DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG
Jl. Mayor Jamal Alim No.7 Kelurahan Cijoro Pasir Kecamatan Rangkasbitung
Kode Pos 42316 e-mail: Pkmrangkasbitung17@gmail.com
TENTANG
PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR
MEMUTUSKAN
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : RANGKASBITUNG
Pada Tanggal : 03 Februari 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
RANGKASBITUNG,
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles plastic
bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron,
pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius yang
telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, dilakukan
penatalaksanaan sesuai prosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan Puskesmas merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan
medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara
yang baik.
5. Perlindungan Kesehatan karyawan
a. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG diwajibkan
menerapkan prinsip-prinsipPPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG terutama
karyawan medis dan paramedis,berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara
bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian Tim
PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG yang merawat
pasien menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila
terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
6. Praktek menyuntik yang aman
a. Semua petugas medis dan paramedis UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
RANGKASBITUNG wajib melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan
prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena jarum
atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain.
7. Hygiene respirasi (etika batuk)
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresipernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan mulut, segera
buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi penularan
penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang- barang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Proses ini adalah dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan
enzymatic sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan tubuh
lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlahmikroorganisme untuk mengurangi
risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah
terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih,dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf
), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
9. Penatalaksanaan linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong/wadah yang
tidak rusak saat dingkut.
a. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien, pengunjung
dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang immunosuppressed dari
infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasieninfeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui kontak harus
dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau
tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasiendengan
diagnose yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/transfer,karena
belum ada jalur khusus pasien infeksius.