Anda di halaman 1dari 30

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

PADA Nn. A (21 TH) DENGAN KASUS HALITOSIS DI KLINIK


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES
BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Gigi pada Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung Kementerian Kesehatan RI

DEBY INTAN MULTANTI


P17325114039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2017
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT
PADA Nn. A (21 TH) DENGAN KASUS HALITOSIS DI KLINIK
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES
BANDUNG

Deby Intan Multanti, Yonan Heriyanto


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Halitosis bersumber dari daerah mulut atau hidung yang menghasilkan bau
yang mengganggu.Kondisi halitosis yang kronis tidak dapat dihilangkan hanya
dengan tindakan pembersihan biasa seperti sikat gigi dan flossing (Pratiwi, 2007).
Selain itu, halitosis dapat disebabkan oleh kalkulus karena kalkulus dapat
menyebabkan bau karena didalam kalkulus terdapat bakteri yang bermukim
didalamnya. Apabila halitosis disebabkan oleh kalkulus, alangkah baiknya
dilakukan scaling sebab bukan hanya menyebabkan halitosis, tetapi dapat
menyebabkan pula gingivitis dan radang jaringan penyangga (Darmawan, 2002).
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode Studi Kasus.
Tujuan studi kasus ini adalah diketahuinya gambaran secara umum tentang
penatalaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut pada Nn. A (21 th) dengan
kasus halitosis. Dari hasil proses asuhan keperawatan gigi, diperoleh kasus gigi
berlubang dan karang gigi. Untuk gigi yang terkena karies itu sendiri dilakukan
penambalan GI dan untuk kalkulus dilakukan scaling dan pengolesan antiseptik.
Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan yaitu, ketika dilakukan
penambalan, Nn. A (21 th) merasa giginya tidak sakit, dan setelah dilakukan
scaling Nn. A (21 th) merasa bahwa bau mulutnya sudah lebih membaik dan Nn.
A (21 th) juga kooperatif pada saat dilakukan perawatan.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Gigi, Halitosis, Kalkulus, Scaling
MANAGEMENT OF ORAL AND DENTAL NURSING AT Nn. A (21 TH)
WITH CASE OF HALITOSIS AT THE CLINIC MAJORING IN DENTAL
NURSING POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

Deby Intan Multanti, Yonan Heriyanto

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRACT

Halitosis comes from the mouth and nose are producing an odor. The
halitosis is chronic can not be eliminated only with the cleaning action teeth
brushing and flossing (Pratiwi, 2007). In addition, halitosis can be caused by
calculus because calculus can cause odor because inside calculus there are
bacteria that live in it. If halitosis is caused by the calculus, it is good to do scaling
because it not only causes halitosis, but can also cause gingivitis and periodontitis
(Darmawan, 2002).

The preparation of this work is a case study method. The purpose of this
case study is known the general picture of management of oral and dental care Nn.
A (21) with halitosis cases. From the results of the process of nursing care of
teeth, obtained the case of cavities and tartar. For caries-affected teeth itself GI
patching is performed and for calculus is performed scaling and antiseptic smearing.
Based on the research result obtained conclusion that, when done penthing GI, Nn.
A (21 th) felt his teeth did not hurt, and after scaling Nn. A (21 th) feels that his
bad breath is getting better and Nn. A (21 th) is also co-operative at the time of
treatment.

Keywords : Nursing Dental Care, halitosis, calculus, scaling


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III (D3) di Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Bandung Jurusan Keperawatan Gigi dengan judul

Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut pada Nn. A (21 th)

dengan Kasus Halitosis di Klinik Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes

Bandung.

penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang.

Penulis berharap mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat dan berguna

bagi pembaca.

Dalam kesempatan ini ijinkan penulis untuk menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


2. Bapak, Mama dan keluarga yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan,

dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

tepat waktu.

3. Dr. Ir. H. Osman Syarif,M.KM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Bandung.

4. Drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes, AIFO selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

5. Yonan Heriyanto S.Si.T, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan saran, dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Drg. Rr Megananda Hiranya Putri M.Kes, dan Tiurmina Sirait S.Pd, MAP

selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada

penulis.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis.

8. Pasien Nn. A (21 th) yang telah meluangkan waktu untuk membantu dalam

proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan angkatan 20 Program D III yang sama-sama berjuang dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yang sama-sama saling memberikan

motivasi, semangat.

10. Dan semua pihak yang terlibat yang telah membantu dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.


Akhir kata penulis panjatkan doa semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat-Nya dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, Juli 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGUJIAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACK

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI . iv

DAFTAR LAMPIRAN . vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .. 1
B. Rumusan Masalah . 4
C. Tujuan Penelitian .. 4
1. Tujuan Umum . 4
2. Tujuan Khusus 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut . 5


1. Pengertian 5
2. Tujuan .. 5
3. Tahap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi ... 6
B. Halitosis . 8
1. Pengertian Halitosis . 8
2. Gejala Halitosis 9
3. Penyebab Halitosis ... 10
4. Kalkulus ... 13
5. Buah-buahan dan sayuran 14
6. Cara Mencegah Halitosis . 17
7. Perawatan Halitosis . 18
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data Pasien... 20
B. Penatalaksanaan .. 23
BAB IV PEMBAHASAN .. 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .... 30
B. Saran .. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rekam Medik (Pengkajian Pasien)


Lampiran 2 : Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut merupakan suatu proses

menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan gigi. Proses

keperawatan gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis

keperawatan gigi menunjukkan bahwa seorang perawat gigi

bertanggungjawab untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam

ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi (Dahlan, 2008).

Menurut Riskesdas tahun 2007 dan 2013 persentase penduduk yang

mempunyai masalah gigi dan mulut meningkat 23,2 % menjadi 25,9 % dari

penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, persentase

penduduk yang menerima perawatan medis gigi meningkat dari 29,7% tahun

2007 menjadi 31,1% pada tahun 2013. Penyakit gigi dan mulut menjadi

penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat Indonesia dan penyakit

dengan peringkat ke-4 penyakit termahal dalam perawatannya.Penyakit gigi

dan mulut yang banyak diderita adalah penyakit jaringan penyangga gigi

(radang gusi), karies (gigi berlubang), halitosis (bau mulut) yang semuanya

berkaitan erat dengan perilaku terhadap memelihara kesehatan gigi dan mulut.

Halitosis adalah salah satu penyakit mulut dan gigi yang sangat

mengganggu. Bukan saja lantaran menimbulkan rasa tak nyaman pada diri

sendiri, tapi juga menyebabkan sensasi tak enak bagi orang lain. Tak heran,
bila kasus halitosis seringkali menyebabkan perasaan rendah diri dan merusak

semangat bersosialisasi (Darmawan, 2007 ).

Halitosis bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yang

alamiah terjadi bila makan makanan yang berbau, misalnya bawang merah

dan bawang putih. Bisa juga disebabkan keadaan kering mulut yang lama

seperti lama tidak makan/puasa, bangun tidur, sedang minum obat yang

mempunyai efek samping menurunkan banyak air ludah, perokok, atau ketika

sedang mengalami stres.Keadaan sakit seperti kencing manis atau sinusitis

kronis juga dapat menyebabkan bau mulut. Sedangkan penyebab bau mulut

yang dipicu kondisi mulut dan gigi bisa disebabkan oleh gigi-gigi berlubang

yang belum ditambal, penumpukan karang gigi, dan gigi atau lidah yang

kurang terjaga kebersihannya.Karang gigi dapat menyebabkan bau, karena

permukaan karang gigi yang kasar dapat menyebabkan bakteri bermukim di

atasnya. Apalagi bila bakteri bermukim di bawah karang gigi dan tidak

mendapatkan udara, akan timbul bakteri anaerob (bakteri yang tidak

membutuhkan oksigen). Bakteri anaerob dapat mengeluarkan gas sulfur yang

menyebabkan bau (Darmawan, 2002).

Pemeriksaan yang dilakukan penulis terhadap pasien Nn.A (21 th) di

Klinik Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung pada tanggal

29 November 2016 diperoleh data bahwa pasien Nn.A (21 th) mengeluhkan bau

mulut (halitosis). Pasien Nn. A (21 th) mengeluhkan halitosis yang disebabkan

oleh karang gigi sejak 2 bulan yang lalu.


Selain itu, pasien tersebut kurang menyukai buah-buahan dan sayuran

yang berserat dan berair sehingga tidak ada proses self cleansing dalam rongga

mulutnya.

Dalam kasus ini, maka perlu dilakukan pelayanan asuhan keperawatan

gigi dan mulut terhadap pasien dengan keluhan halitosis untuk mencegah

suatu penyakit gigi dan mulut pada individu tersebut.Studi pendahuluan yang

dilakukan penulis terhadap pasien Nn.A (21 th) di Klinik Gigi Poltekkes

Kemenkes Bandung dilakukan pada tanggal 29 November 2016 diperoleh data

bahwa pasien Nn. A (21 th) merupakan mahasiswa yang memiliki kebiasaan

pemeliharaan kesehatan gigi yang kurang baik seperti menyikat gigi pagi

ketika mandi, sore ketika mandi, dan malam ketika menjelang tidur serta

tehnik menyikat gigi kurang baik, sering mengonsumsi permen (setiap hari),

kurang menyukai sayuran, jarang mengonsumsi buah-buahan yang berserat dan

berair serta kadang-kadang pasien mengonsumsi kopi. Selain itu, hampir semua

gigi pasien terdapat karang gigi dan gingivitis serta di beberapa gigi terdapat

kelainan posisi.Selain itu, kurangnya pengetahuan pasien terhadap

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu penyebab

timbulnya masalah pada kesehatan gigi.

Sehubungan dengan kasus tersebut, maka penulis ingin menyusun

Karya Tulis Ilmiah tentang Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi dan

Mulut Pada Pasien Nn. A (21 th) dengan Kasus Halitosis di Klinik Jurusan

Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah sebagai

berikut, Bagaimanakah penatalaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut

pada Nn.A (21 th) dengan kasus halitosis di klinik jurusan keperawatan gigi

Poltekkes Kemenkes Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut

pada Nn.A (21 th) dengan kasus halitosis di Klinik Jurusan Keperawatan

Gigi Poltekkes Kemenkes Bandung.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mendapatkan informasi atau data pengkajian pada Nn. A (21 th)

b. Untuk mendapatkan diagnosa keperawatan gigi pada Nn. A (21 th)

c. Untuk merumuskan perencanaan tindakan keperawatan gigi pada Nn.

A (21 th)

d. Untuk memberikan tindakan atau implementasi pada kasus halitosis

Nn. A (21 th)

e. Untuk mengevaluasi kegiatan pada kasus yang di derita Nn. A (21 th)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

1. Pengertian

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah suatu proses

menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan gigi

(Dahlan, 2008).

Asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi

dan mulut yang terencana yang ditunjukkan kepada kelompok tertentu

yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara

berkesinambungan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal

(Kepmenkes No. 248 / 2006).

Pelayanan asuhan kesehatan gigi merupakan proses kegiatan praktek

keperawatan di bidang kesehatan gigi yang langsung diberikan kepada

klien/pasien berdasarkan dan disesuaikan dengan pedoman standar profesi,

kode etik profesi dalam lingkup kompetensinya (Silfia, 2014).

2. Tujuan dari Proses Asuhan Keperawatan Gigi

a. Menyediakan kerangka kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan

pasien dalam perawatan gigi dan mulut.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan

masalah kesehatan gigi dan mulut yang dapat dikurangi, dihilangkan

dan atau dicegah oleh seorang perawat gigi(Dahlan, 2008).


3. Tahap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

Tahapan dalam proses asuhan keperawatan gigi menurut Dahlan (2008),

yaitu :

a. Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan dasar dari proses keperawatan gigi.

Pengkajian adalah mengumpulkan dan menganalisis data-data

subyektif maupun obyektif dari klien dan mengarahkan penilaian

kepada kebutuhan tersebut yang berhubungan dengan pelayanan

asuhan keperawatan gigi.

Pengkajian klien meliputi pemeriksaan kesehatan secara

menyeluruh, data pribadi, riwayat kesehatan umum, pemeriksaan extra

dan intra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasarkan hal-

hal yang ditemukan selama pemeriksaan.

b. Diagnosis

Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada

kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan

asuhan keperawatan gigi.

Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk

mengarahkan tindakan keperawatan gigi selanjutnya.Diagnosis

keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan

bahwa kebutuhan manusia merupakan fokus dari perencanaan

pelayanan.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid apabila :

1. Berdasarkan data yang komplit dan akurat

2. Kedua data obyektif maupun subyektif menjelaskan suatu pola

karakteristik dari tidak perpenuhinya kebutuhan manusia yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit mulut.

3. Berdasarkan pengetahuan ilmiah keperawatan gigi

4. Dapat dicegah, dikurangi atau diatasi dengan pelayanan asuhan

keperawatan gigi

a. Perencanaan

Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervensi

keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan untuk mengatasi

masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan

kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan mulut.

Perencanaan merupakan kerangka kerja untuk pembuatan

keputusan dan menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan

pelayanan asuhan keperawatan gigi.Pada dasarnya, perencanaan

merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-

keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik.

b. Implementasi

Implementasi adalah tindakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan gigi yang telah dirancang dengan khusus untuk

memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan

mulut.
Implementasi termasuk tindakan-tindakan yang

dilaksanakan oleh perawat gigi, klien atau direncanakan lain

dalam rangka mencapai tujuan klien setiap tindakan

dilaksanakan dan hasilnya dicatat dalam catatan klien.

c. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan data klien setelah selesai

perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu

pengkajian awal, untuk menentukan ada/tidaknya perubahan

klien atau tercapai tidaknya tujuan perawatan.

B. Halitosis

1. Pengertian Halitosis

Halitosis adalah salah satu penyakit mulut dan gigi yang sangat

mengganggu. Bukan saja lantaran menimbulkan rasa tak nyaman pada diri

sendiri, tapi juga menyebabkan sensasi tak enak bagi orang lain. Tak

heran, bila kasus bau mulut seringkali menyebabkan perasaan rendah diri

dan merusak semangat bersosialisasi ( Darmawan, 2002).

Halitosis bersumber dari daerah mulut atau hidung yang

menghasilkan bau yang mengganggu.Kondisi halitosis yang kronis tidak

dapat dihilangkan hanya dengan tindakan pembersihan biasa seperti sikat

gigi dan flossing.Bau mulut sesaat pada pagi hari sering dialami banyak

orang tetapi ini tidak termasuk gangguan halitosis. Keluhan halitosis tidak

dibatasi usia, ras, seks, ataupun tingkat sosial ekonomi seseorang( Pratiwi,

2007).
Halitosis adalah bau nafas yang tidak enak, tidak menyenangkan

dan menusuk hidung.Pada banyak kasus, umumnya bau mulut dapat

diatasi dengan menjaga kebersihan rongga mulut.Namun, apabila perawatan

sendiri tidak dapat mengatasi masalah ini perlu berkonsultasi dengan dokter

gigi untuk mengetahui kondisi serius yang mungkin menjadi

penyebabnya(Kusumawardani, 2011).

Halitosis adalah kebiasaan dan masalah yang umum yang bisa

membawa kita pada kerenggangan sosial dan rasa malu. Halitosis berasal

dari bahasa Latin yaitu halitus berarti nafas dan bahasa Yunani osis

yang berarti abnormal atau penyakit. Halitosis adalah istilah yang

digunakan untuk menggambarkan tanda nafas tidak sedap pada saat nafas

dihembuskan.Halitosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan nafas tidak sedap yang berasal baik dari rongga mulut

maupun di luar rongga mulut (Ariwansa, 2015).

2. Gejala Halitosis

a. Sering merasa tidak enak dalam mulut.

b. Orang lain berkomentar mengenai bau nafas kita, kemudian

menawarkan sejenis permen atau obat penyebab bau nafas.

c. Tanpa sadar, kita sering menggunakan produk penghilang bau mulut,

penyegar nafas atau semacamnya.

d. Orang lain tidak mau berdekatan saat berbicara dengan kita.

e. Kita merasakan mulut kering atau kondisi air liur lebih kental daripada

biasanya ( Pratiwi, 2007 ).


3. Penyebab Halitosis

a. Masalah Gigi

Kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal bisa

menjadi sumber penyebab terjadinya halitosis. Bersihkan rongga mulut

dengan menyikat gigi dan flossing, plak yang berisi bakteri akan

semakin menumpuk. Selain berbahaya bagi kesehatan gigi dan gusi,

bakteri-bakteri ini juga bisa mengeluarkan senyawa sulfur yang bisa

membuat nafas bau.

b. Makanan

Partikel-partikel makanan yang tertinggal di dalam mulut bisa

menimbulkan bau yang tidak sedap.Beberapa makanan tertentu seperti

bawang putih dan bawang Bombay mengandung senyawa yang bisa

menimbulkan bau. Ketika makanan-makanan seperti ini dicerna dan

senyawa tersebut masuk ke dalam peredaran darah, senyawa ini akan

dibawa ke paru-paru dan bisa menimbulkan bau ketika berbicara.

c. Mulut Kering

Air ludah membantu melembabkan dan menjaga kebersihan

mulut.Jika produksi air ludah berkurang, plak dan karang gigi semakin

mudah terbentuk. Sel-sel yang sudah mati juga akan menumpuk pada

gusi, lidah, pipi. Sel-sel ini akan terurai dan menghasilkan bau yang

tidak enak. Mulut kering biasanya terjadi secara alami ketika tidur, hal

ini yang menimbulkan bau mulut ketika bangun tidur di pagi


hari.Kebiasaan bernafas lewat mulut, merokok, dan obat-obatan

tertentu juga bisa mengakibatkan mulut kering.

c. Penyakit

Ada berbagai penyakit yang bisa mengakibatkan timbulnya

halitosis, diantaranya infeksi pada rongga mulut dan saluran

pernapasan, penyakit hati, ginjal, diabetes, gastroesophageal reflux

disease, dan hiatal hernia.

d. Kebiasaan Merokok

Merokok bisa mengakibatkan mulut kering dan menimbulkan

bau yang khas dari rokok.Kebiasaan ini juga meningkatkan resiko

terjadinya penyakit periodontal yang juga berhubungan dengan

halitosis.

e. Diet yang Berlebihan

Diet dan puasa juga bisa menimbulkan halitosis akibat proses

ketoacidosis, pemecahan suatu senyawa yang terjadi selama berpuasa.

Karena halitosis paling sering disebabkan oleh masalah kebersihan

mulut, tentunya bisa menghindarinya dengan menjaga kebersihan

rongga mulut.Apabila halitosis diakibatkan oleh kondisi medis atau

penyakit tertentu segera hubungi dokter gigi untuk mendapatkan

penanganan (Rahmadhan, 2010).


Penyebab halitosis menurut (Darmawan, 2002) diantaranya :

Secara alamiah :

a. bawang merah

b. bawang putih

Bisa juga disebabkan oleh :

a. Lama tidak makan/puasa

b. Bangun tidur

c. Sedang minum obat yang mempunyai efek samping menurunkan

banyaknya air ludah

d. Perokok

e. Ketika sedang mengalami stress

Keadaan sakit seperti :

a. Kencing manis

b. Sinusitis kronis

Halitosis yang dipicu kondisi mulut dan gigi :

a. Gigi-gigi berlubang yang belum ditambal (jaringan pulpa

membusuk)

b. Penumpukan karang gigi

c. Gigi dan lidah yang kurang terjaga kebersihannya

(Darmawan, 2002).
Berdasarkan faktor-faktor penyebab halitosis diatas, ada beberapa

penyebab halitosis yang dikeluhkan oleh Nn. A (21 th) yaitu diakibatkan

oleh kalkulus dan Nn. A juga kurang menyukai buah-buahan dan sayuran

yang berserat dan berair.

4. Kalkulus

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid lainnya

di dalam mulut, misalnya restorasi dan gigi geligi. Kalkulus adalah plak

terkalsifikasi.Tahap-tahap pembentukannya dapat dipantau dengan

mengamati vener plastik yang terpasang pada gigi geligi atau geligi tiruan.

Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan

pada gigi permanen anak muda usia. Meskipun demikian, pada anak usia 9

tahun, kalkulus sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut,

dan pada hampir seluruh rongga mulut individu dewasa.

Kalkulus adalah plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak

semua plak termineralisasi. Presipitasi garam-garam mineral ke dalam plak

sudah dapat dilihat hanya beberapa jam setelah terbentuknya plak. Mineral

pada kalkulus supragingival berasal dari saliva, sedangkan pada kalkulus

subgingival berasal dari eksudat cairan gingival. Pada plak yang baru

terbentuk, konsentrasi kalsium dan ion fosfornya sangat tinggi. Umumnya

konsentrasi kalsium pada plak sekitar 20 kali lebih besar daripada di

saliva, tetapi tidak terlihat adanya kristal apatit. Selain itu, juga terlihat

bahwa kristal hidroksiapatit terbentuk spontan di dalam saliva.


Beberapa diantaranya kelihatannya dibutuhkan dan umumnya dianggap

bahwa beberapa elemen pada plak berfungsi sebagai daerah perbenihan atau

nukleasi tempat akan mulai terjadinya kristalisasi. Pemeriksaan dengan

mikroskop electron menunjukan bahwa Kristal apatit terendapkan di dalam

badan mikroorganisme yang berbentuk filamen. Akan tetapi, pada

penelitian lain kalkulus juga dapat terbentuk pada hewan percobaan yang

bebas mikroorganisme. Ada kemungkinan bahwa ada faktor lain yang

berpengaruh terhadap terbentuknya kalkulus (Putri, dkk, 2009).

Kalkulus dapat menyebabkan bau, karena permukaan karang gigi

yang kasar dapat menyebabkan bakteri bermukim diatasnya. Apalagi bila

bakteri bermukim di bawah karang gigi dan tidak mendapat udara, akan

timbul bakteri anaerob (bakteri yang tidak membutuhkan oksigen).

Bakteri anaerob dapat mengeluarkan gas sulfur yang menyebabkan bau,

contohnya hidrogen sulfide (H2S), metal merkaptan dan metil sulfida.

Jadi, sebaiknya karang gigi cepat dibersihkan, sebab bukan hanya

menyebabkan halitosis, tapi dapat menyebabkan gingivitis dan radang

jaringan penyangga. Pembersihan karang gigi saja, bila tidak ada keluhan

dapat dilakukan enam bulan sekali secara teratur ( Darmawan, 2002).

5. Buah-buahan dan Sayuran

a. Pengertian sayuran dan buah

Banyak orang yang belum bisa membedakan antara buah dan

sayuran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), buah

merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik dan
biasanya berbiji. Sedangkan sayur merupakan daun-daunan, tumbuh-

tumbuhan, polong atau bijian, dan sebagainya yang dapat di

masak.Namun secara botani, buah merupakan bagian dari tanaman

yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari

indung telur atau sebagai bagian dari bunga itu sendiri.Sayur adalah

bahan makanan yang berasal dari bagian tumbuhan seperti daun, batang,

dan bunga (Sediaoetomo, 2004).Wortel tergolong sebagai

sayuran.Sedangkan tomat tergolong sebagai buah jika ditinjau dari

pengertian secara botani (Dewi, 2014).

b. Kandungan dan Manfaat Sayuran

Sayur merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat,

magnesium, kalium dan serat serta tidak mengandung lemak dan

kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran yang berwarna

jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin

A berupa betakaroten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran yang

berwarna hijau di samping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat,

dan vitamin C. Contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam,

kangkung, daun singkong, daun kacang, daun katuk dan daun papaya.

Semakin hijau warna daun semakin kaya akan zat-zat gizi.

Sayur juga dikonsumsi untuk memberi rasa segar dan

melancarkan proses menelan makanan karena biasanya sayur

dihidangkan dalam bentuk kuah. Dianjurkan sayuran yang di konsumsi

setiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan dan


sayuran yang berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur

yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 150-200

gram (Almatsier,2004).

c. Kandungan dan Manfaat Buah

Seperti sayuran, buahpun merupakan kebutuhan penting untuk

tubuh kita.Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, tetapi

pada jenis buah-buahan tersebut juga cukup banyak menghasiikan

energi.Buah-buahan biasanya dipergunakan sebagai pencuci mulut.

Pada umumnya, buah pencuci mulut memberikan rasa manis dan

kadang-kadang memberikan rasa asam. Rasa manis ini berasal dari

sukrosa, glukosa, maltosa atau fruktosa (Wirakusumah, 2005).

Kandungan serat pada buah sangat berpengaruh dalam

pencernaan. Serat juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena

sifat fisik serta fisiologisnya. Sifat fisik yang penting adalah volume

dan massa. Kemampuan mengikat air dan ketahanan terhadap fermentasi

oleh bakteri sehingga serat sangat dibutuhkan tubuh (Jahari,

2001).

d. Konsumsi Makanan Berserat Untuk Kesehatan Gigi

kontrol plak dapat juga dilakukan dengan mengonsumsi

makanan berserat. Kebiasaan makanan-makanan berserat tidak bersifat

merangsang pembentukan plak.Melainkan berperan sebagai pengendali

plak secara alamiah. Bahan makanan yang banyak mengandung serat

antara lain buah-buahan, sayuran terutama sayuran hijau, kacang-


kacangan serta serelia. Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan mengandung 75-95% air. Sayuran dan buah-buahan

berserat dan berair akan bersifat membersihkan karena harus dikunyah

dan dapat merangsang sekresi saliva. Makanan yang membersihkan

contohnya apel, jambu biji dan sebagainya(Universitas Sumatera

Utara).

6. Cara Mencegah Halitosis

a. Biasakan mengunyah permen atau permen karet tanpa kandungan gula

b. Jika produk air liur menurun, pertahankan kelembaban mulut dengan

minum air delapan gelas perhari

c. Memilih jenis sayuran seperti wortel atau seledri sebagai camilan

d. Kekurangan vitamin C

e. Bersihkan gigi dan lidah dengan pasta gigi

f. Gunakan water pik (penyemprot air khusus gigi)

g. Gunakan obat kumur

h. Berkumur dengan hydrogen peroksida dan air

i. Beberapa kondisi bau mulut disebabkan oleh perut kosong dapat

diatasi dengan makan(Pratiwi, 2007).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah halitosis :

a. Menyikat gigi setelah makan dan flossing minimal sehari sekali.

Penggunaan obat kumur biasanya hanya membantu menyegarkan nafas

secara merata. Tanpa menyikat gigi dan flossing yang bersih, obat

kumur gak akan efektif menghilangkan bau mulut.


b. Sikat lidah. Kita bisa melakukannya dengan menggunakan sikat gigi

ataupun sikat lidah. Sikatlah permukaan lidah sebanyak 5 sampai 15

gosokan, terutama bagian tengah lidah.

c. Apabila menggunakan kawat gigi lepasan ataupun gigi tiruan lepasan,

bersihkanlah alat-alat ini secara rutin.

d. Jagalah agar mulut tetap lembab, dengan minum air putih yang cukup,

ataupun dengan mengunyah permen karet ataupun menghisap permen

(tidak mengandung gula).

e. Gantilah sikat gigi dengan yang baru setiap 3 bulan sekali.

f. Lakukan pemeriksaan gigi di dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk

memeriksa dan membersihkan gigi (Rahmadhan, 2010).

7. Perawatan

Sebelum melakukan perawatan, harus dilakukan pemeriksaan lengkap

yaitu :

Anamnesa, riwayat medis, riwayat dental termasuk pemeriksaan

laboratorium.

Perawatan tergantung dari penyebab :

a. Bila karena makanan, minuman, rokok ditanggulangi dengan

menghindari atau menghentikan konsumsi makanan tersebut.

b. Bila karena kondisi fisiologis sukar dihindari, penanggulangannya

dapat dengan menggunakan obat kumur, mouth spray, tablet hisap atau

makan permen mentol.


c. Bila di dalam rongga mulut ada sisa akar, gigi berlubang, periodontal

poket, kalkulus dll, tujuan utamanya menghilangkan halitosis sehingga

harus menghilangkan bakteri dan semua unsur yang retensif (Forum

komunikasi JKG Poltekkes se-indonesia, 2008).

Perawatan yang harus dilakukan menurut Djamil (2008) :

a. Perawatan biasanya diawali dengan pemeriksaan lengkap untuk

mengetahui status oral serta riwayat kesehatan umum. Suatu uji coba

dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan bau mulut dengan

menggunakan odor-meter. Uji ini dapat menghitung dengan akurat

Volatile Sulfur Gases (VSG) yang dihasilkan si penderita halitosis.

b. Kelainan periodontal dan/atau karies gigi harus dirawat dan diperbaiki.

Selain itu, infeksi dalam rongga mulut juga harus dieliminasi atau gigi

yang terbenam perlu dibuang.

c. Setelah masalah infeksi rongga mulut diobati dan disembuhkan, untuk

mencegah kembalinya gangguan ini, pemakaian obat kumur dan pasta

gigi merupakan tindakan yang cukup efektif dalam penatalaksanaan

gangguan bau mulut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tahapan asuhan keperawatan gigi dan mulut pada pasien Nn. A

(21 th) dengan kasus halitosis, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pada saat dilakukan pemeriksaan pada tanggal 29 November 2016, Nn. A

(21 th) mempunyai keluhan tambahan yaitu bau mulut dan terdapat cukup

banyak kalkulus didalam rongga mulut Nn. A (21th)

2. Hasil diagnosa diketahui bahwa didalam rongga mulut Nn. A (21 th)

ditemukan beberapa kasus yaitu KME di gigi 37, KMD di gigi 36,

kalkulus di gigi 16, 13, 12, 36, 35, 34, 33, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,

gingivitis di gigi 34, 32, 31, 44, 45, 46, dan kelainan posisi di gigi 41

rotasi, 44 bukoversi.

3. Perencanaan yang dibuat oleh operator yaitu dilakukan scaling,

penambalan, penyuluhan, dan oral physiotherapy.

4. Implementasi/pelaksanaan perawatan dilakukan pada tanggal 29

November 2016 yaitu oral physiotherapy, pembersihan karang gigi, dan

pengolesan antiseptik. Kemudian pada tanggal 08 Desember 2016

dilakukan penambalan di gigi 36, dan pengolesan fluor di gigi 37.

Kemudian pada tanggal 19 Desember 2016 dilakukan evaluasi hasil

perawatan.

5. Hasil evaluasi perawatan terhadap Nn. A (21 th) tambalan terlihat bagus,

karang gigi tidak ada, dan hasil menyikat gigipun baik. Selain itu, pasien
dianjurkan untuk sering mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang

berserat dan berair, menyikat gigi dengan tehnik dan waktu yang tepat

agar plak yang menempel di gigi dapat terbersihkan supaya tidak terjadi

kalkulus karena kalkulus dapat menyebabkan halitosis.

B. Saran

1. Tehnik dan waktu menyikat gigi dipertahankan agar plak yang menempel

dapat terbersihkan sehingga plak tidak mengeras dan tidak menimbulkan

kalkulus.

2. Pola mengonsumsi makanan sehat harus di jaga agar kalkulus tidak cepat

berkembang sehingga tidak menimbulkan kembali bau mulut.

3. Hindari makanan kariogenik, menyikat gigi dengan teknik dan waktu yang

tepat, perbanyak mengonsumsi buah dan sayuran yang berserat dan berair

agar terciptanya kesehatan gigi dan mulut yang baik serta terhindar dari

penyakit gigi dan mulut.

Anda mungkin juga menyukai