Anda di halaman 1dari 41

i

Laporan Kegiatan

SIKLUS PEMECAHAN MASALAH


TINGGINYA PROPORSI KASUS TUBERKULOSIS DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KRATONAN

KELOMPOK 529

Gita Nur Siwi G99172082


Adiaji Akbar G991903001
Hananto Wildan Habibi G99172083
Alisa Sharen Assyifa G991903004

Pembimbing: dr. Farahdila Mirshanti

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PUSKESMAS

Laporan Kegiatan Siklus Pemecahan Masalah dengan Judul


TINGGINYA PROPORSI KASUS TUBERKULOSIS DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KRATONAN

Periode:
11 Maret – 21 April 2019

Disusun oleh:
KELOMPOK 569

Gita Nur Siwi G99172082


Adiaji Akbar G991903001
Hananto Wildan Habibi G99172083
Alisa Sharen Assyifa G991903004

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada


Hari : Sabtu
Tanggal : 6 April 2019

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Kratonan Pembimbing PSC Puskesmas Kratonan
Dinas Kesehatan Kota Surakarta Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Bintang Setya Nusantara, drg. Farahdila Mirshanti, dr.


NIP. 19640727 199203 1 013 NIP. 19841103 200902 2 005

ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING FAKULTAS

Laporan Kegiatan Siklus Pemecahan Masalah dengan Judul

TINGGINYA PROPORSI KASUS TUBERKULOSIS DI FASILITAS


PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS KRATONAN

KELOMPOK 529

Gita Nur Siwi G99172082


Adiaji Akbar G991903001
Hananto Wildan Habibi G99172083
Alisa Sharen Assyifa G991903004

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada :


Hari : Sabtu
Tanggal : 6 April 2019

Mengetahui,
Kepala Bagian IKM-KP Pembimbing SPM Fakultas Kedokteran UNS

Dr. Eti Poncorini, dr., M.Pd. Prof Dr. dr. H. Endang Sutisna S, M.Kes.
NIP. 19750311 200212 2 002 NIP 19560 32019 8312 1 002

iii
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Tahap Profesi Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan judul “Siklus Pemecahan Masalah Tingginya
Proporsi Kasus Gastritis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kratonan”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kepaniteraan
Ilmu Ksesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS/RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
UNS Surakarta.
2. Ibu Dr. Eti Poncorini, dr., M.Pd., selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat-Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
3. Bapak Bintang Setya Nusantara, drg., selaku Kepala Puskesmas Kratonan
Surakarta sekaligus pembimbing dokter muda di Puskesmas Kratonan
Surakarta.
4. Prof Dr. dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, M.Kes selaku pembimbing
dokter muda Fakultas Kedokteran UNS
5. Seluruh staf pegawai Puskesmas Kratonan Surakarta yang telah
memberikan dukungan selama kami menjalani kegiatan di puskesmas.
6. Seluruh staf pengajar laboratorium IKM Fakultas Kedokteran UNS
Surakarta.
Demikian laporan siklus pemecahan masalah ini kami buat, semoga dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan. Saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan kekurangan ataupun
kekeliruan laporan ini.
Surakarta, April 2019

Penulis

iv
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................... Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PUSKESMAS ....................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING FAKULTAS ......................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Manfaat ............................................................................................. 4
BAB II. ANALISIS SITUASI ........................................................................5
A. Keadaan Geografis............................................................................. 5
B. Kependudukan ................................................................................... 6
C. Sosial Ekonomi .................................................................................. 7
D. Situasi Kesehatan............................................................................... 8
E. Data Hasil Penilaian Kerja ................................................................. 9
BAB III. ANALISIS MASALAH ................................................................ 13
A. Identifikasi Masalah....................................................................... 133
B. Penetapan Prioritas Masalah .......................................................... 144
BAB IV. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH ............................... 16
A. Analisis SWOT ................................ Error! Bookmark not defined.6
B. Analisis Masalah dengan Teori Tulang Ikan .... Error! Bookmark not
defined.6
C. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik ................................... 24
BAB V. RENCANA PELAKSANAAN ....... Error! Bookmark not defined.6
BAB VI. PENUTUP ..................................................................................... 31
A. Simpulan ......................................................................................... 31

v
vi

B. Saran ............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 32

vi
vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kelurahan Kratonan ............................................... 6


Gambar 2.2. Peta Wilayah Kelurahan Danukusuman .......................................6
Gambar 2.3. Peta Wilayah Kelurahan Joyotakan .............................................. 6
Gambar 2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wilayah
UPT Puskesmas Kratonan Tahun 2018. .........................................7
Gambar 4.1. Analisis Masalah Tingginya Proporsi Kasus Tuberkulosis di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Teori Tulang Ikan...... Error!
Bookmark not defined.8

vii
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kratonan Kota Surakarta (Tahun 2018) ........................ 7
Tabel 2.2. Mata Pencaharian Penduduk tahun 2018. .........................................8
Tabel 2.3 Data Sumber Daya Kesehatan........................................................... 9
Tabel 2.4. Data Kunjungan Puskesmas ............................................................. 9
Tabel 2.5. Kejadian Luar Biasa Tahun 2018 ..................................................... 9
Tabel 2.6. Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak Tahun 2018 .............................. 9
Tabel 2.7. Data Kematian Bayi, Balita dan Ibu Hamil .................................... 10
Tabel 2.8. Data Hasil Penilaian Kerja ............................................................. 10
Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan di Puskesmas Kratonan Bulan Agustus
2018 ............................................................................................ 13
Tabel 3.2. Priotitas Masalah dengan Teknik Matriks USG ............................. 14
Tabel 4.1. Analisis SWOT Tingginya Proporsi Kasus Tuberkulosis di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan ..................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.2. Masalah Spesifik di Puskesmas ....... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3. Pemilihan Alternatif Intervensi yang TerbaikError! Bookmark not
defined.

viii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2014).
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator,
fasilitator, dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan
di wilayah kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini
antara lain adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan
yang mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Upaya
pelayanan yang diselenggarakan meliputi pelayanan kesehatan masyarakat
yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu
dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan
(Kemenkes RI, 2016).
Dalam menjalankan peran serta fungsinya, puskesmas tentunya akan
menghadapi beberapa kendala serta hambatan. Hal ini berkaitan erat dengan
fungsi puskesmas yang merupakan Fasilitas Kesehatan di Tingkat Pertama,
sehingga berbagai permasalahan bidang kesehatan di daerah menjadi
tanggung jawab puskesmas. Oleh karena itu, puskesmas diharapkan dapat
terus melakukan identifikasi dan evaluasi dari permasalahan-permasalahan
yang dihadapi, sehingga tujuan utama tercapainya kesehatan masyarakat
dapat tercapai. Dalam hal ini diperlukan sebuah sistem atau alur manajemen
penyelesaian masalah yang dikenal dengan siklus pemecahan masalah.
2

Puskesmas harus menjalankan siklus manajemen Puskesmas yang


berkualitas, yang harus dipantau secara berkala dan teratur, diawasi dan
dikendalikan sepanjang waktu. Sehingga kinerja Puskesmas dapat
diperbaiki dan ditingkatkan dalam satu siklus ”Plan-Do-Check-Action”
(Kemenkes RI, 2016).
Siklus pemecahan masalah adalah suatu metode pemecahan masalah
yang terdiri dari langkah - langkah berkesinambungan meliputi analisa
situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan prioritas masalah,
penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan alternatif terbaik
menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana kegiatan serta
mengevaluasi hasil kegiatan (Reed, 2000; Azwar, 1996, Sulaeman, 2015)
Siklus manajemen masalah kesehatan merupakan bentuk Problem
Solving Cycle dalam dunia kesehatan. Manajemen masalah kesehatan
merupakan suatu proses dan upaya untuk mengoptimalkan sumber daya
melalui pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen yaitu, perencanaan (P1),
penggerakan dan pelaksanaan (P2), serta pengawasan, pengendalian, dan
penilaian (P3) untuk mengatasi kesenjangan antara apa yang diharapkan dan
dengan apa yang menjadi kenyataan di bidang kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan/klien dalam rangka mencapai tujuan
organisasi layanan kesehatan (Sulaeman, 2015). Siklus manajemen masalah
kesehatan terdiri dari berbagai tahap siklus yang meliputi analisis situasi,
identifikasi masalah dan penyebabnya, penentuan prioritas masalah,
penetapan tujuan, alternatif pemecahan masalah dan prioritas pemecahan
masalah, pembuatan rencana operasional, penggerakan dan pelaksanaan
(aktuasi), serta pemantauan, pengendalian dan penilaian (Sulaeman, 2015).
Dalam tahap profesi kedokteran, dokter muda kepaniteraan klinik
bagian IKM-KP juga dituntut untuk dapat memiliki kompetensi Siklus
pemecahan masalah khususnya dibidang manajemen kesehatan, menilik
kompetensi dokter umum yang nantinya juga berada di pelayan kesehatan
tingkat pertama. Untuk itu, penulis dalam tahap pendidikannya di
kepaniteraan klinik bagian IKM-KP perlu untuk menyusun laporan ini

2
3

sebagai bentuk aktualisasi kompetensi yang harus dimiliki. Laporan ini


diharapkan dapat memberikan masukan serta saran untuk Puskesmas
Kratonan, Kota Surakarta sebagai tempat kami memperoleh ilmu di bidang
ilmu kesehatan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah prioritas masalah di wilayah Puskesmas Kratonan?
2. Apakah intervensi dan solusi terbaik dalam menangani masalah
terpenting di wilayah Puskesmas Kratonan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi prioritas masalah sehingga dapat memilih alternatif
intervensi dan membuat perencanaan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Kratonan.

1. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor penyebab masalah di wilayah kerja Puskesmas
Kratonan.
b. Mengidentifikasi prioritas masalah Puskesmas Kratonan.
c. Mengetahui alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi masalah
prioritas.
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah yang paling sesuai untuk
dipilih.
e. Mengetahui kekuatan, kelemahan internal, peluang dan ancaman
(SWOT) di lingkungan kerja Puskesmas Kratonan untuk mengatasi
masalah prioritas.
f. Melakukan evaluasi terhadap implementasi intervensi yang dilakukan.

3
4

D. Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagi dokter muda Fakultas Kedokteran UNS, dapat mengetahui cara
penyusunan dan penerapan Siklus pemecahan masalah.
2. Bagi puskesmas, laporan ini diharapkan memberi manfaat sebagai
bahan untuk evaluasi kinerja puskesmas dan masukan perencanaan
kebijakan program layanan kesehatan masyarakat.
3. Bagi klien, laporan ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah
mengenai masalah-masalah serta metode penanganan masalah-masalah
yang ada di Puskesmas Kratonan.

4
5

BAB II
ANALISIS SITUASI

A. Keadaan Geografis
Puskesmas Kratonan merupakan salah satu puskesmas di Kota
Surakarta yang terletak di bagian selatan Kota Surakarta, tepatnya diwilayah
Kecamatan Serengan. Lokasi UPT Puskesmas Kratonan di Jalan
Pringgondani no 34 Surakarta. Wilayah kerja puskesmas Kratonan berupa
dataran rendah dengan luas wilayah 136,8 hektar, dilalui tiga sungai (sungai
Jenes, sungai Tanggul dan Kali Wingko) serta meliputi tiga Kelurahan
yaitu: Kelurahan Kratonan, Kelurahan Danukusuman dan Kelurahan
Joyotakan.Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kelurahan Jayengan dan Kecamatan Pasar Kliwon
 Sebelah Timur : Kecamatan Pasar Kliwon
 Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
 Sebelah Barat : Kelurahan Tipes, Kelurahan Serengan dan
Kabupaten Sukoharjo
Kelurahan Kratonan luasnya sekitar 40,1 hektar, terdiri dari 6 RW dan
37 RT. Kelurahan Danukusuman luasnya sekitar 50,8 hektar, terdiri dari 15
RW dan 58 RT. Kelurahan Joyotakan luasnya sekitar 45,9 hektar, terdiri dari
6 RW dan 27 RT.

5
6

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kelurahan Kratonan

Gambar 2.2. Peta Wilayah Kelurahan Danukusuman

Gambar 2.3. Peta Wilayah Kelurahan Joyotakan

B. Kependudukan
Berdasarkan data dari kantor statistik (hasil survey sosial ekonomi
nasional tahun 2018), jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas
Kratonan sebesar 23.243 jiwa. Terdiri dari 11.365 jiwa penduduk laki-laki
(48,89 %) dan 11.878 jiwa penduduk perempuan (51,11%).

6
7

Bila dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2017 (23.057 jiwa),


maka terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 0,39%. Gambaran
selengkapnya jumlah penduduk tiap Kalurahan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kratonan Kota Surakarta (Tahun 2017)
No Kalurahan Laki-Laki Perempuan Jumah
1. Kratonan 2.630 2.835 5.465
2. Danukusuman 4.941 5.117 10.058
3. Joyotakan 3.794 3.726 7.720
Jumlah 11.365 11.878 23.243
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan, 2018
Wilayah kerja Puskesmas Kratonan berupa dataran rendah dengan
luas wilayah 136,8 hektar dan jumlah penduduk sebesar 23.243 jiwa,
diperoleh kepadatan penduduk sebesar 169 jiwa per hektar.

C. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi di wilayah kerja Puskesmas Kratonan Kota
Surakarta dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan mata pencaharian
penduduk. Untuk wilayah UPT Puskesmas Kratonan, berdasarkan data
monografi Kalurahan, maka banyaknya penduduk menurut pendidikan (
umur 10 tahun ke atas ) tahun 2018 adalah sebagai berikut :

3500
3000
Tidak memiliki ijazah SD
2500
2000 SD
1500
SLTP
1000
500 SLTA
0
AKADEMI/PERGURUAN
TINGGI

Gambar 2.4.Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Wilayah UPT Puskesmas Kratonan Tahun 2018.

7
8

Salah satu ukuran untuk mengetahui ekonomi suatu wilayah adalah


dengan melihat komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Berdasarkan data dari Monografi Kalurahan, maka mata pencaharian
penduduk adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Mata Pencaharian Penduduk tahun 2018.
No Mata Pencaharian Jumlah %
1 Petani Sendiri 4 0,02
2 Buruh Tani 0 0
3 Pengusaha 1.009 6,03
4 Buruh Industri 3.056 18,26
5 Buruh Bangunan 1.755 10,49
6 Pedagang 840 5,02
7 Pengangkut 682 4,08
8 PNS/ABRI 761 4,55
9 Pensiunan 188 1,12
10 Lain-Lain 8.440 50,43
Jumlah 16.735 100
Sumber: Monografi Kalurahan Kratonan, Danukusuman, Joyotakan
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa prosentase terbesar
penduduk di wilayah UPT Puskesmas Kratonan adalah sebagai buruh, yaitu
sebesar 28,75% (Buruh industri dan buruh bangunan).

D. Situasi Kesehatan
1. Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kratonan Surakarta
Sarana kesehatan dasar yang ada di UPT Puskesmas Kratonan meliputi:
a. Puskesmas induk sebanyak 1 buah
b. Puskesmas pembantu 3 buah
c. Apotik 8 buah
d. Toko obat 1 buah
e. Bidan praktek mandiri 2
f. Klinik Pratama 4 buah
g. Dokteer praktik mandiri 5 buah
Jika dihitung rasio sarana pelayanan kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka untuk wilayah UPT Puskesmas Kratonan sudah cukup
memadai.

8
9

2. Sumber Daya Kesehatan


Tabel 2.3Data Sumber Daya Kesehatan
No. Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 2
2 Dokter gigi 1
3 Bidan 5
4 Perawat 6
5 Perawat gigi 1
6 Analis kesehatan 2
7 Penyuluh kesehatan 2
8 Sanitarian 1
9 Nutrisionis 1
10 Asisten apoteker 4
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan, 2018.

E. Data Hasil Penilaian Kerja


1. Data Kunjungan Puskesmas Kratonan
Tabel 2.4. Data Kunjungan Puskesmas
Jumlah Kunjungan Jumlah
No Kalurahan Laki-Laki Perempuan Total
Baru Lama
Baru Lama Baru Lama
1 Kratonan 353 1.709 492 3296 845 5.005 5.850
2 Danukusuman 708 2.712 1.038 6365 1746 9.077 10.823
3 Joyotakan 809 2.985 1.215 6820 2.024 6.820 11.829
Jumlah 1.870 7.406 2.745 16.481 4.615 20.902 28.502
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan, 2018.
2. Kejadian Luar Biasa
Tabel 2.5. Kejadian Luar Biasa Tahun 2018
No Jenis KLB Lokasi Jumlah Kasus Meninggal Tindak Lanjut
1 Nihil
Sumber: Profil kesehatan puskesmas kratonan, 2018
3. Pola 10 Besar Penyakit
Tabel 2.6. Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak Tahun 2018
NO KODE NAMA PENYAKIT TOTAL
1 J00 Acute nasopharyngitis (common cold) 4.616
2 I10 Essential (primary) hypertension 4.562
3 M79.1 Myalgia 2.827
Influenza with other manifestations, virus not
4 J11.8 identified 1.926
5 K29.7 Gastritis,unspecified 1.051
6 K05.3 Chronic periodontitis 1.003
7 K05.3 Chronic periodontitis 907
9 R51 Headache 937
10 R05 Cough 708
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan, 2018.

9
10

4. Data Jumlah Kematian Tahun 2018


Tabel 2.7.Data Kematian Bayi, Balita dan Ibu Hamil
Jumlah Kematian
No Kalurahan
Bayi Balita Ibu Hamil
1 Kratonan 0 0 0
2 Danukusuman 0 0 0
3 Joyotakan 0 0 0
Jumlah 0 0 0
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan, 2018.

5. Data Hasil Penilaian Kerja


Tabel 2.8.Data Hasil Penilaian Kerja
Target Target
No Indikator Realisasi Ket.
2018 Desember
1 Angka kematian ibu 52.28 52.28 0.00 baik
2 Cakupan pelayanan antenatal pada ibu 100 100.00 100.00 baik
hamil / Persentase ibu hamil
mendapatkan pelayanan ibu antenatal
sesuai standar
3 Cakupan komplikasi kebidanan yang 99.1 99.10 100.00 baik
ditangani
4 Cakupan pelayanan persalinan di 100 100.00 100.00 baik
puskesmas & jaringannya / Persentase ibu
bersalin mendapatkan pelayanan
persalinan sesuai standar
5 Cakupan pertolongan persalinan oleh 93.5 93.50 100.00 baik
tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
6 Cakupan pelayanan nifas 93.5 93.75 100.00 Kurang
7 Angka kematian bayi 2.51 2.51 0.00 baik
8 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru 100 100.00 100.00 baik
Lahir sesuai standar di Puskesmas dan
Jaringannya/ Persentase bayi baru lahir
mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
9 Persentase bayi baru lahir mendapat 46 46 52.05 baik
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
10 Cakupan neonatus dengan komplikasi 100 100.00 100.00 baik
yang ditangani
11 Cakupan kunjungan bayi 98 98 95.89 Kurang
12 Angka kematian balita 3.34 3.35 0.00 baik
13 Cakupan pelayanan anak balita 100 100.00 100.00 baik
14 Cakupan Pelayanan Kesehatan untuk 100 100.00 100.00 baik
Balita di Puskesmas dan Jaringannya/
Persentase anak usia 0-59 bulan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan
balita sesuai standar
15 Cakupan Skrining Kesehatan Siswa 100 100.00 100.00 baik
Pendidikan Dasar kelas 1 dan klas 7 /
Persentase anak usia pendidikan dasar
yang mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar

10
11

16 Cakupan Skrining Kesehatan & pelayanan 100 100.00 95.73 Kurang


kesehatan Reproduksi penduduk dewasa
(usia 15-59 th) / Persentase warga negara
usia 15-59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
17 Cakupan skrining kesehatan lansia / 100 100.00 81.89 baik
Persentase warga negara usia 60 tahun
ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
18 Prevalensi anemia pada ibu hamil 33 33.00 6.70 baik
19 Prevalensi Bumil KEK 2.71 2.71 3.22 Tinggi
20 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah 2.70 2.70 3.31 Tinggi
(BBLR)
21 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan 76.5 76.50 77.42 baik
yang mendapat ASI eksklusif
22 Prevalensi Gizi Buruk Pada Balita 0.05 0.005 0.00 baik
23 Prevalensi kekurangan gizi (underweight) 1.88 1.88 1.76 baik
pada anak balita
24 Prevalensi stunting (pendek dan sangat 3.49 3.49 0.84 baik
pendek) anak baduta
25 Cakupan balita gizi buruk mendapat 100 100.00 0.00 baik
perawatan
26 Persentase remaja puteri yang mendapat 25 25.00 25.42 baik
Tablet Tambah Darah (TTD)
27 Angka Kematian DBD ≤1 <1 0.00 baik
28 Angka kesakitan DBD 48 48 0.00 baik
29 Cakupan penemuan dan penanganan 100 100 0.00 baik
penderita penyakit DBD
30 Angka kesakitan malaria 0 0.00 0.00 baik
31 Prevalensi Tuberkulosis (TB) 124 124.00 51.63 Kurang
32 Angka Penemuan Pasien TB/ CNR (Case 68 68 16.90 Kurang
Notification Rate)
33 Cakupan pemeriksaan Terduga TB di 100 100.00 100.00 baik
Puskesmas & RSUD / Persentase orang
dengan TB mendapatkan pelayanan TB
sesuai standar
34 Proporsi kasus Tuberkulosis yang berhasil 95.81 95.81 100.00 baik
diobati dalam program DOTS (success
rate)
35 Cakupan Pemeriksaan HIV dan AIDS di 100 100.0 100.00 baik
Puskesmas dan RSUD / Persentase orang
berisiko terinfeksi HIV mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai standar
36 Angka penemuan kasus baru kusta 1.77 1.77 0.09 baik
37 Angka penemuan kasus diare balita 93 93.00 25.17 baik
38 Persentase Diare KLB dapat ditangani < 24 100 100.00 100.00 Baik
jam
39 Angka penemuan kasus Pneumonia Balita 56 56.00 7.93 Baik
40 Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan 97.70 97.70 95.89 Kurang
yang mendapat imunisasi dasar lengkap

11
12

41 Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child 100 10.00 100.00 Baik


Immunization (UCI)
42 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB 100 100.00 0.00 tidak ada
yang Dilakukan Penyelidikan kasus
Epidemiologi <
24 jam
43 Proporsi kasus hipertensi di fasilitas 20 20 59.56 Tinggi
pelayanan kesehatan
44 Proporsi kasus Diabetes Melitus (DM) di 20 20 63.83 Tinggi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dasar
45 Prevalensi berat badan lebih dan obesitas 17 17 0.33 Baik
pada penduduk usia 18+ tahun
46 Prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun 5.2 5.20 0.13 Baik
47 Proporsi Tempat-tempat Umum (TTU) 96.5 96.50 100.00 Baik
memenuhi syarat
48 Proporsi TPM memenuhi syarat 94 94.00 100.00 Baik
49 Desa/kalurahan melakukan STBM 52.94 52.94 100.00 Baik
50 Pelayanan Hogiene Sanitasi Pangan Setiap 100 100.00 100.00 Baik
Anak di Satuan Pendidikan Dasar /
Cakupan Inspeksi Pangan di Pendidikan
dasar
51 Persentase rumah tangga berperilaku hidup 60 60.00 91.00 Baik
bersih dan sehat (PHBS).
52 Cakupan Kalurahan Siaga Aktif 100 100.00 100.00 Baik
53 Persentase Balita ditimbang berat 77 77 79.98 Baik
badannya (D/S)
54 Proporsi Puskesmas terakreditasi 94 94 100.00 Baik
55 Persentase kunjungan baru rawat jalan di 22 22 23.26 Baik
Puskesmas
56 Jumlah Kunjungan puskesmas orang per 150 150 125.89 Kurang
hari
57 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 100 100 100.00 Baik
/ Persentase penderita hipertensi
mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar
58 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 100 100.00 100.00 baik
Melitus/ Persentase penderita DM
mendapat pelayanan kesehatan sesuai
standar
59 Upaya Kesehatan Jiwa Pada Orang Dengan 100 100.00 100.00 baik
Gangguan Jiwa Berat / Persentase ODGJ
berat yang mendapatkan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai standar
60 Persentase kecukupan sarana untuk 100 100 100.00 baik
administrasi perkantoran
61 Persentase kecukupan sarana aparatur 100 100 100.00 baik
62 Persentase ketersediaan obat dan vaksin di 85 85.00 100.00 baik
Puskesmas
63 Presentase makanan yang memenuhi 88.00 88.00 100.00 Baik
syarat
64 Tingkat Deteksi dini kesehatan masyarakat 100.00 100 92.54 Kurang
65 Proporsi Puskesmas yang menerapkan pola 100 100 100.00 baik
tata kelola BLUD
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan Bulan Desember, 2018.

12
13

BAB III
ANALISIS MASALAH

A. Identifikasi Masalah
Semua kegiatan yang termasuk dalam inventaris masalah harus
dicarikan pemecahan dan jalan keluarnya. Karena kita bertugas tidak
berorientasi hanya kepada target/hasil, akan tetapi terhadap visi dan misi.
Semua bagian, baik yang bermasalah maupun tidak, tetap bekerja keras,
mewujudkan visi dan misi Puskesmas. Karena kita bekerja tidak sendiri-
sendiri, perbagian-perbagian, kita bekerja sebagai tim yang saling bekerja
sama, tanpa mengabaikan profesionalisme.
Hasil penilaian kinerja, pengukuran derajat kesehatan, survey dan
penelitian, serta analisa pelaksanaan program kinerja di UPT Puskesmas
Kratonan tahun 2018 menunjukkan bahwa masih didapatkan beberapa
permasalahan. Rincian permasalahan tersebut dipaparkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Identifikasi Permasalahan di Puskesmas Kratonan Bulan Desember 2018
Target Target
No Indikator Realisasi Keterangan
2018 Desember
1 Cakupan pelayanan nifas 93.5 93.5 93.5 Kurang
2 Cakupan kunjungan bayi 98 98 95.89 Kurang
3 Cakupan Skrining Kesehatan & 100 100.00 95.73 Kurang
pelayanan kesehatan Reproduksi
penduduk dewasa (usia 15-59 th) /
Persentase warga negara usia 15-59
tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
4 Prevalensi Bumil KEK 2.71 2.71 3.22 Tinggi
5 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah 2.70 2.70 3.31 Tinggi
(BBLR)
6 Angka Penemuan Pasien TB/ CNR 68 68 16.90 Kurang
(Case Notification Rate)
7 Prevalensi Tuberkulosis (TB) 124 124.00 51.63 Kurang
8 Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan 97.7 65.13 54.17 Kurang
yang mendapat imunisasi dasar
lengkap
9 Proporsi kasus hipertensi di fasilitas 20 20 119.05 Tinggi
pelayanan kesehatan
10 Proporsi kasus Diabetes Melitus (DM) 20 20 19.05 Tinggi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dasar
11 Jumlah Kunjungan puskesmas orang 150 150 125.89 Kurang
per hari

13
14

12 Tingkat Deteksi dini kesehatan 100.00 100 92.54 Kurang


masyarakat
Sumber: Capaian Indikator Kinerja UPT Puskesmas Kratonan Bulan Desember,
2018
B. Penetapan Prioritas Masalah
Dalam memulai pekerjaan kita tetap harus berdasarkan skala prioritas.
Dalam pemilihan prioritas masalah utama, Puskesmas Kratonan
menggunakan pendekatan Metoda USG, dengan berdasar kepada besarnya
masalah dan kemungkinan keberhasilannya, yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.2. Priotitas Masalah dengan Teknik Matriks USG
No Masalah U S G U+S+G Peringkat
1 Cakupan pelayanan nifas 2 2 1 5 10
2 Cakupan kunjungan bayi 1 2 1 4 11
3 Cakupan Skrining Kesehatan & pelayanan kesehatan 1 3 2 6 9
Reproduksi penduduk dewasa (usia 15-59 th) /
Persentase warga negara usia 15-59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar
4 Prevalensi Bumil KEK 3 3 3 9 5
5 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 2 4 2 8 6
6 Angka Penemuan Pasien TB/ CNR (Case Notification 4 4 5 13 1
Rate)
7 Prevalensi Tuberkulosis (TB) 4 3 5 12 2
8 Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat 3 2 3 8 7
imunisasi dasar lengkap
9 Proporsi kasus hipertensi di fasilitas pelayanan 4 3 3 10 4
kesehatan
10 Proporsi kasus Diabetes Melitus (DM) di Fasilitas 4 4 3 11 3
Pelayanan Kesehatan dasar
11 Jumlah Kunjungan puskesmas orang per hari 1 1 1 3 12
12 Tingkat Deteksi dini kesehatan masyarakat 1 3 2 6 8

Keterangan dari sistem skor tabel di atas adalah:


U = Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
S= Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi organisasi
seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa manusia, sumber daya
atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah tersebut terhadap organisasi
maka semakin serius masalah tersebut.

14
15

G = Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang


masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut (Kepner dan Tragoe, 2000).
Dari hasil analisis pelaksanaan program kerja di UPT Puskesmas Kratonan
berdasarkan teknik matriks USG tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas
permasalahan yang perlu mendapat perhatian segera adalah rendahnya angka
penemuan kasus TBC di fasilitas pelayanan kesehatan.

15
16

BAB IV
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Analisis SWOT dalam Manajemen Strategik Program


Tabel 4.1 Analisis SWOT Program Penanggulangan Penyakit
S (Strength) W (Weakness)
Internal 1. Kualitas SDM yang 1. Sumber dana yang kurang
cukup 2. Kerjasama antar petugas
2. Akses dan kemudahan kurang
mendapatkan 3. Kontak tracing penderita
Eksternal pelayanan kurang
4. Masih rendahnya
pengetahuan, kesadaran,
dan motivasi masyarakat
untuk berobat
5. Pencatatan kurang tertib
sehingga data belum
sepenuhnya tercover
O (Opportunity) Strategi SO Strategi WO
1. Dukungan program DKK 1. Mengadakan 1. Membangun kerja sama
2. Dukungan lintas sektoral pertemuan DKK, yang lebih baik antar
3. Banyak kegiatan berbasis lintas sektoral petugas
masyarakat yang terkait dengan kader 2. Meningkatkan sistem
dengan program kesehatan kesehatan dan pencatatan dan pelaporan
kelurahan 3. Mengajak masyarakat
2. Memberikan untuk aktif dalam upaya
fasilitas untuk penemuan kasus TB
melakukan 4. Meningkatkan kesadaran
pemeriksaan dahak masyarakat melalui DKK,
di setiap pustu dan peran lintas sektoral,
posyandu, RB/BPS kader, dan kelurahan
T (Threat) Strategi ST Strategi WT
1. Pengetahuan masyarakat 1. Meningkatkan 1. Kunjungan dan evaluasi
masih rendah penyuluhan kepada ke Pustu, posyandu, RB, BPS
2. Hubungan dengan Pustu, masyarakat 2. Sweeping ke wilayah
Posyandu, RB, dan BPS 2. Mengadakan jejaring puskesmas
kurang berjalan dengan pertemuan berkala 3. Memberikan reward
baik (terutama tentang dengan Pustu, kepada masyarakat yang
pelaporan) Posyandu, RB, dan bersedia untuk berobat ke
BPS untuk Puskesmas
membangun 4. Menjelaskan pentingnya
komitmen yang lebih penemuan kasus TB sedini
baik mungkin

16
17

B. Analisis Masalah dengan Teori Tulang Ikan


Permasalahan program pencegahan dan penanggulangan penyakit
khususnya angka penemuan kasus TBC paru yang masih rendah akan menjadi
prioritas masalah di Puskesmas Kratonan. Peninjauan penyebab masalah
tersebut dilakukan dengan cara analisis data sekunder yang berasal dari data
Puskesmas Kratonan. Hasil analisis dijabarkan dalam bentuk diagram tulang
ikan yang menunjukkan analisis sebab akibat terjadinya rendahnya angka
penemuan kasus TBC paru yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

17
18

Gambar 4.1 Analisis Masalah Angka Penemuan Kasus TBC Paru yang Rendah dengan Teori Tulang Ikan
19

Diagram tulang ikan di atas menunjukkan beberapa penyebab masalah


yang berperan terhadap rendahnya angka penemuan kasus TBC paru di wilayah
kerja Puskesmas Kratonan. Penyebab masalah digolongkan menjadi 9
kelompok sebab, yaitu:
1. Man
Permasalahan yang terdapat dari segi ketenagaan yaitu kader kurang
aktif dalam melakukan penjaringan suspek TBC, penelusuran kontak TBC,
penyuluhan mengenai penyakit TBC, dan kurangnya penguasaan materi
oleh kader. Selain itu, juga terdapat kekurangan pada kunjungan penderita
yang memiliki risiko tinggi ke puskesmas disebabkan karena kesadaran dan
sosialisasi yang masih kurang.
2. Money
Dari segi dana atau biaya, permasalahan yang terjadi akibat dana
transportasi yang diberikan untuk petugas puskesmas rendah dan tidak ada
dana insentif tambahan bagi kader yang berhasil menjaring pasien TBC
BTA (+) sehingga motivasi untuk penjaringan dan penyuluhan kurang.
3. Method
Permasalahan pada metode ada beberapa, antara lain kurangnya
kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader, frekuensi penyuluhan yang
kurang sehingga masyarakat masih belum terlalu paham mengenai penyakit
TBC. Tanpa pemberian edukasi yang benar, maka cara pengumpulan dahak
juga tidak tepat dan mengakibatkan hasil laboratorium yang kurang tepat.
Bisa juga dipengaruhi kurangnya kerja sama dengan pihak swasta ataupun
lintas sector, dan masih perlunya pencatatan dan pelaporan yang tertib.
4. Minute
Permasalahan dalam hal waktu adalah terbatasnya waktu
penyuluhan untuk semua penderita dengan risiko tinggi.
5. Material
Dalam segi material permasalahan terdapat pada hal media untuk
promosi. Kurangnya promosi kesehatan terutama mengenai TB di tempat-
20

tempat umum, menyebabkan masyarakat tidak mengingat akan pentingnya


kesadaran diri terhadap penyakit TB.
6. Information
Dari segi informasi, masalah yang ada yaitu masih rendahnya
tingkat pemahaman tentang penyakit TBC. Hal ini mungkin disebabkan
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun penyampaian
penyuluhan yang kurang dapat dimengerti oleh masyarakat karena
keterbatasan sarana. Selain itu ada kendala dalam pendataan pasien yang
berobat di fasilitas kesehatan selain puskesmas, dimasa fasilitas kesehatan
tersebut tidak melaporkan data pasien TBC.
7. Machine
Terdapat permasalahan pada hal keterbatasan sarana dan prasarana.
Puskesmas Kratonan memiliki jumlah transportasi yang terbatas, yaitu 2
mobil pusling roda 4, dimana 1 mobil digunakan untuk bersiaga di IGD
Puskesmas dan yang lain sering digunakan untuk setiap kegiatan di luar
Puskesmas. Selain itu terdapat 3 motor dinas dengan keadaan rusak ringan.
Kendala lain yaitu masih kurangnya poster ataupun leaflet di tempat-tempat
umum untuk sosialisasi penyakit.
8. Market
Dari segi market permasalahan yang ada yaitu kurang menariknya
isi dari penyuluhan yang disampaikan.
9. Environment
Terdapat beberapa masalah dari segi environment, yaitu kurangnya
kerja sama dengan klinik jejaring dan sulitnya transportasi ke desa-desa
karena wilayah yang berbukit menyebabkan jalan yg terjal dan berliku, dan
beberapa sulit dijangkau.
Berdasarkan penyebab-penyebab kasus penemuan TBC BTA (+) masih
rendah yang telah teridentifikasi tersebut dapat ditemukan masalah spesifik yang
akan diangkat untuk dibahas operasionalnya sebagai alternatif jalan keluar, tersaji
dalam tabel berikut.
21

Tabel 4.2 Masalah Spesifik di Puskesmas


Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
MAN Kinerja kader belum maksimal  Kunjungan kasus suspek TBC
 Koordinasi lintas program
Kontrak tracing penderita Pelaksanaan kontak tracing
kurang penderita TBC BTA (+) pada
keluarga
Kader kurang menguasai Pelatihan kepada kader
materi penyuluhan mengenai materi penyuluhan
Penjaringan suspek TBC  Memberikan pengetahuan
masih kurang kepada petugas kesehatan lain
dan kader
 Penemuan kasus baru pada
suspek TBC
Kunjungan suspek TBC masih Kunjungan kasus suspek TBC
kurang oleh petugas
Penyuluhan penderita suspek Penyuluhan pada penderita
TBC masih kurang suspek TBC saat skrining
MACHINE Kurangnya poster dan leaflet  Pengadaan sarana prasarana
di tempat-tempat umum untuk berupa poster dan leaflet
sosialisasi penyakit TBC paru mengenai TBC.
 Poster dan leaflet di berikan
kepada kader desa untuk
disampaikan kepada
masyarakat.
 Menggunakan media social
untuk menyebarkan sosialisasi.
Kurangnya alat transportasi  Penambahan alat transportasi
 Perawatan berkala kendaraan
MONEY Kurangnya dana khusus untuk  Dana untuk transpostasi
penjaringan dan penyuluhan maupun sarana prasarana
TBC penyuluhan TBC dinaikkan.
 Mencari sponsor dimana
ditawarkan kepada sponsor
tersebut setelah penyuluhan
dapat mempresentasikan
produknya.

METHOD Pencatatan dan pelaporan Meningkatkan sistem


kurang tertib pelaporan dan pencatatan
Kurangnya kerjasama dengan Membangun kerjasama
pihak swasta dan lintas sektor dengan pihak swasta (dokter
praktik swasta, poliklinik
swasta, dan bidan praktek
swasta) serta lintas sector
(kepala desa, pemuka agama)
22

Cara pengumpulan dahak yang  Pelatihan bidan desa, tenaga


kurang tepat kesehatan serta kader
mengenai penjaringan suspek
TBC paru secara aktif.
 Penyuluhan di balai desa,
sekolah atau tempat umum
lainnya.
Frekuensi penyuluhan kurang Jadwal penyuluhan dapat
mengikuti jadwal posyandu
lansia, kelas ibu, posyandu
balita, atau dapat juga
mengikuti jadwal arisan
dimana penduduk desa
berkumpul.
Sasaran kurang memahami Sosialisasi tentang penyakit
penyampaian isi penyuluahan TBC dalam bentuk poster dan
leaflet, ataupun melalui
media sosial
MINUTE Keterbatasan penyuluhan suspek Jadwal penyuluhan dapat
TBC mengikuti jadwal posyandu
lansia, kelas ibu, posyandu
balita, atau dapat juga
mengikuti jadwal arisan
dimana penduduk desa
berkumpul.
MATERIAL Materi promosi kurang Sosialisasi tentang penyakit
TBC dalam bentuk poster dan
leaflet, atau melalui media
sosial.
INFORMATION Tingkat pemahaman tentang Isi penyuluhan yang
penyakit TBC yang rendah mengikuti jadwal posyandu
lansia, kelas ibu, posyandu
balita, atau jadwal arisan
menyesuaikan peran, tingkat
pendidikan dan usia dari
peserta.
Ada sebagian Pasien suspek  Memberikan informasi cari
TBC sulit mengeluarkan pengambilan dahak kepada
dahak, sehingga kualitas pasien suspek TBC
dahak yang didapatkan kurang  Petugas kesehatan
baik memberikan obat GG
sehingga dahak mudah
dikeluarkan
Data pasien berobat di faskes Perlu kerja sama dengan
selain Puskesmas tidak fasilitas terkait untuk
dilaporkan pendataan pasien TBC
23

MARKET Isi promosi kurang menarik Sosialisasi tentang penyakit


TBC paru dalam bentuk
poster dan leaflet, ataupun
media sosial.
ENVIRONMENT Kurangnya kerjasama dengan Membangun kerjasama
klinik jejaringan dengan pihak swasta (dokter
praktik swasta, poliklinik
swasta, dan bidan praktek
swasta)
Daerah dengan medan terjal dan  Meminta masyarakat untuk
sulit dijangkau datang ke Posyandu atau
tempat tertentu yang mudah
dijangkau untuk penyuluhan
dan penjaringan
 Menyediakan alat transportasi
dengan keadaan prima
24

C. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik


Alternatif jalan keluar terhadap masalah selanjutnya dinilai dari beberapa
sudut pandang sehingga didapatkan urutan pemilihan intervensi yang terbaik.
Pemilihan intervensi terbaik dari berbagai alternatif jalan keluar atas masalah
penemuan TBC BTA (+) yang masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Serengan
dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 4.3 Pemilihan alternatif intervensi yang terbaik
Alternatif
No E B KSDM KR O D PS KP Total
Intervensi
Pelaksanaan
kontak tracing
1 penderita TBC 5 3 5 1 4 5 3 3 29
BTA (+) pada
keluarga
Kunjungan kasus
2 4 3 5 1 4 4 3 3 27
suspek TBC
Memberikan
pengetahuan
3 kepada petugas 4 1 3 2 3 3 3 3 22
kesehatan lain dan
kader
Penyuluhan pada
4 penderita suspek 3 1 3 1 2 3 3 3 19
TBC saat skrining
Dukungan dana
dan ketersediaan
5 4 5 4 1 1 1 3 3 22
sarana
pemeriksaan
Penyuluhan
7 tentang PHBS 3 1 3 1 3 2 3 1 17
pada masyarakat
Keterangan
E : Efektivitas O : Onset efek yang diharapkan
B : Biaya yang diperlukan D : Durasi efek yang diharapkan
KSDM : Kesiapan sumber daya PS : Penerimaan sosial
manusia KP : Komitmen politis
KR : Kerugian
Kriteria, 1= sangat rendah, 2= rendah, 3= sedang, 4= tinggi, 5= sangat tinggi
25

Berdasarkan analisis tabel di atas, pelaksanaan kontak tracing penderita


TBC BTA (+) pada keluarga mendapatkan skor tertinggi, sehingga menjadi pilihan
untuk intervensi terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kratonan.
26

BAB V
PLAN OF ACTION

Prioritas di UPTD Puskesmas Kratonan pada tahun 2018 adalah berkaitan


dengan angka penemuan TBC BTA (+). Untuk menyelesaikan permasalahan ini
maka perlu disusun Plan of Action (POA) yang komprehensif, efektif dan efisien.
Berikut ini adalah beberapa perencanaan untuk mengatasi angka penemuan TBC
BTA (+) yang masih rendah.

Tabel 5.1 Plan of Action Masalah Angka Penemuan TBC BTA (+)
Kegiatan Sasaran Target
Pelaksanaan Keluarga yang kontak Terjaringnya dan
Kegiatan Kontak dengan penderita TBC terdeteksinya anggota
Tracing / kontak BTA (+) yang keluarga baik yang tertular
serumah penderita ditemukan oleh tenaga ataupun tidak dari penderita
TBC kesehatan TBC BTA (+)
Penyuluhan setiap Kader, Masyarakat, Meningkatnya pemahaman
desa di masing- Keluarga pasien dengan dan pengetahuan para kader
masing RW TBC, Posyandu Lansia, dan masyarakat mengenai
mengenai TBC paru PKK TBC paru
melalui program
“Kereta 6B”
Minilokakarya lintas DKK, RSUD, Terbentuk kesepakatan untuk
sektoral Puskesmas dan prosedur penemuan dan
permasalahan TBC jejaringnya, Pengurus pelaporan kasus TBC BTA
BTA (+) desa, Forkompinca, (+)
serta UPT lain di
kecamatan
Pelatihan Kader TBC Kader TBC dari Meningkatnya kemampuan
di wilayah kecamatan kelurahan-kelurahan di dan keterampilan untuk
Kratonan Kratonan melakukan edukasi dan
penjaringan suspek TBC

Dari hasil pemilihan prioritas intervensi yang terbaik terhadap masyarakat


Serengan adalah memberi dorongan gerakan kepedulian keluarga mengenai TBC
seperti dibentuknya gerakan keluarga sadar TBC. Dipilih juga intervensi untuk
pemberian penyuluhan yang lebih interaktif melalui pamflet dan penyuluhan di tiap
27

kegiatan desa. Sehingga bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan
membuat “Kereta 6B”.
Berikut ini merupakan rencana persiapan yang dibutuhkan :
1. Tujuan :
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tuberkulosis dan
pencegahan dengan cara yang interaktif.
b. Meningkatkan kepedulian masyarakat dan keluarga terhadap penderita
tuberkulosis.
c. Sebagai bentuk pencegahan tuberkulosis.
2. Sasaran :
a. Seluruh warga di tiap RW
b. Minimal salah satu anggota keluarga dari penderita TBC
c. Lansia
d. Kader
e. PKK
f. Anggota Posyandu Lansia
g. Anggota Posbindu PM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Menular).
3. Metode :
Melakukan sosialisasi dengan gerakan “Kereta 6B” dan menghadirkan
penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan atau yang sudah sembuh
untuk menceritakan pengalamannya mengalamami penyakit TBC.
4. Lokasi :
Kecamatan Serengan
5. Mekanisme kegiatan :
Bekerjasama dengan perangkat RW, RT, kader, dan tenaga
kesehatan dari puskesmas untuk bersama-sama membuat acara
“Kereta 6B”. Kegiatan ini adalah pertemuan masyarakat untuk lebih
mengenali tanda gejala TBC dan tindakan yang harus dilakukan
selanjutnya. Kereta 6B merupakan kepanjangan dari Keluarga Cepat
Tanggap gejala TBC yang terdiri atas Batuk ≥ 3 minggu, Badan
demam, Berkeringat malam, Berat badan turun, dan mengajak
28

keluarganya untuk Bantu berobat dan Beri genteng kaca di rumah


pasien TBC.
Teknis pelaksanaan kegiatan adalah tenaga kesehatan
puskesmas membuat acara di wilayah masing-masing RW
mengundang seluruh warga RW dan minimal satu anggota keluarga
dengan pasien TBC, dan kader TBC. Kegiatan diawali dengan survei
pre sosialisasi. Lalu kegiatan diisi dengan penyuluhan dalam bentuk
yang interaktif. Penyuluhan mengenai TBC, pencegahan dan
manajemen pasien TBC yang merupakan penyuluhan inti. Diikuti
pemaparan pengalaman penderita TBC yang sedang menjalani
pengobatan atau yang sudah sembuh, mulai dari gejala yang
dirasakan, pola hidup sebelum menderita TBC, sampai penderita
tersebut mendapatkan pengobatan.
Hal ini sekaligus sebagai media pelatihan kader TBC yang akan
rutin di sampaikan di Posyandu. Pada tengah acara dapat diadakan
sesi tanya jawab dan pembagian doorprize bagi yang menjawab
pertanyaan dengan benar. Kemudian kegiatan diakhiri dengan
pengisian survei pasca sosialisasi dan pemberian bantuan genteng
kaca pada tiap keluarga dengan TBC serta pembagian pamflet TBC di
tiap rumah-rumah dan posyandu.
Tabel 5.2 Struktur dan Fungsi Pelaksana Program
NO STRUKTUR PELAKSANA FUNGSI

1 Pengawas Puskesmas a. Memantau dan mengawasi keberlangsungan


pusat program “Kereta 6B” kepada warga.
b. Mengevaluasi hasil laporan bulanan yang
telah diberikan oleh pengawas madya.
c. Menyampaikan hasil evaluasi program kepada
warga secara rutin.
2 Pengawas Ketua RW a. Melaporkan hasil laporan bulanan kepada
madya pengawas pusat
3 Pengawas Ketua RT a. Memantau dan mengawasi keberlangsungan
lapangan program “Kereta 6B”.
b. Melaporkan laporan mingguan kepada
pengawas tingkat madya
4 Kader TBC Kader a. Mendampingi keluarga untuk turut menjadi
Pengawas Minum Obat (PMO)
b. Melaksanakan penyuluhan setiap posyandu.
29

c. Mengawasi apakah bantuan genteng kaca


sudah dipasang di rumah pasien TBC
d. Aktif menjaring pasien suspek TBC untuk
periksa ke puskesmas

6. Monitoring dan Evaluasi


Dilakukan survei pre sosialisasi dan pasca sosialisasi untuk
mengetahui seberapa berhasil pemaparan materi diterima oleh
masyarakat di Kecamatan Kratonan. Dan dilakukan pemantauan
wilayah setempat oleh bidan desa dan bagian administrasi pendataan
puskesmas untuk mengadakan survei cakupan (memperoleh tingkat
cakupan penemuan kasus TBC termasuk data profil pasien TBC
seperti nama, usia, jenis kelamin, alamat, kategori TBC, dan hasil
BTA) dan survei dampak (menilai morbiditas penyakit). Dengan
demikian diharapkan program yang diadakan sejalan dengan
ketentuan yang ada.

Contoh survei pra dan pasca sosialisasi :

Berikan tanda centang (√) pada jawaban “ya” atau “tidak” yang menurut Anda
sesuai dengan gejala penyakit Tuberkulosis (TBC).

No Gejala Ya Tidak
1. Batuk lama (>3 minggu)
2. Batuk berdarah
3. Demam sumer-sumer
4. Badan lemas
5. Nafsu makan menurun
6. Berat badan turun
7. Berkeringat malam hari
30

Beri tanda centang (√) pada jawaban tindakan yang akan Anda lakukan bila
menemukan gejala seperti diatas. Kosongkan kolom bila menurut Anda, tindakan
tersebut tidak perlu dilakukan.

No Tindakan (√)
1. Memeriksakan diri ke tenaga kesehatan/puskesmas terdekat
2. Mengikuti alur pemeriksaan yang disarankan oleh tenaga
kesehatan
3. Teratur mengonsumsi obat sesuai aturan yang diberikan
4. Rutin kontrol sesuai yang disarankan tenaga kesehatan tempat
Anda memeriksakan diri
5. Menyarankan kepada orang lain yang mengalami gejala seperti
diatas untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan/puskesmas
terdekat
31

BAB VI
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Berdasarkan analisis prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas
Kratonan Kota Surakarta adalah rendahnya angka deteksi TBC.
2. Alternatif penyelesaian yang terpilih adalah pelaksanaan kontak tracing
penderita TBC BTA (+) pada keluarga.
3. Setelah dilakukan analisis penyebab dan berbagai alternatif jalan keluar
maka didapatkan solusi membuat Plan of Action yang akan
dilaksanakan antara lain:
a. Pelaksanaan kegiatan kontak traching/kontak serumah penderita
TBC BTA (+)
b. Penyuluhan di setiap desa mengenai TBC BTA (+)
c. Minilokakarya lintas sektoral permasalahan TBC BTA (+)
d. Pelatihan Kader TBC di wilayah Kecamatan Kratonan
e. Menjalankan program “Kereta 6B”.

B. SARAN
1. Diharapkan Puskesmas meningkatkan upaya penemuan TBC BTA (+)
dengan melaksanakan program yang telah direncanakan dengan sebaik-
baiknya.
2. Perlu dilakukan evaluasi serta monitoring berkesinambungan untuk
semua program yang telah dilaksanakan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Anthony S. F. (2008). Mycobacterial disease. Harrison’s Internal Medicine.ed 19th.


McGraw Hill: USA, hal: 1103-13.
Asril B, Zulkifli A. (2009). Tuberkulosis paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid II edisi IV. Jakarta: Interna Publishing, hal: 988-93.
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Depkes RI. (2011). Pedoman Penanggulangan Nasional TBC. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.
Ishikawa, K. 1989. Teknik Penuntun Pengendalian Mutu. Terjemahan oleh Widodo
Nawolo. Jakarta: PT Mediatama Sarana Perkasa.

Kementerian Kesehatan. 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta:Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan. 2013. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga


Berencana 2014 – 2015. Jakarta:Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2016). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. (2006). Konsensus TB .
Diakses Oktober 2018 dari
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf .
Puskesmas Kratonan. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan Tahun 2017.
Surakarta: Puskesmas Kratonan.

Puskesmas Kratonan. 2018. Modul Profil Kesehatan Puskesmas Kratonan


Semester 1 Tahun 2018. Surakarta: Puskesmas Kratonan.

Reed SK. (2000). Problem solving. In A. E. Kazdin (Ed.), Encyclopedia of


psychology. Washington DC: American Psychological Association and
Oxford University Press. Pp. 71-75.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus. Jakarta: Gramedia.


33

Salusu, J. 2015. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan


Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo.

Sulaeman, ES (2015). Manajemen Masalah Kesehatan: Manajemen Strategik dan


Operasional Program serta Organisasi Layanan Kesehatan. Cetakan
1. Surakarta: UNS Press.

Anda mungkin juga menyukai