Anda di halaman 1dari 120

PEDOMAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

LOGO KLINIK

KLINIK PADANG BULAN


2019
LEMBAR PENGESAHAN/PERSETUJUAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : dr. Waskito Broto Utomo
Jabatan : Kepala Klinik Padang Bulan
Mengesahkan/menyetujui Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
sebagai acuan dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.

Padang Bulan, 07 Desember 2018

Kepala

dr. Waskito Broto Utomo


KATA PENGANTAR

……………………………………………………………………………………
……………………………………………….
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..………….. i
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….…. 1
A. LATAR BELAKANG……………………………. 1
…………………….. 00
B. TUJUAN……………..……………………………...…………………. 00
C. SASARAN……………….…………………………………………….. 00
D. DASAR HUKUM………………………………..…………………….. 00
E. RUANG LINGKUP……………….……………………..…………….. 00
F. BATASAN OPERASIONAL ………………………………………… 00
BAB II GAMBARAN UMUM KLINIK…………………………………………. 00
…. 00
BAB III VISI, MISI, TATA NILAI DAN TUJUAN 00
KLINIK………………………. 00
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI KLINIK…………………………...………… 00
BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI……………………………………. 00
BAB VI TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG…………………… 00
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA…………………………………….……….. 00
A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………… 00
B. METODE……………………………………………….……………… 00
C. LANGKAH KEGIATAN 00
………………………………………………. 00
BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI 00
PERSONIL……………….. 00
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA…………………….…….
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN…………………………………..……...
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI………………………………………….……….
BAB X PERTEMUAN/RAPAT EVALUASI ……………………………………...
BAB XI PELAPORAN………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di klinik, perlu dilakukan
pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di klinik dan biasanya merupakan
indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh klinik tersebut telah berupaya
mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan
antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks
dan sering disebut disiplin epidemiologi fasilitas pelayanan.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah
yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan
antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung
yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan
penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung mengharuskan upaya yang
sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya Tim
Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan program
pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah pengendalian
infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi nosokomial
dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan tujuan dan
kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan klinik baik
tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat maupun berobat
jalan serta para pengunjung Klinik Padang Bulan.
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Klinik Padang Bulan bersifat
multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi
untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan
lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh
terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara atau
kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan Klinik Padang Bulan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh semua ruangan/unit dengan
meliputi kualitas pelayanan, management resiko, clinical governance serta
kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI klinik dalam melaksanakan
tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
b. Menggerakan segala sumber daya yang ada di klinik dan fasilitas
kesehatan lain secara efektif dan efisien.
c. Menurunkan angka kejadian infeksi di klinik secara bermakna.
d. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPI Klinik Padang
Bulan.
C. SASARAN
Sasaran dari Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah
seluruh petugas klinik baik medis maupun non medis, pasien dan keluarganya serta
semua pengunjung di Klinik Padang Bulan.

D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
sakit.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1995 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standart Pelayanan Rumah sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MenKes/SK/2008 tentang
Standart Minimal Pelayana Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/II/3744/ 08 tentang Pembentukan Komite dan Tim Pencegahan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
Catatan: Mohon disesuaikan lagi dengan klinik dan regulasi terbaru

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Klinik
Padang Bulan ini meliputi:
1. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi
2. Pelayanan surveilans PPI
3. Hand higiene sebagai barier protection.
4. Penggunaan APD
5. Pelayanan Linen
6. Pelayanan kesehatan karyawan
7. Pelayanan pendidikan dan edukasi kepada staf, pengunjung dan pasien
8. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL
9. Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan klinik
10. Pelayanan manajemen risiko PPI
11. Penggunaan bahan single use yang di re-use
12. Dll (sesuaikan di klinik)

F. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
ini meliputi beberapa istilah dan pengertian sebagai berikut:
No. Batasan Pengertian
Operasional
Konsep Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah
dasar kesehatan di dunia termasuk indonesia ,ditinjau dari
penyakit asalnya infeksi dapat berasal dari (Community acquaired
infection) atau berasal dari (Hospital Acquired infection).
Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal
infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital
Acquired Infekction) diganti (HAIs) yaitu healthcare
assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya
terjadi di rumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan
yang lain juga tidak terbatas pada pasien namun infeksi
juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan.
Kolonisasi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh
dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya
respon imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh
pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan
petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan
kuman patogen tanpa mengalami rasa sakit tetapi
menularkan kuman tersebut ke orang lain (sebagai
carrier).
Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme dimana terdapat respon imun
tetapi tidak disertai gejala klinik).
Penyakit Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
infeksi agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon
imun dan gejala klinik.
Penyakit Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah
menular dari satu orang ke orang lain secara langsung maupun
tidak langsung.
Inflamasi Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen
yang ditandai adanya dolor, kalor, rubor, tumor dan
fungsiolesa.
SIRS Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan
(Sistem laboratorium yang merupakan respon tubuh (inflamasi)
Inflamtory yang bersefat sitemik.kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau
Respon lebih keadaan berikut : (1) hipertermi atau hipotermia,
Syndroma). (2) takikardia sesuai usia, (3) takipneu sesuai usia, (4)
leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis
leukosit jumlah sel muda (batang) lebih dari 10%. SIRS
dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka
bakar, pankreatitis, atau gangguan metabolik. SIRS yang
disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
Agen Infeksi Adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia, dapat berupa
bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3
faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
yaitu: virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat.
Reservoir Adalah tempat hidup dimana agen infeksi dapat
hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap
ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuhan,
tanah, air dan bahan bahan organik. Pada manusia
sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran
napas, pencernaan dan vagina merupakan
reservoir yang umum.
Pintu keluar (Port Adalah jalan darimana agen infeksi
de entry) meninggalkan reservoir, pintu keluar meliputi
saluran napas, pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit, membran mukosa, trasplacenta
dan darah serta cairan tubuh lainnya.
Transmisi Adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi
(1) kontak; langsung dan tidak langsung, (2)
droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan,
minuman, darah, (5) vektor biasanya bnatang
pengerat dan serangga.
Pintu masuk Adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
tubuh pejamu (yang supectibel) dapat melalui
saluran pernapsan, pencernaan, perkemihan atau
luka.
Pejamu (host) yang Adalah orang yang tidak tidak memiliki daya
suspectibel tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen
infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia,
status gisi, ekonomi, pekerjaan, gaya hidup,
terpasang barrier (kateter, implantasi ), dilakukan
tindakan operasi.
Catatan: Sesuaikan lagi dengan istilah yang ada dalam pedoman dan buat
penjelasannya
BAB II

GAMBARAN UMUM KLINIK

……………………………………………………………………………………
………………………………………………. (Buatlah narasi gambaran umum
klinik)
BAB III
VISI, MISI, TATA NILAI DAN TUJUAN KLINIK

……………………………………………………………………………………
………………………………………………. (Uraikan visi, misi, tata nilai, moto, dan
tujuan klinik saudara)
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI KLINIK

……………………………………………………………………………………
………………………………………………. (Buatlah bagan struktur organisasi
klinik saudara)
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………. (Buatlah bagan struktur dan nama-
namanya dari Tim PPI Di klinik saudara)
BAB VI
TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

……………………………………………………………………………………
………………………………………………. (Buatlah narasi uraian tugas, tanggung
jawab dan wewenang Tim PPI di klinik saudara)
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup kegiatan PPI di Klinik Padang Bulan adalah meliputi:
1. Tata laksana pelayanan surveilens.
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan.
4. Tatalaksana pelayanan sterilisasi sentral.
5. Tatalaksana linen.

(lanjutkan sesuai dengan keadaan di klinik)

B. METODE
Metode yang dipergunakan adalah menyesuaikan terhadap masing-masing
tatalaksana.

C. LANGKAH KEGIATAN
Merupakan langkah-langkah pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) di masing-masing unit kerja sbb :
1. Tata laksana surveilans
a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke
QMR
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas Laborat.
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan
pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan
dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi
kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah
lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan
tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tata laksana sterilisasi sentral
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan
- Petugas sterilisasi sentral
- Administrasi sterilisasi sentral
- Petugas ruang tindakan
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan sterilisasi sentral
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia `
- Tabung mikro biologi
c. Tatalaksana pelayanan sterilisasi sentral
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi
diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi
- Petugas sterilisasi sentral memberikan identifikasi peralatan atau
instrumen sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas sterilisasi sentral
melalukan bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk
mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouw dict tes baik petugas sterilisasi sentral memberikan
indikator kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas sterilisasi sentral melakukan penyetirilan sesuai SOP
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik
lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril di almari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan
buku expedisi ruangan dan sterilisasi sentral
- Setiap minggu petugas sterilisasi sentral melakukan uji mikro biologi
terhadap hasil sterilisasi
5. Tata laksana linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas
ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin
0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.
- Swab linen bersih
6 . Pelayanan kesehatan karyawan
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari
ulang tahun.
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3
bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan
TB,Hepatitis B setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa
akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan
renovasi,alat penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar
dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk
mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab
lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan
ruangan boleh digunakan
6. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala
ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi.


a. Peningkatan daya tahan pejamu.
Dengan pemberian imunisasi(vaksin Hepatitis B),promosi
kesehatan nutrisi yang adekuat.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Menggunakan metoda fisik maupun kimia contoh fisik dengan
pasteurisasi atau sterilisasi ataupun memasak makanan hingga
matang.kalau kimia dengan pemberian clorin pada air dan desinfeksi .
c. Memutus rantai penularan.
Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan
kewaspadaan isolasi dan kewaspadaan transmisi
d. Tindakan pencegahan paska pajanan.
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum
bekas pakai utamanya hepatitis B,C dan HIV.

II. Penyakit Menular.


I. AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena
terinfeksi HIV( human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe ,tipe 1 (HIV-1) dan tipe
2 (HIV-2)

KLASIFIKASI INFEKSI AIDS

1. Infeksi Akut.
a. Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV.

b. pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu


setelah kontak.

c. patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas


terhadap masuknya HIV.Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus
HIV masih ( - ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.

2. INFEKSI KRONIK ASIMTOMATIK


a. Lamanya dapat bertahun tahun .

b. Tanpa gejala ,kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi

3. PGL( PERSISTREN GENERALIZED LYMPHADENOPATHY)


a. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi
pembesaran limpa di leher posterior dan anterior.Kelompok ini berkembang
menjadi AIDS kira2 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.

a. CARA PENULARAN HIV.

1. Penularan melalui hubungan seksual

2. Penularan melalui darah.

3. Penularan secara perinatal.

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu;

 Cairan vagina.
 ASI.
 Air mata.
 Air liur.
 Air seni.
 Air ketuban.
 Dan cairan cerebrospinal..
b. Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV
dalam waktu 5 sampai 10 tahun ,Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara
bermakna baru AIDS mulai berkembang dan menunjukan gejala – gejala spt :

 Diare yang berkelanjutan .


 Penuunan berat badan secara drastic.
 Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak.
 Batuk terus menerus.
2. Flu burung.

Dibagi menjadi 4 sbb :

a) Seseorang dalam penyelidikan


b) Kasus suspek.
c) Kasus probabel
d) Kasus konfirmasi
1. Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukanpenyelidikan


epidemiologi kemungkinan terinfeksi H5N1,mis orang sehat namun kontak
erat dengan kasus atau penduduk sehat namun tinggal didaerah flu burung
,adapun gejala yang ditimbulkan :

 Batuk
 Sakit tenggorokan
 Pilek
 Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak
erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
merawat,berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak  1 meter.

2. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak


erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti
memasak,menyembelih atau membersihkan bulu ).

3. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak


erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) seperti membersihkan
kotoran ,bahan atau produk lain.

4. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak


erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) mengkonsumsi
produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.

5. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak


erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) memegang atau
menangani sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung
H5N1.

6. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak


erat dengan penderita(suspek,probabelatau konfirm) atau binatang selain
unggas yang terinfeksi (babi atau kucing.)

7. Ditemukan leukopeni.

8. Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI


menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa
subtipe.

9. Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada


serial foto.

 Infeksi selaput mata


 Diare atau gangguan pencernaan.
 Fatigue
Kasus probabel flu burung.

Dengan kriteria. :

1. Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan


pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2. Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik
H5dalam spesimen serum tunggal )menggunakan uji
netralisasi(dikirim kelab rujukan
Kasus Flu burung terkonfirmasi.

Dengan kriteria :

1. Isolasi virus H5N1 positif


2. Hasil PCR H5N1 positif.
3. Peningkatan  4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari
spesimen.
4. Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil  7 hari
setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi
konvalesen harus pula  1/80 .
5. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1  1/80 pada spesimen serum
yang diambil pada hari ke  stelah awitan disertai hasil positif uji
serologi lain,mis titer HI sel darah merah kuda  1/160 atau western
blot spesifik H5 positif.

Pencegahan :

1. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung


terinfeksi.
2. Menghindari peternakan unggas.
3. Hati hati ketika menangani unggas.
4. Memasak ddengan suhu 60C selama 30 menit,atau 80C selama 1
menit)
5. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan :
 Setelah memgang unggas.
 Setelah memegang daging unggas.
 Setelah memasak.
 Sebelum memasak
Pengobatan.

Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga


mengurangi gejala dan komplikasi yang terinfeksi.

Macam obat :

1. Amantadine.
2. Rimatadine
3. Oseltamivir(tamiflu)
4. Zanavir(relenza)

3. TUBERKULOSIS (TBC)

Penyebab

TBC disebabkan oleh kuman /basil tahan asam(BTA) yakni


micobactpi derium tuberkulosis.Kuman ini cepat mati bila terkena
sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa hari
ditempat yang lembab dan gelap.Beberapa jenis micobakterium
lainjuga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik).Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti
kulit,otak,ginjal,tulang dan paling sering paru.

Epidemiologi

Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB


setelah India dan Cina,diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb
secara laten.Di indonesia diperkirakan terdapat 583 000 kasus baru
dengan 140 000 kematian setiap tahun.

Faktor resiko TB ; HIV,DM,Gisi kurang,kebiasaan merokok.

Cara penularan.

Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.

Masa Inkubasi

Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi
tes tuberculosis positif memerlukan waktu antara 2 -10 minggu
.Resiko menjadi TB paru dan TB ekstrapulmuner progresif infeksi
primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua.Infeksi laten
bisa terjadi seumur hidup.Pada pasien dengan imun defisiensi seperti
HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.

Masa penularan

Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya


mengandung BTA,penularan berkurang apabila pasien menjalani
pengobatan adekuat selama min 2 minggu,sebaliknya pasien yang
tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan persisten AFB positif
dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang
dikeluarkan,virulensi kuman,terjadinya aerosolisasi waktu
batuk/bersin,dan tindakan medis beresiko tinggi seperti intubasi dan
bronkoskopi

Gejala klinis :

 Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih.


 Batuk berdahak
 sesak napas
 nyeri dada
 Sering demam
 nafsu makan menurun.
 penurunan berat badan .
 BTA (+)
Pengobatan :

 Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis


(OAT) dengan metoda DOTS (directly observed treatment
shourtcore ) diawasi poleh pengawas minum obat.
Untuk pasien baru TB BTA (+) ,WHO menganjurkan
pemberian 4 macam obat setiap hari selama 2 bulan berturut
terdiri rif ,inh,pza,dan etambutol diikuti inh dan rif 3 kali
seminggu selama 4 bulan.

Pencegahan.

 Penemuan dan pengobatan TB


 Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum
terinfeksi.
 Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi.

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)

Adalah salah satu tipe bakteri stayloccus yang ditemukan pada kulit
dan hidung dan kebal terhadap antibiotika.jumlah kematian MRSA
lebih banyak dibandingkan AIDS

Saat ini ada 2 tipe :

1. Health care asosiated (HA –MRSA)


Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit..

2. Community asosiated (CA-MRSA)


Yang baru ini ditemukan ditempat –tempat umum,fitness,loker-
loker,sekolah dan perabotan rumah tangga.

Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya


lemah,jika daya tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala
.Bakteri yang dibawa sipasien menyebar dan berpindah pada orang
lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang
terkontaminasi . Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi
kulit,jerawat,bisul,abses atau gigitan serangga,ini biasa menyebabkan
bengkak,merah dan nyeri.bakteri ini dapat menembus kulit sampai
dengan menimbulkan infeksi ditulang,sendi,aliran darah,jantung dan
paru yang bias mengancam jiwa.

Penyebaran MRSA.

1. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
2. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan
rumah tangga yang MRSA
3. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
4. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala :

1. Infeksi luka
2. Bisul
3. Folikel rambut yang terinfeksi
4. Impetigo
5. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnose :

Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsy dikirim ke laborat
dan dikultur untuk S aureus. Juka S aureus yang diisolasi (tumbuh
dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian terkena antibiatikyang
berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilindalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur ayng sama juga
dilakukan untuk menentukan apakah seseorang merupakan pembawa
MRSA(Screning untuk carrier) tetapi sample kulit atauselaput lender
hanya diswab tidak dibiopsi

Pengobatan MRSA :

Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi


serius seperti menyebar infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan
jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap antibiotic banyak akan
sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotic berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.

Tindakan pencegahan :

1. Kebersihan tangansesering mungkin terutama setelah menyentuh


hidung anda.
2. Bila batuk terapkan etika batuk
3. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi
dengan ditutup kain kasa, ganti ferban sesering mungkin terutama
jika basah.
4. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda
melalui feces dan urine
5. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk
penderita MRSA.
6. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi
yang lainnya.
7. Isolasikan pasien, dikontaminasi semua peralatan pasien
dengansabun dan clorin 0,5%.

II. Kegiatan pelayanan PPIIRS

PENGERTIAN SURVEILENS ADALAH :

Suatu pengamatan yang sistematis ,efektif dan terus menerus terhadap timbulnya dan
penyebaran penyakit pada suatu populasi serta terhadap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya resiko terjadinya penyebaran penyakit :

1. Pada saat pasien masuk rumah sakit tidak ada tanda – tanda tidak dalam masa inkubasi
infeksi tersebut.
2. Inkubasi terjadi 2x 24 jam setetlah pasien dirawat dirumah sakit apabila tanda- tanda
infeksi sudah timbul sebelum 2x24 jam sejak mulai dirawat ,maka perlu diteliti masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi
infeksi berbeda.
4. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi nosokomial.


1. Infeksi yang berhubungan dengan komplikasi atau meluasnya infeksi yang sudah ada pada
waktu masuk rumah sakit.
2. Infeksi pada bayi baru yang penularannya melalui placenta (mis toxoplasmosis,sifilis) dan
baru muncul pada atau sebelum 48 jam setelah masa kelahiran .

Ada 2 keadaan yang bukan disebut infeksi :

1. Kolonisasi : yaitu adanya mikroorganisme (pada kulit,selaput lender,luka terbuka )yang


tidak memberikan gejala dan tanda klinis.
2. Imflamasi yaitu suatu kondisi respon jaringan terhadap jejas atau rangsangan zat non
infeksi seperti zat kimia.
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa kondisi antara lain:

1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit,sehingga jumlah dan jenis
kuman penyakit yang ada lebih banyak dari pada tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah tertular.
3. Dirumah sakit sering orang dilakukan tindakan invasive mulai dari yang paling sederhana
seperti pemasangan infuse sampai tindakan operasi.
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap anti biotika ,akibat
penggunaan berbagai macam antibiotika yang sering kali tidak rasional.
5. Adanya kontak langsung antar petugas dengan pasien,petugas ke lingkungan yang dapat
menularkan kuman pathogen.
6. Penggunaan alat/instrument yang telah terkontaminasi dengan kuman.

Sumber-sumber infeksi yang terjadi di rumah sakit dapat berasal dari :

1. Petugas rumah sakit.


2. Pengunjung pasien.
3. Antar pasien itu sendiri.
4. Peralatan yang dipakai dirumah sakit.
Lingkungan.

1. Mencegah pasien memperoleh infeksi selama dalam perawatan.


2. Mengontrol penyebaran infeksi antar pasien.
3. Mencegah terjadinya kejadian luar biasa.
4. Melindungi petugas.
5. Menyakinkan bahwa rumah sakit tempat yang aman bagi pasien dan petugas .

1. HAP (hospital aquared pneumonia) dan VAP (Ventilator associated pneumonia).


1. HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat
dirumah sakit setelah 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita
penyakit infeksi saluran napas bawah.HAP dapat diakibatkan karena tirah baring yang lama
(koma ,tidak sadar tracheostomi,refluk gaster).

2. VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian
ventilasi mekanik lebih dari 48 jam dan sebelumnnya tidak ditemukan tanda – tanda infeksi
saluran napas.

Kriteri pneumonia :

1. Bunyi pernapasan yang menurun /pekak,ronchi basah pada daerah paru.


2. Produksi sputum banyak dan purulen.
3. Hasil X – ray adanya densitas paru (infiltrate).
4. Demam >38  C dan batuk.
5. Pemeriksaan cedían sputum ditemukan peningkatan lekosit (>25/LPK)
Pada orang dewasa dan anak >12 bulan didapatkan :

1. Bunyi napas menurun pekak,ronkhi basah pada daerah paru.


 Sputum purulens baru dan perubahan warna sputum.
 Biakan kuman dan biakan darah ()
 Isolasi kuman patogen atau aspirasi trakea.
2.Hasil X – Ray ada infiltrasi paru,konsolidasi,cavitasi,efusi pleura baru secara progrsif
ditambah salah satu ini:

- Sputum purulen dan perubahan dan perubahan sputum.

- Isolasi kuman dan biakan darah (+).

- Isolasi kuman patogen aspirasi tracea ,sikatan brokus atau biopsy (+).

- Titer IgM atau IGG spesifik meningkat


- Isolasi antigen virus (+) sekresi saluran pernapasan .

Pada umur kurang dari 12 tahun.:

- Didapatkan 2 atau = apneu,takipneu bradikardia,wheesing,ronchi basah,,batuk ditambah satu


diantaranya sbb:

1. produksi sputum atau sekresi pernapasan meningkat dan purulen.


2. Isolasi kuman dan biakan kuman (+).
3. Isolasi kuman aspirasi tracea /brokus/biopsi (+).
4. Isolasi/antigen virus (+) dalam sekresi saluran pernapasan.
5. Titer IgM dan IgG spesifik meningkat 4x .
6. Tanda pneumonia pada pemeriksaan hispatologi.

Faktor penyebab :

1. Lingkungan .

- legionella,klebsiella,P aerogenesa,Amuba baumi.

- Makanan ;Muntahan.

2. Peralatan .

- NGT

- ET

- Suktion kateter.

Peralatan bronchospi

- Peralatan pernapasan.
3. Manusia.

- Haemofilus influenza.

- Stapilococus Aereus

- Stapilococcus pnemonia.

- MDR stains.

Faktor-faktor resiko :

1. Kondisi pasien sendiri.

- Usia > 70 tahun.

- Pembedahan (thorakotomi,abdomen)

- penyakit kronis.

- Penyakit jantung kongestif.

- Penyakit paru obstruksi kronis.

- Perokok.

- koma.

- CVD.

2. Faktor pengobatan .

- Sedasi.

-Anestesi umum.

- intubasi tracea.
- Pemakaian ventilator mekanik yang lama.

- Penggunaan antibiotika .

- penggunaan imunosupresif dan citostatika.

Prinsip dasar pencegahan :

 Bila memungkinkan obati penyakit parunya baru melakukan tindakan operasi.


 Tinggikan posisi kepala 30- 45 .
 Bila tidak diperlukan hindari pembersihan jalan napas menggunakan suction kateter.
 Lakukan oral higiene menggunakan chlorhexidine 0,2 % setiap ganti shif.
 Ajarkan latihan batuk efektif dan napas dalam sebelum dan sesudah operasi.
 Lakukan perkusi dan postural drainage untuk merangsang batuk dan mengeluarkan lendir .
 Mobilisasi dini setelah operasi..
2. Peralatan ventilator.

 Bersihkan permukaan alat secara rutine dengan menggunakan detergent netral.


 Penggunaan close suction diganti setiap 7 hari atau jika kotor.
 Breathing sirkuit,humidifier dan bakterial filter diganti 7 hari sekali atau jika kotor.
 Termovent hepafilter diganti setiap hari.
Populasi beresiko HAP .

1. Semua pasien tirah baring lama yang dirawat dirumah sakit.


2. Numerator adalah jumlah kasus HAP perbulan.
3. Denominator adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring perbulan.
Infeksi rate HAP =

Numerator x 1000=.....%

Denominator
 kasus HAP perbulan x 1000=.......%

 Hari rawat tirah baring perbulan.

Populasi beresiko VAP :

1. Terfokus spesifik diruang ICU,NICU,PICU.


2. Semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
3. Numerator adalah jumlah kasus yang terpasang ventilasi mekanik perbulan.
4. Denominator adalah jumlah hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

Clinical Pulmonari Infection score ( CPIS)

Indikator Score

1 2 3

Sekresi trakea sedikit sedang banyak

Infiltrat Tidak ada Difus Terlokalisir

Suhu >36.5 & <38.4 >38.5 & 8.9 >39 &<36

Lekosit /mm >4000 &<11.000 <4000 atau 11.000 -

Pa O2 /FiO2 >240 /ARDS - <240 & bukan


ARDS

Infeksi rate VAP =

Numerator x 1000= .....%

Denominator
 kasus VAP perbulan x 1000 =........%

 Hari pemasangan ventilasi mekanik perbulan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti
hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab
lainnya :
 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan
penyebab lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan
sebagai ILI bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi
lain dari bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan
IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali
dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau
kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi.

4. ISK (Infeksi Saluran kemih)


Pengertian
Infeksi saluran kemih nosokomial ialah infeksi saluran kemih yang pada pasien masuk rumah sakit
belum ada atau tidak dalam masa inkubasi dan didapat sewaktu dirawat atau sesudah dirawat.

Kebijakan

. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.


. Jika pasien terpasang Kateter urine dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.
Infeksi saluran kemih dapat disebabkan :
a. Endogen : - perubahan flora normal.
b. Eksogen : - prosedur yang tidak bersih / steril
- tangan yang tidak dicuci sebelum prosedur.

2.1. Infeksi Saluran Kemih Simtomatik.


Dengan salah satu kriteria dibawah ini :
* Salah satu gejala ini :
- Demam > 380C
- Disuria
- Nikuria ( urgency )
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik.

Dan biakan urin > 100.000 kuman / ml dengan tidak lebih dari dua jenis mikroorganisme :
* Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

* dan salah satu tanda :


- Tes carik celup ( dipstick ) positif untuk leukosit esterase dan atau nitrit.
- Pluria ( 10 lekosit/ml atau > 3 lekosit /LPB pada urine yang tidak disentrifus.
- Mikroorganisme positif pada pewarnaan gram pada urine yang tidak disentlifus.
- Biakan urine dua kali dengan hasil kuman uropatogen yang sama dengan jumlah > 100.000
kuman/ml dari urin yang diambil secara steril.
- Biakan urin dengan hasil satu jenis kuman uropatogen dengan jumlah 100.000 kuman/ml dan
pasien diberi antibiotic yang sesuai.
- Diagnosis oleh dokter.
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.2. Infeksi saluran kemih asimtomatik


Dengan salah satu criteria dibawah ini :
* memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri suprapubik

Biakan urin dengan jumlah > 100.000 kuman/ml urin dengan tak lebih dari dua jenis kuman.

* tidak memakai kateter dower selama 7 hari sebelum biakan urin dengan dua kali hasil biakan >
100.000/ml dengan mikroorganisme yang sama yang tak lebih dari dua jenis dan tak ada gejala :
- Demam 380C
- Disuria
- Nikuria
- Polakisuria
- Nyeri Suprapubik

2.3. Infeksi Saluran Kemih lain.


( dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra atau jaringan retroperito neal atau rongga perinefrik )
dengan salah satu criteria dibawah ini :
• Biakan positif dari cairan atau jaringan yang diambil dari lokasi yang dicurigai.
• Ditemukan abses atau tanda infeksi pada pemeriksaan atau operasi atau secara hispatologis.
• Dua dari gejala :
- Demam 380C
- Nyeri local pada daerah yang dicurigai.
- Nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan.
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai
• Pasien berumur < 12 bulan dengan salah satu gejala :
- Demam 380C
- Hipotermia
- Apneu
- Bradikardi
- Disuria
- Letargi
- Muntah
• Dan salah satu dari tanda :
- Drenase purulen dari daerah yang dicurigai.
- Biakan darah positif
- Radiologi terdapat tanda infeksi
- Diagnosis dokter
- Dokter memberikan terapi antibiotika yang sesuai.

2.4. Infeksi Saluran Kemih pada neonatus


- Bayi tampak tidak sehat, kuning, muntah, hipertermi/ hipotermi, gagal tumbuh ( gejala sama
dengan sepsis ).
- Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh sepsis.
- Laboratorium : pemeriksaan mikroskopik dan biakan urin dari punksi suprapubik. Biakan urin
positif kalau ditemukan kuman lebih dari 100.000/ml urin.

2.5. Infeksi Saluran Kemih pada Anak


- Dapat dengan atau tanpa gejala. Makin muda usia anak makin tidak khas.
- Gejala : panas, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan, kadang – kadang diare atau
kencing yang sangat berbau.
- Pada usia prasekolah gejala klinis berupa sakit perut, muntah, panas, sering kencing dan ngompol.
Pada anak yang lebih besar gejala spesifik makin jelas seperti ngompol, sering kencing, sakit waktu
kencing atau nyeri pinggang.
- Gejala infeksi timbul sesudah dilakukan punksi suprapubik, kateterisasi buli – buli.
- Apabila biakan kuman dalam urin pada waktu masuk dan saat diperiksa berbeda.
- Diagnosis : Klinik dan laboratorik.
- Laboratorik : hasil biakan urin yang diambil melalui suprapubik dikatakan positif apabila jumlah
kuman sama atau lebih dari 200/ml urin. Dan apabila melalui urin pancaran tengah atau kateterisasi
kandung kemih maka jumlah kuman dalam urin 100.000 atau lebih/ml urin.
- Pemeriksaan lainnya : sediment urin terdapat piuria.
3. Infeksi Aliran Darah Primer ( IADP )
3.1. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer
Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Criteria infeksi aliran darah primer dapat ditetapkan
secara klinis dan laboratories dengan gejala / tanda berikut :

3.1.1. Klinis
1). Untuk Dewasa dan anak > 12 bulan.
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
- Suhu > 380C, bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian antipiretika.
- Hipotesi, sistolik < 90 mmHg.
Oliguri, jumlah urin < 0,5 cc/kbBB/jam
Dan
Semua gejala / tanda yang disebut dibawah ini :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi di tempat lain.
- Telah diberikan antimikroba sesuai dengan sepsis.

CATATAN :
- Suhu badan diukur secara aksiler selama 5 menit dan diulang setiap 3 jam,
- Apabila pasien menunjukkan gejala, suhu tubuh diukur secara oral atau rectal.

2). Untuk bayi umur 12 bulan. Ditemukan salah satu gejala / tanda berikut tanpa penyebab lain :
- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100x/mnt
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3) Untuk Neonatus
Dinyatakan menderita infeksi aliran darah primer apabila terdapat 3 atau lebih diantara enam gejala
berikut :
- Keadaan umum menurun antara lain : malas minum, hipotermi (< 370C) hipertermi ( 380C ) dan
sklerema.
- Sistem kardiovaskuler antara lain :
tanda renjatan yaitu takikardi, 160/mnt atau bradikardi, 100/mnt dan sirkulasi perifer buruk.
- Sistem pencernaan antara lain : distensi lambung, mencret, muntah dan hepatomegali.
- Sistem pernafasan antara lain : nafas tak teratur, sesak, apnea dan takipnea.
- Sistem saraf dan pusat antara lain : hipertermi otot, iritabel, kejang dan letargi.
- Manifestasi hematology antara lain : pucat, kuning, splenomegali dan perdarahan.
Dan
Semua gejala / tanda di bawah ini :
- Biakan darah tidak dikerjakan atau dikerjakan tetapi tidak ada pertumbuhan kuman.
- Tidak terdapat tanda – tanda infeksi ditempat lain.
- Diberikan terapi antimikroba sesuai dengan sepsis.

3.1.2. Laboratorik
Untuk orang dewasa dan anak umur > 12 bulan.
Ditemukan satu diantara 2 kriteria berikut :
1). Kuman pathogen dari biakan darah dan kuman tersebut tidak ada hubungannya dengan infeksi
ditempat lain.
2). Ditemukan satu diantara gejala klinis berikut :
- Demam > 380C.
- Menggigil
- Hipotensi
- Oliguri
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan ) lain.
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravascular ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan sepsis.

Untuk bayi < 12 bulan, ditemukan satu diantara gejalaberikut :


- Demam > 380C
- Hipotermi < 370C
- Apnea
- Bradikardi < 100/mnt
Dan
Satu diantara tanda berikut :
- Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut – turut dan kuman tersebut tidak ada
hubungannya dengan infeksi ditempat ( organ / jaringan lain )
- Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat intravaskuler ( kateter
intravena ) dan dokter telah memberikan antimikroba yang sesuai dengan infeksi

CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi nosokomial apabila :
1. Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3 hari.
2. Terjadi 3 hari setelah partus patologik, tanpa didapatkan pintu masuk kuman.
3. Pintu masuk kuman jelas misalnya luka infuse.

Cara penghitungan :

Numerator x 1000 = ..........%

Denominator

Jumlah kasus ISK x 1000 = ........ %

Jumlah hari pemakaian alat kateter urine

5. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Pengertian SSI
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan
lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi
terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic
dari tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan,
atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak
dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori resiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0
 ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan
jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan mencukur rambut , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi terdapat
rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakukan 1 jam sebelum
operasi dengan menggunakan alat cukur elektric.
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu
rendah sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2 % min 1 jam
sebelum operasi.
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan
tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung
jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap
patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi
berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan CVP,kateter anestesi spinal / epidural/
dan bila menyiapkan obat- obatan steril.
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
 Perlakukan jaringan dengan lembut dan lakukan homeostasis yang efektif,minimalkan
jaringanyang mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi.
 Bila diperlukan drainage gunakan drain penghisap tertutup,letakan drain pd lokasi tubuh
yang terpisahdari insisi tubuh,lepas drain sesegera mingkin bila sudah tidahk dibutuhkan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian
verban.

 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.


 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.
II. Kebersihan tangan.

Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang


kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan
untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15
tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade
1990).

Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian


tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada
4 alasan mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it

Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%,
sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan
tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %


Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan 43 57
lainya
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang


tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan
penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor
yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini
disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang
jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar
rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan
digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi
nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar
petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan
infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora
sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya,
atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada
permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).

 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris


secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah
mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan
pasien ,petugas lain,atau permukaan lingkungan
(meja,tensi,stetoskop atau toilet),organisme ini tinggal dilapisan
luar kulit dan terangkat saat kebersihan tangan.Flora residen
tinggal dilapisan kulit yang lebih dalam serta didalam folikel
rambut dan tidak hilang seluruhnya saat dilakukan pencucian dan
pembilasan keras dengan sabun dan air mengalirUntungnya pada
sebagian kasus ,flora residen kemungkinan kecil terkait dengan
penyakit infeksi menular melalui udara seperti flu burung .Tangan
atau kuku petugas kesehatan dapat terkolonisasi pada lapisan dalam
oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang
gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan
mikroorganisme yang meempel sementara di tangan.sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan
juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.
 Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan
tangan merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki
turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau )

Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
sebanyak 4x.
3. Jari –jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci
sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan
kanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak
tangan kiri dan sebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari – jari di telapak
tangan kiri dan sebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:


1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati
dan dibalut dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan
dipakai
5.
III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah
digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan
kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis
di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk
melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung


mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak
negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang
sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik
yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya.
Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena
mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang
140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan
gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif,
karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk
ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu
untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar
kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek
6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang
terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau
bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan


khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan
menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang
tidak utuh.
2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien
(saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda
yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien


lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum
tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

Jenis alat :

- Masker.

- Kaca mata.

- Face sheild.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi, poli gigi,


poli bedah, VK

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan
semua rambut muka
 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu
bekerja ,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah
atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker khusus

 Digunakan pada saat penanganan pasien, air bone disease, pasien yang
mendapatkan imunosupresan atau petugas atau pasien yang sakit batuk.

 Digunakan untuk pencegahan penyakit H5N1,TBC di ruang isolasi.

 Karena saat ini rumah sakit belum memiliki masker N95 maka untuk
penggunakan diruang isolasi TBC menggunakan masker bedah rangkap 2.

c. Masker biasa.

 Digunakan dalam keiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat
pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

4. Gogless (kacamata)

 Digunakan untuk melindungi dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
yang terkontaminasi. Pelindung mata termasuk pelindung plastik yang jernih,
kacamata pengaman, pelindung muka dan visor.

 Digunakan untuk prosedur bedah dan kemoterapi,mengosongkan drinage.

5. Apron (Clemek)

 Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang beresiko terjadi
cipratan atau kontak dengan cairan tubuh pasien.
 Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan kimia di ruang linen ,
dapur, IPAL, Laboratorium, VK.

 Saat menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien


(instrumen,urinal,pispot,bemgkok dll)

6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau


cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi


pada pakaian petugas seperti ;

 Seperti membersihkan luka bakar.

 Tindakan drainage.

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC atau


Toilet.

 Menangani pasien perdarahan masif.

 Tindakan bedah.

 Perawatan gigi.

- gaun segera diganti jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.

6. Pelindung kaki
Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhann
alkes.

- Digunakan dalam operasi dan menolong persalinan>

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki digunakan
untuk melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

7. Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala


petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi
kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

8. Helm

 Terbuat dari plastik

 Digunakan untuk melindungi kepala dan digunakan pekerjaan yang


berhubungan dengan bangunan.

9. Kegiatan lainya tentang kapan kebersihan tangan dan penggunaan alat


pelindung dilakukan ?
No Kegiatan Cuci Sarung Jubah/ Masker
. tanga tangan Celeme /
n Steri bias k Google
l a
Perawatan umum
1. Tanpa luka
 Memandikan / √ √
bedding
 Reposisi √ √
2. Luka terbuka
 Memandikan / √ √ K/P
bedding
 Reposisi √ √ K/P
3. Perawatan perianal √ √ √
4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P
5. Pemeriksaan fisik √ K/P
6. Penggantian balutan
 Luka operasi √ √ K/P K/P
 Luka decubitus √ √ K/P K/P
 Central line √ √ K/P K/P
 Arteri line √ √ K/P K/P
 Cateter intravena √ √ K/P K/P
Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P


8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P
9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P
10. Pasang NGT √ √ √ K/P
11. Mengukur suhu axilia √ K/P
12. Mengukur suhu rectal √ √
13. Kismia √ √ K/P K/P
14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/P
Perawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P


16. Suction √ √ K/P √ K/P
17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P
18. Perawatan TT √ K/P √√
19. PF dengan stethoscope √ K/P
20. Resusitasi √ √ √ √√
21. Airway management √ √ √
Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse √ Lebi √ K/P K/P


h
baik
23. Pengambilan darah vena √ Lebi √ K/P K/P
h
baik
24. Punksi arteri √ Lebi √ K/P K/P
h
baik
25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √
26. Penggantian botol infuse √
27. Pelesapan dan penggantian √ √
selang infuse
28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √
29. Membuang sampah medis √ √ √
30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora


bakterial

Adala Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry
heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini
yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang


paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan
secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya
sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen
dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat
disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai
sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan


harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30
menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada
132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat
terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda
bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti
anjuran pabrik.
Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycle time-meletakkan instrumen-


instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan
kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau
 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai


target
 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan
metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode
kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :


1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 07.00-08.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini
adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan


dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:

 sebuah konter penerimaan;1

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk
membilas) dengan suplai air bersih; dan

 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

1
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui
area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT
di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet
atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena
hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak
terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah
tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras
(lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau
DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet


atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik
karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris.
Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan
urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain
tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-
20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan
bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang
penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan
Sistem Shelf Life:
 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan
terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan
efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak
mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi
kelembaban, dan kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah,
terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi
selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum
digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak
secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani
tiga kali: (1) ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak
penyimpanan, (2) ketika mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan
digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau


membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak
adalah:

 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut
untuk memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya


 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTT dari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau
menyimpan peralatan ini bersama-sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur
atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk
mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja
CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat
bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di
CSD dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong
sampah tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan
peralatan yang akan dibuang)
Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

Sumber : Perkins 1983

V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena
darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam
di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat
menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP
1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat


kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang
dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme
pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada
98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan
penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang
dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk
meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :


Tingka Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat
t resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM
tingkat tinggi lingkungan laringeal
mask.
-Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe
invasif
ultrasonic
(trans vaginal
probe).
-Fleksible
*colonoscope
- Breast
pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan dan
air .jika urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter

B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit


- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly
didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfeksi tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996


meliputi hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan
universal precaution dab body substance isolasi (BSI) menjadi
kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua


klien dan pasien yang mengunjungi fasilitas layanan
kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

- Penggunaan APD (alat pelindung diri )


- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

- Praktek menyuntik yang aman.

- Praktek untuk lumbal punksi.

KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat


dalam Tabel 2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau
kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika
pemeriksaan kehamilan, pasien rawat inap atau petugas layanan
kesehatan, merupakan alat yang sangat efektif untuk mencegah
penularan infeksi (barier membantu memutuskan rantai penyebaran
penyakit). Contohnya, tindakan berikut memberikan perlindungan
bagi pencegahan infeksi pada klien, pasien dan petugas layanan
kesehatan serta menyediakan sarana bagi pelaksanaan Pencegahan
Baku yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat


berpotensi menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh
lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

VI. Management Resiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan


,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan
dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah
sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

1. Resiko adalah :

 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada


pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan


peluang –peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan.
(AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan resiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Resiko

Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan


resiko .
Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah
mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan
Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang


dikakukan proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah sakit
mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum muncul dan bermanifestasi
metoda yang dapat dilakukan dengan cara,audit,brainstorming,pendapat
ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko


muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan .Metoda
yang digunakan adalah pelaporan insiden.tentu saja kita akan
melaksanakan prinsip identifiksi proaktif karena belum menimbulkan
kerugian.

III. Analisa Resiko .

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat


resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu


terjadi

Frekuensi

Probability
Dampak

occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya


mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas
penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan


kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat
diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan
untuk mendasari pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko
ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.

V. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :


1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai
atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan
peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

VII. Ruang Isolasi (kohorting)


A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian
infeksi nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme


pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau
sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata
rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution sangat diperlukan.

1. Airborne Precaution

a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di kamar tersendiri yang mempunyai persyaratan sebagai
berikut:

 Tekanan udara kamar negative dibandingkan dengan area skitarnya.


 Pertukaran udara 6 – 12 kali/jam.
 Pengeluaran udara keluar yang tepat mempunyai penyaringan udara yang
efisien sebelum udara dialirkan ke area lain di rumah sakit.
 Selalu tutup pintu dan pasien berada di dalam kamar
 Bila kamar tersendiri tidak ada, tempatkan pasien dalam satu kamar
dengan pasien lain dengan infeksi mikroorganisme yang sama atau
ditempatkan secara kohort.
 Tidak boleh menempatkan pasien satu kamar dengan infeksi berbeda.
b. Respiratory Protection
 Gunakan perlindungan pernapasan (N 95 respirator) ketika memasuki
rungan pasien yang diketahui infeksi pulmonary tuberculosis
 Orang yang rentan tidak diberarkan memasuki ruang pasien yang
diketahui atau diduga mempunyai measles (rubeola) atau varicella, mereka
harus memakai respiratory protection (N 95) respirator.
 Orang yang immune terhadap measles (rubeola), atau varicella tidak perlu
memakai perlindungan pernafasan.
c. Patient Transport
 Batasi area gerak pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya tujuan
yang penting saja.
 Jika berpindah atau transportasi gunakan masker bedah pada pasien

2. Droplet Precaution

a. Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila pasien tidak mungkin di kamar tersendiri, tempatkan pasien secara
kohart
 Bila hal ini tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan jarak 3 ft
dengan pasien lainya
b. Masker
 Gunakan masker bila bekerja dengan jarak 3 ft
 Beberapa rumah sakit menggunakan masker jika masuk ruangan
c. Pemindahan pasien
 Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar pasien, kecuali
untuk tujuan yang perlu
 Untuk meminimalkan penyebaran droplet selama transportasi, pasien
dianjurkan pakai masker

3. Contact Precaution

a. Penempatan pasien
 Tempatkan pasien di kamar tersendiri
 Bila tidak ada kamar tersendiri, tempatkan pasien secara kohart
b. Sarung tangan dan kebersihan tangan.
 Gunakan sarung tangan sesuai prosedur
 Ganti sarung tangan jika sudah kontak dengan peralatan yang
terkontaminasi dengan mikroorganisme
 Lepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan
 Segera kebersihan tangan dengan antiseptic / antimicrobial atau handscrub
 Setelah melepas sarung tangan dan kebersihan tangan yakinkan bahwa
tangan tidak menyentuh peralatan atau lingkungan yang mungkin
terkontaminasi, untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien
atau lingkungan lain.
c. Gaun
 Pakai gaun bersih / non steril bila memasuki ruang pasien bial diantisipasi
bahwa pakaian akan kontak dengan pasien, permukaan lingkungan atau
peratalan pasien di dalam kamar atau jika pasien menderita inkontaneia,
diare, fleostomy, colonostomy, luka terbuka
 Lepas gaun setelah meninggalkan ruangan.
 Setelah melepas gaun pastikan pakaian tidak mungkin kontak dengan
permukaan lingkungan untuk menghindari berpindahnya mikroorganisme
ke pasien atau lingkungan lain
d. Transportasi pasien
 Batasi pemindahan pasien dan transportasi pasien dari kamar, hanya untuk
tujuan yang penting saja. Jika pasien harus pindah atau keluar dari
kamarnya, pastikan bahwa tindakan pencegahan dipelihara untuk
mencegah dan meminimalkan resiko transmisi mikroorganisme ke pasien
lain atau permukaan lingkungan dan peralatan.

Peralatan Perawatan Pasien

 Jika memungkinkan gunakan peralatan non kritikal kepada pasien sendiri,


atau secara kohort
 Jika tidak memungkinkan pakai sendiri atau kohort, lakukan pembersihan atau
desinfeksi sebelum dipakai kepada pasien lain.

Recommendation Isolation Precaution

“administrative Controls”

1. Pendidikan
Mengembangkan system pendidikan tentang pencegahan kepada pasien,
petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan
bertanggung jawab dalam menjalankanya.

Adherence to Precaution (ketaatan terhadap tindakan pencegahan)

2. Secara periodic menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya


perbaikan langsung.
Dengan mengelompokan satu jenis penyakit berdasarkan cara
penularannya :

1. Setiap pasien yang menular harus dirawat di ruang isolasi


tersendiri.
2. Saat ini rumah sakit Panti Rahayu belum memiliki ruang isolasi
tersendiri,kedepannya akan direncakan untuk pengadaan ruang
isolasi pasien menular yang sesuai ketentuan ,untuk merawat
pasien ,RS Panti Rahayu menggunakan cara Pengelompokan
(Kohorting ) pasien menular TBC,diare berat,varicella perdarahan
tak terkontrol,luka lebar dengan cairan keluar.
3. Setiap pasien harus memakai masker bedah (surgical mask
rangkap 2) atau masker N 95(bila mungkin) pada saat petugas
berada diruangan tersebut. Ganti masker setiap 4-6 jam dan
buang di tempat sampah infeksius. Pasien tidak boleh membuang
ludah atau dahak di lantai – gunakan penampung dahak/ludah
tertutup sekali pakai (disposable)
4. Setelah selesai melakukan tindakan jas tersebut harus dilepaskan
dengan hati-hati dan masukkan kedalam tempat tertutup dilengkapi
dengan laundry bag yang berlabel ISOLASI. Tempat tersebut
diletakkan di dekat pintu keluar ruang isolasi. Setelah itu petugas
harus kebersihan tangan di dalam ruang isolasi.
5. Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan:
 Termometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Wadah/bed pan (jika tidak ada kamar mandi sendiri)
 Tempat pembuangan limbah infeksius:
o Jas
o Instrumen
o Sampah termasuk sisa makanan, alat makan
 Fasilitas kebersihan tangan di dalam ruang kohorting
 Barrier atau penghalang .
 APD yang sesuai.
VIII. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit


dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan
permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :
 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien,
tamu, staf, dan masyarakat sekitar,
 mengurangi risiko kecelakaan, dan
 mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan
untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang


tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga
cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa
ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh tubuh lain,
tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5%
atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO
1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air dianjurkan pula
di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang
perawatan intensif.

IX. Peralatan yang single use yang di Re-use

Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka


peralatan yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat
mempengaruhi keselamatan pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang
ditimbulkan jika digunakan kembali , oleh sebab itu dilakukan aturan
peralatan yang use dan re-use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.


 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk tindakan
steril,rongga,alira harus kering. invasif.
n darah -kemasan tidak -endoskopidan
robek assesoris yang
-Bungkusan dipakai dlm
harus dibuat tindakan
dengan invasif:
menghambat - alat ERCP
bioefektif -Laparoskopi
selama - Broncoskopi
penyimpanan. - instrument
.simpan alat bedah/operasi
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
chlorine 0,5 lingkungan mask.
% -Vaginal
speculum.
-endotrakeal
non kinkin.
-probe invasif
ultrasonic (trans
vaginal probe).
-Fleksible
endocopes:
*colonoscope
*sigmoideskope
- Breast pump
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon invasif
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih equipment:
menggunakan ditempat yang * Bedpan dan
detergent dan kering urinal.
air .jika * Manset
menggunakan tekanan darah.
desinfektan * bed
gunakan yang * Termometer.
compatibel * Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.
* kontainer
darah

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-use
mask steam pada kartu
pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal 5x 4. Catat jumlah re-use
spray steam pada kartu
pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-use
tube non steam pada kartu
kinkin pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Respirator 30x 10.Catat jumlah re-use
y valve steam pada kartu
pemeliharaan .
11.Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12.Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah
keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis
kotoran biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan
bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi
kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan
bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan
diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan
kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur dengan pencatatan
pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use
atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN)
RSPB untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah demi
langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur
untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan
dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

X. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk


mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor
dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau
membungkus), kemudian menyimpan dan mendistribusikannya.
Memroses linen secara aman dari berbagai sumber adalah suatu
proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-langkah utamanya
tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan,
membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-hati.
Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tangga untuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda
tajam, termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung jawab
terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan
utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik atau karet.

XI. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang


dilakukan untuk dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan
(Fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di RS dengan cara :

 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi


mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan
sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan
mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahan ruangan pada lokasi
tertentu yang meliputi design interior, eksterior, civil dan medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipe kegiatan renovasi ada 4 type :
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuk namun tidak terbatas pada: penghapusan ubin langit-
langit untuk inspeksi visual (terbatas pada 1genteng per 5 m2),
lukisan (tetapi tidak pengamplasan); mencakup instalasi dinding; kerja
trim listrik; pipa kecil; setiap kegiatan yang tidak menghasilkan debu
atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit
selain untuk inspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu
sedikit.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, instalasi pemasangan kabel
telepon dan komputer, akses ke ruang chase,memotong dinding atau
langit-langit di mana migrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pembongkaran atau
penghapusan komponen bangunan built-in atau rakitan,
pengamplasan dinding untuk lukisan atau mencakup dinding, meliputi
penghapusan lantai / wallpaper, ubin dan casework langit-langit,
konstruksi dindingbaru, ductwork kecil atau pekerjaan listrik di atas
langit- langit, kegiatan pemasangan kabel utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada, penghancuran berat,
penghapusan sistem plafon yang lengkap, dan konstruksi baru.

2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan
dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan
a. Identifikasi kelompok resiko renovasi bangunan.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Area  Perawatan  UGD
kantor pasien dan  Radiology  Area klinis
 Tanpa tidak tercakup  Recovery  Kamar
pasien/ dalam Grup 3 Rooms Operasi
area atau 4  Ruang  Kamar
resiko  Laundry Maternitas / prosedur
rendah  Kantin VK invasif pasien
yang tidak  Manajemen  Kamar bayi rawat jalan
terdaftar Material  Lab  Area
dimanapu  Penerimaan/Pe Microbiolog Anastessi &
n mulangan i pompa
 Laboratorium  Farmasi jantung
tidak spesifik  Semua
seperti Grup Intensive Care
3Koridor Unit (kecuali
Umum (yang yang tertulis
dilewati pasien, di Grup 4)
suplai, dan
linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan
peningkatan debu dari operasi konstruksi
- Mengganti genteng langit-langit untuk inspeksi visual
secepatnya
Kelas II - Penyediaan aktif berarti untuk mencegah debu udara
menyebaran ke atmosfir
- Segel pintu yang tidak digunakan dengan lakban.
- Konstruksi yang mengandung limbah sebelum ditransportasi
harus dalam wadah tertutup rapat.
- Pel basah / atau vakum dengan vakum HEPA ber-filiter.
- Tempatkan lap kaki di pintu masuk dan keluar dari area kerja
dan mengganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi proses
kerja.
- Isolasi sistem HVACdi daerah mana pekerjaan yang sedang
dilakukan/kohort dengan tekanan negatif
- Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek selesai.
Kelas III  Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan
tengah dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
sistem saluran.
 Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum
konstruksi dimulai.
 Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja
menggunakan unit ventilasi saringan HEPA atau metode
lain untuk mempertahankan tekanan negatif.
Keselamatan umum akan memonitor tekanan udara
 Jangan menghilangkan barriers dari area kerja sampai
proyek lengkap dibersihkan.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam periode
kegiatan konstruksi atau sesuai yang diperlukan dalam
rangka untuk meminimalkan jejak.
 Singkirkan bahan penghalang dengan hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran kotoran dan puing-puing
yang terkait dengan konstruksi. Bahan barrier harus
diusap basa, Vakum dengan menggunakan HEPA atau
berikan kabut air agar lembab sebelum disingkirkan.
 Tempatkan limbah konstruksi dalam wadah tertutup
rapat sebelum ditransportasi.
 Tempatkan keset kaki di pintu masuk dan keluar dari
area kerja dan diganti atau dibersihkan saat tidak ada lagi
aktifitas kerja
 Usap casework dan permukaan horizontal saat proyek
telah selesai.
Kelas IV - Isolasi sistem HVAC di wilayah di mana pekerjaan tengah
dilakukan untuk mencegah kontaminasi system saluran.
- Lengkapi semua barriers pembangunan sebelum konstruksi
dimulai.
- Jaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja menggunakan
unit ventilasi saringan HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif. Keselamatan umum akan
memonitor tekanan udara
- Beri segel pada luban, pipa, saluran dan tusukan untuk
mencegah migrasi debu.
- Bangun anteroom dan mengharuskan semua personil
melewati ruangan. Pel basah atau vakum HEPA anteroom tiap
hari.
- Selama pembongkaran, kerja yang menghasilkan debu atau
bekerja di langit-langit, sepatu sekali pakai dan baju harus
dipakai dan dibuang di anteroom ketika meninggalkan area
kerja.
- Jangan menghilangkan barriers dari area kerja hingga selesai
proyek dibersihkan
- Singkirkan bahan penghalang hati-hati untuk meminimalkan
penyebaran kotoran dan puing-puing yang terkait dengan
konstruksi.

XII. Antibiogram
Dengan pemeriksaan kultur akan didapatkan hasil resistensi kuman
terhadap antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman
rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau
bahan yang telah kadaluwarsa

XIV. Upaya pencehan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat


menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa


riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang
dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus
influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur pasca pajanan
harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan


dari rumah sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut
dari manusia ke manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila
terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:
1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi


hepatitis B, iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48


jam

C. Evaluasi

1. dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2. Status imunisasi .
3. Riwayat kesehtan yang lalu.
4. Terapi saat ini.
5. Pemeriksaan fisik.
6. Pemerisaan lab dan radiologi.
7. Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
 Penyimpanan data
Pajanan dan tindakan :

1. Virus H5N1
Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari.

2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4


jam pasca pajanan dengan pemberian ARV,AZT,3TC dan Indinavir sesuai
pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologidan dicatat
sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya.

3. Virus Hepatitis B.

Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan,segera pasca pajanan


dilakukan pemeriksaan ,dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg
atau HbeAg.

D. Berikut tata laksana penyakit menular dan pencegahannya :

Penyakit Masa Menular Cara transmisi Kewasp Masa petugas Tindakan


inkubasi selama/ adaan diliburkan/
virus yang tindakan
shedding perlu
dijalank
an
Abses Selama luka kontak Kontak konserfatif
mengeluarka
n cairan
tubuh
Acinetoba Luka bakar Flora N kulit Standar
cter yang di manusia, mukus dan
baumanii hydroterapi menbran dan tanah. kontak
Bertahan di tempat
lembab dan kering
sampai berbulan,
menular melalui
peralatan rawat
respirasi, tangan
petugas,
humidifier,
stetoscop,
termometer,
matras, bantal,
prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi luka terbuka
Adenoviru 6-9 hari Sekret Droplet, Konserfatif
s type 1-7 saluran nafas kontak
Aspergilos Infeksi jar Inhalasi stadium Kontak
is luas dengan airbone, conidia dan
cairan airbone
berlebihan
candidiasi Standar,
s kontak
Chlamidia Standar,
C kontak,
trachomati termasuk
s seksual
Congenital Sampai umur Kontak dengan Standar, Restriksi 7 hari
rubella 1 tahun bahan nasofaring kontak
dan urin
Conjungti 5- 12 14 hari stl Kontak dengan Kontak Sampai mata Pengobatan
vitis hari onset tangan, alat standar tidak kluar
*adenovir terkontaminasi kotoran
us type 8
Campak 5-21 hari 3-4 hr stl Droplet yang besar Transmis Restriksi 7 hari Pengobatan
bercak timbul (kontak dekat) & i udara setelah bercak simtomatik
mel udara merah timbul
nasofaring (yg imun) 5hr
stl ekspos- 21
hr stl ekspos
Campiloba Standar
cter
Closrtidiu kontak
m difficile
Cytomegal Tidak Tahan di Kontak dg sekresi Standar Tidak perlu
o virus diketahui lingkungan &eksresi : saliva hand
dlm wkt dan urin hygiene
pendek
Difteria Sekresi dr mulut Droplet, Sampai terapi Pengobatan
mengandung c kontak antibiotika simtomatik dan
difteriae telah lengkap virus.
dan sampai 2 Minum
kultur berjarak eritromicin 3x 1
24 jam tb sampai 7 hari
dinyatakan
negatif, perlu
imunisasi tiap
10 tahun
Gastroente Kontak px, Standar Tidak
ritis konsumsi atau mengolah
*salmonell makanan/ air kontak makanan sp 2x
a terkontaminasi jarak 24jam
*shingella kultur feses
*yenteroc negatif
olitica
Glardia Feses Kontak
lambilia

Hepatitis 15- 50 2 minggu, Fekal oral melalui Standar Libur di area Vaksinasi
A hari kadang2 sp 6 feses perawatan/ hepatitis a
bulan pengolahanma
(prematur) kanan,i
minggu setelah
sakit kuning
imunisasi
paksa ekspos
Hepatitis B:6- Akut atau Perkutaneus Standar Tidak perlu -segera periksa
B,D 24mgg kronik dg mukosa, kulit yg dibatasi smp HbsAg atau
D: 3-7 HbsAg tdk utuh kontak HbeAg negatif. HbeAg,tidak
mgg positif dgn darah, semen, perlu divaksin
cairan vagina, bila petugas telah
cairan tubuh yg mengandung Anti
lain HBs ≥ 10 mliu/ml
Hepatitis Perkutaneus Standar Restriksi
C,F,G mukosa kulit yg sampai kondisi
tdk utuh kontak membaik
gdn darah, semen, / sampai
cairan vagina, HceAg negatif
cairan tubuh yg
lain
Herpes 2-14 hr Asiptomatik Kontak dgn ludah Standar, Retriksi tidak
simplex dpt karier mengandung kontak perlu, tp
mengeluarka virus langsung/ lwt tangan dibatasi kontak
n virus sekresi luka dgn px
aberasi/ cairan
vesikel
HIV Perkutaneus Standar Kurang dari 4 jam
mukosa, kulit yg paska pajanan
tdk utuh kontak
dgn darah, semen, -diberikan arv,azt
cairan vagina, dan 3 tc.
cairan yubuh yg -dilakukan
lain pemeriksaan
HIVserologi dan
menitor setelah 3
bln,9bln,11 bln
Helicobact Standar
er pylori
MDRO Kontak luka Kontak
(MRSA,
VRE,
VISA,
ESBL,
Srep
pneumoni
a
Influensa 1-5hr Infeksius pd Airbone, kontak kontak Vaksinasi pd
3hr pertama langsung/ droplet petugas yg
sakit.Virus dgn sekresi saluran rentan.
dpt napas Amantadin
dikeluarkan untuk kontak
sblm gejala dgn influensa
timbul smp A
7hr stlh
dimulai sakit,
lebih panjang
pd anak dan
orang
Hemophil Standar
us droplet
Influenzae
Dewasa
Anak

Batuk non Droplet sekret Kontak


Human produktif, respirasi Droplet
Metapneu kongesti
mo virus nasal
(HMPV) whezing,
bronkhiolitis,
pneumonia
pada anak
+ 11,5 tahun
Novirus 12-48 Diare, KLB Makanan, air Kontak,
jam terkontamibasi makanan
feses , air
N 2-10 hr Kontak dgn sekret Trasmisi Libur spm -perlu profilaksis
meningitis saluran napas mel 24jam stlh dgn Rif2x600 mg
droplet terapi paska selama 2 hari ,dan
ekspos. dosis tunggal
Rifampin2x60 cipro1x1,atau
0mg, 2hr; ceftriaxone 250
ciprofloxacin1 mg IM
x500mg atau
ceftriaxon250
mg IM
Parotitis, 16-18hr Community Kontak dengan Trasmisi Vaksinasi
Mumps (12- acquired, droplet atau droplet efektif, MMR
25hr) virus berada langsung dgn Restriksi sp
dlm saliva 6- sekret sal napas, yi 9hr stlh onset
7hr sbl saliva, hidung dan parotitis.
parotitis sp mulut Petugas renyan
9hr stl onset : 12hr paska
Px ekspos
immunokom pertama sp 25
promls hr stlh ekspos
terakhir
Parvovirus 6-10hr Menular sblm Kontak dgn droplet Transmis Tidak perlu
/B19 bercak merah besar, muntahan i drolpet restriksi
sp 7hr stlh
onset
Pertusis 7-10 hr F catarrhal Kontak dgn sekresi Transmis Vaksin
sangat sal napas, droplet i droplet direkomen
menular besar kontak dekat sp 5 hr umur 11-64 th
menerim petugas dgn
a pertusis:
antibioti restriksi fase
k catarrhal sp mg
3 stl onst / 5 hr
stlh tx
antibiotik
kontak saja
tidak perlu
retriksi
Pollomyeli Nonparal Sal napas Kontak cairan sal Transmis Imunisasi
tis itik: 3- 1mgg stlh napas, benda i kontak direkomendasi
6hr; gejala terkontaminasi fese kan
paralitik muncul, dlm
7-12hr feses bbrp
mgg-bulan
stlh gejala
muncul
Rubella 12-23hr, Sangat Kontak dgn droplet Transmis 5hr stlh bintik
bintik menular saat nasofaring px i droplet keluar :
merah bintik merah dan petugas rentan
timbul keluar, virus kontak 7hr stl ekspos
14-16hr lepas 1mgg dgn pertama sp
stlh sblm smp 5- cairan sal 21hr stl ekspos
ekspos 7hr stl onset, napas terakhir
congenital
rubella bisa
melepas virus
berbulan-
bertahun2
RSV 2-8hr Orang sakit Tangan Transmis Batasi kontak
(infeksi (terserin dapat terkontaminasi saat i kontak dgn pasien
virus g mengeluarka merawat pasien erat dhn rawat dan
respiratori 4-6hr) n virus atau menyentuh droplrt lingkungan
k) selama 3-8hr. benda mati, atau bila ada KLB
Tp pd bisa transmisi RSV bila aerosol RSV Restriksi
anak 3-4mgg menyentuh mata partikel sampai gejala
atau hidung kecil akut hilang
MRSA Kontak Strandar Retriksi
dengan transmisi perawatan
petugas, kontak, pasien dan
mungkn dapat pengolahan
karier nares airbone makanan bila
anterior, petugas
tangan, dengan lesi
axilla, kulit basah
perineum, tidak perlu
nasofaring, retriksi bila
orofaring kolonisasi
Streptococ Kontak sisi Kulit, faring Standar Retriksi
A terinfeksi & rektum, vagina berdasar perawatan
mensekresi transmisi pasien &
pengolahan
makanan sp 24
jam stl
mendapat
antibiotik
Tidak perlu
retriksi petugas
dg kolonisasi
Salmonell Orang- orang lewat
a, fekal oral air/
Shingella makanan
terkontaminasi
Sypilis Kontak langsung Kontak
dg lesi primer atau
sekunder sypilis
Tuberkolo Sp 1 bl Inhalasi droplet Airbone, Sampai -petugas yg
sis minum OAT nuklei kontak terbukti non terexpose perlu
(mengelu infeksius tes mantoux bila
arkan c indurasinya> 10
tubuh mm perlu
infeksius profilaksis INH
) sesuai
rekomendasi
lokal
Varicella Sp lesi kering Airbone, 8 hari pasca Vaksinasi
& berkusta kontak, kontak sp 21 varicella
standar hari paska
kontak, beri
imuno globulin
IV paska
kontak,
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari
Vibrio Kontak feces
kolera

Zoster Tutupi lesi, Retriksi


*lokal jangan sampai lesi
kontak dg mengering dan
pasien rawat mengelupas
* Jangan Retriksi
menyeluru kontak dg sampai semua
h atau pasien lesi kering dan
orang mengelupas
immuno
komproma
is
* paska Jangan Dari hr ke 10
pajanan kontak dg paska pajanan
(person pasien rawat pertama sp hari
yang ke 21 atau hr
rentan) 28 bila di beri
lagi atau
sampailesi
kering dan
mengelupas

A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai sumber
HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
serokonversinya tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai sumber
HB(dalam waktu 7 HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak 2.jika titer tidak cukup
cukup HBIG 1x + booster vaksin HB.
booster vaksin HB 3.jika tter cukup tidak perlu
dan ulangi diobati.
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. resiko tinggi.
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

HIV (+) Tidak


perlu
diobati

D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C


Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan perlu internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Resiko Rejimen


tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 300mg/12 jam
obat obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
28 hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 300mg/12 jam
solid obat. obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
Berikan rejimen 28 hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada

a. lantai,dinding dan ,AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

(lanjutkan sesuai dengan keadaan di klinik)


BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996


tentang tenaga kesehatan

No Jenis tenaga Pendidikan formal sertipikat Jumlah


1 Dokter Anestesi PPI lanjut 1
spesialis
2 ICN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management 1
linen
5 Sanitasi gizi D-3 Management 1
Gizi
6 farmasi D-3 1
7 Laborat D-3

Kualifikasi ketenagaan PPI

1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.


2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu
B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upya PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi
dan deteksi dini KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

B.2.2 Uraian tugas :

 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang


terjadi diruang perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan
menggunakan daftar tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI


- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang


perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah KLB
(HAIs).
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

 Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang


berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas
laborat.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
 Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
 Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

 Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


 Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
 Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gisi :

 Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


 Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas
gisi.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

 Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.


 Memantau penggunaan bahan desinfektan.
 Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang
tertentu.
 Memantau proses pembakaran incenerator.
 Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.

Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara


komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
 QMR,IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gisi,lien,farmasi,SMF,laborat,Iko,
 ICU,House keeping (CS).
……………………………………………………………………………………
……………………………………………….

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
……………………………………………………………………………………
……………………………………………….

C. JADWAL KEGIATAN
……………………………………………………………………………………
………………………………………………
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

……………………………………………………………………………………
……………………………………………….………………
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT EVALUASI

……………………………………...
…………………………………………………………………………………………
………………………………………….
BAB XI
PELAPORAN

A. Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Penerapan sistem pencatatan dan pelaporan di Klinik Padang Bulan mempunyai
tujuan:
1. Mendapatkan data untuk memetakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan keselamatan pasien.
2. Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang
serupa tidak terulang kembali.
3. Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem asuhan pelayanan
pasien menjadi lebih aman.
4. Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC).
5. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Klinik Padang Bulan mewajibkan agar setiap insiden keselamatan pasien dilaporkan
kepada komite keselamatan pasien klinik. Laporan insiden keselamatan pasien di
Klinik Padang Bulan bersifat :
- Non punitive (tidak menghukum)
- Rahasia
- Independen
- Tepat waktu
- Berorientasi pada sistem
Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan Insiden
Keselamatan Pasien yang berlaku di Klinik Padang Bulan dan diserahkan kepada
Komite Keselamatan Pasien Klinik Padang Bulan. Bagian/unit mencatat kejadian
IKP di buku pencatatan IKP masing-masing.
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan
kepada komite keselamatan pasien dalam waktu :
- 1 x 24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinel events (berdampak
kematian atau kehilangan fungsi mayor secara permanen). Apabila
pelaporan secara tertulis belum siap, pelaporan KTD dapat disampaikan
secara lisan terlebih dahulu.
- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak
klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan, minor, dan moderat.
f. Tindak lanjut dari pelaporan :
- Tingkat risiko rendah dan moderat : investigasi sederhana oleh
bagian/unit yang terkait insiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risiko tinggi dan ekstrim : Root Cause Analysis (RCA) yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko
merah (ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan
kejadian tersebut kepada direksi RS Panti Rahayu dan Yayasan(kantor
YAKKUM).
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko
kuning (tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan
kejadian tersebut kepada Direksi RS Panti Rahayu.
c. Komite keselamatan pasien RS Panti Rahayu melakukan rekapitulasi
laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga bulan kepada
direksi RS Panti Rahayu

B. PENERAPAN INDICATOR KESELAMATAN PASIEN.


a. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu menetapkan indicator
keselamatan berdasarkan atas pertimbangan high risk, high impact, high
volume, prone problem.
b. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu menjelaskan definisi
operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisis, cara
perhitungan, sumber data, target dan penanggung jawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan kesinambungan penerapan indicator
keselamatan pasien
d. Komite Keselamatan Pasien RS Panti Rahayu bertanggung jawab dalam
proses pengumpulan data, analisis dan memberikan masukan kepada
Direksi berdasarkan pengkajian tersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga bulan
indicator dianalisis dan di feed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3 tahun
sekali

C. ANALISIS AKAR MASALAH


a. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, RS Panti Rahayu
menerapkan metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah,
yaitu suatu kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan
identifikasi penyebab masalah dasar dan untuk menentukan tindakan agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang
sering terjadi di RS Panti Rahayu.
c. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.
d. Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan
ekstrim diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan
tindakan segera yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada
sesuatu yang benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan : dokter
yang mempunyai kemampuan dalam melakukan RCA, unsur keperawatan,
dan SDM lain yang terkait dengan jenis insiden keselamatan pasien yang
terjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk
tim RCA, observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka,
melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar
masalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali

STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK


1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang
terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien
maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena
proses pelayanan.
2. Indikator Mutu Klinik:
1). Indikator Non Bedah
a). Angka dekubitus
b). Angka kejadian infeksi jarum infus
c). Angka kejadian infeksi karena transfusi darah.
d). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%
e). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan
aman bagi lingkungan.
f). Dilakukannya kegiatan pemantauan
g). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC yang
memenuhi standart (SPM)
h). Hasil kultur : Pus,darah dan ujung kateter

2) Unit CSSD :
a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan
dan hasilnya baik
b). - maintence autoclave .
c). Kalibrasi Autoclave external baik
d). Indikator mekanik,kimia,biologi
3) Upaya kesehatan :
a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi
kebutuhan petugas.
b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap
ruangan ,wastafel dan ruangan publik.
c). Edukasi PPI pada calon karyawan .
d). Edukasi PPI pada karyawan .
e). Edukasi pada mahasiswa praktek
f). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui
sistem informasi rumah sakit
g). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
h). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .
i). Tersediannya APD yang diperlukan
j). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada
perawat senior
k). Penyehatan lingkungan
l). Ruangan dan lingkungan yang bersih
m). Sampah dibuang sesuai jenisnya
n). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar
menjadi abu)
o). Terlaksananya formularium antibiotika.
3. Indikator mutu lingkungan
1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan
perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop,
Perda)
2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius
4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus
B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut
a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah
1) Angka infeksi karena Jarum Infus
Angka Kejadian Infeksi Kulit karena Jarum Infus per Bulan
x 100 %
Jumla h hari dirawat pasien yang terpasangiv line dalambulan itu
2) Angka infeksi luka operasi x 100 %
Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

3) Angka infeksi pneumonia krn terpasang ventilator x 100%


Total Pasien yang terpasang ventilator dalam satu bulan

4) Angka i saluran kemih x 100%


Total pasien terpasang DC pada bulan tersebut.

5) Angka pneumonia karena tirah baring (HAP) x 100 %


Total pasien tirah baring dalam satu bulan
……………………………………………………………………………………
……………………………………………….…………………………

Padang Bulan, 03 Desember 2018

Ketua Tim PPI


dr. Galih Rakasiwi

Anda mungkin juga menyukai