PENDAHULUAN
1
yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi serta dapat
melindungi masyarakat dan mewujudkan patient safety yang pada akhirnya juga
akan berdampak pada efisiensi pada manajemen dan peningkatan kualitas
pelayanan.
1.2 TUJUAN
Buku pedoman pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di UPT Puskesmas Kebonsari ini dibuat sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan
PPI di seluruh unit pelayanan agar terstandar.
1.3 SASARAN
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan semua petugas di UPT
Puskesmas Kebonsari baik petugas medis maupun non medis mampu
melaksanakan program PPI sesuai standar yang telah ditetapkan
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
SUDAH/BELUM
KEDUDUKAN NAMA KUALIFIKASI
MENGIKUTI
DALAM TIM PENDIDIKAN
PELATIHAN PPI
D3 Analis
KETUA Ajis Pujianto, A.Md. Kes Sudah
kesehatan
S1 Kedokteran
SEKRETARIS drg. Rury Edwindasari Sudah
Gigi
D3
ANGGOTA 1. Yeni Susilowati, A.Md. Kep Sudah
Keperawatan
S1
2. Nuril Istiqomah, S.Kep.Ners Sudah
Keperawatan
3. Luluk Choiriyah, A.Md, KL D3 Kesling Belum
S1 Kedokteran
4. dr. Asmaul Husna Belum
Umum
5. Muntamah SMA Belum
Jumlah 7 orang
B. Distribusi Ketenagaan
Tim PPI berjumlah 7 orang sesuai dengan struktur organisasinya.Tim PPI terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim yang terdiri dari masing-masing unit terkait yang
berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.
3
C. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN PPI
TAHUN 2019
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sosialisasi keg. PPI ke tenaga medis : sosialisasi x
cuci tangan efektif, sosialisasi penggunaan APD,
sosialisasi menyuntik aman, sosialisasi etika
batuk, sosialisasi sterilisasi alat.
2 Sosialisasi keg. PPI ke tenaga non medis : x
sosialisasi cuci tangan efektif, sosialisasi
penggunaan APD, sosialisasi etika batuk,
Sosialisasi pengelolaan cairan tubuh pasien,
Sosialisasi pengelolaan sampah medis/non
medis, limbah B3, Residu ( Koordinasi dg Tim
Kesling )
3 Monitoring Keg. PPI : Pelaporan Keg. Audit
(mengikuti jadwal audit internal), pelaporan keg
Surveilance (jika ada kasus )
7 Monev kegiatan PPI melalui ICRA
4
Hygiene
Kampanye Hand Hygiene untuk semua
pasien dan keluarga
b) Pemenuhan kebutuhan APD di semua ruang
pelayanan perawatan pasien dan sosialisasi
cara memakai dan menggunakan serta indikasi
penggunaannya
Bekerja sama dengan bagian umumdan
farmasi dalam pengadaan APD
Tim PPI mengadakan pelatihan cara
penggunaan APD untuk semua perawat
sampai tenaga cleaning service.
Tim PPI membuat poster indikasi
penggunaan APD.
c) Sosialisasi perawatan peralatan pasien
dengan mengetahui cara pembersihan alat non
kritikal, semi kritikal dan kritikal.
PPI mengadakan sosialisasi cara
dekontaminasi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan cara-cara desinfeksi
dan sterilisasi untuk semua alat non kritikal,
semi kritikal dan kritikal kepada Tim PPI.
d) Pemenuhan kebutuhan sarpras pengelolaan
limbah medis tajam/ non tajam dan limbah
non medis di semua ruang pelayanan
perawatan pasien.
pengadaan tempat sampah medis dan
umum di seluruh area Puskesmas
pengadaansafetybox di seluruh area
5
pelayanan perawatan pasien di Puskesmas.
7
8
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH
Tidak ada
B. STANDAR FASILITAS
Jumlah
No Jenis Peralatan Rawat Inap STANDAR yang
ada
A APD Sesuai
Kebutuhan
1. Masker
2. Sarung tangan
- Steril
- Non Steril
- Rumah tangga
- N95
Google
Perisai
Kap penutup kepala
Apron
Sandal tertutup/sepatu booth
Laborat, Rajal, Ranap,
B Spill Kit PONED
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
KEWASPADAAN STANDAR
1. HAND HYGIENE/KEBERSIHAN TANGAN
Selain air mengalir ada 2 jenis bahan pencuci tangan yang dibutuhkan,
yaitu: sabun ataudeterjen dan larutan antiseptic
1) Sabun dan deterjen
2) Larutan Antiseptik
10
Indikasi Kebersihan Tangan
Berdasarkan pedoman WHO (2009), direkomendasikan 5 saat penting
wajib menjalankan kebePuskesmasihan tangan di ruang perawatan,
diperkenaikan sebagai “Five moments for hand hygiene”.
11
Prosedur mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir :
12
Prosedur kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
13
2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
a) UMUM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:
1) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan
infeksius.
2) APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
3) Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari
resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan
selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
14
2) Masker
15
Gambar 7.Langkah-langkah menggunakan respirator
16
3) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Indikasi penggunaan gaun pelindung
Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau
kontaminasi pada pakaian petugas, seperti:
a. Membersihkan luka
b. Tindakan drainase
c. Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan atau
WC/toilet
d. Menangani pasien perdarahan masif
e. Tindakan bedah
f. Perawatan gigi
17
Gambar 9. Penutup Wajah
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup
seluruh permukaan kaki.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
- Penanganan pemulasaraan jenazah
- Penanganan limbah
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan Tindakan persalinan
- Penanganan linen
- Pencucian peralatan di ruang gizi
- Ruang dekontaminasi CSSD
18
Gambar 11. Sepatu Pelindung
6) Topi pelindung
19
Gambar 15. Melepaskan GoggleatauPerisaiWajah
3) Melepas Gaun Pelindung
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Memandikan pasien Tidak, kecuali Tidak Tidak Tidak Tidak
kulit tidak
utuh
Vulva / penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah vena Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka mayor Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
20
Kacamata
Sarung Gaun/
Jenis tindakan Masker / penutup Topi
tangan Celemek
wajah
Perawatan luka minor Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka Ya (steril) Ya Tidak Tidak Tidak
infeksius
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
penyuntikan
Memasang infus Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang dawer Ya (steril) Tidak Tidak Tidak Tidak
catheter
Membersihkan ruang Ya (sarung Tidak Tidak Tidak Tidak
perawatan tangan RT)
Membersihkan Ya (sarung Ya Ya Ya Tidak
peralatan habis pakai tangan RT)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan EKG Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Mengganti infus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Memberikan diit per Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
oral
Mengantar spesimen Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ke laboratorium
Mengganti linen tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Mengganti linen Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Memberi tetes mata Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Irigasi mata Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
21
NO. TINGKAT RISIKO PENGELOLAAN ALAT
1. Risiko Tinggi (critical) adalah alat Sterilisasi atau menggunakan
yang digunakan menembus kulit alat steril sekali pakai
atau rongga tubuh atau pembuluh (disposable)
darah
2. Risiko sedang (semi critical) Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
adalah alat yang digunakan pada
mukosa atau kulit yang tidak utuh
3. Risiko rendah (non critical) Disinfeksi tingkat rendah atau
adalah alat yang digunakan pada cuci bersih
kulit yang utuh/ pada permukaan
kulit
22
Keterangan Alur:
23
c. Indikator mekanik yaitu dengan mencatat kondisi suhu, waktu dan tekanan
selama proses.
d. Bowie Dick Test dilakukan setiap 1 (satu) kali sebulan sebelum mesin
autoclave dengan vakum
e. Indikator biologi, dilakukan minimal 2 (dua) minggu sekali tiap mesin
autoclave steam,
6) Penyimpanan:
Alat kesehatan/instrumen, bahan habis pakai (BHP), serta linen medis yang telah
disterilkan disimpan di ruang steril. Penyimpanan di unit pelayanan minimal di
tempat/ruang yang jauh dari lalu lintas utama atau pada kotak/almari yang bersih
dan kering serta mudah dilakukan disinfeksi.
8) Penggunaan :
Sebelum penggunaan alat/instrumen/bahan yang disteril, pastikan bahwa :
- Kemasan dalam kondisi baik (tidak rusak, kering dan belum terbuka);
4. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
24
Kebersihan Ruang di lingkungan puskesmas merupakan tindakan
pembersihan secara seksama yang dilakukan teratur meliputi :
- Pembersihan dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan,
misalnya:tepi tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang
pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
- Pengepelan lantai meliputi seluruh permukaan dengan disinfektan standar
PUSKESMAS setiap hari mimimal 2 kali/hari
- Pembersihan sekat/gordyn pembatas antar pasien dilakukan minimal setiap 3
bulan (bahan gordyn dipilih yang mudah dibersihkan dan tidak bergelombang)
- Pembersihan kamar mandi/WC/wastafel dilakukan setiap hari atau sewaktu-
waktu diperlukan dengan disinfektan sesuai standar.
- Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 (satu) bulan atau sesuai dengan
kondisi hunian ruangan.
25
Limbah medis secara garis besar dapat dibedakan berdasarkan pada kondisi
fisiknya yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat atau sampah yang
dihasilkan dari aktivitas dalam Puskesmas menurut PP no 85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, termasuk kategori limbah
infeksius.
1. LIMBAH PADAT MEDIS
a. Sampah Medis
Menurut Depkes RI, limbah klinis berupa berbagai jenis buangan yang
dihasilkan di Puskesmas dan unit-unit pelayanan kesehatan seperti
pelayanan medis, perawatan gigi, farmasi atau sejenis serta limbah yang
dihasilkan Puskesmas pada saat dilakukan perawatan, pengobatan .
Harus tertutup
Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
Bersih dan dicuci setiap hari
Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Untuk membedakan dengan Sampah Umum / Domestik, maka
Sampah Medis dimasukkan ke dalam tong sampah yang didalamnya telah
dilengkapi plastik kresek warna kuning, dan ini telah disediakan
PuskesmasKebonagung. Selanjutnya dikirim ke insenerator untuk dilakukan
proses pembakaran.
b. Sampah Non-Medis
26
Sampah non-medis adalah timbunan limbah padat pada Puskesmas
yang tidak termasuk dalam golongan sampah medis. Sampah non-medis
biasanya berupa sampah domestik seperti timbunan sampah lain pada
umumnya (sampah umum / domestik).
Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan kesepakatan bersama di UPT
PuskemasKebonagung untuk Sampah Umum / Domestik dibedakan
menjadi 2 besar, yaitu :
Sampah Umum Basah / Sampah Organik, terdiri dari sisa makanan, dll.
Sampah Umum Kering / Sampah Anorganik, terdiri dari kertas, plastik,
dll.
Untuk membedakan dengan Sampah Medis, maka Sampah Umum /
Domestik dimasukkan ke dalam tong sampah dengan plastik kresek warna
hitam sesuai tulisan sampah basah atau sampah kering, dan ini telah
disediakan Puskesmas Kebonagung. Pengolahan Limbah
− Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.
− Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
− Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator.
− Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah
spoelhoek).
27
Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
Ditangani bersama limbah medis
a. Sumber Limbah
28
Secara umum limbah Cair Medis dari suatu kegiatan Puskesmas dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu air limbah medis yang besifat infeksius dan air
limbah domestik yang besifat non-infeksius. Sumber – sumber air limbah dari
kegiatan operasional Puskesmas antara lain:
29
g. Masukkan mop/lap basah ke dalam larutan air disinfektan
h. Ikat plastik kuning, masukkan ke dalam tempat sampah medis
i. APD dilepas, dikelola sesuai standar
j. Petugas mencuci tangan pasca penanganan tumpahan selesai
30
14 Senter Bahan plastik,Bateray 1 pcs
15 Sapu & serok Bahan plstik ukuran kecil 1 pcs
6. PENGELOLAAN LINEN
e) Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan, spoelhoek atau
toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasike dalam kantong
31
kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor
atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong
tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi.
f) Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry TERPISAH
dengan linen yang sudah bersih.
32
b. Pengiriman linen ke laundry
Linen kotor infeksius dan non infeksius dibawa ke laundry menggunakan kereta
linen kotor dengan tong / kantong linen warna kuning untuk linen infeksius,
hitam untuk non infeksius.
b. Linen yang akan dikeluarkan dihitung sesuai dengan daftar cucian yang
masuk pada hari itu kemudian menyerahkan kepada petugas pengeluaran
linen
33
7. PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS
8. PENEMPATAN PASIEN
34
berkelompok besama pasien lain dengan infeksi sejenis), penempatan dalam
ruang tunggal atau penempatan dalam ruang isolasi. Penataan ventilasi dapat
dilakukan secara alamiah atau campuran (dibantu sistem fan dan exhaust).
Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk
mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan
petugas kesehatan hanus direkomendasikan untuk selalu mematuhi etika batuk
dan kebersihan pernafasan untuk mencegah ekskresi sekret pernafasan (droplet
nuclei).
4. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun atau lakukan
alternatif cuci tangan menggunakan larutan handrub berbasis alkohol;
35
10. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada :
1. Resiko ekspos petugas
2. Kontak petugas dengan pasien
3. Karakteristik pasien Puskesmas
4. Dana Puskesmas
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau konseling.
KEWASPADAAN BERDASARKAN PENULARAN/TRANSMISI
Kewaspadan berdasarkan penularan dibutuhkan untuk memutus mata
rantai transmisi mikroba penyebab infeksi, dibuat untuk diterapkan terhadap
pasien yang diketahui atau diduga terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat
ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan
terkontaminasi. Kewaspadaan ini diterapkan sebagai tambahan terhadap
kewaspadaan standar.
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi :
a. Kontak
• Kontak langsung
• Melalui common vehicle (makanan, air, obat, peralatan)
• Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus, dll)
b. Droplet
c. Udara
36
1. Kewaspadaan transmisi kontak
Kunci Kewaspadaan Kontak :
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien
2. Gunakan sarung tangan besih, tidak perlu steril dan gaun disposable/ reusable
bilamana kontak dengan pasien infeksi kontak.
3. Lepaskan dan proses segera sarung tangan dan gaun pasca pakai perawatan
pasien infeksi kontak secara tepat (dimasukkan limbah medis dan kantong linen
infeksius). Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas sarung tangan.
4. Hindari menyentuh wajah, mata atau mulut dengan tangan yang memakai atau
tidak memakai sarung tangan sebelum melakukan kebesihan tangan
6. Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan yang terpisah atau secara kohorting
dengan pasien lain yang menderita infeksi sejenis (kontak)
7. Minimalkan kontak antar pasien dan batasi gerak pasien keluar ruang perawatan
8. Pengendalian lingkungan: pembemasihan dan dekontaminasi permukaan
lingkungan dan benda-benda terkontaminasi dengan disinfektan standar
puskesmas
2. Kewaspadaan Transmisi Droplet
Kunci Kewaspadaan Droplet:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap kali
melepas alat pelindung diri
2. Gunakan masker bedah setiap kali berada dalam jarak 1 meter dengan pasien
3. Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan yang terpisah atau secara kohorting
dengan pasien lain yang menderita infeksi sejenis, berjarak antar pasien minimal
1 meter
4. Minimalkan transportasi pasien keluar ruang perawatan
37
2. Gunakan respirator partikulat saat memasuki ruang isolasi udara, cek setiap
akan pakai (fit test)
3. Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan dengan ventilasi memadai/ruang
dengan pertukaran udara 12x/jam atau ruang bertekanan negatif (bila mungkin),
dipisahkan dan pasien lain atau ditempatkan dengan prinsip kohorting besama
pasien dengan infeksi udara sejenis
4. Batasi gerak pasien, edukasi etika batuk, pakai masker bila keluar ruang rawat
5. APD: masker bedah (untuk pasien/pengunjung, sarung tangan, gaun, apron (bila
menghadapi cairan dalam jumlah banyak)
6. Pengendalian Lingkungan
a. Cek aliran udara dengan selembar tisu, jaga pintu selalu tertutup
b. Kontrol sistem ventilasi secara teratur (tekanan negatif atau ventilasi natural)
3.2 Metode
Metode merupakan cara-cara yang dilakukan untuk terlaksanya kegiatan
PPI di UPT Puskesmas Kebonsari, dilakukan dengan cara audit,
penyampaian laporan , pertemuan.
1. Audit
Audit dilaksanakan setahun 2x sesuai jadwal pada masing-masing
unit.
2. Pelaporan
Laporan bulanan meliputi : pencatatan kegiatan PPI yaitu
kebersihan tangan, penggunaan APD, Dekontaminasi dan Sterilisasi
Alat.
Laporan Bulanan meliputi kegiatan harian yang direkap dan dilaporkan ke
IPCN
Laporan Tri Bulan dibuat untuk dilaporkan ke Tim Mutu, meliputi laporan
kegiatan PPI dalam waktu 3 bulan
38
Laporan Tahunan dibuat dan dialporkan kepada tim Mutu , meliputi
laporan kegiatan PPI selama 1 tahun
3. Rapat/pertemuan
1. Rapat Terjadwal :
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Ka PPI dengan
IPCLN di masing-masing unit setiap 3 bulan sekali , dengan agenda
rapat evaluasi triwulan kegiatan PPI.
2. Rapat Tidak Terjadwal :
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya situasional sesuai
masalah PPI yang muncul di tiap unit
3.3 Langkah Kegiatan
39
MATRIKS KERJA KEWASPADAAN STANDAR
LOKASI/ KEWASPADAAN
NO MASALAH RENCANA KEGIATAN
SASARAN STANDAR
1 2 3 5 6
BELUM SESUAI
CUCI TANGAN SOSIALISASI CUCI TANGAN YANG BENAR
SOP
40
PERLINDUNGAN
PENGUSULAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PETUGAS
KESEHATAN BELUM PERNAH
SECARA BERKALA, PENGUSULAN PEMBERIAN VAKSINASI,
PETUGAS DILAKUKAN
PEMBUATAN TATALAKSANA PAJANAN PADA PETUGAS
BELUM SESUAI
CUCI TANGAN SOSIALISASI CUCI TANGAN YANG BENAR
SOP
PENGGUNAAN BELUM SESUAI
APD SOP SOSIALISASI PENGGUNAAN APD YANG BENAR
PENGELOLAAN BELUM SESUAI
KERJASAMA DG TIM KESLING
LIMBAH SOP
PETUGAS
2 PENATALAKSANA BELUM SESUAI
NON MEDIS SOSIALISASI PENATALAKSANAAN LINEN
AN LINEN SOP
PERLINDUNGAN PENGUSULAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PETUGAS
BELUM PERNAH
KESEHATAN SECARA BERKALA, PENGUSULAN PEMBERIAN VAKSINASI,
DILAKUKAN
PETUGAS PEMBUATAN TATALAKSANA PAJANAN PADA PETUGAS
BELUM SESUAI
KIE ETIKA BATUK SOSIALISASI ETIKA BATUK YANG BENAR
SOP
41
BAB V
LOGISTIK
Alat dan bahanyang harus disediakan untuk menunjang kegiatan PPI di UPT
Puskesmas Kebosari adalah :
1. FORM – FORM :
a. Form monitoring kepatuhan Hand Hygiene
b. Form monitoring kepatuhan pemakaian APD
c. Form monitoring penatalaksanaan dekontaminasi dan sterilisasi alat
d. Form Monitoring Pengelolaan Limbah
e. Form Monitoring pemberian KIE Etika batuk
f. Buku Notulen Rapat PPI
2. Komputer
3. Printer
4. ATK : Kertas HVS, bolpoint, pensil, penghapus, tip ex, buku
1. Handrub
2. Tissue
3. Sabun Cuci Tangan
4. Spuit dan kapas alcohol
5. Safety Box
6. Spill Kit
7. dll
42
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
Target
No Indikator Unit Terkait
Pencapaian
43
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Upaya kesehatan dan keselamatan kerja ditujukan kepada seluruh karyawan baik
yang berhubungan langsung dengan pasien maupun tidak. Pelaksanaan upaya
kesehatan kerja meliputi :
a. Pemeriksaan berkala
b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada :
2. Resiko ekspose petugas
3. Kontak petugas dengan pasien
4. Karakteristik pasien Puskesmas
5. Dana Puskesmas
c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)
d. Pengobatan dan atau konseling.
44
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Hasil capaian indicator mutu ini kemudian dilaporkan ke ketua timPPI setiap
bulan untuk di analisa dan evaluasi.
45
BAB IX
PENUTUP
Demikian buku pedoman internal PPI ini disusun sebagai acuan pelayanan
kegiatan PPI di UPT Puskesmas Kebonsari dan diharapkan semua petugas di unit
pelayanan khususnya mampu melaksanakan kegiatan sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.
46
LAMPIRAN LAMPIRAN FORM_FORM DAN SOP_SOP
FORM-FORM :
47