PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga
menjalar ke dentin (tulang gigi). Penyebab karies adalah adanya bakteri Streptococcusmutans
dan lactobacili. Faktor-faktor yang menyebabkan karies gigi adalah permukaan gigi, bakteri
kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, waktu dan tingkat kebersihan
mulut. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk, lingkungan,
pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi, misalnya
pengetahuan mengenai jenis makanan dan minuman yang menyebabkan timbulnya karies gigi
pada anak-anak tersebut. Sebagian besar anak-anak sangat suka mengkonsumsi makanan-
makanan kariogenik karena rasanya manis, lengket serta warna yang menarik, Padahal terlalu
sering mengkonsumsi makanan kariogenik akan memicu terbentuknya karies gigi. Selain itu,
anak-anak sering lalai dalam membersihkan gigi karena kurangnya motivasi dan kurangnya
kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia,
karena adanya masalah dalam kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh
secara menyeluruh. Kesehatan gigi penting untuk menjamin status gizi yang baik, selain itu
mempermudah dalam berbicara dan membuat penampilan lebih menarik. Karena adanya fungsi
gigi antara lain untuk mengunyah makanan sehingga mempermudah proses pencernaan, untuk
berbicara dengan baik, serta untuk menunjang penampilan.
Menurut data Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018 menunjukkan
prevalensi nasional masalah gigi dan mulut sebesar 57,6%. Menurut Federation Dentaire
Internationale (FDI) World Dental Federation, permasalahan yang umum terjadi pada gigi dan
mulut adalah karies gigi. Karies merupakan penyakit paling umum dan paling banyak dialami
oleh orang di dunia. Karies disebabkan karena konsumsi gula berlebihan, kurangnya perawatan
kesehatan gigi, dan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi yang sesuai standar. Karies
gigi merupakan masalah kesehatan gigi yang cukup tinggi dialami di Indonesia dengan
prevalensi lebih dari 80%. Karies gigi merupakan penyakit kronis yang umum terjadi dan cukup
tinggi pada anak usia sekolah dasar yaitu umur 6-11 tahun menurut CDC. Berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018, persentase masyarakat Indonesia yang mengalami karies gigi sebesar
45,3%. Pada anak dengan kelompok usia 5-9 tahun jumlah anak yang mengalami kerusakan gigi
serupa sebanyak 54,0%. Pada indeks rata-rata karies gigipada anak usia 10-12 tahun sebesar
1,89%. Karies gigi merupakan penyakit yang menyebabkan adanya lesi yang berupa
demineralisasi email dan dentin.
Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar kelompok yang rentan terhadap
penyakit gigi dan mulut karena anak tersebut masih memiliki perilaku dan kebiasaan diri yang
kurang sehingga berpengaruh terhadap kesehatan gigi. Seseorang yang kehilangan gigi akibat
karies akan mengalami masalah pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu
pada penampilan diri yang kemudian akan membatasi interaksi sosial dan komunikasi. Selain itu,
kehilangan gigi yang disebabkan oleh karies juga berdampak pada susunan gigi yang tidak
teratur (malokluksi), tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang, dan
penyakit pada jaringan periodontal.
Karies gigi terjadi karena sejumlah faktor yang saling mempengaruhi yaitu faktor dari
dalam, merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan karies. Faktor dari luar yaitu faktor
yang tidak berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Tingginya angka kejadian
karies gigi memerlukan tindakan yang optimal, terutama pada pencegahan kejadian karies gigi
pada anak sekolah. Jika tidak ditangani dengan baik, maka karies gigi dapat menyebabkan
infeksi sehingga timbulnya rasa sakit pada gigi, gangguan pola makan, mempengaruhi tumbuh
kembang anak dan hilangnya waktu sekolah dikarenakan adanya masalah pada gigi.
BAB III
METODE EVALUASI
Evaluasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung disertai pencatatan data terkait
kondisi kesehatan gigi anak di SDN 38 Seberang Padang, terdapat 20 orang anak kelas I yang
diperiksa dan 16 orang anak kelas II. Setiap anak dilakukan skrining kondisi giginya dan
kemudian jumlah serta elemen gigi yang berlubang, hilang ataupun ditambal dicatat. Kebiasaan
sikat gigi dan pola makan anak juga ditanyakan secara umum dan singkat kepada anak.
Pemeriksaan gigi dilaksanakan di dalam kelas setelah itu dilakukan penyuluhan kepada
anak-anak mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta peragaan cara menyikat
gigi yang tepat dengan model peraga dan diikuti oleh anak-anak.
BAB IV
HASIL
1. Abid Pratama 7 L 7 1 - - - -
2. Ali Akbar 8 L - 1 - - - -
3. Athiyah Naifa 7 P 1 - - - - -
4. Azka Noval 7 L 1 4 - - - -
5. Calista Putri 7 P 4 2 - 1 - -
6. Febriani Lia 8 P 4 - - - - -
7. Hidayatul 7 P 2 - - 1 - -
8. Jonathan 8 L 1 1 - - - -
9. Kholifatul 7 P 2 1 - - - -
10. M. Alvindo 8 L 5 - - - - -
11. M. Arshad 7 L 1 - - 1 - -
13. Nofriansyah 7 L 4 - - - - -
15. Shakilla 6 P 4 - - - - -
16. Shanum 7 P 6 1 - 1 - -
20. Fauzan 7 L 5 1 - - - -
Tabel 4.1 Data def-t dan DMF-T siswa kelas I SDN 38 Seberang Padang
1. Khairul Zikri 10 L 5 - - 2 - -
2. Alfino Albar 8 L 3 - - - - -
3. Alya Dwi 7 P 5 - - - - -
4. Ayla Azikra 8 P 8 - - - - -
5. Azzahra Asyifa 7 P 6 - - - - -
6. Elviani Cahya 9 P 2 - - 2 - -
7. Latifa Dwi 8 P 3 - - 1 - -
8. Khanza Shakira 7 P 3 1 - - - -
9. Memo Dwifitra 10 L 1 - - - - -
10. M. Azzam 9 L 4 - - - - -
11. M. Kevin 7 L 6 - - 2 - -
Tabel 4.2 Data def-t dan DMF-T siswa kelas II SDN 38 Seberang Padang
Skor def-T:
d (decayed) : gigi karies (berlubang) D : gigi karies
e (exfoliated) : gigi yang sudah tanggal / gigi sisa akar M : gigi missing karena karies
f (filled) : gigi yang sudah ditambal F : gigi yang sudah ditambal
Indeks def-T:
Indeks def-T dihitung dengan cara menjumlahkan skor def-T lalu dibagi dengan jumlah individu.
● Kelas I : 83/20= 4,15
● Kelas II : 72/16= 4,5
Indeks DMF-T:
Indeks def-T dihitung dengan cara menjumlahkan skor DMF-T lalu dibagi dengan jumlah
individu.
● Kelas I : 4/20= 0,2
● Kelas II : 9/16= 0,56
Puskesmas Seberang Padang memiliki luas wilayah 1,71 km 2 dan batas wilayah sebagai
berikut:
● Sebelah Utara : dengan Kelurahan Parak Gadang Timur
● Sebelah Selatan : dengan wilayah kerja Puskesmas Rawang Kelurahan Mata Air
● Sebelah Timur : dengan Kecamatan Lubuk Begalung
● Sebelah Barat : dengan wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Kelurahan Pasa
Gadang
Puskesmas Seberang Padang berada di daerah perkotaan yang tidak memiliki daerah
persawahan dan pegunungan, tidak memiliki daerah terpencil dan mobilisasi penduduk tidak
terkendala kondisi geografis. Akses masyarakat ke Puskesmas mudah karena jalan depan
gedung Puskesmas beraspal dan transportasi lancar.
4.3 Data Demografis
Penduduk terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang. Sebagian besar penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang beragama Islam dengan mata pencaharian sebagai
pegawai negeri, wiraswasta, buruh, tani, TNI dan lainnya.
Jumlah RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah rumah per-kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Seberang Padang tahun 2021.
N Kelurahan RT RW KK Rumah
o.
Tabel 4.4 Data jumlah RT, RW, Kepala Keluarga, dan jumlah Rumah per kelurahan
wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang 2021
1 Kepala Puskesmas 1 - - - - -
3 Sarjana Kesmas - - - - - -
4 Dokter Umum 4 - - - - -
5 Dokter Gigi 2 - - - - -
S1 2 orang,
6 Pelaksana Kebidanan 2 5 16 - - -
D.III 4 orang
7 Pelaksana 2 - 7 - - -
Keperawatan
8 Therapis gigi&mulut - - 2 - - -
9 Pelaksana Sanitasi 1 - - - - -
10 Pelaksana Analisis - - 1 - - -
Kesehatan
11 Pelaksana Apoteker 1 - - - - -
12 Asisten Apoteker - - 1 - - -
13 Pelaksana Gizi 1 - - - - -
15 Fungsional Umum - - - 1 1 -
1 kontrak BLUD
JUMLAH 16 5 31 1 3 2 58
1. Seberang Padang 1 1 17 6 1
4. Belakang Pondok - - - - -
Jumlah 1 4 29 8 2
Bidan
Dokter
Dokter Gigi
Klinik
Rumah Sakit
3 Hipertensi 2006
4 Dispepsia 661
5 ISPA 578
10 Myalgia 351
5 Karies 115
Tabel 4.8 Data Prevalensi Penyakit dan Kelainan Gigi di Puskesmas Seberang Padang
tahun 2022
BAB V
DISKUSI
Kondisi kesehatan gigi dan mulut anak kelas I dan II di SDN 38 Seberang Padang cukup
bervariasi. Skor def-T bervariasi dari 0 – 9, dengan nilai def-T di kelas I yaitu 4,15 dan nilai
DMF-T yaitu 0,2. Untuk kelas II sendiri tidak jauh berbeda yaitu didapatkan nilai def-T 4,5 dan
nilai DMF-T 0,56.
Penulis merasa kondisi kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I dan II SDN 38 Seberang
Padang sangat jauh dari baik dimana nilai def-t nya jauh diatas yang ditargetkan. Hampir setiap
siswa memiliki karies di gigi sulungnya. Radiks ditemukan pada setengah dari anak yang
diperiksa. Saat pengambilan data di lapangan, penulis mendapatkan anak-anak masih kurang
sadar mengenai pemeliharaan gigi dan mulutnya serta tidak tahu kapan serta cara menyikat gigi
yang benar. Hamper keseluruhan anak mengakui suka mengonsumsi camilan manis namun
masih malas menyikat gigi.
Dari temuan di lapangan, penulis merasa bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut siswa
kelas I dan II SDN 38 Seberang Padang sangat bisa ditingkatkan jika anak-anak diberikan
edukasi sejak dini mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dan mendapatkan
pengawasan saat kontrol gigi dan mulut dari orang tuanya di rumah. Anak-anak di usia sekolah
rentan mengonsumsi makanan manis dan seringkali lupa untuk menyikat giginya. Edukasi
berupa penyuluhan berkala di sekolah penting rasanya diberikan untuk anak agar mereka tahu
dan mengerti cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tepat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari data yang dikumpulkan diperoleh indeks def-T dan DMF-T siswa kelas I SDN 38
Seberang Padang adalah sebesar 4,15 dan 0,2. Sedangkan untuk Kelas II yaitu sebesar 4,5 dan
0,56. Sebagian besar gigi siswa kelas I dan II masih dalam periode gigi sulung sehingga nilai
def-t lebih penting untuk menjadi acuan kondisi karies anak. Indeks sebesar 4,15 dan 4,5 yang
didapatkan pada siswa kelas I dan II SDN 38 Seberang Padang termasuk kategori sangat tinggi.
Kondisi ini dapat diartikan untuk setiap 1 anak terdapat rata-rata 4-5 gigi yang terkena karies.
Kondisi ini sangat jauh dari target who dimana target global who adalah <1.
Pemantauan kondisi kesehatan gigi dan mulut anak-anak ini dimulai sejak dini dan
membutuhkan pengawasan orang tua di rumah. Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar
adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena anak tersebut masih
memiliki perilaku dan kebiasaan diri yang kurang sehingga berpengaruh terhadap kesehatan gigi.
Belum adanya kesadaran untuk menyikat gigi dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya
karies. Akibatnya, bentuk manifestasi yang menetap dari sikap tersebut akan membentuk
perilaku dalam bentuk praktik yang berangsur dalam waktu yang lama. Kemudian praktik
tersebut menjadi kebiasaan dan menimbulkan masalah kesehatan gigi berupa karies gigi.
Penyuluhan berkala mengenai kesehatan gigi dan pendekatan anak kepada dokter gigi akan
membantu anak untuk lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulutnya.
6.2 Saran
1. Bagi siswa agar mempertahankan dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melalui
sikat gigi dengan benar di waktu yang tepat dan kontrol berkala ke dokter gigi sekali 6
bulan.
2. Bagi siswa diharapkan dapat memahami cara menyikat gigi dengan benar dan
menerapkannya di rumah.
DAFTAR PUSTAKA