ANGKATAN 79
Disusun oleh :
Rosita Dewi 04/181055/KG/07861
Anteng Laras Palupi 10/296590/KG/08590
Dewinta Lastri Ningrum 10/297193/KG/08633
Yuninda Lintang D. 10/299413/KG/08701
Pembimbing :
drg. Yuni Pamardiningsih, M. Kes.
ANGKATAN 79
Oleh :
Rosita Dewi 04/181055/KG/07861
Anteng Laras Palupi 10/296590/KG/08590
Dewinta Lastri Ningrum 10/297193/KG/08633
Yuninda Lintang D. 10/299413/KG/08701
Pembimbing :
drg. Yuni Pamardiningsih, M. Kes.
Disusun oleh:
Rosita Dewi 04/181055/KG/07861
Anteng Laras Palupi 10/296590/KG/08590
Dewinta Lastri Ningrum 10/297193/KG/08633
Yuninda Lintang D. 10/299413/KG/08701
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
SURVEI TERPADU PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ........................................ 1
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Sasaran Survei Terpadu ......................................................................... 3
C. Manfaat Survei Terpadu ........................................................................ 3
D. Tujuan Survei Terpadu .......................................................................... 3
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 63
II. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH .................................................. 63
A. Rumusan Masalah ................................................................................. 63
B. Prioritas Masalah ................................................................................... 65
iii
A. Masalah PHBS ...................................................................................... 76
B. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut ...................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 90
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
Tabel Halaman
vi
Tabel Halaman
vii
Tabel Halaman
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kualitas sumber daya manusia, salah satu diantaranya pembagunan kesehatan gigi
derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal, dalam pelaksanaan
layanan kesehatan dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1
(Kementerian Kesehatan R.I., 2011).
PHBS, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan
dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah tangga dan dipilih karena
mulut penting untuk diperhatikan dan merupakan bagian integral dari kesehatan
(Yaslis, 2001).
Bersih dan Sehat (PHBS) serta survei Kesehatan Gigi dan Mulut. Berdasarkan
2
hasil survei tersebut diharapkan dapat mengetahui masalah-masalah kesehatan
masalah.
B. Sasaran Survei
Sasaran survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan
C. Manfaat Survei
Manfaat survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kesehatan
gigi dan mulut ini adalah untuk mendapatkan data perilaku hidup bersih dan sehat
D. Tujuan Survei
Kegiatan survei PHBS dan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di
Yogyakarta bertujuan:
3
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku
hidup bersih dan sehat serta kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah
b. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari survei PHBS dan kesehatan gigi dan
mulutadalah:
tangga.
2. Mendapatkan data kesehatan gigi dan mulut pada tingkat rumah tangga.
dan mulut.
kesehatan lingkungan, serta kesehatan gigi dan mulut yang ada dalam
masyarakat.
masalah.
4
II. METODE SURVEI
D. I. Yogyakarta.
D.I.Yogyakarta.
B. Pengambilan Sampel
2. Jumlah sampel : 40 KK
Kecamatan Kelurahan RW RT KK
Keterangan:
sebagai berikut:
Kelurahan Gedongkiwo.
5
c. Tahap II: dari 18 Rukun Warga (RW) yang terdapat di Kelurahan
adalah RW 7.
keluarga secara random sebagai sampel survei PHBS dan survei kesehatan
C. Alat Ukur
Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menggunakan alat ukur
berupa kuesioner Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga.
Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk survei Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan Gigi dan Mulut, Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut, dan Sikap
terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut, serta WHO Oral Health Assessment Form
Data yang dikumpulkan pada survei PHBS tatanan rumah tanggadan survei
b. Umur.
c. Agama.
d. Status.
e. Pendidikan.
f. Pekerjaan.
6
g. Jenis kelamin.
h. Alamat.
2. Data epidemiologi
3. Data PHBS
pelayanan kesehatan
b. Data KIA
7
4) Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
yang tertutup
a. Data status kesehatan gigi dan mulut yang berpedoman pada WHO
1) Keadaan maloklusi
2) Fluorosis
8
8) Keadaan lainnya.
D. Jadwal Survei
Kegiatan survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta Kesehatan Gigi dan
Priyono, S.U.
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut oleh drg. Bambang Priyono, S.U.
9
5. Selasa dan Rabu, 19 dan 20 April 2016
Yogyakarta.
E. Kalibrasi
hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem
pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang
sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
tak terputus.
10
3. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional.
survei kesehatan gigi dan mulut tidak hanya satu orang, oleh karena itu diperlukan
dilakukan meliputi:
2. Data epidemiologi
Jawaban YA apabila:
3. Data PHBS
Jawaban YA apabila:
dalam rumah.
11
3. Semua anggota keluarga kecuali bayi, mengkonsumsi sayur dan buah
setiap hari.
lainnya.
tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar.
b. Data KIA
atau perawat).
12
3. PUS (Pasangan usia subur) menggunakan salah satu alat kontrasepsi
PDAM, sendang, sumur pompa tangan, atau mata air yang terlindung.
manfaatnya.
rumah.
6. Keluarga memiliki lantai rumah bukan dari tanah, lantai dapat terbuat
dari keramik, semen, kayu, ubin atau sejenis yang kedap air.
13
Data PHBS Tatanan Rumah Tangga yang diperoleh kemudian
a. Data status kesehatan gigi dan mulut berpedoman pada WHO Oral
1) Maloklusi
spacing ringan
2) Fluorosis
a. 0: Normal
14
d. 3: Ringan, terdapat opasitas putih pada < 50% permukaan labial
gigi
kecoklatanpada gigi
15
4) Status kebersihan mulut
kriteria, yaitu:
a. 0 – 1,2 = baik
16
b. Data hasil pengisian kuesioner
1. Bahan :
f. Form pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut (WHO Oral Assessment
2. Alat :
a. Alat diagnostik.
b. Bengkok.
c. Kaca mulut.
d. Ekskavator.
e. Pinset.
f. Probe periodontal.
g. Kapas.
17
h. Larutan Dettol.
i. Alkohol 70%.
j. Senter.
k. Alat tulis.
G. Pelaksanaan Survei
1. Penentuan Lokasi
2. Permohonan izin
Gedongkiwo.
3. Pelaksanaan Survei.
keluarga.
mulut.
18
III. HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN
Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Survei Kesehatan
hingga 21 April 2016. Berdasarkan survei tersebut diperoleh data sebagai berikut:
1. Data Geografis
a. Gambaran Umum
berbatasan dengan Kabupaten Bantul dengan luas 2,61 km2 dan masih
b. Letak
laut.
c. Iklim
tropis dengan memperoleh pengaruh angin muson yang berganti arah setiap
19
timbulnya musim hujan dan musim kemarau.
kelurahan, yaitu:
86 RT
RW, 70 RT
RT.
2. Data Demografis
sumber data dari Kelurahan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
20
kelurahan Mantrijeron yaitu 10.205 jiwa dengan kepadatan penduduk
11.866 jiwa/km2.
di Kecamatan Mantrijeron pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel III
berikut ini.
Mantrijeron pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel IV berikut ini.
21
3. Kondisi Sosial Ekonomi.
a. Sarana Pendidikan
yang terdapat di wilayah Kecamatan Mantrijeron pada tahun 2015 dapat dilihat
b. Sarana Peribadatan
masyarakat.
22
c. Sarana Perekonomian
sektor ini banyak melibatkan sektor ekonomi lainnya, seperti sector perdagangan,
hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan
B. Data Epidemiologi
Mantrijeron pada tahun 2016 pada satu tahun terakhir dapat dilihat pada tabel VII
berikut ini.
dan tidak terdapat kasus kematian dalam satu tahun terakhir pada penduduk
Data survei PHBS tatanan rumah tangga yang telah dilakukan di Kelurahan
23
Tabel VIII. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Umur Jenis Kelamin
No. (Tahun) Laki-Laki Perempuan Total
Σ % Σ % Σ %
1. < 20 0 0 0 0 0 0
2. 20 - < 45 8 20 2 5 10 25
3. 45 - 60 14 35 5 12,5 19 47,5
4. > 60 4 10 7 17,5 11 27,5
Jumlah 26 65 14 35 40 100
laki (65%). Berdasarkan umur, jumlah kepala keluarga terbanyak terdapat pada
sebanyak 19 kepala keluarga. Tidak terdapat kepala keluarga yang tidak tamat
sekolah.
24
Tabel X. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Pekerjaan di
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
No Jenis Pekerjaan Σ %
1 TNI/POLRI 0 0
2 PNS 0 0
3 Pegawai Swasta 10 25
4 Pensiunan 4 10
5 Wiraswasta 9 22,5
6 Petani 0 0
7 Pedagang 0 0
8 Pengrajin 0 0
9 Buruh 8 20
10 Lain-lain 9 22,5
Jumlah 40 100
dengan 4 jiwa.
25
Tabel XII. Komposisi Subjek Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Umur Jenis Kelamin
Total
No. (Tahun) Laki-Laki Perempuan
Σ % Σ % Σ %
1. 0–5 5 9,4 2 3,4 7 6,3
2. 6 – 15 10 18,9 12 20,7 22 19,8
3. 16 – 45 20 37,7 22 37,9 42 37,8
4. 46 – 60 14 26,4 12 20,7 26 23,4
5. > 60 4 7,5 10 17,2 14 12,6
Jumlah 53 47,7 58 52,3 111 100
sebanyak 37,8%.
26
Berdasarkan Tabel XIII dengan menggunakan indikator PHBS perilaku
sehat keluarga tatanan rumah tangga, hasil survei PHBS dari 40 KK di Kelurahan
dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga sudah
memiliki kesadaran akan hidup sehat bebas asap rokok, tetapi masih perlu
terutama di dalam rumah yang berdampak negatif bagi diri sendiri dan
orang lain.
kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar
melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah, bayi lahir prematur, dan
27
penyempitan pembuluh darah), asma (kesulitan bernafas), dan alergi
berupa iritasi mata, sakit kepala, pusing, sakit tenggorokan, batuk, dan
atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi. Semakin beragam jenis pangan
2014).
28
disurvei memiliki kebiasaan konsumsi buah dan sayur, dan hanya 10%
keluarga belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Dari data
setiap hari.
Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah
alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayuran dan buah-
29
Asuransi Kesehatan atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah
undang No. 40 tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
menggunakan air bersih dan sabun sebelum makan mencapai angka 97,5%
hidup yang sehat, namun hanya satu keluarga belum cukup mengerti
30
berhubungan dengan peningkatan angka beberapa penyakit, seperti diare
merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah terjadinya gigi
malam, sedangkan 45% penduduk tidak menyikat gigi sebelum tidur. Hal
menjaga kebersihan gigi dan mulut masih perlu ditingkatkan dengan cara
telah melakukan aktivitas fisik dan hanya 10% keluarga yang tidak
dengan cara latihan fisik atau olahraga yang teratur dapat meningkatkan
latihan fisik atau berolahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur akan
tubuh. Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka
31
kesakitan. Terlebih lagi jika latihan fisik atau olahraga yang teratur juga
dimanfaatkan selama kehamilan dan masa nifas, persiapan fisik bagi calon
jemaah haji serta bagi usia lanjut sehingga hidup tetap aktif dan berkualitas
2011).
keluarga belum berobat ke sarana pelayanan kesehatan saat sakit. Hal ini
Tabel XIV. Rekapitulasi Indikator PHBS Kesehatan Ibu dan Anak Tatanan
Rumah Tangga pada 40 Kepala Keluarga di Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Ya Tidak Jumlah Parameter
No Indikator PHBS
F % F % F % Prevalensi
Persalinan ditolong 1
1 39 97,5 1 2,5 40 100
oleh tenaga kesehatan
Memeriksakan 1
2 kehamilan pada tenaga 39 97,5 1 2,5 40 100
kesehatan
Penggunaan alat 1
3 33 82,5 7 17,5 40 100
kontrasepsi
4 ASI eksklusif 39 97,5 1 2,5 40 100 1
Imunisasi lengkap pada 1
5 37 92,5 3 7,5 40 100
bayi
Penimbangan bayi/ 1
6 38 95 2 5 40 100
balita rutin
Jumlah 225 93,75 15 6,25 240 100 1
32
Berdasarkan tabel XIV dengan menggunakan indikator PHBS KIA tatanan
Sebagian besar merupakan keluarga yang memang tidak memiliki balita. Akan
penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi)
terutama bayi baru lahir: 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter,dan tenaga para medis lainnya).
persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat
kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau
rumah sakit. Selain itu, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
33
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
sedang hamil. Akan tetapi, kesadaran masyarakat sudah tinggi untuk pergi ke
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak
satu kali trimester pertama, satu kali trimester kedua, dan dua kali trimester
menggunakan alat kontrasepsi baik dari keluarga pasangan usia subur, keluarga
bukan pasangan usia subur, maupun tidak ada keluarga pasangan usia subur
yang sedang hamil. Sebagian besar keluarga pasangan usia subur tersebut
34
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
Info Datin Situasi dan Analisis Keluarga Berencana tahun 2014, metode
saat ini tidak ada yang memiliki bayi usia 0–6 bulan. Oleh karena itu,
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening berwarna
35
kekebalan terhadap penyakit (Depkes RI., 2009).
Pengertian ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI
saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. Pemberian ASI
bayi. Hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara
optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna
untuk mencerna makanan atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih
Gedongkiwo tidak memiliki bayi. Akan tetapi, ketika anak-anak mereka masih
bayi, semua sudah diimunisasi lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain: TBC, Difteri,
Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
36
yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Sebagai
salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari
imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia
secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah
salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan
secara rutin. Akan tetapi, masih terdapat 2 keluarga dari 40 keluarga yang tidak
pekerjaan orang tua sehingga tidak dapat pergi ke Puskesmas atau Posyandu
balita secara rutin di Posyandu adalah untuk mengetahui apakah balita tumbuh
37
balita yang sakit (misalnya demam/batuk/pilek/diare), berat badan dua bulan
berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis
Merah) dan dicurigai gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas
(Depkes RI.,2009).
memiliki jamban sehat milik sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
38
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Buang air besar (BAB)
bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.
Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja
harus diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak
SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih
jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas
tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi
c. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup
39
d. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
f. Cukup penerangan;
menggunakan sarana air bersih. Dari data yang didapat, sebagian besar warga
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri
dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya,
40
terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini (Azizullah dkk., 2011).
menjadi akar permasalahan ini. Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia
b. Kecacingan.
membayar dua kali hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan
Sebagian besar keluarga yang disurvei sudah memiliki tempat sampah yang
sehat. Dari seluruh keluarga yang disurvei 80% sudah terbiasa membuang sampah
di tempat khusus dengan posisi tertutup, sedangkan sisanya belum. Hal ini sudah
Sampah jika tidak diurus dan dikelola dengan baik dapat menyebabkan
membusuk dapat menjadi sarang kuman dan binatang yang dapat mengganggu
41
yang menyengat hidung (Effendi dan Makhfudi, 2009).
Berdasarkan hasil survei didapat data bahwa sebagian besar keluarga yang
disurvei belum memiliki tanaman obat keluarga (60%). Hal ini menunjukkan
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya
adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau
bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat
(TOGA) dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal
42
pemberantasan jentik nyamuk dilakukan rutin satu kali seminggu. Program
perkembangbiakan nyamuk, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas
Berdasarkan hasil survei didapat data bahwa sebagian besar keluarga yang
disurvei (97,5%) sudah memiliki lantai rumah yang bukan dari tanah. Hal ini
Lantai rumah dari semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang
dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau
dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan
43
No. Nama KK Jawaban Ya Klasifikasi Peta PHBS
16 Basuki 18 IV Biru
17 Saptari 18 IV Biru
18 Arwatini Sugiono 20 IV Biru
19 Juwandi 18 IV Biru
20 Rahmat Muntaha 17 IV Biru
21 Usnani Susilowati 18 IV Biru
22 C. Hadi Santosa 20 IV Biru
23 Amat Dasiran 19 IV Biru
24 Suradi 19 IV Biru
25 St. Bambang T 20 IV Biru
26 Anwar 19 IV Biru
27 Titin Sukarni 19 IV Biru
28 Nurdiansyah 19 IV Biru
29 Ngatimun 18 IV Biru
30 Ny. Priyo Diharjo 20 IV Biru
31 Saniyem 15 III Hijau
32 Sumardi 17 IV Biru
33 Suharti 15 III Hijau
34 Dismas Sudarno 16 III Hijau
35 Rubiyah 14 III Hijau
36 Sumardi 17 IV Biru
37 Veriyanti 16 III Hijau
38 Bening Mulyo Nirwadi 14 III Hijau
39 Rini Yuni Astuti 18 IV Biru
40 Arwan Tjahjanto 16 IV Biru
Keterangan klasifikasi keluarga:
Sehat I : Jumlah jawaban YA 1 – 2 Peta PHBS warna merah
Sehat II : Jumlah jawaban YA 3 – 9 Peta PHBS warna kuning
Sehat III : Jumlah jawaban YA 10 – 16 Peta PHBS warna hijau
Sehat IV : Jumlah jawaban YA 17 – 20 Peta PHBS warna biru
44
Keterangan strata PHBS tingkat kelurahan:
Kelurahan Sehat I : jika klasifikasi keluarga sehat IV <25%
Kelurahan Sehat II : jika klasifikasi keluarga sehat IV 25%-49%
Kelurahan Sehat III : jika klasifikasi keluarga sehat IV 50%-74%
Kelurahan Sehat IV : jika klasifikasi keluarga sehat IV ≥75%
Berdasarkan data PHBS pada tabel XVI dan tabel XVII diketahui bahwa
golongan Keluarga Sehat III, sehingga strata tingkat kelurahan adalah Kelurahan
Sehat IV.
pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut serta data pengisian kuesioner
tentang kesehatan gigi dan mulut. Pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut
dilakukan pada seluruh anggota dari 40 keluarga yang berusia 6 tahun ke atas,
kesehatan gigi dan mulut hanya diisi oleh anggota keluarga yang berusia 15 tahun
45
Tabel XVIII menunjukkan hasil pemeriksaan derajat maloklusi yang
maloklusi (69,9%). Terdapat 1 orang yang status maloklusi giginya tidak dapat
Jumlah
Kategori Derajat Fluorosis
Frekuensi Persentase (%)
0 Normal 104 100
1 Meragukan 0 0
2 Sangat Ringan 0 0
3 Ringan 0 0
4 Sedang 0 0
5 Parah 0 0
Jumlah 104 100
Gedongkiwo sebesar 96%. Hal ini berarti hampir seluruh penduduk Kelurahan
46
Gedongkiwo menderita karies.
Tabel XXI menunjukkan indeks karies gigi sulung (dmf-t) dan indeks
indeks karies gigi tetap penduduk Kelurahan Gedongkiwo yang diperiksa adalah
9,5, sedangkan rerata nilai indeks karies gigi sulung (dmf-t) Kelurahan
Gedongkiwo adalah 5,9. Menurut WHO, nilai DMF-T > 6,6 termasuk dalam
kategori sangat tinggi. Nilai D tertinggi dijumpai pada kelompok umur 16-45
tahun, sedangkan nilai M tertinggi dijumpai pada kelompok umur 46-60 tahun.
F dengan nilai DMF-T lalu dikalikan 100%. Nilai PTI yang diperoleh pada
47
gigi dan mulut dimana kesehatan gigi dapat mempengaruhi kesehatan tubuh
48
Tabel XXIII menunjukkan bahwa sebagian besar (89,4%) penduduk
ditingkatkan.
49
Berdasarkan tabel XXV diketahui bahwa hampir seluruh penduduk
Kelurahan Gedongkiwo tidak memakai gigi tiruan (99%). Hal ini menunjukkan
pemakaian gigi tiruan terhadap gigi yang hilang yang nantinya berdampak
50
Tabel XXVII. Prioritas Kebutuhan Perawatan Gigi dan Mulut Subjek
Berdasarkan Kelompok Umur Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
Kebutuhan Perawatan Gigi 6-15 16-45 46-60 > 60
No Jumlah
dan Mulut (n=22) (n=42) (n=26) (n=14)
∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Orang 19 18,3 27 25,9 21 20,2 14 13,5 81 77,9
1 Opdent
Gigi 97 234 91 60 482
Orang 7 6,7 22 21,2 29 27,9 13 12,5 71 68,3
2 Eksodonsi
Gigi 22 73 58 56 209
Orang 5 4,8 11 10,6 1 0,9 0 0 17 16,3
3 Endodontik
Gigi 13 12 1 0 26
RA 0 0 5 4,8 1 0,9 1 0,9 7 6,7
GTS RB 1 0,9 6 5,8 7 6,7 2 1,9 16 15,4
Prostodonsia
4 RA+RB 0 0 6 5,8 11 10,6 11 10,6 28 26,9
(orang)
Repair 0 0 0 0 1 0,9 0 0 1 0,9
GTL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Scaling (orang) 17 16,3 42 40,4 25 24 12 11,5 96 92,3
mulut yang tertinggi di Kelurahan Gedongkiwo adalah scaling (92,3%). Hal ini
51
Berdasarkan tabel XXVIII, diketahui bahwa seluruh penduduk yang ada di
adanya kasus yang mengancam jiwa, fraktur rahang, infeksi, maupun rujukan.
kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengisi kuesioner yang disediakan.
butir pernyataan. Setiap jawaban benar akan mendapat skor 1 sedangkan jawaban
salah akan mendapat skor 0 (nol) sehingga skor maksimal sebesar 11 dan skor
mampu menjawab 4-7 pernyataan dengan benar, dan pengetahuan yang buruk jika
52
Berdasarkan tabel XXIX dari 82 responden yang disurvei, sebagian besar
responden yaitu 47 orang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
kategori baik (42,7%). Tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut dengan kategori buruk. Prevalensi tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut penduduk Kelurahan Gedongkiwo yang masih kurang
butir pernyataan. Setiap pernyataan akan dinilai dengan skor sesuai dengan
pendapat yang dianggap paling sesuai dengan pilihan responden. Pilihan jawaban
yang tersedia adalah SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
(Sangat Tidak Setuju). Ada dua bentuk pernyataan yang digunakan yaitu bentuk
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 4 untuk
jawaban “Sangat Setuju”, skor 3 untuk jawaban “Setuju”, skor 2 untuk jawaban
“Tidak Setuju”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Sedangkan
untuk pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 2
untuk jawaban “Setuju”, skor 3 untuk jawaban jawaban “Tidak Setuju”, dan skor
4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Skor maksimal yang dapat diperoleh
sebesar 60 dan skor minimal sebesar 15. Responden dikatakan memiliki tingkat
persepsi yang baik jika mampu memperoleh skor 45-60, tingkat persepsi sedang
jika mampu memperoleh skor 30-44, dan tingkat persepsi yang buruk jika hanya
53
Tabel XXX. Distribusi Subjek Berdasarkan Tingkat Persepsi Tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut dan Kelompok Umur Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Kelompok Umur ( Tahun )
16-45 46-60 > 60
No Kategori Persepsi Jumlah
(n=42) (n=26) (n=14)
Σ % Σ % Σ % Σ %
1 Baik (45-60) 24 29,3 8 9,8 4 4,9 36 43,9
2 Sedang (30-44) 18 21,9 18 21,9 10 12,2 46 56,1
3 Buruk (15-29) 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 42 51,2 26 31,7 14 17,1 82 100
Prevalensi 56,1%
Parameter Prevalensi 3
responden yaitu 46 orang memiliki persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut
baik (43,9%). Tidak ada responden yang memiliki persepsi tentang kesehatan gigi
dan mulut kategori buruk. Prevalensi tingkat persepsi kesehatan gigi dan mulut
pernyataan. Setiap pernyataan akan dinilai dengan skor sesuai dengan pendapat
yang dianggap paling sesuai dengan pilihan responden. Pilihan jawaban yang
(Sangat Tidak Setuju). Ada dua bentuk pernyataan yang digunakan yaitu bentuk
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 4 untuk
jawaban “Sangat Setuju”, skor 3 untuk jawaban “Setuju”, skor 2 untuk jawaban
“Tidak Setuju”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Sedangkan
untuk pernyataan negatif diberi skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor
54
2untuk jawaban “Setuju”, skor 3 untuk jawaban jawaban “Tidak Setuju”, dan skor
4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Skor maksimal yang dapat diperoleh
sebesar 60 dan skor minimal sebesar 15. Responden dikatakan memiliki sikap
yang baik jika mampu memperoleh skor 45-60, sikap sedang jika mampu
memperoleh skor 30-44, dan sikap yang buruk jika hanya mampu memperoleh
skor 15-29.
sebagian besar responden, yaitu 51 orang memiliki sikap dengan kategori sedang
(62,2%) dan sisanya 31 responden memiliki sikap dengan kategori baik (37,8%).
Tidak ada responden yang memiliki sikap buruk. Nilai parameter untuk masalah
sikap kesehatan gigi dan mulut adalah 4, dihitung dari prevalensi tingkat sikap
pernyataan. Setiap pernyataan akan dinilai dengan skor sesuai dengan pendapat
yang dianggap paling sesuai dengan pilihan responden. Pilihan jawaban yang
55
(Sangat Tidak Setuju).
Ada dua bentuk pernyataan yang digunakan yaitu bentuk pernyataan positif
dan pernyataan negatif. Pernyataan positif diberi skor 4 untuk jawaban “Sangat
Setuju”, skor 3 untuk jawaban “Setuju”, skor 2 untuk jawaban “Tidak Setuju”,
dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”. Sedangkan untuk pernyataan
negatif diberi skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 2 untuk jawaban
“Setuju”, skor 3 untuk jawaban jawaban “Tidak Setuju”, dan skor 4 untuk
Skor maksimal yang dapat diperoleh sebesar 80 dan skor minimal sebesar
20. Responden dikatakan memiliki perilaku yang baik jika mampu memperoleh
skor 60-80, perilaku yang sedang jika mampu memperoleh skor 40-59, dan
perilaku baik (26,8%). Tidak ada responden dengan kategori perilaku buruk. Nilai
56
parameter untuk masalah perilaku kesehatan gigi dan mulut adalah 4, dihitung
kesehatan gigi dan mulut hanya mengukur tingkat pengetahuan paling dasar atau
dengan kata lain hanya sebatas tahu saja. Pengetahuan tersebut dinilai sesuai
mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki (Meliono,
2014).
semua sinyal dalam sistem saraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau
terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang
dan perilaku.
57
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh
Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu
tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol
58
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
berikut:
3) Terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari
(10%)
5) Terdapat keluarga yang belum mencuci tangan dengan air dan sabun
(45%).
fisik (10%).
kesehatan (2,5%)
59
b. KIA /KB
(2,5%)
kesehatan (2,5%)
kontrasepsi (17,5%)
(7,5%)
(5%)
c. Kesehatan Lingkungan
manfaatnya (60%)
nyamuk (7,5%)
4) Terdapat keluarga yang belum memakai lantai rumah yang bukan dari
tanah (2,5%)
sebagai berikut:
60
a. Tingginya prevalensi karies (96%) dengan nilai DMF-T rerata sebesar 9,5
gigi dan mulut melalui upaya promotif, serta melakukan upaya-upaya preventif
B. Saran
61
RENCANA PEMECAHAN MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT SERTA MASALAH KESEHATAN GIGI DAN MULUT
I. PENDAHULUAN
dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari survei kesehatan yang
daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun
2004).
Permasalahan yang ada mencakup masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) berupa perilaku sehat, kesehatan ibu dan anak, masalah kesehatan
lingkungan serta masalah kesehatan gigi dan mulut berupa tingginya status karies
gigi, status kebersihan gigi dan mulut, status kesehatan gingiva, dan status
62
II. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
A. Rumusan Masalah
Yogyakarta diperoleh beberapa masalah mengenai PHBS dan kesehatan gigi dan
mulut, yaitu:
1. Permasalahan PHBS
3) terdapat keluarga yang belum mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari
(10%)
5) terdapat keluarga yang belum mencuci tangan dengan air dan sabun
6) terdapat anggota keluarga yang tidak menggosok gigi sebelum tidur (45%)
fisik (10%)
(2,5%)
b. KIA/KB.
63
1) terdapat ibu yang persalinannya tidak ditolong oleh tenaga kesehatan
(2,5%)
kesehatan (2,5%)
(17,5%)
5) terdapat ibu yang belum melakukan imunisasi lengkap pada bayi (7,5%)
c. Kesehatan Lingkungan.
tertutup (20%)
manfaatnya (60%)
(7,5%)
4) terdapat keluarga yang belum memakai lantai rumah yang bukan dari
tanah (2,5%)
a. Tingginya prevalensi karies (96%) dengan nilai DMF-T rerata sebesar 9,5
64
d. Tingginya prevalensi periodontitis (82,4%)
B. Prioritas Masalah
masalah PHBS dan kesehatan gigi dan mulut di Kelurahan Gedongkiwo adalah
teknik kriteria matriks. Teknik kriteria matriks adalah metode penentuan prioritas
masalah dengan cara skoring. Nilai yang diberikan adalah 1 - 5 untuk berbagai
parameter yang telah ditetapkan. Nilai tertinggi adalah 5 jika masalah tersebut
prioritas, dan nilai 1 untuk masalah yang paling tidak diprioritaskan. Secara
65
d. Derajat keinginan masyarakat yang tak terpenuhi (degree of unmeet
need).
yang menjawab “tidak” pada setiap indikator lalu dibagi dengan jumlah keluarga
yang diperiksa pada tiap pertanyaan indikator, kemudian hasil dikalikan 100%.
66
Perilaku Sehat Kesehatan
Keluarga Masalah KIA/ KB
Keluarga Lingkungan
8 Tidak 5 6 4
Ya 3 0 2
9 Tidak 7 5 4
Ya 1 1 2
10 Tidak 5 5 4
Ya 3 1 2
11 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
12 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
13 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
14 Tidak 6 6 5
Ya 2 0 1
15 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
16 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
17 Tidak 8 6 5
Ya 0 0 1
18 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
19 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
20 Tidak 6 6 5
Ya 2 0 1
21 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
22 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
23 Tidak 7 6 6
Ya 1 0 0
24 Tidak 8 6 5
Ya 0 0 1
25 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
26 Tidak 8 6 5
Ya 0 0 1
27 Tidak 8 6 5
Ya 0 0 1
28 Tidak 8 6 5
Ya 0 0 1
67
Perilaku Sehat Kesehatan
Keluarga Masalah KIA/ KB
Keluarga Lingkungan
29 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
30 Tidak 8 6 6
Ya 0 0 0
31 Tidak 7 5 5
Ya 1 1 1
32 Tidak 5 6 6
Ya 3 0 0
33 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
34 Tidak 6 6 5
Ya 2 0 1
35 Tidak 6 6 3
Ya 2 0 3
36 Tidak 7 5 6
Ya 1 1 0
37 Tidak 7 6 5
Ya 1 0 1
38 Tidak 5 6 4
Ya 3 0 2
39 Tidak 7 5 4
Ya 1 1 2
40 Tidak 5 5 4
Ya 3 1 2
Jumlah Tidak 274 232 202
Ya 46 8 38
68
2) Permasalahan KIA/KB
=46/320 x 100%
= 8/240 X 100%
= 38/240 X 100%
69
Nilai untuk prevalensi diberikan dengan ketentuan:
kriteria matriks. Prioritas masalah ditentukan dengan cara mengalikan nilai dari
70
Berdasarkan tabel XXXIV diketahui bahwa prioritas masalah PHBS di
Yogyakarta pada tahun 2016 adalah masalah perilaku sehat keluarga. Masalah
masalah pada delapan indikator tersebut yang tertera pada tabel XXXV.
jaminan kesehatan, dan tidak sikat gigi sebelum tidur merupakan permasalahan
71
Tabel XXXVI. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Masalah dari
KIA/ KB di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Kriteria Prioritas Masalah
IXT
No Daftar Masalah KIA/ KB I
T R XR
P S RI DU SB PB PC
Persalinan ditolong oleh
1 1 4 2 3 1 2 1 4 4 768
tenaga kesehatan
Memeriksakan kehamilan
2 1 3 2 3 1 2 1 4 3 432
pada tenaga kesehatan
3 Penggunaan alat kontrasepsi 1 3 4 1 4 3 1 3 4 1728
4 ASI eksklusif 1 5 2 3 1 2 1 4 4 960
5 Imunisasi lengkap pada bayi 1 4 2 3 1 2 1 4 3 576
Penimbangan bayi/ balita
6 1 3 2 2 1 2 1 2 2 96
rutin
Keterangan:
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase, DU =
Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern, PC =
Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
menggunakan alat kontrasepsi, ASI ekslusif, dan persalinan yang tidak ditolong
dari enam permasalahan yang ada dan akan dicarikan jalan keluar dari
permasalahan.
72
Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
73
Berdasarkan tabel XXXVIII dapat dilihat bahwa prevalensi karies gigi
membutuhkan gigi tiruan. Selain itu, diketahui tingkat pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut kurang mencapai 57,3%. Sedangkan tingkat persepsi yang masih
kurang mencapai 56,1%, sikap yang masih kurang mencapai 62,2% dan tingkat
74
Berdasarkan tabel XXXIX, tingginya prevalensi karies gigi merupakan
kebersihan mulut kurang. Selain itu tingkat perilaku kurang juga menjadi prioritas
75
III. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
A. Masalah PHBS
masalah, yang pada akhirnya dilakukan pemilihan jalan keluar yang menjadi
Skor antara 1-5. Skor 1 untuk untuk yang paling tidak efektif dan skor 5
untuk yang paling efektif. Prioritas jalan keluar adalah alternatif jalan keluar
a. Magnitude (M)
b. Importancy (I)
besar skornya.
c. Vunerability (V)
Skor antara 1-5 untuk yang paling tidak efisien sampai yang paling efisien.
Semakin besar biaya untuk pelaksanaan jalan keluar, semakin tidak efisien.
76
Proritas jalan keluar diperoleh dengan mengalikan seluruh komponen
merupakan prioritas jalan keluar. Alternatif jalan keluar dan prioritas jalan
merokok di dalam rumah. Alternatif dan prioritas tersebut dapat dilihat dari
77
Tabel XL. Alternatif Jalan Keluar Masalah PHBS Penduduk di Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
1. Kurangnya pengetahuan A. Mengadakan diskusi
dan kesadaran masyarakat kelompok kecil yang
Anggota mengenai dampak buruk bekerjasama dengan psikolog
keluarga dari merokok dan dokter dari Puskesmas
merokok di yang berkolaborasi untuk
dalam rumah pelan-pelan mengubah pola
pikir tentang merokok.
2. Kurangnya perhatian
antara pemerintah dan B. Penyuluhan mengenai tips
tenaga kesehatan untuk berhenti merokok dan bekerja
mempromosikan hidup sama dengan Puskesmas
sehat bebas rokok. setempat untuk mengadakan
konsultasi berhenti merokok
bagi warga.
Belum 1. Kurangnya sosialisasi C. Memberikan edukasi
memiliki mengenai fungsi dan mengenai pentingnya
jaminan manfaat jaminan memiliki asuransi kesehatan.
kesehatan kesehatan.
1. Kurangnya pengetahuan D. Penyuluhan mengenai
mengenai pentingnya sikat kesehatan gigi dan mulut dan
gigi sebelum tidur pentingnya sikat gigi sebelum
Sikat gigi
tidur serta menghimbau
sebelum tidur
seluruh anggota keluarga agar
lebih aktif memotivasi dan
mengajak anggota keluarga
2. Kurangnya kesadaran untuk membiasakan diri sikat
anggota keluarga untuk
membiasakan diri sikat gigi sebelum tidur.
gigi sebelum tidur E. Bekerjasama dengan
Puskesmas setempat untuk
mengadakan penyuluhan
berkala
78
permasalahan beluim memiliki jaminan kesehatan, sedangkan D dan E untuk
Berdasarkan tabel XLI, dapat disimpulkan alternatif jalan keluar yang terbaik
memiliki jaminan kesehatan didapatkan alternatif jalan keluar yang terbaik dengan
79
Tabel XLII. Alternatif Jalan Keluar Permasalahan KIA/KB di Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
Kurangnya 1. Kuranganya pengetahuan A. Mengadakan penyuluhan
penggunaan tentang pentingnya tentang pentingnya
alat penggunaan alat penggunakan alat
kontrasepsi kontrasepsi kontrasepsi
Tabel XLII menunjukkan terdapat enam alternatif jalan keluar untuk tiga
perrmasalahan PHBS kategori KIA/KB. Prioritas jalan keluar akan dipilih melalui
80
Tabel XLIII. Prioritas Jalan Keluar Masalah PHBS KIA/KB di Kelurahan
Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Daftar alternatif Efektivitas Efisiensi MxIxV
No.
jalan keluar M I V (C) C
1 A 2 3 2 2 6
2 B 3 4 4 2 24
3 C 2 2 2 1 8
4 D 3 3 3 2 13,5
5 E 2 2 2 1 8
6 F 3 3 3 3 9
Keterangan:
M = Magnitude, I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost
dan ibu pasca melahirkan untuk memantau pemberian ASI eksklusif kepada bayi.
Jalan keluar terbaik untuk permasalahan persalinan tidak ditolong oleh tenaga
81
Tabel XLIV. Alternatif Jalan Keluar Permasalahan Kesehatan Lingkungan
di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
82
Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
lingkungan, serta penyebab permasalahan dan alternatif jalan keluar yang dapat
disekitar rumah agar terhindar dari penyakit serta penyuluhan mengenai tata cara
PSN dan dampak yang timbul bagi anggota keluarga karena telur dan jentik
program 3M plus serta pembagian bubuk abate, kemudian diikuti dengan kegiatan
83
monitoring dan evaluasi terkait PSN. Permasalahan ketiga adalah kurangnya
untuk pengadaan bibit TOGA secara gratis. Penentuan prioritas jalan keluar dari
maupun sampah kering disekitar rumah agar terhindar dari penyakit serta
rumah dan pengarahan tentang program 3M plus serta pembagian bubuk abate,
kemudian diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi terkait PSN dalam
84
jalan keluar kurangnya TOGA di keluarga dengan bekerja sama pihak puskesmas
jalan keluar dan prioritas jalan keluar dapat dilihat pada tabel XLVI dan XLVII.
Tabel XLVI. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron Tahun 2016
Masalah Penyebab Timbulnya Masalah Alternatif Jalan Keluar
1. Tingginya prevalensi karies A. Memberikan penyuluhan
masyarakat Kelurahan tentang pentingnya menjaga
Gedongkiwo. kesehatan gigi dan mulut, cara
merawat gigi, hal yang
menyebabkan gigi rusak,
disertai pembagian brosur dan
leaflet tentang kesehatan gigi
dan mulut.
B. Bekerjasama dengan
Puskesmas setempat untuk
mengadakan pemeriksaan gigi
secara berkala dan melakukan
perawatan gigi sederhana
secara gratis.
85
Masalah 2. Rendahnya tingkat C. Mempraktekkan cara menyikat
Kesehatan kebersihan mulut. gigi yang baik dan benar di
Gigi depan setiap anggota keluarga
agar dapat dengan mudah
dicontoh serta menghimbau
agar rutin menyikat gigi
sebanyak 2 kali sehari di waktu
pagi dan malam hari serta
bahayanya penyakit yang
ditimbulkan jika tidak merawat
kebersihan gigi.
XLVII.
86
Tabel XLVII. Prioritas Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Penduduk di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron
Tahun 2016
Daftar Alternatif Efektivitas Efesiensi 𝑴 𝒙 𝑰 𝒙 𝑽
No
Jalan Keluar M I V C 𝑪
1 A 5 4 4 2 40
2 B 4 4 4 3 21,3
3 C 4 4 3 2 24
4 D 4 3 3 3 12
5 E 4 3 3 2 18
6 F 3 3 3 2 13,5
Keterangan:
M = Magnitude, I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost
Berdasarkan tabel XLVII terdapat beberapa alternatif jalan keluar yang bisa
terbaik. Penentuan prioritas jalan keluar masalah kesehatan gigi dan mulut
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, cara merawat gigi, hal
yang menyebabkan gigi rusak, disertai pembagian brosur dan leaflet tentang
87
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dengan psikolog dan dokter dari Puskesmas, yang berkolaborasi untuk pelan-
tempat sampah sehat dengan prioritas jalan keluar masalah adalah penyuluhan
sampah rumah tangga maupun sampah kering disekitar rumah agar terhindar
karies dengan prioritas jalan keluar masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu
dan mulut, cara merawat gigi, hal yang menyebabkan gigi rusak, disertai
88
B. Saran
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat, terutama kepada
masyarakat pada usia muda dan usia produktif. Penyuluhan kesehatan yang
penting dilakukan agar diperoleh derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
tempat tinggalnya.
Puskesmas.
89
DAFTAR PUSTAKA
Astuti WD, Khaqiqi Z, dan Lestari D, 2011, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dalam Rumah Tangga Ibu Hamil dan Ibu Pernah Hamil Di
Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14(4): 382–390.
Azizullah, A., Khattak, M. N. K., Hader, D., 2011, Water Pollution in Pakistan
and it’s Impact On Public Health: a Review, Environment International,
37(2): 479-497.
Bumolo, S., 2014, Hubungan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Jenis Jamban
Keluarga dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo Tahun 2012:
Tesis, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Departemen Kesehatan R.I., 2008, Jurnal GAKY Indonesia, Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan R.I., 2009, 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga. http://promkes.depkes.go.id/dl/booklet, diunduh pada tanggal 18
Juli 2016.
Dewi, Y., 2013, Studi Deskriptif : Persepsi dan Perilaku makan Buah dan Sayuran
pada Anak Obesitas dan Orang Tua, Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2(1).
90
Goldstein, E. B., 2010, Sensation and Perseption:8th edition, Wadsworth, USA.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Info Datin: Situasi dan Analisis Keluarga
Berencana. http://www.depkes.go.id/resources. Diunduh pada tanggal 18
Juli 2016.
Robbins, S. P., 2007, Perilaku Organisasi; 1th edition, Salemba Empat, Jakarta.
Umar, Z., 2008, Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan Kecacingan pada
Murid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 2(6).
Yaslis, I., 2001, Studi Kasus Karies Gigi di Indonesia, Penebar Swadaya, Jakarta.
Yumaria, 2002, Buku Panduan Ampuh untuk Berhenti Merokok, Nexx Media,
Jakarta.
91