Anda di halaman 1dari 42

MONITORING DAN EVALUASI (MONEV)

MENGGUNAKAN AUDIT& ICRA PPI

Subdit Mutu Dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer


Direktorat Mutu Dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
DEFINISI OPERASIONAL
MONITORING
Melakukan Pengawasan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai program
yang telah ditetapkan sehingga segera dilakukan perbaikan jika terjadi penyimpangan

AUDIT

Pemeriksaan terhadap sistem, keamanan dan pelaksanaan suatu kegiatan


untuk menilai kepatuhan terhadap kebijakan prosedur internal atau terhadap
standar eksternal

ICRA
suatu proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif dalam
peningkatan mutu pelayanan. ICRA merupakan kelengkapan penting
dalam menyusun perencanaan, pengembangan, pemantauan, evaluasi,
dan upaya membuat pertimbangan dari berbagai tahap dan tingkatan
risiko infeksi
PENYELESAIAN MASALAH PROGRAM PPI
AUDIT
PROGRAM
PPI

MONITORING Program
DAN EVALUASI ICRA PPI
PROGRAM PPI

SURVAILANS
HAIs
MONITORING
Monitoring pelaksanaan atau penerapan PPI di
FKTP dilaksanakan mengikuti siklus manajemen
di FKTP melalu Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian Kinerja (P3)

Tim PPI dapat mengembangkan alat bantu


monitoring berupa ceklist atau daftar tilik
monitoring pelaksanaan program PPI

S TAT U S
PELAKSA
NO K E G I ATA N
NAAN

RTL
PIC

PENYEBAB
YA TDK

VOLUME

WAKTU
1 Pelatihan 2 Maret d r. A n i t a 1…….. 1 . ,,,,,,,,
Dasar PPI orang 2021 2…….. 2……..
3…dst 3…dst
2 Sosialisasi P P I 2 Juni – Bidan
kepada kali Juli Yunita
petugas perte 2021
muan
3 Penyiapan
Kebijakan (SK
Tim,
Pedoman,
S O P, dl l)
4 Penerapan
PPI
5 Surveilan
6 Audit
7 Pelaporan
8 Dst……
AUDIT Pada PPI

TUJUAN

SASARAN Menilai adanya gap atau


Standar prosedur yang tingkat kepatuhan petugas
sudah ditetapkan yang kesehatan dibandingkan
dilaksanakan oleh seluruh dengan standar yang sudah
petugas kesehatan dalam ditetapkan oleh FKTP.
memberikan pelayanan Mengidentifikasi area yang
kesehatan termasuk sarana, perlu perbaikan dalam
prasarana pelayanan pelayanan kesehatan di FKTP
kesehatan
AUDIT
LANGKAH-LANGKAH AUDIT PADA PPI

LAKUKAN
MEMBUAT
MENYIAP PENILAIAN
RENCANA
KAN LAKUKAN DAN
AUDIT
TOOLS METODE ANALISA
SESUAI
AUDIT AUDIT HASIL
PRIORITA
AUDIT
S
MASALAH
Langkah pelaksanaan Audit

1 2 3 4 5

Tetapkan Buat Tetapkan Lakukan Buat


capaian Instrumen target perhitungan kesimpulan
target Penilaian populasi dan analisa dan langkah
Penilaian sasaran, hasil audit perbaikan
lakukan audit
Contoh Audit Kepatuhan Kebersihan Tangan 5 Moment

1 Kriteria Penilaian :
3 Formula Perhitungan
• ≦ 75 % : Kepatuhan Minimal
• 76 – 84 % : Kepatuhan Intermediate Total Jumlah Ya
• ≧ 85 % : Kepatuhan Baik X 100%
Total Jumlah Ya + Tidak
2 Instrumen Penilaian
Elements penilaian Ya Tidak NA
4 Hitung Hasil Audit
Sebelum menyentuh pasien √

Setelah menyentuh pasien √


4 X 100% = 80%
5
Sebelum tindakan aseptik √

Setelah kontak dengan cairan


5 Analisa

tubuh pasien
Kepatuhan
Setelah meninggalkan lingkungan
pasien
√ Kebersihan Tangan
pada tingkat
Total 4 1
Intermediate
Contoh: Kepatuhan Kebersihan tangan
REKOMENDASI / PENERAPAN
PERUBAHAN HASIL AUDIT
 Setelah hasil audit diumpanbalikkan  perlu kesepakatan
dgn unit terkait berdasarkan
rekomendasi untuk perbaikan
 Gunakan action plan (rencana tindakan)  kapan dan apa
 yang
Setiapakan
butirdikerjakan
temuanserta olehdidefinisikan
perlu siapa dgn jelas, siapa
penanggung jawab dan jangka waktu penyelesaian
disepakati yang
ICRA
Infection Control Risk Assessment

Sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dari infeksi di fasilitas


pelayanan kesehatan yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien,
keluarga, petugas, pengunjung dan lingkungan (JCIA,2010)

TUJUAN
1. Mengembangkan program pencegahan pengendalian Infeksi diunit terkait
berdasarkan hasil indentifikasi risiko tinggi
2. Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di FKTP.
3. Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di FKTP.
4. Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi di
seluruh area FKTP.
INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT
(ICRA)
• adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi
pasien, fasilitas dan program :
• Fokus pada pengurangan risiko dari infeksi,
• Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas, dan
• Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan,
yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak
potensial.

12
ICRA KONSTRUKSI
ICRA PROGRAM
Penilaian Risiko Pengendalian PPI
Infeksi melalui proses Kajian risiko infeksi mencakup:
multidisiplin yang berfokus 1. Risiko terkait prosedur pelayanan
pada pengurangan risiko dari 2. Risiko terkait data hasil surveilans Hais
infeksi ke pasien, dg 3. Risiko terkait data hasil audit kepatuhan
perencanaan fasilitas, desain, 4. Risiko terkait pelayanan penunjang
dan kegiatan konstruksi. 5. dan lain lain
External Internal
• Terkait KLB di • Terkait pasien
komunitas • Terkait petugas
• Terkait dengan • Terkait prosedur
bencana alam • Peralatan
• Kecelakaan • Lingkungan
massal • Pengobatan
• Sumber daya
The risk management flowchart as it is applied to HAI

Pastikan risiko teridentifikasi, dianalisa dan dilakukan tindakan


Hindari risiko

Inforrmasi yang berkaitan dg risiko harus diinformasikan kepihak terkait


-Kebijakan/Standar prosedur
-- tugas yg jelas
Communicate and consult
Identifikasi risiko

Monitor dan review


Apa penyebab terjadinya infeksi?
Bagainama cara transmisi?
Siapa saja yg berisiko?
(pasien, petugas atau lingkungan)?

Perlakuan risiko Analisa risiko


Hindari risiko Mengapa bisa terjadi
Kurangi risiko ( langkah pencegahan, (activitas, prosedur)?
ada sistem dan kontrol Hal2 apa saja yg bs meminimalkan risiko
Berapa sering terjadi/konsekuensi apa?
Evaluasi risiko
Hal2 apa saja risiko
rendah/meminimalkan risiko atau
risiko penularan (staff, pasien)? T.
Aseptik, APD dll
LANGKAH PENGKAJIAN ICRA PROGRAM

1 IDENTIFIKASI MASALAH
melihat seberapa beratnya dampak potensial dan kemungkinan seberapa sering
frekuensi munculnya risiko, identifikasi aktifitas yang dilakukan pada risiko dan
cara transmisinya

2 ANALISA RISIKO

3 PENILAIAN DAN PENENTUAN SKORING

4 PENGELOLAAN RISIKO

5. PLAN OF ACTION
 Penerapan
TINDAKAN PELAYANAN GIGI Pencegahan Infeksi BUNDLES
PERTOLONGAN PERSALINAN PPI
NEBULAZER OKSIGEN  sarana dan prasarana
PENYUNTIKAN YANG AMAN  SOP
LAPORAN HASIL SURVEILAN HAIS 
 Kondisi Lingkungan
kepatuhan terhadap
HASIL AUDIT PROGRAM PPI petugas standar
 angka kejadian Infeksi
Pemasangan infus dan imunisasi Risiko Pneumonia

Pertolongan persalinan /IDO Catheter-associated urinary tract infections


(CAUTI) /ISK
PENILAIAN PROBABILITAS
TINGKA
DESKRIPSI FREKUENSI KEJADIAN
T
RISIKO

0-5% extremely unlikely or virtually impossible.


1 Very low
Hampir tidak mungkin terjadi (terjadi dalam lebih dari 5 tahun).

Jarang (frekuensi 1-2 x/tahun), Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi
2 low
(terjadi dalam jangka waktu 2-5 tahun).

31-70% fairly likely to occur


3 Medium Kadang (frekuensi 3-4 x/tahun). Mungkin terjadi/ bisa terjadi (dapat terjadi
tiap 1-2 tahun).

Agak sering (frekuensi 4-6 x/tahun),


4 High
Sangat mungkin terjadi (terjadi setiap bulan/beberapa kali dalam setahun).

Sering (frekuensi > 6 x/tahun), Hampir pasti


5 Very high
akan terjadi (terjadi dalam minggu/bulan).
PENILAIAN DAMPAK

TINGKAT RISIKO DESKRIPSI DAMPAK

1 Minimal Klinis Tidak ada Cedera.

Cedera ringan, misalnya lecet, dapat


2 Moderate klinis
diatasi dengan P3K.
Cedera sedang (luka robek), berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/ psikologis atau intelekteual tidak
berhubungan dengan penyakitnya dan Setiap kasus akan
Lama hari rawat panjang
3 memperpanjang hari
perawatan

Cedera luas/berat (cacat atau lumpuh), kehilangan fungsi


Kehilangan fungsi tubuh
motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual ) tidak
4 sementara
berhubungan dengan penyakit
Kematian yang tidak berhubungan dengan
5 Katastropik
perjalanan penyakit
PENILAIAN SISTEM

SISTEM, PERATURAN DAN


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
PELAKSANAAN

1 Solid Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak Selalu


2 Good
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Ada, Tidak


3 Fair
Dilaksanakan

Peraturan Ada, Fasilititas Tidak Ada, Tidak


4 Poor
Dilaksanakan

5 None Tidak Ada Peraturan


3. Penilaian dan Penentuan
Skor
Menyusun skor jumlah

Probability, Impact, Current Systems

score for probability :


3 score dampak : 2
sistem berkelanjutan : 4

total score 3X2X4 =24

Program prioritas berdasarkan nilai


terbesar
EVALUASI RISIKO

1. Rangking masalah
2. Prioritas masalah
• Risk Matrix Grading
3. dikeluarkan (setelah
Analisa manfaat biaya yang
diranking, biaya unt • FISH BONE
mengurangi resiko • Root Cause Analysis
dibandingkan dengan biaya ( RCA )
kalau terjadi resiko)
4. Pastikan risiko yang
ditimbulkan bisa diterima 24
atau tidak
⦿ Peralatan Kritikal, semi kritikal,non
kritikal masih belum terpisahkan
pada saat pelayanan
⦿ Petugas Menggunakan APD
belum sesuai standar pelayanan
⦿ Tempat pencucian alat kesehatan
masih di tempat wastafel cuci tangan
⦿ Kebersihan lingkungan : Meja, Lampu
dll
⦿ Air kumur yang digunakan
belum sesuai ketentuan
PELAYANAN
POTENSIAL GIGI
PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKO Prioritas
RIKS/ R
PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Peralatan Kritikal, semi 3 3 2 18 III


kritikal,non kritikal belum
lengkap
Petugas Menggunakan 4 2 1 8 IV
APD sesuai tidak
indikasi
Tempat pencucian 5 2 5 50 I
alat kesehatan masih
di ruang pelayanan
gigi
Kebersihan 3 3 2 18 III
lingkungan : Meja,
Lampu belum rutin
Air kumur yang 5 3 5 75 II
digunakan masih
air kran
⦿ Petugas menggunakan APD belum
sesuai standar
⦿ Peralatan yg digunakan kategori
Kritikal, Semi kritikal, non
kritikal belum sesuai standar
⦿ Lingkungan ruangan tindakan
persalinan masih banyak
barang yang tidak tertata dan
akan menyadi penyebab
kontaminasi
⦿ tidak tersedia lemari tempat
penyimpanan peralatan
steril
PELAYANAN
POTENSIAL RIKS/ PROBABILITY IMPACT CURRENT SYSTEM SKO Prioritas
PROBLEM PERSALINAN R
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Petugas menggunakan
APD belum sesuai
standar
Peralatan yg digunakan
kategori Kritikal, Semi
kritikal, non kritikal belum
sesuai standar
Lingkungan ruangan
tindakan persalinan masih
banyak barang yang
tidak tertata dan akan

Kebersihan
lingkungan : Meja,
Lampu belum
dialkukan rutin
tidak tersedia lemari
tempat penyimpanan
peralatan steril
CONTOH KASUS ICRA HASIL SURVEILAN:
Hasil data surveilans di ruang VK ditemukan 2 orang pasien post partum dengan tindakan episiotomi terjadi infeksi daerah insisi,
tampak merah dan bengkak serta pasien mengeluh nyeri terutama saat akan BAK dan sudah kontrol ke poli umum berulang data
tersebut sudah dicatat sebagai insident rate infeksi daerah operasi (IDO), SOP pertolongan pasien persalinan dengan tindakan
episiotomi sudah ada, peralatan steril masih diragukan karena saat melakukan sterilisasi menggunakan bengkok terbuka saat
dimasukan kedalam autoclave, petugas tidak menggunakan APD sesuai standar

Probabilty Dampak Sistim

No Uraian

Score

Rangking risiko
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 IDO EPISIOTOMI 2 3 3 18
PROGRESS /
ANALISIS
EVALUASI
5. Membuat plan of action (rencana kegiatan)

STRATEGI

TUJUAN KHUSUS

TUJUAN UMUM

PRIORITAS

SKOR

POTENSIAL
RISIKO/MASALA
H

JNS KELOMPOK
RISIKO

NO
ICRA KONSTRUKSI
LANGKAH-LANGKAH ICRAKONSTRUKSI
• PRE RENOVASI
o Rapat Tim Multidispilin
o Penetapan & rencana tidakan konstruksi bangunan
 Identifikasi type dan jenis konstruksi
 Identifikasi kelompok risiko
 Membuat Matrix penilaian risiko
 Perencanaan tindakan PPI sesuai hasilpenilaian
• SELAMA RENOVASI
o Pengawasan mengunakan Format Audit
o Monitoring tindakan perbaikan atas rekomendasi usulan
perbaikan
• SETELAH RENOVASI
o Pengawasan hasil limbah pekerjaan
o Menetapkan penilaian kelayakan bangunan sesuai penilaian risiko
infeksi
Menentukan Tipe Konstruksi/Renovasi Bangunan Berdasarkan
Tingkat Risiko
1. Type A :
kegiatan renovasi/konstruksi dengan risiko rendah misalnya pemindahan plafon.
2. Type B :
kegiatan renovasi skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu minimal misalnya pemotongan
dinding plafon dimana penyebaran debu dapat dikontrol.
3. Type C :
kegiatan pembongkaran gedung dan renovasi gedung yang menghasilkan debu yang banyak
dan tinggi misalnya konstruksi pembongkaran dan pembangunan dinding baru.
4. Type D :
kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran gedung dengan skala
besar
misal konstruksi baru atau pembangunan gedung baru.
Langkah Ke-2:
Identifikasi Kelompok Risiko
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG TINGGI SANGAT TINGGI
- Area kantor • Laundry - UGD - Terapi Radiasi
• Cafeteria - Radiology - Area klinis
• Dietary - Recovery Rooms - Pharmacy Admixture
- Ruang Maternitas / VK - Ruang bersih
- Manajemen Material
-Laboratorium - Kamar bayi - Kamar Operasi

- Koridor Umum (yang


- Perawatan anak - CSSD
dilewati pasien, suplai, - Lab Microbiologi - Kateterisasi Jantung
dan linen) - Farmasi - Kamar prosedur
- Pelayanan gigi invasif pasien
rawat jalan
- Newborn Intensive
Care Unit (NICU)
- Intensive Care Unit
Langkah Ke-3 :
Menentukan Level/Kelas ICRA
Renovasi
Ditentukan berdasarkan tabel matrix antara Tipe Aktivitas Konstruksi dan
Kelompok Risiko Pasien

Level TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


risiko
konstruksi
Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Note : Persetujuan pengendalian infeksi akan diperlukan ketika aktivitasi kontruksi dan
tingkat
risiko berada pada kelas 3 dan kelas 4
Contoh :
Penilaian Risiko Renovasi
Level TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
risiko
konstruksi

Rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Sedang Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Sangat Tinggi Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

Class of Precautions
Langkah-langkah Intervensi PPI
Ditentukan Berdasarkan Kelas
Risiko Berdasarkan Type Kelas I, sbb:
• Lakukan pekerjaan dengan metode meminimalkan debu
Konstruksi • Pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai

Kelas II, sbb:


• menyediakan sarana penghalang penyebaran debu ke udara
KELOMPOK TYPE KONSTRUKSI • Memberikan kabut air pada permukaan lingkungan kerja untuk menghalangi dan
mengendalikan debu selama proyek konstruksi berlangsung
PASIEN • Melakukan pembersihan lingkungan kerja segera lakukan setelah pekerjaan selesai
BERISIKO TYPE TYPE TYPE TYPE
A B C D Kelas III, sbb:
• Membuat penghalang debu dengan menutup area masuknya debu (melakban pintu)
• Menutup ventilasi udara
• Menutup sistim heating ventilation air conditioning (HVAC)
• Limbah konstruksi ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan segera dibuang dan
RENDAH I II II III/IV dilakukan pembersihan
• Setelah selesai pekerjaan semua debu di bersihkan dari seluruh permukaan

Kelas IV, sbb:


SEDANG I II III IV • Buat pembatas area kerja harus dipasang sampai proyek selesai dan dibersihkan
• Menutup jendela di area yang menampung pasien yang dinilai rentan untuk diminimalkan
masuknya spora jamur yang dihasilkan oleh pekerjaan bangunan di dekatnya.
TINGGI I II III/IV IV • Jika penyedot debu digunakan, pastikan mereka memiliki filter efisiensi tinggi pada
udara yang habis.
• Mengisolasikan sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi sistem saluran
SANGAT • Mengangkut puing-puing dalam kantong atau wadah tertutup dengan tutup yang rapat, atau
II III/IV III/IV IV menutupi puing dengan kain basah.
TINGGI • Jangan mengangkut puing-puing melalui area perawatan pasien tetapi melalui pintu
keluar yang berbeda.
Izin No:
Lokasi konstruksi: Tanggal mulai proyek:
Koordinator Proyek: Perkiraan durasi:
Pekerjaan konstruksi: Tanggal kadaluarsa:
Supervisor: Telephone:
Ya Tidak AKTIFITAS KONSTRUKSI Ya Tidak KELOMPOK BERISIKO
TIPE A: Inspeksi, aktifitas non invasif Kelompok 1: Risiko rendah
TIPE B: Skala kecil, durasi pendek, tingkat sedang – Kelompok 2: Risiko sedang
tinggi
TIPE C: Kegiatan yang menghasilkan debu tingkat Kelompok 3: Risiko tinggi
sedang sampai tinggi, membutuhkan waktu penyelesaian
lebih dari 1 shift.
TIPE D: Kegiatan konstruksi level tinggi. Membutuhkan Kelompok 4: Risiko sangat tinggi
waktu penyelesaian yang panjang.
1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu 3. Pembongkaran minor untuk perombakan
KELAS I minimal. ulang
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk
pemeriksaan visual
1. Menyediakan sarana aktif (peralatan lengkap) untuk 6. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
KELAS II mencegah penyebaran debu ke udara. tertutup rapat sebelum dibuang.
2. Memberikan kabut air pada permukaan kerja untuk 7. Lakukan pengepelan basah dan/atau vakum dengan

SURAT IJIN KERJA PPI


mengendalikan debu saat proses pemotongan. HEPA filter sebelum meninggalkan area kerja.
3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban. 8. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan
4. Menutup ventilasi udara. keluar area kerja
5. Bersihkan permukaan kerja 9. Isolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan
dengan pembersih/disinfektan. sedang dilakukan, rapikan kembali setelah

(ICRA) &
pekerjaan selesai.
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 6. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
KELAS III konstruksi dimulai 7. Lakukan pengepelan basah
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk dengan pembersih/disinfektan
mencegah kontaminasi pada sistem saluran. 8. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas

PENGAWASAN
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk 9. Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
tertutup rapat sebelum dibuang.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam area kerja 10. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
11. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem

SELAMA KONSTRUKSI
dengan menggunakan unit penyaringan udara
HEPA. HVAC.
5. Pembatas area kerja harus tetap dipasang sampai
Tanggal
proyek selesai diperiksa oleh Komite K3, KPPI, dan
dilakukan pembersihan oleh petugas kebersihan.
Paraf
1. Memperoleh perizinan dari KPPI sebelum kegiatan 7. Semua personil yang memasuki area kerja
KELAS IV konstruksi dimulai diwajibkan untuk memakai penutup sepatu. Sepatu
2. Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk harus diganti setiap kali keluar dari area
mencegah kontaminasi sistem saluran. kerja.Pembatas area kerja harus tetap dipasang
3. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite K3,
kontrol kubus (menutup area kerja dengan plastik KPPI, dan dilakukan pembersihan oleh petugas
dan menyegel dengan vakum HEPA untuk kebersihan.
menyedot debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. 8. Vakum area kerja dengan penyaring HEPA.
4. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja 9. Lakukan pengepelan basah
dengan menggunakan unit penyaringan udara dengan pembersih/disinfektan.
HEPA. 10. Lakukan pembongkaran bahan-bahan pembatas
5. Menyegel lubang, pipa, dan saluran. area kerja dengan hati-hati untuk meminimalkan
6. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel penyebaran kotoran dan puing-puing konstruksi.
untuk melewati ruangan ini sehingga mereka dapat Letakkan limbah kontruksi dalam wadah yang
11.
disedot menggunakan vacuum cleaner HEPA tertutup rapat sebelum dibuang.
sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Tanggal 12. Setelah pekerjaan selesai, rapikan kembali sistem
bisa memakai pakaian kerja yang lepas setiap kali 13.
mereka meninggalkan tempat kerja. HVAC.
Paraf

Persyaratan tambahan:
⦿ PRAKTEK KERJA • Engineering Controls
AMAN
• Briefing keamanan harian • Kontrol ventilasi dan
• Vacuum dan penghisap lingkungan
debu lokal • Buat lingkungan dengan
• Kontrol lalu lintas tekanan negatif
pembersihan puing puing • Barriers systems
⦿ Pembersihan peralatan • Kontrol debu dan puing
& lingkungan • Pengawasan resiko
• Pembersihan lokasi
kontaminasi
pekerjaan
• Monitoring rutin
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai