Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab

anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat

dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Kesehatan yang perlu

diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut

(Dewi dkk., 2015). Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih

merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik

dokter maupun perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih

diderita oleh 90% penduduk Indonesia (Ramadhan, 2014).

Hastuti dan Andriyani (2010) menyatakan bahwa sebanyak 89% anak

Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Kondisi itu akan

berpengaruh pada derajat kesehatan mereka, proses tumbuh kembang bahkan

masa depan mereka. Menurut Dewi dkk. (2015), penyakit gigi dan mulut yang

sering diderita oleh anak adalah karies gigi. Anak usia sekolah pada umumnya

mempunyai resiko karies yang tinggi dikarenakan pada saat usia sekolah anak-

anak biasanya mengkonsumsi jajanan atau minuman sesuai dengan keinginannya.

Hal tersebut menjadikan anak rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan

karies gigi karena anak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi jajanan atau

minuman baik di sekolah maupun di rumah (Worotijan dkk., 2013).

Menurut Sumantri dkk. (2011), upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut serta pembinaan kesehatan gigi pada anak usia sekolah dasar perlu

1
2

mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses

tumbuh kembang. Periode 6-12 tahun merupakan masa usia sekolah dasar, dimana

usia 10 – 12 tahun merupakan periode gigi bercampur, sehingga diperlukan

tindakan yang baik untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pada periode ini

juga anak sudah menunjukkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan rasa ingin

tahunya, termasuk menyikat gigi. Oleh karena itu pada usia ini sangat tepat untuk

mengajarkan sesuatu hal yang baru kepada anak (Sutjipto dan Wowor, 2013).

Usaha untuk mengatasi masalah kesehatan gigi pada anak adalah program

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), yaitu salah satu program pelayanan

kesehatan gigi dan mulut di puskesmas dan dibawahi oleh program Usaha

Kesehatan Sekolah. UKGS memberikan pelayanan dalam bentuk promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang ditujukan bagi anak usia sekolah di

lingkungan sekolah binaan agar mendapatkan generasi yang sehat. Program

UKGS sudah berjalan sejak tahun 1951 (Setiawan dkk., 2014).

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan salah satu

program yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Program tersebut

merupakan upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar

(SD) yang dititikberatkan pada upaya penyuluhan dan gerakan sikat gigi massal,

serta pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut pada setiap murid (Darwita dkk.,

2011).

Kementerian Kesehatan RI (2013) menunjukkan hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) RI menyatakan bahwa, prevalensi nasional karies aktif ialah

43,4%. Sebanyak 14 provinsi memiliki prevalensi karies aktif diatas prevalensi


3

nasional yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, D.I.Yogyakarta,

Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan

Maluku.

Pelaksanaan UKGS oleh mahasiswa kepaniteraan FKG UGM bertempat di

SD Negeri Purwosari, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sebagai salah satu

sekolah yang berlokasi di provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi karies

aktif di atas prevalensi nasional.

B. Pengertian UKGS

Pengertian Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) menurut Kementerian

Kesehatan RI (2012) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di

sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya

kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi

dan mulut. Pokok program UKGS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, sehingga dapat

dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi anak sekolah.

C. Kegiatan UKGS

Kegiatan atau disebut juga sebagai ruang lingkup program UKGS sesuai

dengan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) meliputi;

pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan Iingkungan

kehidupan sekolah sehat, maka ruang lingkup UKGS yaitu:


4

1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan gigi dan mulut meliputi:

a. Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.

b. Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan

kesehatan gigi dan mulut.

c. Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk:

a. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta

didik;

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut;

d. Perawatan kesehatan gigi dan mulut;

e. Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat

sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat).

(Kementerian Kesehatan RI, 2012)

D. Tahap-Tahap UKGS

Tahap-tahap Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yaitu:

1. Tahap I UKGS ( paket minimal UKGS ).

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum

terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim Pelaksana UKS di SD

dan MI melaksanakan kegiatan yaitu :


5

a. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan

dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan nara sumber tenaga

kesehatan gigi

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang

berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid

kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat

gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh

guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

2. Tahap II UKGS ( paket standar UKGS ).


Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah

terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas, kegiatannya

adalah :

a. Pelatihan ke ada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh

dinas pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.

b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang

berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid

kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan


6

c. Pencegahan nyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi

bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru

dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

d. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.

e. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran

diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal,

dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan

dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.

f. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di

sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas

I dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi susu karies

lebih dari 8 gigi dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang

tumbuh.

g. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. Tahap III UKGS ( Paket optimal UKGS).


Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas

pendidikan dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.

a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang

berlaku (Buku Pendidikan 0lahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid kelas

1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.


7

b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi

bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru

dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.

c. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran

diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan

persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan

oleh tenaga kesehatan gigi.

e. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid

kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang

tumbuh.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai

dengan kelas VI (care on demand).

g. Rujukan bagi yang memerlukan.

(Kementerian Kesehatan RI, 2012)

E. Sasaran UKGS

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012), sasaran pelaksanaan dan

pembinaan UKGS meliputi:

1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK-SD-SMP-SMA dan

sederajat.

2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang

tua murid serta TP UKGS di setiap jenjang.


8

3. Sasaran tersier:

a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada

sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama serta

pondok pesantren beserta lingkungannya.

b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan

kesehatan.

c. Lingkungan, yang meliputi:

1) Lingkungan sekolah

2) Lingkungan keluarga

3) Lingkungan masyarakat.

Sasaran kegiatan UKGS yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan di

bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan dan Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Angkatan ke-79 adalah siswa

Kelas I (8 siswa) dan Kelas IV (4 siswa) SD Negeri Purwosari, Sleman,

Yogyakarta.

F. Tujuan UKGS

Kementerian Kesehatan RI (2012) menyatakan bahwa UKGS memiliki

tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum UKGS:

tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.

b. Tujuan khusus UKGS:


9

1. Meningkatnya pengetahuan, sikap, dan tindakan peserta didik dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut.

2. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya

promotif-preventif.

3. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta

didik yang memerlukan.

Tujuan diadakan kegiatan UKGS di SD Negeri Purwosari adalah untuk

meningkatkan pengetahuan siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut, juga

meningkatkan kesadaran siswa dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut

sehingga diharapkan dapat menaikkan status kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Negeri Purwosari.

G. Manfaat UKGS

Manfaat yang didapatkan dari diadakannya kegiatan UKGS antara lain:

1. Meningkatnya status kesehatan gigi dan mulut anak usia sekolah.

2. Meningkatnya pengetahuan, sikap maupun kebiasaan, dan tindakan

siswa mengenai kesehatan gigi dan mulut serta pemeliharaannya.

3. Meningkatnya peran guru, dokter kecil dan orang tua dalam

mengupayakan tindakan promotif dan preventif.

4. Terpenuhinya kebutuhan siswa untuk mendapat pelayanan medik gigi

dasar atas permintaan (care on demand) dan yang diperlukan

(treatment need).
10

H. Tenaga Pelaksana UKGS

UKGS dijalankan oleh dokter gigi, perawat gigi dan pembantu yang

merupakan tim kesehatan gigi sebagai tenaga inti. Kegiatan tim kesehatan

tersebut dibantu oleh tenaga kesehatan non-dental seperti petugas UKS, guru dan

orang tua murid. Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari:

a. Kepala Puskesmas

1. Sebagai koordinator pelaksanaan UKGS

2. Sebagai pembimbing dan motivator

3. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut.

b. Dokter gigi

1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS

2. Bersama kepala puskesmas dan perawat gigi menyusun rencana kegiatan,

memonitoring program dan evaluasi.

3. Membina integrasi dengan unit-unit terkait di tingkat Kecamatan, Dati II

dan Dati I.

4. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS,

guru SD dan dokter kecil.

5. Dapat bertindak sebagai pelaksana UKGS jika tidak ada perawat gigi.

c. Perawat gigi

1. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.

2. Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.

3. Melakukan persiapan atau lokakarya mini untuk menyampaikan rencana

kepada pelaksana terkait.


11

4. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS berupa data

sosiodemografis dan data epidemiotologis.

5. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif seperti pengarahan

kepada tenaga UKS, Guru SD, Dokter kecil dan orang tua siswa;

pembersihan karang gigi; pelayanan medik gigi (menerima rujukan dari

guru dan petugas kesehatan lainnya).

6. Monitoring pelaksanaan UKGS

7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

8. Evaluasi program

b. Petugas UKS

1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dan dokter

kecil, monitoring program dan hubungan dengan Depdikbud.

2. Pemeriksaan siswa (screening)

3. Melaksanakan rujukan

4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikan

kesehatan gigi.

c. Guru SD

1. Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data (screening).

2. Pendidikan kesehatan pada siswa.

3. Pembinaan dokter kecil.

4. Latihan gosok gigi

5. Rujukan bila menemukan siswa dengan keluhan penyakit gigi


12

6. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatan

lingkungan dan makanan yang dijual di lingkungan sekolah.

7. Membantu guru dalam sikat gigi bersama.

d. Dokter kecil

1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar siswa berani untuk

diperiksa giginya.

2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi.

3. Memberi petunjuk kepada siswa mengenai tempat berobat gigi (klinik

gigi).

(Kementerian Kesehatan RI, 2012)

Tenaga pelaksana kegiatan UKGS Tahap II yang dilakukan di SD Negeri

Purwosari pada tanggal 5 dan 6 April 2016 adalah mahasiswa kepaniteraan di

bagian IKGP dan IKGM FKG UGM, yakni Rosita Dewi (04/181055/KG/07861).
BAB II

PELAKSANAAN UKGS

Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di SD Negeri Purwosari

berlangsung selama dua hari.

A. UKGS Tahap II (Hari Pertama)

Lokasi : SDN Purwosari

Tanggal Pelaksanaan : 5 April 2016

Kegiatan :

1. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut (screening)

a. Kelas :1

b. Jumlah siswa yang diperiksa : 8 siswa

c. Tenaga pelaksana : Rosita Dewi (KG/7861)

d. Hambatan : Tidak terdapat hambatan berarti dengan

dukungan siswa yang komunikatif dan kooperatif serta adanya bantuan

dari pihak wali kelas.

2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut (Dental Health Education)

a. Kelas :1

Jumlah siswa : 30 siswa

b. Materi penyuluhan:

Berdasarkan Washington State Department of Health Oral Health

Program (2011), materi penyuluhan yang diberikan pada siswa Kelas I

adalah :

13
14

1) Menjelaskan pentingnya kesehatan gigi dan mulut, yaitu dengan:

a) Menjelaskan apa yang akan terjadi bila tidak rajin menggosok

gigi dan menganjurkan periksa ke dokter gigi setiap 6 bulan

sekali.

b) Memperkenalkan tentang struktur gigi.

c) Menjelaskan tentang proses terjadinya lubang gigi (karies)

dengan istilah yang mudah dipahami.

d) Menjelaskan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut serta cara

menyikat gigi yang baik dan benar.

2) Menjelaskan waktu yang tepat untuk menyikat gigi, yaitu:

a) Menyikat gigi minimal 2x sehari, yaitu setelah sarapan dan malam

sebelum tidur.

b) Perlengkapan untuk menyikat gigi harus milik pribadi, tidak boleh

untuk bersama dan gunakanlah pasta gigi berfluoride.

3) Menjelaskan cara memilih sikat gigi yang benar, yaitu:

a) Ujung kepala sikat gigi yang kecil dengan bulu sikat yang halus,

permukaan yang rata dan ujung bulu sikat membulat.

b) Sikat gigi anak berbeda dengan sikat gigi orang dewasa.

c) Gantilah sikat gigi jika bulu sikat sudah mekar.

4) Menjelaskan cara menyikat gigi yang benar, yaitu:

a) Permukaan gigi yang menghadap pipi dan bibir disikat dengan

gerakan merah putih (merah adalah gusi, putih adalah gigi)


15

b) Permukaan gigi yang menghadap lidah dan langit-langit disikat

dengan gerakan merah putih (merah adalah gusi, putih adalah gigi)

c) Permukaan gigi yang dipakai mengunyah disikat dengan gerakan

maju mundur

d) Menyikat gigi jangan terburu-buru agar tidak tersodok sikat gigi

dan agar semua bagian gigi bersih

5) Menjelaskan cara memilih makanan, yaitu:

a) Menjelaskan makanan apa saja yang baik untuk gigi (sayuran,

buahan, dan makanan bergizi lainnya).

b) Menjelaskan makanan apa saja yang tidak baik untuk gigi (bila

terlalu banyak dikonsumsi).

c) Menjelaskan apa akibat banyak makan makanan yang tidak baik

untuk gigi.

c. Alat bantu : poster penyuluhan, model gigi, sikat gigi, buah-

buahan dan sayuran mainan.

d. Tenaga pelaksana : 2 orang mahasiswa kepaniteraan untuk kelas 1.

e. Hambatan : Terdapat hambatan karena suasana kelas kurang

kondusif, terdapat siswa yang main sendiri, berisik, tidak mau

mendengarkan.

3. Perbaikan hygiene mulut.

a. Kegiatan : Sikat gigi bersama (di luar kelas).

b. Kelas : 1.

c. Jumlah siswa : 30 siswa.


16

d. Tenaga pelaksana : 4 orang mahasiswa kepaniteraan untuk kelas 1.

Satu orang mempraktikkan sikat gigi secara langsung, satu orang

menyiapkan alat dan bahan untuk sikat gigi bersama, dan dua orang

lainnya membantu para siswa dan mengoreksi cara sikat gigi siswa apabila

terjadi kesalahan.

e. Hambatan : Terdapat hambatan saat melakukan sikat gigi

bersama di luar kelas, karena para siswa tidak mau tertib untuk berada di

deretan yang telah diatur sebelumnya, siswa tersebut cenderung aktif

berinteraksi dengan teman sebelahnya, ada pula yang bermain dengan

ember yang tadinya sudah disiapkan mahasiswa di depan deretan siswa.

4. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan di dalam kelas sekaligus penutupan.

a. Kelas :1

b. Jumlah siswa : 30 siswa.

c. Tanggal pelaksanaan : 5 April 2016

d. Pelaksanaan : Setelah seluruh siswa tertib di dalam kelas,

mahasiswa kepaniteraan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi

penyuluhan yang telah disampaikan. Bagi siswa yang dapat menjawab

dengan benar diberikan hadiah. Kemudian mahasiswa kepaniteraan

menutup rangkaian kegiatan dengan mengucapkan terima kasih atas

kerjasama dan meminta maaf atas segala kesalahan serta kekurangan.


17

e. Hambatan : Terdapat hambatan dengan suasana kelas

yang agak ricuh, karena terdapat anak-anak yang kesal disebabkan

tidak dipilih saat pemberian pertanyaan.

B. UKGS Tahap II (Hari kedua)

Lokasi : SDN Purwosari

Tanggal Pelaksanaan : 6 April 2016

Kegiatan :

1. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut (screening)

a. Kelas :4

b. Jumlah siswa yang diperiksa : 4 siswa

c. Tenaga pelaksana : Rosita Dewi (KG/7861)

d. Hambatan : Tidak terdapat hambatan berarti dengan

dukungan siswa yang komunikatif dan kooperatif serta adanya bantuan dari

pihak wali kelas.

2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut (Dental Health Education)

a. Kelas :4

b. Jumlah siswa : 20 siswa

c. Materi penyuluhan:

Berdasarkan American Dental Association (2014), materi penyuluhan yang

diberikan untuk anak Kelas 4 di SD Negeri Purwosari adalah sebagai

berikut :
18

1) Menjelaskan bagian-bagian mulut (gigi, gusi dan lidah) sambil

meminta anak-anak menunjukkan yang mana bagian mulut

tersebut.

2) Menjelaskan jenis dan fungsi gigi.

3) Menjelaskan tentang makanan-makanan yang mempengaruhi

kesehatan gigi dan menjelaskan cara memilih makanan yang baik

bagi kesehatan gigi.

4) Menjelaskan tentang konsep sederhana bagaimana gigi rusak

akibat beberapa faktor penyebab. Serta menjelaskan tentang

pergantian gigi, yaitu gigi susu yang tanggal akan digantikan oleh

gigi permanen

5) Menjelaskan cara menyikat gigi yang benar, cara memilih sikat

gigi yang benar dan frekuensi menyikat gigi yang dianjurkan.

6) Anjuran periksa ke dokter gigi 6 bulan sekali.

d. Alat bantu : poster penyuluhan, model gigi, sikat gigi.

e. Tenaga pelaksana : 2 orang mahasiswa kepaniteraan untuk kelas 4.

f. Hambatan : Tidak ada hambatan yang berarti karena rata-rata

siswa memperhatikan dengan baik.

3.Perbaikan hygiene mulut.

a. Kegiatan : Sikat gigi bersama (di dalam kelas).

b. Kelas : 4.

c. Jumlah siswa : 20 siswa.


19

d. Tenaga pelaksana : 5 orang mahasiswa kepaniteraan untuk kelas 4.

Satu mahasiwa sebagai peraga model, tiga mahasiswa lainnya membantu

para siswa dan mengoreksi cara sikat gigi siswa apabila terjadi kesalahan

dan satu mahasiswa menyiapkan ember untuk air bekas kumur dan plastik

sampah.

e. Hambatan : Tidak terdapat hambatan berarti saat melakukan

sikat gigi bersama di dalam kelas. Kegiatan berjalan tertib dan lancar karena

para siswa sangat kooperatif.

4. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan di dalam kelas sekaligus penutupan.

a. Kelas :4

b. Jumlah siswa : 20 siswa.

c. Tanggal pelaksanaan : 6 April 2016

d. Pelaksanaan : Setelah seluruh siswa tertib di dalam kelas,

mahasiswa kepaniteraan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi

penyuluhan yang telah disampaikan. Bagi siswa yang dapat menjawab

dengan benar diberikan hadiah. Kemudian mahasiswa kepaniteraan

menutup rangkaian kegiatan dengan mengucapkan terima kasih atas

kerjasama dan meminta maaf atas segala kesalahan serta kekurangan.

e. Hambatan : Tidak terdapat hambatan berarti, evaluasi

berjalan dengan tenang dan lancar.


BAB III

HASIL PENGOLAHAN DATA UKGS TAHAP II

Lokasi : SD Negeri Purwosari

Tanggal pelaksanaan : 5 dan 6 April 2016

Jumlah siswa : Kelas I sebanyak 30 siswa

Kelas IV sebanyak 20 siswa

Jumlah siswa yang diperiksa : Kelas I sebanyak 8 siswa

Kelas IV sebanyak 4 siswa

Hasil pemeriksaan :

Pemeriksaan yang dilakukan pada kegiatan UKGS di SD Negeri Purwosari

meliputi:

a. Status kebersihan gigi dan mulut, yang diukur menggunakan Oral Hygiene

Index Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermilion.

b. Status karies gigi, yang diukur menggunakan indeks def-t untuk gigi desidui

dan indeks DMF-T untuk gigi permanen.

c. Status kesehatan gusi.

Penilaian status kesehatan gusi dilakukan dengan menjumlahkan bagian atau

sextan yang mengalami gingivitis. Setiap sextan diberi tanda positif jika

ditemui adanya tanda gingivitis.

d. Frekuensi dan waktu menyikat gigi dalam sehari.

Setiap siswa yang diperiksa ditanya mengenai seberapa sering (frekuensi)

menyikat gigi dalam sehari serta kapan saja waktu menyikat gigi.

20
21

e. Kebutuhan rujukan medis.

Hasil pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel 1. Distribusi Siswa berdasarkan Status Kebersihan Gigi dan Mulut


Siswa SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Status Kebersihan Mulut (OHI-S)
Baik Cukup Kurang
Kelas n Jumlah %
(0-1,2) (1,3-3) (3,1-6)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I 8 8 100 0 0 0 0 8 66,67
IV 4 4 100 0 0 0 0 4 33,33
Jumlah 12 12 100 0 0 0 0 12 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa seluruh siswa yang diperiksa memiliki status

kebersihan gigi dan mulut yang baik (100%).

Tabel 2. Distribusi Siswa berdasarkan Status Karies Gigi Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Status Karies Gigi
Kelas n Gigi Desidui Gigi Permanen
d e f Jumlah Rerata D M F Jumlah Rerata
I 8 35 9 0 44 5,5 2 0 0 2 0,25
IV 4 3 5 0 8 2 3 0 0 3 0,75
Jumlah 12 38 14 0 52 4,33 5 0 0 5 0,42

Berdasarkan tabel 2 diketahui nilai rerata karies gigi desidui (def-t) siswa

dari kedua kelas yang diperiksa adalah 4,33. Ini mengartikan bahwa setiap 1 siswa

pernah memiliki 4,33 gigi desidui yang sedang karies, sudah karies ataupun sudah

dicabut karena karies. Sedangkan, nilai rerata karies gigi permanen (DMF-T)

siswa dari kedua kelas yang diperiksa adalah 0,42 yang berarti setiap 1 siswa

memiliki 0,42 gigi permanen yang sedang karies, sudah karies maupun sudah
22

dicabut karena karies, baik yang telah dirawat maupun belum dirawat. Seluruh

siswa yang diperiksa memiliki indeks f dan F sebesar 0 (0%) yang

menggambarkan kurangnya kesadaran dari para siswa untuk melakukan

perawatan pada giginya yang karies dengan melakukan penumpatan.

Tabel 3. Distribusi Siswa berdasarkan Status Kesehatan Gingiva Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Status Kesehatan Gusi
Sehat Gingivitis (per segmen)
Kelas n Jumlah %
1-3* 4-6*
Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
I 8 0 0 8 100 0 0 8 66,67
IV 4 0 0 4 100 0 0 4 33,33
Jumlah 12 0 0 12 100 0 0 12 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa seluruh siswa yang diperiksa menderita

gingivitis pada 1-3 segmen (100%).

Tabel 4. Distribusi Siswa berdasarkan Frekuensi Menyikat Gigi Per Hari


Siswa SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Frekuensi Menyikat Gigi (per hari)
Kelas n 0 kali 1 kali 2 kali 3 kali Jumlah %
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I 8 0 0 2 25 5 62,5 1 12,5 8 66,67
IV 4 0 0 0 0 3 75 1 25 4 33,33
Jumlah 12 0 0 2 16,67 8 66,67 2 16,67 12 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa seluruh siswa telah melakukan

kebiasaan menyikat gigi setiap harinya. Sebagian besar siswa yang diperiksa

(66,67%) menyikat gigi 2 kali sehari yaitu sebanyak 8 siswa. Sementara siswa
23

lainnya menyikat gigi sebanyak 3 kali sehari (16,67%) sebanyak 2 siswa, dan

terdapat pula siswa yang menyikat gigi hanya 1 kali sehari (16,67%) sebanyak 2

siswa.

Tabel 5. Kriteria Waktu Menyikat Gigi Siswa Kelas I dan Kelas IV


SDN Purwosari pada Bulan April 2016
Persentase
No Kriteria Waktu Menyikat Gigi Jumlah (%)

1 Setelah Sarapan dan Sebelum Tidur 0 0


2 Mandi Pagi dan Mandi Sore 6 50
3 Mandi Pagi dan Sebelum Tidur 2 16,67
Mandi Pagi, Mandi Sore dan Sebelum
4 2 16,67
Tidur
5 Mandi Pagi 2 16,67
Jumlah 12 100

Menurut Ramadhan (2014) waktu menyikat gigi ideal adalah setelah

sarapan dan sebelum tidur pada malam hari. Dari tabel 5 diketahui bahwa baik

siswa kelas I maupun IV SDN Purwosari yang diperiksa belum memiliki kebiasan

menyikat gigi diwaktu yang ideal. Sebagian besar siswa menyikat gigi pada saat

mandi pagi dan mandi sore (50%). Sementara siswa lainnya menyikat gigi saat

mandi pagi dan sebelum tidur (16,67%), saat mandi pagi, mandi sore dan

sebelum tidur (16,67%) dan juga terdapat siswa yang menyikat gigi saat mandi

pagi saja (16,67).


24

Tabel 6. Distribusi Siswa berdasarkan Tingkatan Kelas dan Kebutuhan


Rujukan Medis di SD Negeri Purwosari pada Bulan April 2016
Kebutuhan Rujukan Medis
Kelas N Ya Tidak
Jumlah % Jumlah %
I 8 8 66,67 0 0
IV 4 4 33,33 0 0
Jumlah 12 12 100 0 0

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa seluruh siswa yang diperiksa

membutuhkan rujukan medis gigi (100%).

Tabel 7. Distribusi Siswa Berdasarkan Rencana Perawatan Gigi Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Rencana Perawatan Gigi
Kelas n Observasi Opdent Endodonsi Eksodonsi
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I 8 0 0 8 66,67 0 0 3 25
IV 4 0 0 4 33,33 0 0 3 25
Jumlah 12 0 0 12 100 0 0 6 50

Tabel 7 menunjukkan bahwa seluruh siswa SD Negeri Purwosari yang

diperiksa membutuhkan perawatan opdent. Perawatan gigi lainnya yang

dibutuhkan adalah eksodonsi yaitu sebanyak 50% pada siswa yang telah

diperiksa.
25

Tabel 8. Distribusi Siswa berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah dari Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Tingkat Pendidikan Ayah
Kelas n TS SD SMP SMA AK PT Exclude
Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %
I 8 0 0 1 8,33 0 0 5 41,67 0 0 1 8,33 1 8,33
IV 4 0 0 0 0 0 0 3 25,00 0 0 1 8,33 0 0
Jumlah 12 0 0 1 8,33 0 0 8 66,67 0 0 2 16,67 1 8,33

Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan terakhir ayah dari siswa yang

diperiksa di SD Negeri Purwosari. Sebagian besar ayah dari siswa kelas I dan IV

merupakan lulusan SMA (66,67%). Namun, yang lainya adalah lulusan SD

(8,33%), dan lulusan Perguruan Tinggi (16,67%). Terdapat exclude, yaitu ayah

yang tidak diketahui tingkat pendidikan terakhirnya dikarenakan sudah meninggal

yaitu sebesar 8,33%. Tidak ada ayah siswa yang tidak sekolah.

Tabel 9. Distribusi Siswa berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu dari Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Tingkat Pendidikan Ibu
Kelas n TS SD SMP SMA AK PT Exclude
Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % Σ % Σ %
I 8 0 0 1 8,33 2 16,67 4 33,33 0 0 1 8,33 0 0
IV 4 0 0 0 0 1 8,33 1 8,33 0 0 2 16,67 0 0
Jumlah 12 0 0 1 8,33 3 25 5 41,67 0 0 3 25 0 0

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar ibu dari siswa kelas I

dan IV SD Negeri Purwosari yang diperiksa merupakan lulusan SMA (41,67%).

Terdapat sebanyak 25% ibu yang memiliki tingkat pendidikan hingga SMP, 25 %

hingga Perguruan Tinggi dan terdapat pula 8,33 % ibu yang mengenyam

pendidikan hingga bangku SD. Tidak terdapat ibu siswa yang tidak bersekolah.
26

Tabel 10. Distribusi Siswa berdasarkan Pekerjaan Ayah dari Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Kategori Pekerjaan Ayah
Kelas n PNS Swasta Wiraswasta Tidak Bekerja Exclude
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I 8 0 0 5 41,67 1 8,33 1 8,33 1 8,33
IV 4 2 16,67 2 16,67 0 0 0 0 0 0
Jumlah 12 2 16,67 7 58,33 1 8,33 1 8,33 1 8,33

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar ayah siswa kelas I dan IV

SD Negeri Purwosari bekerja sebagai karyawan swasta (58,33%). Sebanyak

16,67 % ayah bekerja sebagai PNS, dan 8,33 % ayah bekerja sebagai wiraswata.

Sementara itu terdapat 1 ayah yang tidak bekerja (8,33%). Terdapat pula 1 ayah

dengan pekerjaan dalam kategori exclude dikarenakan sudah meninggal (8,33%).

Tabel 11. Distribusi Siswa berdasarkan Pekerjaan Ibu dari Siswa


SDN Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
Kategori Pekerjaan Ibu
Kelas n PNS Swasta Wiraswasta Tidak Bekerja Exclude
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I 8 0 0 1 8,33 1 8,33 6 50 0 0
IV 4 0 0 0 0 0 0 4 33,33 0 0
Jumlah 12 0 0 1 8,33 1 8,33 10 83,33 0 0

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa sebagian besar ibu dari siswa kelas

I dan IV SD Negeri Purwosari yang diperiksa tidak bekerja karena ibu tersebut

adalah ibu rumah tangga. Namun, terdapat 1 ibu memiliki pekerjaan sebagai

karyawan swasta (8,33 %).


BAB IV

DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN GIGI

Diagnosis gigi-geligi dan rencana perawatan berdasarkan data hasil

pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut siswa Kelas I dan IV SD Negeri Purwosari

pada tanggal 5 dan 6 April 2016, disajikan pada tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Daftar Diagnosis dan Rencana Perawatan Gigi Siswa SDN
Purwosari Kelas I dan IV pada Bulan April 2016
No Nama Kelas Elemen Diagnosis Rencana Perawatan
1 M. Zidan 1 55 Karies dentin Opdent
Maulana 54 Karies dentin Opdent
53 Karies dentin Opdent
52 Karies dentin Opdent
64 Karies dentin Opdent
85 Karies dentin Opdent
2 Ardia 1 54 Karies email Opdent
Bagus 62 Karies dentin Opdent
Wicaksono
75 Karies dentin Opdent
74 Radices Eksodonsi
84 Karies dentin Opdent
85 Karies dentin Opdent
3 Hasna 1 55 Karies dentin Opdent
Putri 52 Karies dentin Opdent
Syafira
64 Karies dentin Opdent
65 Karies dentin Opdent
36 Karies email Opdent
75 Radices Eksodonsi
74 Nekrose Eksodonsi
84 Karies dentin Opdent
85 Nekrose Eksodonsi

27
28

No Nama Kelas Elemen Diagnosis Rencana Perawatan


4 Lutvi Cahya 1 54 Karies dentin Opdent
Wardana 53 Karies email Opdent
65 Karies email Opdent
55 Nekrose Eksodonsi
52 Nekrose Eksodonsi
62 Nekrose Eksodonsi
64 Karies email Opdent
65 Karies dentin Opdent
5 Muhammad Abdul 1 75 Karies dentin Opdent
Fatah 74 Nekrose Eksodonsi
46 Karies email Opdent
83 Karies dentin Opdent
84 Karies dentin Opdent
85 Nekrose Eksodonsi
6 Nuveri 1 61 Karies dentin Opdent
64 Karies dentin Opdent
55 Karies email Opdent
7 Redya Jezzya P.R. 1
85 Karies email Opdent
52 Karies dentin Opdent
62 Karies dentin Opdent
75 Karies email Opdent
8 Zahronif Aulia 1
74 Karies email Opdent
K.D.
84 Karies dentin Opdent
85 Karies email Opdent
9 Alfis Ali R.W. 4 65 Karies dentin Opdent
55 Nekrose Eksodonsi
Dafa Ayman 64 Radices Eksodonsi
10 4
Zulfikar 65 Karies dentin Opdent
85 Nekrose Eksodonsi
65 Radices Opdent
11 Jalu Pamungkas 4
75 Karies dentin Opdent
16 Karies email Opdent
55 Radices Eksodonsi
12 Fatih Mufid Alatif 4
37 Karies email Opdent
46 Karies email Opdent
BAB V

PEMBAHASAN

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) tahap II telah

diselenggarakan oleh mahasiswa kepaniteraan FKG UGM pada tanggal 5 dan 6

April 2016 di SD Negeri Purwosari dengan sasaran siswa kelas I dan IV. UKGS

tahap II merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD yang

sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. Beberapa

kegiatan yang diadakan meliputi pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut,

penyuluhan, dilanjutkan dengan sikat gigi bersama dan diakhiri dengan evaluasi.

Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan gigi

dan mulut. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar data yang diperoleh saat

pemeriksaan tidak bias karena siswa belum terpengaruh dengan materi

penyuluhan mengenai frekuensi dan waktu menyikat gigi.

Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan menggunakan

OHI-S. OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) adalah pemeriksaan gigi dan

mulut dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Debris

Index adalah skor/nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa

makanan yang melekat pada gigi penentu. Calculus Index adalah skor/nilai dari

karang gigi yang melekat pada gigi penentu (Safitri, 2015).

Berdasarkan tabel 1, hasil pemeriksaan gigi dan mulut pada siswa kelas 1

dan kelas 4 SD Negeri Purwosari menunjukkan hasil status kebersihan mulut yang

baik (0,0 – 1,2) pada seluruh siswa yang diperiksa, yang diukur menggunakan

29
30

pemeriksaan OHI-S. Syarat pemeriksaan OHI-S adalah minimal 2 gigi indeks

yang memenuhi syarat (gigi permanen, erupsi sempurna, tidak terdapat karies

pada permukaan gigi yang dikukur). Status kebersihan mulut pada siswa kelas 1

dan 4 di SDN Purwosari yang baik menunjukkan adanya kesadaran yang sudah

baik dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kesadaran siswa ini ditunjukkan

dari kebiasaan menyikat gigi minimal 1 kali sehari (seperti tampak pada Tabel 5).

Salah satu penyebab karies adalah diet, terutama sukrosa yang sifatnya

sangat kariogenik. Kariogenitas makanan tergantung pada beberapa faktor,

misalnya konsentrasi sukrosa, sifat perlekatan makanan pada permukaan gigi,

kecepatan pembersihan rongga mulut, kualitas pembersihan, tekstur dan sifat

campuran makanan, pengunyahan dan pH makanan itu sendiri. Faktor-faktor

yang berperan dalam proses terjadinya karies, antara lain proses dari ketahanan

jaringan gigi, bakteri, sumber-sumber makanan seperti karbohidrat, faktor

pelindung gigi seperti saliva, dan komponen-komponennya, serta waktu. Selain

itu, terdapat pula faktor resiko luar yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, lingkungan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan

kesehatan gigi (Dewi dkk., 2015).

Tabel 2 menunjukkan status karies gigi menurut indeks def-t dan DMF-T

pada siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri Purwosari. Menurut hasil pengolahan data,

diperoleh rata-rata karies gigi desidui (def-t) adalah 4,33, sedangkan pada gigi

permanen (DMF-T) adalah 0,42. Artinya bahwa setiap 1 siswa yang diperiksa

dari jumlah total 12 siswa, menderita karies sebanyak 4-5 gigi desidui. Sedangkan

untuk gigi permanen, terdapat sekitar 0-1 gigi permanen yang karies pada tiap 1
31

siswa dari 12 siswa yang diperiksa. Perbedaan tersebut disebabkan karena periode

perkembangan dan pertumbuhan gigi. Siswa kelas 4 berusia antara 9 hingga 10

tahun, gigi desidui sebagian besar telah tanggal sehingga nilai rata-rata karies gigi

desiduinya tergolong sedang. Sementara gigi permanen yang tumbuh merupakan

gigi yang relatif belum lama berfungsi sehingga jumlah yang karies juga sangat

rendah.

Status kesehatan ginggiva siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri Purwosari yang

diperiksa ditunjukkan pada tabel 3. Hasil pemeriksaan menunjukkan seluruh

siswa yang diperiksa menderita gingivitis dalam 1-3 segmen. Hal ini

mengindikasikan bahwa status kesehatan gusi seluruh siswa kelas 1 dan kelas 4

yang diperiksa belum cukup baik. Keadaan ini mengindikasikan bahwa meskipun

kesadaran siswa untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut sudah baik, akan tetapi

efektivitas para siswa dalam menyikat gigi tergolong rendah, sehingga meskipun

telah menyikat gigi minimal satu kali sehari, tetapi belum dapat benar-benar dapat

membersihkan kotoran dari gigi. Menurut Riolina dan Sari (2015) teknik, waktu

dan frekuensi menyikat gigi dapat mempengaruhi kebersihan rongga mulut.

Durasi menyikat gigi yang ideal dan frekuensi menyikat gigi yang baik belum

efektif untuk membersihkan semua permukaan gigi dari plak, hal tersebut dapat

terjadi jika menyikat gigi dilakukan dengan teknik yang salah dan waktu yang

tidak tepat.

Berdasarkan tabel 4, terdapat 8 siswa (66,67%) menyikat gigi 2 kali

sehari dan 2 siswa (16,67%) menyikat gigi 3 kali sehari. Sementara itu masih

terdapat 2 siswa (16,67%) yang menyikat gigi hanya 1 kali dalam sehari. Pada
32

kenyataannya, karies gigi pada siswa kelas 1 dan kelas 4 yang diperiksa tergolong

sedang dan rendah, dan seluruh siswa yang diperiksa menderita gingivitis pada 1-

3 segmen. Hal tersebut berarti efektivitas para siswa dalam menyikat gigi

tergolong rendah karena belum dapat benar-benar dapat membersihkan kotoran

dari gigi.

Tujuan dari sikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

mulut terutama gigi serta jaringan sekitarnya. Menyikat gigi dianjurkan untuk

membersihkan seluruh deposit lunak dan plak pada permukaan gigi dan gusi.

Menyikat gigi yang tepat pada waktunya ialah pagi sesudah sarapan dan malam

sebelum tidur (Ramadhan, 2014). Pada tabel 5, sebagian besar siswa kelas 1 dan 4

SD Negeri Purwosari yang diperiksa belum mengikuti anjuran waktu menyikat

gigi untuk mendapatkan hasil optimal. Sebagian besar siswa lainnya (50%) masih

keliru dalam membiasakan waktu menyikat gigi, yakni, pada saat mandi pagi dan

mandi sore. Setyaningsih dan Prakoso (2016) menyatakan bahwa sebagian besar

penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi dan mandi sore (76,6%).

Meskipun sudah ada siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri Purwosari yang diperiksa

telah melakukan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur (16,67%).

Menurut Ramadhan (2014), menyikat gigi pada waktu pagi hari sesudah

sarapan bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat di

permukaan gigi, sedangkan menyikat gigi pada waktu malam hari bertujuan untuk

membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi, dan begitu

pentingnya menyikat gigi sebelum tidur karena kuman-kuman yang di dalam

mulut beraktifitas, dan aktifitas kuman di malam hari biasanya akan meningkat 2
33

kali lipat di bandingkan pada siang hari karena saat tidur di mana mulut tidak

melakukan aktifitas seperti makan minum, atau berbicara. kemampuan saliva

yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang dan

sebanyak apapun kuman dalam mulut, bila kita sudah menyikat gigi dan kondisi

mulut sudah bersih dapat di pastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan

pada gusi yang mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi.

Salah satu poin kegiatan penting dari UKGS Tahap II yang dilakukan oleh

mahasiswa Kepaniteraan IKGP dan IKGM Angkatan 79 adalah pemberian

rujukan bagi siswa yang memerlukan. Berdasarkan tabel 6, seluruh siswa kelas 1

dan 4 yang diperiksa memerlukan rujukan. Terdapat 12 siswa (100%) yang

diperiksa memerlukan rujukan opdent, dan 6 siswa (50%) memerlukan rujukan

eksodonsi (tabel 7). Rujukan yang direkomendasikan adalah rujukan ke

puskesmas di area wilayah sekolah atau ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM)

Prof. Soedomo. Rujukan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan UKGS Tahap

II yang dilakukan.

Peran orangtua sangat penting pengaruhnya terhadap status kesehatan gigi

dan mulut anak. Orangtua yang berperan baik seperti halnya mengajarkan anak

cara menyikat gigi, menyediakan sikat gigi dan pasta gigi khusus untuk anak,

mengawasi dan memperhatikan anak menyikat gigi, membatasi konsumsi jajanan

kariogenik, memeriksa kondisi gigi anak, dan membawa anak ke dokter gigi

secara teratur, akan besar pengaruhnya terhadap status kesehatan gigi dan mulut

anak (Ngatemi, 2013).


34

Setyaningsih dan Prakoso (2016) menyatakan bahwa cara menggosok gigi

anak-anak perlu diajarkan untuk menggosok gigi paling tidak setelah makan pagi

dan terakhir pada malam hari. Gigi harus disikat dengan gerakan rol, mulai dari

gusi kearah permukaan gigi dan sikat harus menembus celah di antara setiap gigi.

Untuk mengetahui semua hal di atas maka dibutuhkan pengetahuan yang cukup

dalam hal perawatan gigi oleh orangtua, pengetahuan bisa diperoleh salah satunya

dengan pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka diharapkan semakin luas

tingkat pengetahuannya, selain itu perlu dukungan finansial untuk mencapai

kesehatan yang optimal.

Rendahnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut yang

masih mengabaikan pertumbuhan dan pemeliharaan gigi anaknya pada saat

pertumbuhan gigi sulung merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

karies, sehingga diharapkan orang tua ikut berperan mengawasi kebersihan gigi

dan mulut anak mereka dengan cara mengajarkan cara perawatannya (Mustika

dkk., 2014).

Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar ayah dari siswa kelas 1 dan 4

merupakan lulusan SMA (66,67%), sedangkan 2 orang (16,67%) merupakan

lulusan perguruan tinggi, dan 1 orang (8,33%) lulusan SD. Sementara pada tabel

9 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu siswa kelas 1 A dan 4 merupakan

lulusan SMA (41,67%), sebanyak 3 orang (25%) merupakan lulusan perguruan

tinggi, 3 orang (25%) lulusan SMP dan 1 orang (8,33%) lulusan SD. Walaupun

walaupun tingkat pendidikan orang tuanya tinggi, beberapa anak masih memiliki

status karies dan kebersihan mulut yang tergolong cukup. Hal ini kemungkinan
35

karena anak usia sekolah merupakan usia dimana mereka lebih cenderung untuk

memilih makanan yang manis seperti cokelat dan permen. Hal ini menjadi faktor

utama meningkatnya anak usia sekolah dengan masalah kerusakan gigi. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pendidikan kesehatan terhadap anak usia sekolah

tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut (Setyaningsih dan Prakoso, 2016).

Berdasarkan tabel 10, ayah dari siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri Purwosari

yang diperiksa sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta (58,33%).

Terdapat pula 2 ayah (16,67%) bekerja sebagai PNS, 1 orang ayah (8,33%)

bekerja sebagai wiraswasta dan 1 orang ayah tidak bekerja (8,33%). Sementara

pada tabel 11 menunjukkan sebagian besar ibu dari siswa kelas 1 dan 4 SD

Negeri Purwosari tidak bekerja (83,33%). Akan tetapi, 1 orang ibu bekerja

sebagai karyawan swasta dan 1 orang ibu bekerja secara wiraswasta (8,33%).

Apabila ditinjau dari pekerjaan orang tua, maka sebagian besar siswa

kelas 1 dan kelas 4 SD Negeri Purwosari kemungkinan berasal dari keluarga

dengan sosial ekonomi menengah kebawah. Susi dkk. (2012) menyatakan bahwa

anak-anak dengan orang tua dengan penghasilan cukup, mempunyai kesempatan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Orang tua dengan penghasilan memadai

akan memungkinkan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada

anaknya. Orang dengan kemampuan ekonomi kurang akan kesulitan untuk

memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga akan sulit memberikan pelayanan

kesehatanuntuk keluarganya.

Ibu yang bekerja akan meningkatkan pendapatan keluarga. Peningkatan

pendapatan keluarga akan meningkatkan status ekonomi sehingga memudahkan


36

dalam mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kebutuhan (Susi dkk., 2012). Pernyataan ini mendukung hasil pemeriksaan siswa

kelas 1 dan 4 SD Purwosari yang diperiksa, yang menunjukkan hasil bahwa

seluruh siswa masih memerlukan rujukan medis untuk dilakukan tindakan

perawatan gigi dengan status karies rendah dan sedang. Selain itu pengetahuan

para siswa untuk menyikat gigi secara benar serta manfaat memeriksakan gigi ke

dokter gigi secara rutin masih kurang. Oleh karena itu, dibutuhkan motivasi untuk

periksa ke dokter gigi secara rutin dan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan UKGS pada siswa kelas

1 dan 4 SD Negeri Purwosari pada tanggal 5 dan 6 April 2016 dapat disimpulkan

bahwa :

1. Status kebersihan mulut sebagian besar siswa berdasarkan indeks OHI-S

dalam kategori baik.

2. Status karies gigi dari rerata karies gigi sulung (def-t) sebesar 4,33 dan

rerata karies gigi permanen (DMF-T) sebesar 0,42.

3. Sebagian besar siswa SD Negeri Purwosari mengalami gingivitis.

4. Seluruh siswa yang diperiksa telah memiliki kebiasaan menyikat gigi yang

baik, yaitu, minimal 1 kali sehari.

5. Seluruh siswa yang diperiksa membutuhkan rujukan medis gigi.

B. Saran

Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan UKGS tahap II pada

siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri Purwosari, maka dapat diajukan saran sebagai

berikut:

1. Peningkatan kegiatan UKGS secara rutin dan berkala untuk menyuluh siswa

mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dalam peningkatan

kualitas kesehatan gigi dan mulutnya.

37
38

2. Perlu adanya peran serta orang tua dalam pembinaan tentang pentingnya

menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa.

3. Perlunya penyuluhan mengenai cara dan waktu yang tepat dalam melakukan

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.

4. Perlu diadakan erjasama antara pihak sekolah dengan Puskesmas terdekat

maupun RSGM Prof. Soedomo untuk pelaksanaan UKGS secara berkala

maupun tindak lanjut rujukan medis gigi.


DAFTAR PUSTAKA

American Dental Association, 2014, Smile Smart Dental Health Curriculum,


http://www.ada.org/en/Home-MouthHealthy-Kids/educators/smile-smarts-
dental-health-curriculum/, diunduh tanggal 26 November 2015.

Darwita, R.R., Novindra, H., Budiharto, Pratiwi, P.D., Amalia, R., Asri, S.R.,
2011, Efektivitas Program Sikat Gigi Bersama terhadap Risiko Karies Gigi
pada Murid Sekolah Dasar, J Indon Med Assoc, 61 (5): 204-209.

Dewi, Prabowo dan Suwarsi, 2015, Influence of Health Education of Brushing


Teeth Against Dental Practice on Elementary School Age in SDN
Mustokorejo, Jurnal Keperawatan Respati, 2 (1): 8-12.

Hastuti, S., dan Andriyani, A., 2010, Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Gigi dalam Meningkatkan Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi pada Anak
di SD Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali, Gaster, 7 (2):
624-632.

Kementerian Kesehatan RI, 2012, Buku Panduan Pelatihan Kader Kesehatan


Gigi dan Mulut di Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

_______________________, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan


Badan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Mustika, M.D., Carebelly, A.N., Cholil, 2014, Insidensi Karies Gigi pada Anak
Usia Prasekolah di TK Merah Mandinangin Martapura Periode 2012-2013,
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 2 (2): 200-204.

Ngatemi, 2013, Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua


Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar, Jurnal
Health Quality, 3 (2): 69-140.

Ramadhan, E.S., 2014, Hubungan Kebiasaan Menyikat Gigi Sebelum Tidur


dengan Terjadinya Karies Gigi pada Siswa- Siswi SMP Swasta
Darussalam Medan Tahun 2014, Jurnal Ilmiah Pannmed, 9 (2): 107-111.

Riolina, A., dan Sari, R., 2015, Gambaran Pola Jajan, Frekuensi Mneyikat Gigi
dan Status Karies Gigi Anak Usia 11-12 Tahun di SD Negeri Gumpang 01
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, Jurnal Ilmiah Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 3 (2): 69-72.

Safitri, D.A.R., 2015, Gambaran Pola Jajan, Frekuensi Menyikat Gigi, dan Status
Karies Gigi Anak Usia 11-12 Tahun di SD Negeri Gumpang 01 Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

39
40

Setiawan, R., Adhani, R., Sukmana, B. I., Hadianto, T., 2014, Hubungan
Pelaksanaan UKGS dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid
Sekolah Dasar dan Sederajat di Wilayah Kerja Puskesmas Cempaka Putih
Kota Banjarmasin, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 2 (1): 102-109.

Setyaningsih, R., dan Prakoso, I., 2016, Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat
Sosial Ekonomi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua tentang Perawatan Gigi
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Balita di Desa Mancasan Baki
Sukoharjo, Kosala, 4 (1): 13-24.

Sumantri, D., Lestari, Y., dan Arini, M., 2011, Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut pada Pelajar Usia 7-8 Tahun di 2 Sekolah Dasar
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi Melalui
Permainan Edukasi Kedokteran Gigi, Andalas Dental Journal, 2(3): 39-48.

Susi,. Bachtiar, H., dan Azmi, U., 2012, Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang
Tua dengan Karies pada Gigi Sulung Anak Umur 4 Tahun dan 5 Tahun,
Majalah Kedokteran Andalas,Vol. 1(36): 98-105.

Sutjipto, C., Wowor, V.N.S., 2013, Gambaran Tindakan Pemeliharaan Kesehatan


Gigi dan Mulut Anak Usia 10-12 Tahun di SD Kristen Eben Haezar 02
Manado, Jurnal e-Biomedik, 1(1): 697-706.

Washington State Department of Health Oral Health Program, 2011, Tooth Tutor:
A Simplified Oral Health Curriculum for Pre-K to Grade 12, 2nd Edition,
Washinton State Department of Health, Washington, h. 91-92, 121-122.

Worotitjan, I., Mintjelungan, C.N., dan Gunawan, P., 2013, Pengalaman Karies
Gigi serta Pola Makan dan Minum pada Anak Sekolah Dasar di Desa
Kiawa Kecamatan Kawangkoan Utara, Jurnal e-Gigi, Vol. 1(1): 59-68.
LAMPIRAN

41
42

Siswa SD Negeri Purwosari Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Penyuluhan Kesehatan Gigi Sikat Gigi Bersama


dan Mulut

Anda mungkin juga menyukai