Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEBAK

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG
Jl. Mayor Jamal Alim No.7 Kelurahan Cijoro Pasir Kecamatan Rangkasbitung
Kode Pos 42316 e-mail: Pkmrangkasbitung17@gmail.com

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG


NO :

TENTANG
PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR

UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG,

Menimbang : a. bahwa Kewaspadaan Standar adalah gabungan dari kewaspadaan


universal dan isolasi tubuh yang wajib untuk diterapkan dalam
mencegah terjadinya infeksi di Puskesmas ;
b. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berkoordinasi
dengan Tim Manajemen Mutu memiliki peran penting di Puskesmas
dalam rangka penerapan Kewaspadaan Standar ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan


b, perlu ditetapkan Kebijakan Penerapan Kewaspadaan Standar di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Rangkasbitung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun
2019, tentang Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 tahun
2015, tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007 tentang
Pedoman Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007 tentang
Pedoman PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG PENERAPAN KEWASPADAAN


STANDAR UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG.

Kesatu : Penerapan Kewaspadaan Standar UPTD Puskesmas Rawat Inap Rangkasbitung

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : RANGKASBITUNG
Pada Tanggal : 03 Februari 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
RANGKASBITUNG,

YANGYANG CITRA GUMELAR


LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


RANGKASBITUNG RAWAT INAP
RANGKASBITUNG
TANGGAL : 03 Februari 2022
NOMOR :
TENTANG : PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR UPTD
PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG

PENERAPAN KEWASPADAAN STANDAR

UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG

A. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI


1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko infeksi penyakit menular pada
petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Fasilitas setiap petugas harus menerapkan


kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam perawatan di Puskesmas yang
meliputi : kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan peralatan
perawatan pasien, pengendalian lingkungan, penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah,
perlindungan kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika batuk),
dan praktek menyuntik yang aman. Pelaksanaan kewaspadaan standar ditujukan kepada
semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar pada
kasus – kasus yang mempunyai risiko penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne),
common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat, nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di UPTD Puskesmas Rawat Inap Rangkasbitung
selengkapnnya Diatur Dalam Pedoman Dan Prosedur, Sesuai Kebijakan Kepala UPTD
Puskesmas Rawat Inap RANGKASBITUNG.

B. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan tangan
dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum kontak dengan pasien,
sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah melakukan tindakan invasif yang
berhubungan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien.
c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dengan air mengalir. Bila
tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptic berbasis alcohol.
d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 12 langkah selama 40-60 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan dengan benar 8 langkah
selama 20-30 detik, dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui survey terhadap seluruh
petugas puskesmas setiap bulan.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi standard
dilakukan sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai pelindung barrieruntuk
melindungi dari mikroorganisme yang ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang berisiko
menularkanpenyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APDsesuai
dengan prosedur yang benar.

d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung mata (goggles plastic
bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron,
pelindung kaki (sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat sampah infeksius yang
telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, dilakukan
penatalaksanaan sesuai prosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara
pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan Puskesmas merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan lingkungan yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan
medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara
yang baik.
5. Perlindungan Kesehatan karyawan
a. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG diwajibkan
menerapkan prinsip-prinsipPPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG terutama
karyawan medis dan paramedis,berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara
bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska pajanan, kemudian Tim
PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
d. Karyawan UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP RANGKASBITUNG yang merawat
pasien menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan
penyebaran, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila
terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
6. Praktek menyuntik yang aman
a. Semua petugas medis dan paramedis UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP
RANGKASBITUNG wajib melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan
prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan sekali pakai karena jarum
atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain.
7. Hygiene respirasi (etika batuk)
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi di sumbernya.

b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresipernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup hidung dan mulut, segera
buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan tangan.
8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi penularan
penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang- barang habis pakai
lainnya adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi).
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Proses ini adalah dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan
enzymatic sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan tubuh
lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlahmikroorganisme untuk mengurangi
risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah
terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih,dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf
), panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur.
9. Penatalaksanaan linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong/wadah yang
tidak rusak saat dingkut.
a. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk melindungi pasien, pengunjung
dan staf terhadap penyakit menular dan melindungi pasien yang immunosuppressed dari
infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasieninfeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone maupun melalui kontak harus
dirawat di ruang isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau
tidak langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasiendengan
diagnose yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat transportasi/transfer,karena
belum ada jalur khusus pasien infeksius.

C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya
tidak mungkin maka pertimbangkan epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien.
Tempatkan dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur). Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluarruangan
perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain ataulingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien,
ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain),
lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan
cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi
baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan
diare pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar
ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.

d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien


Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan infeksi
mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakaiuntuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin kohorting. Bila keduanya tidak
mungkin, buat pemisah dengan jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung.
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker
pada pasien dan menerapkan hygiene respirasi dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien, saat kontak erat.
Masker seyogyanya melindungi hidung dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat
pasien dengan infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba tidak bergerak jarak jauh.
3. Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan negative, pertukaran udara
6-12 X /jam sebelum udara mengalir ke ruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan
pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien
dengan pasien lain yang mengidap mikroba yang sama, jangan dicampur dengan infeksi
lain (kohorting) dengan jarak >1meter. Konsultasikan dengan Tim PPI Puskesmas sebelum
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu untuk
pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien
atau suspek TB paru. Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang
diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugasyang telah imun. Bila terpaksa harus
masuk maka harus mengenakan masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah
sakit campak atau cacar air tidakperlu memakai masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol maka APD yang
digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC ”Guideline for
Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP


RANGKASBITUNG,

Yangyang Citra Gumelar

Anda mungkin juga menyukai