Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KEGIATAN UKGM

PUSKESMAS KELING I

DOKTER PENDAMPING:
drg. Dhianis Ambaraisa Octivianni

DOKTER INTERNSIP:
drg. Andy Prasetya Wardana
drg. Silviana Azhari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 4-5 tahun atau pra sekolah sangat
penting untuk diperhatikan. Masa 5 tahun pertama tahap perkembangan anak
merupakan golden age dalam periode pertumbuhan dan perkembangan anak.
(Butchon, 2017) Anak usia pra sekolah merupakan kelompok yang rentan
terhadap penyakit gigi dan mulut karena anak tersebut masih memiliki perilaku
dan kebiasaan yang kurang baik sehingga berpengaruh terhadap kesehatan gigi.
Keberadaan gigi susu dalam rongga mulut merupakan faktor penting dalam
menjaga integritas lengkung rahang selama perkembangan benih gigi tetap.
Fungsi gigi susu didalam rongga mulut antara lain sebagai organ pengunyahan,
menjaga estetik, fungsi bicara, penyedia ruang untuk gigi tetap dan sebagai
penuntun gigi tetap yang akan erupsi. (Maharani, 2023)
Hasil Riskesdas tahun 2018 menjelaskan prevalensi karies atau gigi
berlubang di Indonesia pada anak rentang usia 3 hingga 4 tahun sebesar 81,5%
dengan indeks dmf-t gigi desidui yaitu 6,2 sedangkan pada anak berusia 5 tahun
sebesar 90,2 % dengan indeks dmf-t gigi desidui yaitu 8,1. Hal ini menunjukkan
bahwa masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Departemen Kesehatan RI., 2018).
Pendidikan Kesehatan Gigi dan mulut sangat penting mulai dikenalkan
pada usia pra sekolah. Bagaimana cara menyikat gigi yang benar, waktu
menyikat gigi, makanan yang sehat, dan lain sebagainya harus sudah mulai
dikenalkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Karena itu,
pemberian pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut berupa
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) perlu ditanamkan sedini mungkin.
Selain itu, Peran serta orang tua sangat diperlukan dalam membimbing,
memberikan pengertian, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
 Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut anak prasekolah
 Membantu program pemerintah dalam melaksanakan UKGM
 Meningkatnya kemampuan dokter gigi internsip dalam melaksanakan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Tujuan Khusus
 Meningkatkan pengetahuan peserta didik dalam memelihara kesehatan
gigi dan mulut.
 Meningkatnya peran serta pengajar dan orang tua dalam upaya promotif
dan prefentif.
C. MANFAAT
 Peningkatan pengetahuan dan kesadaran peserta didik, orang tua dan pengajar
akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa upaya
promotif dan prefentif serta rujukan bagi peserta didik yang membutuhkan.
D. PERENCANAAN
1. Pembuatan Proposal
2. Pengumpulan Data
 Pengumpulan data berupa data jumlah siswa dan pemeriksaan gigi def-t
3. Pengolahan Data
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Susu
Gigi merupakan salah satu organ yang berfungsi sebagai alat pengunyahan
yang terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Gigi susu adalah gigi yang
tumbuh pertama kali di dalam rongga mulut dan suatu saat akan tanggal. Gigi
susu berjumlah 20 buah serta ukurannya lebih kecil dibandingkan gigi tetap,
bentuknya lebih tipis, lebih rentan terhadap karies gigi, dan berwarna lebih putih.
(Norfai, 2017)
B. Karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fissure, dan derah interproximal)
meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat
timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang
lebih dalam. (Maharani, 2023)

Karies gigi merupakan hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak,
substrat, dan waktu. karies akan timbul jika keempat faktor tersebut bekerja
sama. Karies disebabkan oleh demineralisasi email oleh bakteri yang ada pada
plak. Proses pelarutan email disebabkan adanya asam laktat dan asetat yang
dihasilkan oleh mikroorganisme pada proses fermentasi karbohidrat dari sisa
makanan. Tahap awal yang dapat terlihat dari karies gigi adalah white spot yang
merupakan tahap lesi prekavitas yang dapat terjadi selama beberapa minggu.
(Butchon, 2017)
C. Indeks DMF-T dan def-t
Indikator yang digunakan untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut
dapat dinilai menggunakan indeks DMF-T dan def-t. Gigi sulung atau gigi susu
merupakan indikator kesehatan gigi pada anak usia prasekolah yang diperlukan
untuk menilai keadaan kesehatan gigi anak. Pada gigi sulung dapat
menggunakan indeks def-t. Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung yang
mengalami karies, dengan menghitung d (decay) yaitu gigi sulung yang
mengalami karies, e (indicated for extraction) yaitu terdapat karies besar pada
gigi sulung dan diindikasikan untuk dilakukan pencabutan, dan f (filled) yaitu
gigi sulung yang karies dan sudah direstorasi tanpa adanya karies sekunder.
Indeks def-t= jumlah total d+e+f/jumlah total sampel yang diperiksa.1(Mirna
Dara Mustika, 2017)
Indeks def-t merupakan indikator yang secara luas digunakan menilai
karies dalam suatu populasi. Indeks def-t dipengaruhi oleh perilaku dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut.

D. Persistensi Gigi
Persistensi gigi ialah suatu keadaan dimana gigi sulung belum tanggal
sempurna, tetapi gigi permanen atau gigi tetap sudah tumbuh. Persistensi
menjadi salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak dialami masyarakat
Indonesia khususnya anak-anak usia 6-12 tahun. Karena pada usia tersebut
adalah masa peralihan dari gigi sulung ke gigi permanen yang biasa disebut
periode kritis. Gigi sulung yang masih ada ketika gigi tetap pengganti muncul,
akan terlihat berjejal atau berlapis (Kurniasih, 2022)

Persistensi gigi disebabkan oleh tidak adanya benih gigi permanen


lambatnya resorpsi akar gigi sulung, gangguan nutrisi, dan posisi abnormal
benih gigi permanen yang tidak terletak persis dibawah gigi sulung baik terletak
didepan atau dibelakang gigi sulung, sehingga timbul variasi posisi erupsi gigi
permanen. Persistensi gigi dapat menyebabkan beberapa masalah salah satunya
adalah maloklusi. Maloklusi yang disebabkan dapat berupa kelainan posisi gigi,
hubungannya dengan lengkung gigi, posisi dan pertumbuhan rahang menjadi
tidak normal yang mengakibatkan wajah menjadi terlihat tidak harmonis.
(Maharani, 2023)

E. UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan


masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi
dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya
kesehatan perorangan berupa upaya promotif, preventif dan kuratif bagi
individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
(Kementrian Kesehatan, 2012)

Pokok program UKGS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan


kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, sehingga dapat
dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi anak sekolah.
(Maharani, 2023)

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) (Kementrian


Kesehatan, 2012)
1) Kegiatan promotif, meliputi:
a) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh tenaga kesehatan.
2) Kegiatan preventif, meliputi:
a) Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi
yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
b) Penjaringan/screening kesehatan gigi dan mulut.
Pelayanan UKGS promotif dan preventif adalah upaya kesehatan gigi dengan
memberikan pelayanan berupa pendidikan kesehatan gigi dan mulut serta screening keadaan
mulut bagi anak sekolah, yang dikelola dan dilaksanakan oleh dokter gigi internsip dengan
penanggung jawab klinis dokter gigi pendamping puskesmas Keling 1.
BAB III

PROGRAM PELAYANAN

A. Model Pelayanan
Dalam kegiatan ini petugas kesehatan akan datang ke sekolah untuk melihat
kondisi kesehatan gigi dan mulut peserta didik dan akan dilakukan upaya promotif dan
preventif.
B. Jenis Pelayanan
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
2. Sikat gigi bersama
3. Pemeriksaan dan pengisian form def-t
4. Merujuk kepuskesmas apabila ada kasus yang menghawatirkan
C. Alur Pelaksanaan
Pemeriksaan dilakukan di 4 Taman Kanak-kanak di Desa Kelet wilayah kerja
Puskesmas Keling I yang dilakukan pada bulan Desember 2023 – Januari 2024. Sekolah
tersebut antara lain: TK Aisyiyah 12, RA Sinar Pelangi, TK PKK dan TK Al-falah.
Pemeriksaan diawali dengan penyuluhan tentang Kesehatan gigi dan mulut
meliputi cara menyikat gigi, makanan yang baik dan buruk untuk gigi, dan penyakit gigi
berlubang. Kemudian dilanjutkan dengan sikat gigi bersama dan pemeriksaan def-t.

D. Kebutuhan Alat dan Bahan


1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut : Model gigi, sikat gigi, dan flip chart
2. Pemeriksaan : Kaca mulut, form def-t, senter, alkohol
swab, handscoon
3. Sikat gigi bersama : Sikat gigi, gelas kumur
E. Monitoring dan Evaluasi
 Promotif
Penyuluhan
Dilakukan tanya jawab mengenai materi penyuluhan
 Prefentif
Melakukan sikat gigi mandiri didampingi oleh tenaga kesehatan , tujuannya
untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam menyikat gigi sudah baik
dan benar.
 Evaluasi hasil Screening dmf-t dan pengolahan data
BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal UKGS kami buat sebagai mana mestinya. Semoga proposal ini
dapat memberikan harapan baru bagi masyarakat terhadap pelayanan gigi dan mulut terutama
diwilayah kerja Puskesmas Keling 1. Bagi tenaga kesehatan dapat dijadikan tempat
mengabdikan diri kepada masyarakat dan dapat mengaplikasikan ilmunya selama pendidikan.
Besar harapan kami akan dukungan dari semua pihak yang terkait guna terlaksananya
UKGS ini. Atas partisipasi, dukungan, dan kerja samanya kami ucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Butchon, R., 2017. The Development and Growth of Children Aged under 5 years in
Northeastern Thailand: a Cross-Sectional Study. J Child Adolesc Behav, 5(1).
Kurniasih, P. W., 2022. PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERSISTENSI GIGI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARENGAN KABUPATEN TUBAN 2022.
IJOHM, 2(3).
Maharani, A. K., 2023. Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Gigi Anak Usia Dini. Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat, 1(1), pp. 8-15.
Mirna Dara Mustika, C. C., 2017. INSIDENSI KARIES GIGI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI TK MERAH MANDIANGIN MARTAPURA. DENTINO, 2(2), p.
200.
Norfai, R. E., 2017. Hubungan pengetahuan dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
karies gigi di SDI Darul Mu’minin. Dinamika Kesehatan, 8(1), p. 212.
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan, R., 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta: Kemenkes
RI.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Form lembar pemeriksaan def-t

Anda mungkin juga menyukai