ANALISA KASUS
a. Anamnesis
Pasien mengalami gejala nyeri dada tipikal. Nyeri dada tipikal akan
memberikan gejala klinis nyeri terasa seperti tertekan benda berat hingga
terasa dan menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada diprovokasi dengan aktivitas
atau emosi, kemudian akan membaik dengan istirahat atau dengan pemberian
nitrat.
Pada angina non tipikal, gejala klinis hanya muncul 2 hal diatas, dan
dikatakan nyeri dada non angina bila hanya muncul 1 gejala/tidak sama sekali.
Nyeri dada yang dirasakan pasien, muncul akibat adanya ketidakseimbangan
1
antara supply dan demand oksigen yang mengalir di arteri koroner, dimana
kondisi adanya stenosis dan oklusi pada pembuluh darah koroner dapat
menimbulkan terganggunya supply oksigen terutama ke arteri koroner.
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG di RS Perujuk didapatkan sinus bradikardi, 57
bpm, normoaxis, q patologis (-), ST elevasi II, III, aVF, ST depresi I, aVL.
Pemeriksaan EKG di RSUD Dr. Moewardi didapatkan irama sinus
arrhytmia 70 bpm, normoaxis, q patologis (-), ST elevasi lead II, III, aVF,
ST depresi lead I, aVL
Kesimpulan : STEMI Inferior
2) Laboratorium
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit (12
ribu/ul meningkat), netrofil (91.80 % meningkat), limfosit (6.90 %
meningkat), GDS (272 mg/ dl meningkat), kreatinin (0.9 mg/dl normal),
ureum (45 mg/dl normal).
Kesimpulan : Pasien diabetes
3) Rontgen Thorax PA
2
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan lainnya adalah foto polos
rontgen thorax didapatkan hasil ukuran jantung membesar dengan CTR
60% dan tampak cephalissasi di kedua lapang pulmonal, corakan
bronkovaskuler normal. Kesimpulannya adalah cardiomegaly dengan awal
edema paru.
4) Echocardiography
d. Diagnosis
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis dengan Chronic Coronary Syndrome, riwayat ACS
(November 2019 di RSUD Salatiga) , MR moderate, AR mild dengan CCS
III, EF 46-50% etiologi PJK (Faktor risiko Laki-laki > 45 tahun, dengan
3
riwayat merokok (+) dan hipertensi (+) dengan penyerta Asotemia dan
Hipertensi.
e. Tatalaksana
Pasien masuk dari poliklinik karena rencana tindakan DCA pada
27/1/2020. Saat ini pasien mendapat pengobtan dari RSDM yaitu aspilet 80
mg, clopidogrel 75 mg, candersatan 16 mg, nitrokaf 2x2.5 mg , bisoprolol 10
mg, amlodipin 10 mg sejak 1 bulan yang lalu. Obat yang diberikan sudah
sesuai dengan guideline terapi CCS. Pengobatan yang diberikan sudah
menggunakan kombinasi obat dan dosis yang optimal, namun nyeri dada
masih tetap dirasakan.
4
yang menginhibisi COX-1 dan COX-2 secara ireversibel sehingga menurunkan
produksi prostaglandin dan derivatnya (Thromboxan A2). Clopidogrel
merupakan P2Y12 inhibitor. P2Y12 merupakan kemoreseptor adenosine
diphosphate (ADP), inhibisi ikatan ini akan menghambat aktivasi kompleks
glikoprotein GPIIb/IIIa sehingga menghambat agregasi platelet. Dual terapi
antiplatelet dengan aspirin dan P2Y12 inhibitor merupakan pilihan terapi pada
kejadian infark miokard, diberikan selama 12 bulan.
Candesartan merupakan golongan ARB. ARB diberikan karena pasien
intoleransi pada ACE-I, dan digunakan untuk menurunkan tekanan darah. ARB
merupakan penghambat reseptor angiotensin II sehingga akan menimbulkan
efek vasodilator, dapat mengurangi remodeling dan menurunkan angka
kematian penderita pasca infark-miokard yang disertai gangguan fungsi sistolik
jantung, dengan atau tanpa gagal jantung klinis.
Bisoprolol merupakan golongan β-blocker. Beta bloker berkerja untuk
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dan memblokade RAAS (renin–
angiotensin–aldosterone system). Kombinasi efek tersebut dapat menurunkan
frekuensi takiaritmia atrial maupun ventrikular. Amlodipin merupakan obat
golongan Calcium Channel Blocker (CCB). CCB bekerja dengan memblok
influk Calcium kedalam miokard dan otot polos pembuluh darah sehingga
pembuluh darah mengalami vasodilatasi yang menyebabkan tekanan darah
menurun sehingga kerja jantung dan kebutuhan oksigen berkurang. Kombinasi
CCB dan β-blocker diberikan apabila gejala angina masih didapatkan.
Nitrokaf retard merupakan obat yang mengandung nitrogliserin yang
merupakan nitrat kerja lambat (long-acting nitrat). Penggunaan nitrat
merupakan terapi lini kedua dari pengobatan angina. Nitrat memiliki efek
vasodilator khususnya sebagai venodilator yang akan menurunkan preload
sehingga beban jantung berkurang. Kombinasi nitrat dan beta bloker dan CCB
merupakan kombinasi lini kedua untuk terapi untuk angina. Nitrat ditambahkan
apabila dengan pengobatan CCB dan β-blocker masih didapatkan nyeri dada.
5
Atorvastatin merupakan senyawa statin yang merupakan inhibitor
hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase (HMGCo-A reductase). Inhibisi
enzim ini dapat mencegah katalisasi dari HMG-CoA menjadi mevalonate
(derivat biosintesis kolesterol) sehingga dapat menurukan kolesterol, LDL, dan
trigliserida.