Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SITANGGAL
Jl. Raya Sitanggal Kec. Larangan Kab. Brebes 52262
No. Telp.(0283) 6183494
Email :pusk.sitanggal@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SITANGGAL


NOMOR 440/15 TAHUN 2023

TENTANG
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI PUSKESMAS SITANGGAL

KEPALA PUSKESMAS SITANGGAL,


Menimbang : a. bahwa Puskesmas dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perlu menerapkan program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI);
b. bahwa agar program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi dapat dilaksanakan dengan baik perlu
adanya kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Puskesmas Sitanggal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Puskesmas Sitanggal tentang
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Puskesmas Sitanggal;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
2

Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat,
Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit
Transfusi Darah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SITANGGAL


TENTANG KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS
SITANGGAL.
KESATU : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Sitanggal sebagaimana tercantum dalam
Lampiran keputusan ini yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini.
KEDUA : Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
dimaksud dalam Diktum KESATU memuat Ruang
Lingkup Program PPI dan Indikator Kinerja PPI.
KETIGA : Penerapan PPI di Puskesmas Sitanggal dipandu
dengan Pedoman dan prosedur PPI yang akan
diterbitkan kemudian.
KEEMPAT : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di Sitanggal
pada tanggal 2 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS SITANGGAL,
3

PRAWOTO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
SITANGGAL
NOMOR 440/15 TAHUN 2023
TENTANG PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI DI PUSKESMAS
SITANGGAL

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI PUSKESMAS SITANGGAL

A. PROGRAM KERJA PPI


Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu sumber
infeksi terbesar dalam dunia kesehatan, dimana infeksi dapat berasal
dari pasien, petugas maupun pengunjung melalui objek yang
terkontaminasi berupa darah, seliva, sputum, cairan nasal, cairan dari
luka, urine dan eksresi lainnya.
PPI di Puskesmas harus dapat mencakup pencegahan dan
pengendalian infeksi yang terjadi berkaitan dengan pelayanan yang
diberikan di dalam Puskesmas maupun infeksi yang bersumber dari
masyarakat melalui pelayanan yang diberikan di luar Puskesmas.
Infeksi terkait pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan (HAIs) relatif
lebih mudah diidentifkasi sumber penularannya dibandingkan dengan
ifeksi bersumber dari masyarakat.
Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit
infeksi seharusnya dilakukan secara paralel. Penyesuaian mungkin
diperlukan karena pelayanan terkendala oleh ketersediaan sarana,
prasarana, alat kesehatan, SDM, obat dan sumber daya lainnya yang
terbatas, namun harus tetap memenuhi prinsip dan prosedur PPI.
Dalam kebijakan ini membahas ruang lingkup program kerja PPI
di Puskesmas Sitanggal sebagai berikut:
1. Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan Isolasi dibagi 2 (dua) lapis yaitu Kewaspadaan
Standar dan Kewaspadaan Transmisi.
4

1.1 Kewaspadaan Standar


Kewaspadaan Standar meliputi:
a. Kebersihan Tangan
1) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir (Hand
Wash/HW)
2) Kebersihan tangan dengan menggunakan cairan berbahan
dasar alkohol 70% (Hand Rub/HR)
b. Alat Pelindung Diri (APD)
Jenis-jenis APD yaitu;
1) Pelindung kepala (Topi)
2) Kacamata dan pelindung wajah
3) Masker
4) Gaun
5) Sarung tangan
6) Sepatu
c. Pengendalian Lingkungan
Lingkup pengendalian lingkungan meliputi:
1) Air
2) Ventilasi ruangan
3) Konstruksi Bangunan
d. Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan
Lingkup pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan
meliputi:
1) Pengelolaan limbah infeksius
2) Pengelolaan limbah noninfeksius
3) Pengelolaan limbah benda tajam
4) Pengelolaan limbah cair
e. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien dan Alat Medis
lainnya
Jenis peralatan kesehatan berdasarkan penggunaan dan
risiko infeksinya sebagai berikut:
1) Peralatan kritikal
2) Peralatan semi-kritikal
3) Peralatan non kritikal
f. Pengelolaan Linen
5

Lingkup pengelolaan linen meliputi:


1) Pengelolaan linen infeksius
2) Pengelolaan linen non infeksius
g. Penyuntikan Yang Aman
1) Penyuntikan yang aman dilaksanakan dengan prinsip
satu spuit, satu jenis obat dan satu prosedur
penyuntikan.
2) Pastikan petugas dalam mempersiapkan penyuntikan
menggunakan teknik aseptik
h. Kebersihan Pernapasan dan Etika Batuk
1) Pastikan dan ajarkan petugas, pasien dan pengunjung
melakukan kebersihan pernapasan/etika batuk, apabila
mengalami gangguan pernapasan, batuk,flu atau bersin
2) Lakukan prosedur kebersihan pernapasan/etika batuk
3) Tidak menggantungkan masker bekas atau dipakai pada
leher
i. Penempatan Pasien
Prinsip penempatan pasien adalah sebagai berikut:
1) Kamar terpisah bila dikhawatirkan terjadinya kontaminasi
luas terhadap lingkungan
2) Kamar terpisah dengan pintu tertutup pada kondisi yang
diwaspadai terjadi transmisi melalui udara dan kontak
3) Kamar terpisah/kohorting dengan ventilasi dibuang keluar
dengan exhaust pan ke area tidak ada orang lalu lalang
4) Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai
transmisi airborne meluas
5) Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga
kebersihan
6) Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat dilakukan
dengan sistem kohorting (penggabungan pasien dengan
jenis penyakit yang sama). Bila pasien terinfeksi dicampur
dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung
harus menjaga kewaspadaan standar dan transmisi.
7) Penempatan pasien di ruang triase harus diberi jarak
minimal 1 meter antara satu pasien dengan yang lainnya
j. Perlindungan Kesehatan Petugas
6

1) Petugas kesehatan menggunakan APD sesuai indikasi saat


memberikan pelayanan yang berisiko terjadi paparan
2) Petugas kesehatan saat melaksanakan tugas segera
melakukan kebersihan tangan saat tiba di tempat kerja
dan tidak menggunakan asesoris
3) Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas
kesehatan terutama pada area risiko tinggi.
4) Tersedia kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan
jarum/benda tajam bekas pakai pasien.
1.2 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Kewaspadaan berdasarkan transmisi adalah sebagai berikut:
a. Kewaspadaan Transmisi Kontak
b. Kewaspasdaan Transmisi Droplet
c. Kewaspadaan Transmisi Udara (Airborne)
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan Penerapan
BUNDLES HAIs dan PPI pada Penggunaan Peralatan lainnya
2.1Penerapan Bundles HAIs
Penerapan Bundles HAIs meliputi:
a. Bundles ISK/CAUTI
b. Bundles Peripheral Line Associated Blood Stream Infection
(PLABSI)
c. Bundles Infeksi Daerah Operasi (IDO)
2.2 PPI pada Penggunaan Peralatan Kesehatana lainnya
PPI pada Penggunaan Peralatan Kesehatana lainnya, meliput:
a. PPI pada pemberian alat bantu pernapasan (Oksigen
Nasal)
b. PPI pada pemberian terapi inhalasi (Nebulizer)
c. PPI pada perawatan luka
3. Penggunaan Antimikroba Yang Bijak
3.1 Klasifikasi Antibiotik berdasarkan WHO
a. Kelompok Acces
b. Kelompok Watch
c. Kelompok Reserve
3.2 Penggunaan Antimikroba berdasarkan infeksi
a. Antibiotik Terapi
1) Antibiotik Terapi Empiris
2) Antibiotik Terapi Definitif
7

b. Antibiotik Profilaksis

4. Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dan pelatihan PPI untuk meningkatkan kompetensi
bagi semua petugas di Puskesmas. Peningkatan kompetensi dapat
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, in house training,
workshop, sosialisasi yang sesuai dengan peran, fungsi dan
tanggung jawab masing-masing.
5. Surveilans
Sasaran Surveilans dalam kebijakan ini difokuskan pada kejadian
HAIs yang berhubungan erat dengan proses pelayanan medis dan
keperawatan di Puskesmas Sitanggal yang meliputi: Infeksi
Saluran Kemih (ISK), Plebitis, Infeksi Daerah Operasi (IDO), Abses
gigi dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Penjelasan lengkap dari kebijakan program PPI ini akan
dituangkan dalam Pedoman/Panduan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Puskesmas Sitanggal.

B. INDIKATOR PROGRAM PPI


NO INDIKATOR TARGET
1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) < 7,5 0/00
2 Plebitis < 5 0/00
3 IDO (Infeksi Daerah Operasi) <2%
4 Abses Gigi <2%
5 KIPI <2%

C. KAMUS INDIKATOR
Profil indikator dari masing-masing indikator PPI di Puskesmas
Sitanggal adalah sebagai berikut:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Judul Indikator INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
8

Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


3. Pedoman Teknis dari Kemenkes tentang
Pedoman Teknis Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di FKTP
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efesien
Tujuan 1. Untuk mengukur adanya kejadian ISK di
Puskesmas
2. Menjamin keselamatan pasien yang
terpasang alat kesehatan untuk
mengurangi risiko infeksi.
Definis 1. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi
Operasional yang terjadi akibat penggunaan urine
kateter menetap (indwelling catheter) > 2
hari kalender
2. Ditemukan setidaknya satu dari tanda
atau gejala klinis sebagai berikut:
 Demam (>38,00C)
 Nyeri tekan suprapubik
 Nyeri atau nyeri pada sudut kosto-
vertebralis
 Urgensi kemih
 Frekuensi kencing
 Disuria
3. Terdapat hasil test diagnostik
 Test carik celup (dipstick) positif
untuk lekosit esterase dan atau nitrit
 Piuria (terdapat lebih dari 10 lekosit
per ml atau terdapat 3 lekosit per
lapangan pandangan besar
(mikroskop kekuatan tinggi/1000 kali
dari urine tanpa dilakukan
sentrifugasi)
 Ditemukan kuman dengan
pewarnaan gram dari urine yang
tidak disentrifugasi
 Dokter mendiagnosis sebagai ISK dan
9

memberikan terapi yang sesuai untuk


ISK.
Jenis Indikator Output
Satuan Per Mill (0/00)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK)
(Pembilang)
Denumerator Jumlah lama hari pemakaian kateter urine
(Penyebut) menetap
Target < 7,5 0/00
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dipasang kateter
di Puskesmas Sitanggal lebih dari 2
hari kalender
Kriteria Eksklusi:
 Pasien yang dipasang kateter urine di
FKTP lain
 Pasien yang dipasang urin menetap
di Puskesmas Sitanggal kurang dari 2
hari kalender
Formula Jumlah pasien ISK
X 1000
Jumlah lama hari pemakaian
kateter urine menetap
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data primer dan skunder
Instrument Observasi langsung atau data
pengambilan
data
Besar sampel Semua pasien yang terpasang kateter urine
menetap selama 2 hari kalender
Frekuensi Harian
Pengumpulan
10

Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisa Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data  Tabel
 Grafik
Penanggung Koordinator PPI
jawab

2. Plebitis
Judul Indikator PLEBITIS
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Pedoman Teknis dari Kemenkes tentang
Pedoman Teknis Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di FKTP
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efesien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian Plebitis akibat penggunaan
kateter perifer line (infus)
2. Menjamin keselamatan pasien yang
terpasang alat infus untuk mengurangi
risiko infeksi.
Definis Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan
Operasional adanya infeksi pada daerah lokal tusukan
infus ditemukan tanda-tanda merah seperti
terbakar, bengkak, sakit bila ditekan. Ulkus
sampai eksudat purulen atau mengeluarkan
cairan disebabkan baik oleh iritasi kimia
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi terapi intravena.
Jenis Indikator Output
Satuan Per Mill (0/00)
11

Pengukuran
Numerator Jumlah kasus pasien Plebitis
(Pembilang)
Denumerator Jumlah hari terpasang kateter intravena
(Penyebut) perifer menetap
Target < 5 0/00
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang terpasang
intravena perifer menetap
Kriteria Eksklusi:
 Tidak ada
Formula Jumlah kasus pasien Plebitis
X 1000
Jumlah hari terpasang
kateter intravena perifer
menetap
Desain Prospectif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data primer
Instrument Lembar Observasi
pengambilan
data
Besar sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter
intravena perifer menetap
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisa Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data  Tabel
 Grafik
Penanggung Koordinator PPI
12

jawab

3. Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Judul Indikator INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Pedoman Teknis dari Kemenkes tentang
Pedoman Teknis Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di FKTP
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efesien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO)
superficial-superficial incision.
2. Untuk menjamin keselamatan pasien
yang terpasang alat kesehatan untuk
mengurangi risiko IDO.
Definis Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site
Operasional Infection (SSI) adalah infeksi yang terjadi
pasca operasi dalam kurun waktu 30 hari dan
infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan
jaringan subkutan pada tempat insisi dengan
setidaknya ditemukan salah satu tanda
sebagai berikut:
 Gejala Infeksi: kemerahan, panas,
bengkak, nyeri, fungsi faesa
terganggu
 Cairan purulen
 Ditemukan kuman dari cairan atau
tanda dari jaringan superfisial
Jenis Indikator Output
Satuan Persen(%)
Pengukuran
13

Numerator Jumlah kasus IDO


(Pembilang)
Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan operasi
(Penyebut) Superficial Incision
Target <2%
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dilakukan operasi
Superficial Incision
 Pasien teridentifikasi IDO pasca
operasi Superficial Incision di
Puskesmas Sitanggal
Kriteria Eksklusi:
 Pasien dilakukan tindakan operasi
Superficial Incision di fasilitas
kesehatan lain.
Formula Jumlah kasus IDO
X 100
Jumlah pasien dilakukan
operasi Superficial Incision
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data primer dan skunder
Instrument Lembar Observasi
pengambilan
data
Besar sampel Total Populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisa Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data  Tabel
14

 Grafik
Penanggung Koordinator PPI
jawab

4. Abses Gigi
Judul Indikator ABSES GIGI
Dasar Pemikiran 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi
terbesar masalah gigi adalah gigi rusak/
berlubang/ sakit (45,3%), masalah
kesehatan mulut yang mayoritas
dialami penduduk Indonesia adalah
gusi bengkak (abses) 14%
2. KMK 62 tahun 2015
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efesien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAis pada angka
kejadian infeksi pasca tindakan
pelayanan gigi yang terjadi abses.
2. Menjamin keselamatan pasien yang
dilakukan pelayanan gigi.
Definis Terbentuknya kantung atau benjolan berisi
Operasional nanah pada gigi, disebabkan oleh infeksi
bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar
akar gigi maupun di gusi ditandai dengan
demam, gusi bengkak, rasa sakit saat
mengunyah dan mengigit, sakit gigi
menyebar ke telinga, rahang, dan leher, bau
mulut, kemerahan dan pembengkakan pada
wajah. Abses gigi menjadi indikator
surveilans pada kasus sesuai kriteria HAis
(tindakan pelayanan gigi sebelumnya tidak
ditemukan tanda tanda abses).
Jenis Indikator Output
Satuan Persen(%)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus Abses gigi
15

(Pembilang)

Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan operasi


(Penyebut) Superficial Incision pada area gigi dan jaringan
periodontal.
Target <2%
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dilakukan
tindakan pada area gigi dan jaringan
periodontal akibat tindakan
Superficial Incision
 Semua pasien teridentifikasi abses
gigi
Kriteria Eksklusi:

 Pasien sudah terjadi abes gigi


sebelum tindakan gigi dilakukan

 Pasien yang dilakukan tindakan


pada area gigi dan
iarinqan periodontal di FKTP lain
Formula Jumlah kasus abses gigi
X 100
Jumlah pasien dilakukan
tindakan Superficial Incision
pada area gigi dan jaringan
periodontal
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data primer dan skunder
Instrument Lembar Observasi langsung
pengambilan
data
Besar sampel Total Populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
16

Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisa Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data  Tabel
 Grafik
Penanggung Koordinator PPI
jawab

3. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Judul Indikator Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Pedoman Teknis dari Kemenkes tentang
Pedoman Teknis Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di FKTP
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efesien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian infeksi pasca tindakan
pelayanan imunisasi.
2. Menjamin keselamatan pasien untuk
mengurangi terjadinya KIPI.
Definis lnfeksi yang terjadi setelah tindakan
Operasional imunisasi yang diberikan secara
penyuntikan, dimana ditemukan tanda
tanda infeksi antara lain:
Gejala KIPI Ringan
• Nyeri
• Kemerahan dan bengkak di daerah
tubuh yang mengalami injeksi pasca
imunisasi
• Gatal
17

• Demam
• Sakit kepala
• Lemas
Gejala KIPI Berat
• Alergi berat
• Jumlah trombosit menurun
• Kejang
Hipotonia atau sindrom bayi lemas. Bayi yang
mengalami akan terlihat lemas dan tak
berdaya
Jenis Indikator Output
Satuan Persen(%)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus KIPI
(Pembilang)
Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan imunisasi
(Penyebut)
Target <2%
Pencapaian
Kriteria Kriteria Inklusi:

 Semua pasien teridentifikasi KIPI yang


telah mendapat imunisasi di Puskesmas
Sitanggal tersebut
Kriteria Eksklusi:
 Pasien vanq diberikan imunisasi di FKTP

lain
Formula Jumlah kasus KIPI
X 100
Jumlah pasien dilakukan
tindakan imunisasi
Desain Prospectif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data primer dan skunder
Instrument Formulir Pelaporan KIPI
pengambilan
18

data
Besar sampel Semua pasien yang dilakukan tindakan
imunisasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisa Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data  Tabel
 Grafik
Penanggung Koordinator PPI
jawab

Ditetapkan di Sitanggal
pada tanggal 2 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS SITANGGAL,

PRAWOTO

Anda mungkin juga menyukai