agar penyesuaian tersebut dapat ditransfer ke gigi tiruan jembatan
permanennya sesuai dengan anterior guidance, estetik, dan fonetiknya, gigi tiruan
jembatan sebagian tersebut direplikasi. Pencetakan dengan menggunakan alginate
dengan keadaan gigi tiruan jembatan sementara yang telah disementasi juga
dilakukan. Cetakan positifnya kemudian dipasang pada artikulator semi-adjustable
dengan face bow transfer. (Gambar 4). Incisal table perseorangan/customed dibuat
untuk mendapatkan anterior guidance yang tepat pada gigi tiruan jembatan permanen
(Gambar 5).

Gambar 4. Face bow yang akan ditransfer ke artikulator

Gambar 5. Incisal table perseorangan

Putty indexing dibuat dari gigi tiruan jembatan sementara untuk membentuk
kembali kontur labial, bentuk, dan inklinasi dari gigi tiruan jembatan permanen metalkeramik. Gigi tiruan jembatan permanen yang telah selesai dibuat disementasi dengan
menggunakan GIC tipe 1 (luting cement) setelah penyesuaian oklusi (Gambar 6, 7,
dan 8).

Gambar 6. Hasil akhir gigi tiruan Gambar 7. Posisi bibir yang tepat terhadap gigi atas

Gambar 8. Bibir pasien yang kompeten setelah pemasangan gigi tiruan jembatan

Pasien diminta untuk kontrol seminggu setelah sementasi untuk melihat


apakah terdapat semen residu, kondisi gingiva, dan integritas oklusalnya. Pasien
kemudian diminta kontrol kembali setiap 2 minggu sekali dalam 3 bulan pertama, dan
sebulan sekali untuk 3 bulan selanjutnya. Kemampuan berbicara pasien mengalami
peningkatan drastik, dan kebiasaan buruk pasien berupa tongue thrusting juga
berkurang dengan signifikan. Pasien juga tampak sangat puas dengan estetika hasil
protesa.
PEMBAHASAN
`

Kehilangan gigi anterior dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien,

pengganti gigi yang hilang tersebut dapat membantu mengembalikan fungsi


mastikasi, bicara dan estetik. Evaluasi terhadap riwayat dan penyakit yang pernah
dialami pasien untuk memahami alasan hilangnya gigi sangatlah penting untuk
menentukan perawatan. Obstruksi jalan napas atas yang menyebabkan pernapasan
melalui mulut dapat menyebabkan open bite anterior. Penelitian melaporkan adanya
hubungan yang erat antara pernapasan mulut kronis, anterior open bite dan tongue
thrusting. Walaupun beberapa peneliti beranggapan bahwa lidah hanyalah menempati
celah-celah gigi yang diakibatkan oleh maloklusi. Penelitian juga melaporkan bahwa
tongue thrust dapat menyebabkan peningkatan signifikan dari proklinasi gigi anterior
rahang atas. Peningkatan insidensi inflamasi gingiva dan periodontitis diamati
terhadap pasien dengan pernapasan mulut kronis, yang menyebabkan kehilangan gigi.

Keterkaitan bibir yang inkompeten membuat ketidakseimbangan yang signifikan pada


gaya antara lidah dan otot-otot rongga mulut, menghasilkan flaring pada gigi insisif.
Perawatan prostetik haruslah hati-hati mempertimbangkan semua faktor yang terkait.
Tongue thrusting yang persisten dapat membuat kegagalan dalam perawatan
ortodontik, maloklusi, dan membuat protesa lepasan menjadi tidak stabil. Penggantian
gigi pada zona netral akan membantu dalam menstabilkan posisi gigi dan
mengembalikan dukungan pada bibir dengan baik. Dan juga akan membantu
menghilangkan gaya lateral yang merugikan dari otot lidah terhadap gigi penyangga.
Penting untuk menetapkan kembali posisi gigi pada zona netral selama simulasi
penggantian gigi insisif rahang atas dan bawah pada pasien dengan tongue thrusting.
Penetapan kembali vertikal insisif yang tumpang tindih

dapat membantu untuk

mengembalikan pengarahan gigi anterior yang hilang. Penelitian menunjukkan bahwa


pengarahan gigi anterior yang optimal sangatlah penting untuk kesehatam gigi
posterior maupun TMJ. Karakteristik morfologi gigi anterior yang diganti dan
hubungannya dengan struktur dalam rongga mulut juga penting untuk menangani
masalah fonetik. Kualitas protesa, terutama berkurangnya stabilitas, dapat
memperburuk hasil bicara. Kebiasaan disfungsi lidah disarankan untuk dirawat agar
mndapatkan prognosis yang baik untuk protesa. Lidah memiliki kemampuan yang
luar biasa untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan; neuromuskuler
memungkinkan adaptasi lebih cepat. Penyikatan dan tekanan sebagai stimulasi
sensoris untuk mengurangi keadaan normal lidah. Protesa yang didesain dengan baik
dan follow-up yang cermat dapat menangani permasalahan pasien dengan kehilangan
gigi anterior disertai tongue thrusting.

Anda mungkin juga menyukai