Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOBA
KABUPATEN BANGKA TENGAH
TAHUN 2018

ROSI FRITA ANDINI SAMOSIR


P071242813023

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOBA
KABUPATEN BANGKA TENGAH
TAHUN 2018

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Kebidanan

ROSI FRITA ANDINI SAMOSIR


P071242813023

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
TAHUN 2018

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi

“Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018”

Disusun oleh:
Rosi Frita Anidini Samosir
NIM. P07124318023

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal : ………………………………

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Suherni, SPd, APP, M. Kes Tri Maryani, SST, M. Kes


NIP. 19570419 198303 2 003 NIP. 19810329 200501 2001

Yogyakarta, .............................
Ketua Jurusan Kebidanan

DR. Yuni Kusmiyati. SST., MPH.


NIP.19760620 200212 2 001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI

“Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018”

Disusun Oleh
Rosi Frita Andini Samosir
NIM. P07124318023

Telah dipertahankan dalam seminar di depan Dewan Penguji

Pada tanggal : …………………

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua,
Dyah Noviawati S. M. Keb (..............................................................)
NIP. 19801102 2001 12 2 002

Anggota,
Suherni, SPd, APP. M. Kes (..............................................................)
NIP. 19570419 1983 03 2 003

Anggota,
Tri Maryani, SST, M. Kes (..............................................................)
NIP. 19810329 200501 2001

Yogyakarta, …………..
Ketua Jurusan Kebidanan

DR. Yuni Kusmiyati. SST., MPH


NIP. 19760620 200212 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2018.
Penulisan Proposal Skripsi ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan skripsi
untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Proposal Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan untuk penyusunan proposal.
2. DR. Yuni Kusmiyati. SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan kebijakan dalam
penyusunan proposal.
3. Yuliasti Eka P., SST., MPH, selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk penyusunan proposal.
4. Suherni, S.Pd, APP. M. Kes selaku pembimbing utama yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal
5. Tri Maryani, M.Keb selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan
arahan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan proposal.
6. drg. Eva selaku Pimpinan Puskesmas Koba yang telah memberikan izin
kepada saya untuk melakukan penelitian di Puskesmas Koba
7. Wahyudi, ST, suamiku tercinta yang telah dengan sabar memberi dukungan,
kekuatan, dan motivasi untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Abdul Aziz Khairul Azzam dan Hana Khairunnisa Azmi, anak-anakku yang
telah menemani dan memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan
pendidikan.

iv
9. Orang tua dan mertua tercinta yang telah memberikan dukungan dan doa
dalam menyelesaikan pendidikan.
10. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Yogyakarta,
Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Ruang Lingkup .................................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
F. Keaslian Penelitian ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 9


A. Telaah Pustaka .................................................................................. 9
B. Kerangka Teori.................................................................................. 29
C. Kerangkan Konsep ............................................................................ 30
D. Hipotesis............................................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 31
A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 31
B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 32
C. Waktu dan Tempat ............................................................................ 34
D. Variabel Penelitian dan Aspek-Aspek yang Diteliti/ Diamati .......... 34
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 35
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 36
G. AlatUkur/ Instrumen dan Bahan Penelitian ...................................... 37
H. Prosedur Penelitian............................................................................ 37
I. Manajemen Data ............................................................................... 38
J. Etika Penelitian ................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 45


LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... 35


Tabel 2. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia.. 42

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ............................................................................ 29


Gambar 2. Kerangka Konsep ........................................................................ 30
Gambar 3. Desain Penelitian ......................................................................... 31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dummy Tabel .......................................................................... 48


Lampiran 2 : Format Pengumpulan Data ...................................................... 50
Lampiran 3 : Master Tabel Kasus ................................................................. 51
Lampiran 4 : Master Tabel Kontrol .............................................................. 55
Lampiran 5 : Rencana Anggaran Penelitian.................................................. 59
Lampiran 6 : Jadwal Kegiatan Penelitian...................................................... 60

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang

mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang

disebut alveoli, yang diisi dengan udara ketika orang yang sehat bernafas.

Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli diisi dengan nanah dan

cairan, yang membuat bernapas menyakitkan dan membatasi asupan oksigen.1

Pneumonia merupakan faktor penyebab kematian terbesar pada anak-

anak di seluruh dunia, dengan kasus kematian sebesar 920.136 pada anak-anak

di bawah usia 5 tahun (tahun 2015), angka ini menyumbang 16% dari semua

kematian anak-anak di bawah lima tahun. 1

Kasus pneumonia yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 adalah

sebanyak 447.431 balita, dengan angka kejadian tertinggi di Jawa Barat

sebanyak 126.936 balita (28,36%). Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

ditemukan 5.591 balita (1.24%) yang mengalami pneumonia.2 Bangka Tengah

merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung turut

menyumbangakan angka kejadian pneumonia sebanyak 460 balita dari total

5.675 balita (8.1%) yang ditangani oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
3
pada tahun 2017. Jumlah puskesmas yang ada di Bangka Tengah adalah 8

puskesmas, di mana Puskesmas Koba merupakan puskesmas dengan kejadian

1
2

pneumonia tertinggi, yaitu sebesar 9.6% (307 balita) pada tahun 2016, dan

7,7% (245 balita) pada tahun 2017.4

Banyak faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian pneumonia

yaitu bayi di kurang dari 2 bulan, berat badan lahir rendah, tidak mendapat

ASI ekslusif, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak

memadai, dan defisiensi vitamin A.5 Dalam laporan WHO disebutkan bahwa

hampir 90% kematian balita terjadi di negara berkembang dan lebih dari 40%

disebabkan diare dan infeksi saluran pernapasan akut (pneumonia), yang dapat

dicegah dengan ASI eksklusif.6

Pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen infeksi, termasuk virus,

bakteri, dan jamur. Sebagian besar anak-anak yang sehat dapat melawan

infeksi dengan pertahanan alami mereka, anak-anak yang sistem kekebalannya

terganggu memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia. Sistem imun

seorang anak mungkin dilemahkan oleh kekurangan gizi, terutama pada bayi

yang tidak disusui secara eksklusif.1

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk

kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu

formula, air matang, air gula, air teh, dan madu untuk bayi baru lahir serta

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim

tidak dibenarkan.7 ASI adalah makanan ideal bagi bayi, menyediakan nutrisi

yang mereka butuhkan untuk perkembangan yang sehat dan memberikan

antibodi terhadap penyakit anak yang umum seperti diare dan pneumonia, dua

penyebab utama kematian anak di Indonesia.8


3

ASI adalah 'imunisasi pertama' bayi dan penyelamat hidup yang paling

efektif dan murah. Anak-anak yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih

mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan

dibandingkan anak yang tidak disusui. Segera menyusui setelah bayi lahir

dapat mengurangi risiko kematian baru lahir hingga 45 persen.9

Manfaat dari menyusui ini telah direkomendasikan di seluruh dunia,

namun hanya 39% anak-anak di bawah enam bulan mendapatkan ASI eksklusif

pada tahun 2012. Angka global ini hanya meningkat dengan sangat perlahan

selama beberapa dekade terakhir, sebagian karena rendahnya tingkat menyusui

dibeberapa negara-negara besar, dan kurangnya dukungan untuk ibu menyusui

dari lingkungan sekitar.9

Target yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif yakni 80%

namun cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2018 hanya

37,3 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung pada tahun 2018 sebesar 57.6%.10 Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka Tengah cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangka

Tengah pada tahun 2017 sebesar 44.7%. Dan cakupan ASI eksklusif di

Puskesmas Koba sebesar 49,3%. 4

Menurut penelitian Via Al Ghafini Choyron (2015) didapatkan hasil

bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mempunyai risiko terkena

pneumonia sebesar 3,095 kali lebih tinggi dibandingkan dengan balita yang

mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan air susu ibu mengandung

protein, lemak, gula, dan kalsium dengan kadar yang tepat. Air susu ibu juga
4

mengandung zat-zat yang disebut antibodi, yang dapat melindungi bayi dari

serangan penyakit selama ibu menyusui bayi, dan beberapa waktu sesudah itu.

Bayi yang senantiasa mengkonsumsi air susu ibu jarang mengalami salesma

dan infeksi saluran pernafasan bagian atas pada tahun pertama kelahiran, jika

dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya. 11 Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Efni, Rizanda Machmud,

Dian Pertiwi (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna

antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia.12

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merasa

perlu melakukan penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif

dengan kejadian pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten

Bangka Tengah tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Pneumonia merupakan faktor penyebab kematian terbesar pada anak-

anak di seluruh dunia, dengan kasus kematian sebesar 920.136 pada anak-anak

di bawah usia 5 tahun (tahun 2015).1 Kasus pneumonia yang terjadi di

Indonesia pada tahun 2017 adalah sebanyak 447.431 balita, dengan angka

kejadian tertinggi di Jawa Barat sebanyak 126.936 balita (28,36%). Di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung ditemukan 5.591 balita (1.24%) yang mengalami

pneumonia.2 Bangka Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung turut menyumbangakan angka kejadian

pneumonia sebanyak 460 balita dari total 5.675 balita (8.1%) yang ditangani

oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2017.3 Puskesmas Koba
5

merupakan puskesmas dengan kejadian pneumonia tertinggi di Kabupaten

Bangka Tengah , yaitu sebesar 9.6% (307 balita) pada tahun 2016, dan 7,7%

(245 balita) pada tahun 2017.4

Target yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif yakni 80%

namun cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2018 hanya

37,3 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung pada tahun 2018 sebesar 57.6%.10 Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kabupaten Bangka Tengah cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangka

Tengah pada tahun 2017 sebesar 44.7%. Dan cakupan ASI eksklusif di

Puskesmas Koba sebesar 49,3%. 4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah hubungan pemberian ASI eksklusif dengan

kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten

Bangka Tengah tahun 2018?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah

tahun 2018

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik balita (umur dan jenis kelamin) pada kelompok

kasus (pneumonia) dan kelompok kontrol (tidak pneumonia) di wilayah

kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018


6

b. Mengetahui karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan pekerjaan) pada

kelompok kasus (pneumonia) dan kelompok kontrol (tidak pneumonia) di

wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

c. Mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif pada kelompok kasus

(pneumonia) dan kelompok kontrol (tidak pneumonia) di wilayah kerja

Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018

d. Mengetahui Odd Ratio (OR) pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian

pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah

tahun 2018

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan ibu dan anak

terutama tentang pneumonia dan ASI eksklusif.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dalam

bidang kebidanan dan dapat menjadi refrensi tentang pneumonia pada balita.

2. Manfaat Praktis

a. Kepala Dinas Kabupaten Bangka Tengah dan Kepala Puskesmas Koba

Dapat dijadikan sebagai masukkan untuk pertimbangan terkait dengan

program penatalaksanaan pneumonia dan penggalakkan pemberian ASI

eksklusif
7

b. Tenaga Kesehatan Puskesmas Koba

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dalam

peningkatan pelayanan kesehatan anak terutama dalam pencegahan

pneumonia dengan memberikan ASI eksklusif.

c. Peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai salah satu informasi awal dalam melakukan

penelitian tentang kejadian pneumonia.

F. Keaslian Penelitian

1. Via Al Ghafini Choyron (2015) melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten”. Desain penelitian ini

adalah penelitian observasional dengan pendekatan case control. Hasil

penelitian ini ada hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian

pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Pedan Klaten dengan

nilai p 0,014 < 0,05 dan nilai estimasi faktor risiko diperoleh OR sebesar

3,095 (95% CI=1,243-7,706).11

2. Yulia Efni, Rizanda Machmud, Dian Pertiwi (2011) melakukan penelitian

dengan judul “Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang”. Penelitian

ini menggunakan desain case control study, dianalisis dengan uji chi-

square. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia (p=0,022; OR=9,1;

95%CI=1,034-80,089), sedangkan pemberian ASI eksklusif, paparan asap


8

rokok, riwayat bayi berat lahir rendah dan imunisasi campak tidak terdapat

hubungan yang bermakna terhadap pneumonia.13

3. Susi Hartati, Nani Nurhaeni, Dewi Gayatri (2014) melakukan penelitian

dengan judul “Faktro Risiko Terjadinya Pneumonia pada anak Balita”.

Penelitian ini menggunakan desain corss sectional, analisi bivariat

menggunakan uji chi- square, dan multivariat dengan menggunakan regresi

logistik. Hasil penelitian dengan regresi logistik didapatkan 4 faktor risiko

yang berhubungan secara bermakna yaitu usia balita, riwayat pemberian

ASI, status gizi balita dan kebiasaan merokok keluarga.12

4. Andri Widayat (2014) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor

Yang Berhubungan dengan Pneumonia pada Balita di Wilayah Puskesmas

Mojogedang II Kabupaten Karanganyar”. Jenis penelitian ini observasional

dengan desain kasus kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-

square dan sebagai alternatif Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan

95%. Hasil penelitian menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan dengan

kejadian pneumonia pada balita adalah ASI eksklusif, penggunaan kayu

bakar, keberadaan perokok. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan

dengan pneumonia pada balita adalah imunisasi DPT, imunisasi campak,

status gizi, berat badan lahir rendah, Vitamin A. 14


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pneumonia

a. Pengertian

Berikut ini beberapa pengertian pneumonia:

1) Pneumonia adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan ditandai

dengan batuk dan kesukaran bernafas. 5

2) Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkhim paru. Pada

umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai bronkho-

pneumonia yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran

pneumonia lobular (adanya infiltrate pada sebagian area pada kedua

lapangan/ bidang paru dan sekitar bronchi) dan pneumonia interstitial

(difusi bronkhiolitis dengan eskudat yang jernih di dalam dinding

alveolar tetapi bukan di ruang alveolar). Bacterial pneumonia lebih

sering mengenal lobular dan sering juga terjadi konsolidasi lobular,

sedangkan viral pneumonia menyebabkan inflamasi pada jaringan

interstitial.5

3) Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang

mempengaruhi paru-paru. Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil

yang disebut alveoli, yang diisi dengan udara ketika orang yang sehat

bernafas. Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli diisi

9
10

dengan nanah dan cairan, yang membuat bernapas menyakitkan dan

membatasi asupan oksigen.1

b. Klasifikasi Pneumonia

1) Secara anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai berikut:

a) Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah seluruh atau

segmen yang besar dari satu atau lebih lobus pulmonary. Apabila

kedua paru yang terkena, maka hal ini sering disebut sebagai

bilateral atau “double” pneumonia.

b) Broncho pneumonia (pneumonia lobular) yang dimulai pada

terminal bronchioles menjadi tersumbat dengan eksudat muco

purulent sampai membentuk gabungan pada daerah dekat lobules.

c) Interstitial pneumonia yang mana adanya suatu proses inflamasi

yang lebih atau hanya terbatas di dalam dinding alveolar

(interstitium) dan peribronchial dan jaringan inter lobular.5

2) Berdasarkan etiologisnya pneumonia dibagi menjadi 7 yaitu15:

a) Bakteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus

hemolyticus, Streptococcus aureus, Hemophilus influenza, Bacillus

Friedlander, Mycobacterium tuberculosis

b) Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus,

virus sitomegalik

c) Mycoplasma pneumonia
11

d) Jamur: Histoplasma capsulatum, Crytococcus neofarmans,

Blastomyces dermatitis, Coccidioides immitis, Aspergillus species,

Candida albicans

e) Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan

amnion, benda asing

f) Pneumonia hipostatik

g) Sindrom Loeffler

c. Patogenesis Pneumonia

Pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara. Virus dan bakteri

yang biasanya ditemukan di hidung atau tenggorokan anak, dapat

menginfeksi paru-paru jika mereka dihirup. Mereka juga bisa menyebar

melalui tetesan udara dari batuk atau bersin. Selain itu, pneumonia dapat

menyebar melalui darah, terutama selama dan segera setelah lahir. 1

Proses radang pneumonia dibagi menjadi empat stadium5:

1) Stadium I: Kongesti

Kapiler melebar dan kongesti di dalam alveolus terdapat eksudat

jernih.

2) Stadium II : Hepatisasi Merah

Lobus dan lobules yang terkena menjadi lebih padat dan tidak

mengandung udara, warna menjadi merah, pada perabaan seperti

hepar, di dalam alveolus terdapat fibrin.


12

3) Stadium III: Hepatisasi Kelabu

Lobus masih padat dan berwarna merah menjadi kelabu/ pucat,

permukaan plura suram karena diliputi oleh fibris dan leucocyt, tempat

terjadi pagositosis pneumococcus dan kapiler tidak lagi kongesti.

4) Stadium IV: Resolusi

Eksudat berkurang, di dalam alveolus macrofag bertambah dan

luococyt necrosis serta degenerasi lemak, fibrin kemudian diekskresi

dan menghilang.

d. Gambaran Klinis Pneumonia

Manifestasi klinik dari pneumonia sangan besar variasinya

tergantung pada: agent etiologi, umur anak, reaksi sistemik anak terhadap

infeksi, perluasan lesi, tingkat obstruksi pada bronchial dan bronchioler.

Agent etiologi sebagian besar diidentifikasi dari: riwayat klinik, umur

anak, riwayat kesehatan secara umum, pemeriksaan fisik, radiografi dan

pemeriksaan laboratorium.5

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas dengan tanda-tanda5:

1) Suhu meningkat mendadak 39-40̊ C, kadang-kadang disertai kejang

karena demam tinggi

2) Anak gelisah, dyspnoe, pernafasan cepat dan dangkal disertai cuping

hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung kadang-kadang disertai

muntah dan diare


13

3) Batuk setelah beberapa hari sakit, mula-mula batuk kering kemudian

batuk produktif

4) Anak lebih sering tiduran pada sebelah dada yang terinfeksi

5) Pada auskultasi terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang

e. Faktor Risiko Pneumonia

Faktor risiko untuk pneumonia telah diidentifikasi secara rinci,

yaitu faktor yang meningkatkan terjadinya morbiditas pneumonia dan

faktor yang meningkatkan terjadinya kematian pada pneumonia.5

1) Faktor risiko yang meningkatkan insiden pneumonia

a) Umur kurang dari 2 bulan

Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang

masih rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk ke

dalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza dan

pneumonia. Anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap

penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia di atas 2 tahun.

Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran

pernapasan yang relatif sempit.12

b) Jenis Kelamin

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susi Hartati, dkk

(2011) didapatkan hasil bahwa balita berjenis kelamin laki-laki

berpeluang 1,24 kali untuk mengalami pneumonia dibanding balita

berjenis kelamin perempuan. Hal ini disebabkan diameter saluran

pernapasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan anak


14

perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tahan tubuh anak

laki-laki dan perempuan.12

c) Berat badan lahir rendah

Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti

kekebalan kurang sempurna, pertumbuhan dan maturasi organ dan

alat-alat tubuh belum sempurna akibatnya bayi dengan berat berat

lahir rendah lebih mudah mendapatkan komplikasi dan infeksi,

terutama pneumonia dan penyakit pernafasan lainnya.13

d) Tidak mendapat ASI memadai

Menurut penelitian Susi Hartati, dkk (2011) mengatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian pneumonia. Pada balita yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif mempunyai peluang mengalami

pneumonia 4,47 kali dibandingkan dengan balita yang mendapatkan

ASI eksklusif.12

e) Polusi udara

Polusi yang dimaksudkan disini adalah polusi yang terjadi

dalam ruangan yang disebabkan penggunaan bahan bakar yang

tidak aman (minyak tanah, kayu bakar, arang,batu bara) dan

kebiasaan merokok.

f) Kepadatan tempat tinggal (kepadatan hunian kamar)

Berdasarkan KepMenkes RI No. 829 Tahun 1999 tentang

kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8


15

m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur,

kecuali anak dibawah umur 5 tahun.16

Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak

sesuai dengan standar akan meningkatkan suhu ruangan yang

disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan

kelembaban akibat uap air dari pemanasan tersebut. Dengan

demikian, semakin banyak jumlah penghuni ruangan tidur maka

semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau

bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam

ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan karbon dioksida dan

dampak peningkatan karbon dioksida dalam ruangan adalah

penurunan kualitas udara dalam ruangan.17

g) Imunisasi yang tidak memadai

Beberapa imunisasi yang dianggap dapat mengurangi angka

kejadian pneumonia adalah imunisasi campak dan DPT. Balita

yang telah mendapatkan imunisasi campak diharapkan terhindar

dari penyakit campak dan pneumonia merupakan komplikasi yang

paling sering terjadi pada anak yang mengalami penyakit campak.

Oleh karena itu, imunisasi campak sangat penting membantu

mencegah terjadinya penyakit pneumonia.12

Imunisasi DPT dapat mencegah terjadi penyakit difteri,

pertusis, dan tetanus. Menurut UNICEF- WHO (2006) pemberian

imunisasi dapat mencegah infeksi yang dapat menyebabkan


16

pneumonia sebagai komplikasi penyakit pertusis ini. Pertusis dapat

diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi

pada bayi. Oleh karena pemberian imunisasi DPT sangatlah tepat

untuk mencegah anak terhindar dari penyakit pneumonia.12

WHO telah merekomendasikan dimasukkannya PCV

(pneumococcal conjugate vaccines) dalam program imunisasi masa

kanak-kanak di seluruh dunia. Secara khusus, negara-negara dengan

angka kematian anak yang tinggi (yaitu di bawah 5 angka

kematian> 50 kematian / 1000 kelahiran) harus membuat

pengenalan PCV multikomponen ini prioritas tinggi. Di banyak

negara, penggunaan rutin vaksin konjugat pneumokokus telah

secara dramatis mengurangi insiden penyakit serius karena

organisme dengan hilangnya penyakit secara virtual karena serotipe

organisme dalam vaksin yang digunakan.18

h) Defisiensi vitamin A

Vitamin A atau retinol terlibat dalam pembentukan, produksi,

dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi juga

integritas sel epitel pelapis tubuh.Vitamin A juga dapat mencegah

rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan serta

mencegah anemia pada ibu nifas. Kekurangan vitamin A dapat

meningkatkan risiko anak rentan terkena penyakit infeksi seperti

infeksi saluran pernafasan atas, campak dan diare.19


17

2) Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia

a) Umur kurang dari 2 bulan

Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang

masih rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk ke

dalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza dan

pneumonia. Anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap

penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia di atas 2 tahun.

Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran

pernapasan yang relatif sempit.12

b) Tingkat sosial ekonomi rendah

Menurut penelitian Athena Anwar, Ika Dharmayanti (2014)

risiko pneumonia balita pada rumah tangga dengan ekonomi

rendah lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat ekonomi tinggi

(OR= 1,19). Hal ini dikarenakan rumah tangga dengan status

ekonomi yang tinggi dapat memiliki kemampuan lebih baik dalam

pemebuhan kebutuhannya, termasuk pemeliharaan kesehatan

(meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan).20

c) Gizi kurang

Kekurangan gizi pada awal kehidupan berdampak serius

terhadap kualitas sumber daya mnusia di masa depan. Hal ini

dikarenakan kurang gizi akan menyebabkan kegagalan

pertumbuhan, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek,

kurus, serta daya tahan tubuh yang rendah.21


18

d) Berat badan lahir rendah

Bayi dengan berat lahir rendah pembentukan zat anti

kekebalan kurang sempurna, pertumbuhan dan maturasi organ dan

alat-alat tubuh belum sempurna akibatnya bayi dengan berat berat

lahir rendah lebih mudah mendapatkan komplikasi dan infeksi,

terutama pneumonia dan penyakit pernafasan lainnya.13

e) Tingkat pendidikan ibu yang rendah

Ibu yang berpendidikan lebih tinggi diharapkan mempunyai

informasi dan wawasan yang lebih baik termasuk dalam

pemecahan masalah kesehatan.

f) Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

g) Kepadatan tempat tinggal

Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak

sesuai dengan standar akan meningkatkan suhu ruangan yang

disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan meningkatkan

kelembaban akibat uap air dari pemanasan tersebut. Dengan

demikian, semakin banyak jumlah penghuni ruangan tidur maka

semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau

bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam

ruangan menurun dan diikuti oleh peningkatan karbon dioksida dan

dampak peningkatan karbon dioksida dalam ruangan adalah

penurunan kualitas udara dalam ruangan.17


19

h) Imunisasi yang tidak memadai

Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi yang memadai

terutama imunisasi campak dan DPT, akan lebih mudah terkena

pneumonia yang merupakan komplikasi dari penyakit campak dan

pertusi.

f. Pemeriksaan Pneumonia

Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan terhadap penyakit

pneumonia antara lain5:

1) Pemeriksaan rontgen

Pada pemeriksaan rontgen, penyakit broncho pneumonia menunjukkan

adanya gambaran adanya bercak-bercak infiltrate pada satu atau

beberapa lobus, dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti

pleuritis, atelectasis, abses paru, penumotorax, dan lain-lain.

2) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan gambaan darah leukositosis

dari kuman penyebabnya dapat dibiakan dari usapan tenggorokan dan

darah.

g. Pengobatan

Pneumonia harus diobati dengan antibiotik. Antibiotik pilihan

adalah tablet tereduksi amoksisilin. Sebagian besar kasus pneumonia

membutuhkan antibiotik oral, yang sering diresepkan di pusat kesehatan.

Kasus-kasus ini juga dapat didiagnosis dan diobati dengan antibiotik oral
20

murah di tingkat komunitas oleh petugas kesehatan masyarakat yang

terlatih. Rawat inap hanya disarankan untuk kasus pneumonia berat.1

h. Pencegahan Pneumonia

Mencegah pneumonia pada anak-anak merupakan komponen

penting dari strategi untuk mengurangi angka kematian anak. Imunisasi

terhadap Hib, pneumokokus, campak dan batuk rejan (pertusis) adalah

cara paling efektif untuk mencegah pneumonia.

Nutrisi yang memadai adalah kunci untuk meningkatkan pertahanan

alami anak-anak, dimulai dengan pemberian ASI eksklusif selama 6

bulan pertama kehidupan. Selain efektif dalam mencegah pneumonia, itu

juga membantu mengurangi panjangnya penyakit jika seorang anak

menjadi sakit.

Mengatasi faktor lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan

(dengan menyediakan kompor dalam ruangan bersih yang terjangkau,

misalnya) dan mendorong kebersihan yang baik di rumah-rumah yang

padat juga mengurangi jumlah anak-anak yang jatuh sakit karena

pneumonia.

Pada anak-anak yang terinfeksi HIV, kotrimoksazol antibiotik

diberikan setiap hari untuk mengurangi risiko tertular pneumonia.

2. Pemberian Asi Eksklusif

a. Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara

ibu. Sedangkan ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi
21

sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain.22

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum

tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu

formula, air matang, air gula, air teh, dan madu untuk bayi baru lahir

serta makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan tim tidak dibenarkan. Bayi harus diberikan ASI secara

eksklusif tanpa dibatasi frekuensi dan durasinya. Setiap ibu

menghasilkan ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi.

Pemberian ASI eksklusif dan proses menyusui yang benar merupakan

sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang

berkualitas.7

b. Manfaat ASI

1) Bagi Bayi

Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai berikut7:

a) Sebagai nutrisi dan makanan tunggal untuk memenuhi semua

kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia enam bulan.

b) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung beberapa zat

anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga

mengurangi kejadian mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran

pernapasan.

c) Melindungi bayi dari serangan alergi. Pada bulan-bulan pertama

kehidupan, dinding usus bayi lebih “berlubang” atau lebih terbuka


22

sehingga dapat membocorkan protein asing ke dalam darah dan ASI

tidak mengandug lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering

menyebabkan alergi.

d) Meningkatkan kecerdasan karena ASI mengandung asam lemak yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif

potensial lebih pandai.

e) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.

f) Membantu pembentukan rahang yang baik karena gerakan menyusu

mulut bayi pada payudara dan telah dibuktikan bahwa salah satu

penyebab maloklusi rahang adalah karena kebiasaan lidah yang

mendorng ke depan akibat menyusu pada botol dan dot.

g) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada

anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit

jantung.

h) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan

lebih cepat bisa jalan.

i) Meningkatkan jalinan kasih sayang bayi dan ibu karena bayi sering

berada dalam dekapan ibu. Bayi juga akan merasa aman dan tenteram,

terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang

telah ia kenal sejak dalam kandungan.

j) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,

kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

2) Bagi Ibu

Manfaat ASI bagi ibu adalah sebagai berikut 23:


23

a) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf

sensorik sehingga posanterior hipofise mengeluarkan prolaktin.

Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen yang

mengakibatkan tidak adanya ovulasi. Pemberian ASI eksklusif

memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama periode

ASI eksklusif dan belum terjadi menstruasi kembali.

b) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan

oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu proses

involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pospartum.

Penundaan haid dan berkurangan perdarahan pasca persalinan akan

mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma

mammae dan ovarium pada ibu menyusui yaitu berdasarkan

penelitian 25% lebih rendah dibanding pada ibu yang tidak

menyusui. Mencegah kanker hanya dapat dirasakan oleh ibu yang

menyusui anaknya secara eksklusif.

c) Aspek penurunan berat badan

Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada

janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak

ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam

proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan

ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi


24

sebagai cadangan tenaga akan terpakai sehingga berat badan ibu akan

menyusut atau kembali seperti keadaan sebelum hamil.

d) Aspek psikologis

Keuntungan psikologis menyusui bukan hanya untuk bayi tetapi

juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa saying

dibutuhkan oleh semua manusia.

3) Bagi Ayah dan Keluarga

Manfaat ASI bagi ayah dan keluarga yakni23 :

a) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang akan digunakan

untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk kebutuhan

lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan oleh bayi yang

mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya

berobat.

b) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih

jarang, sehingga kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana dan

kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air panas, botol

dan dot yang harus dibersihkan.


25

c. Komposisi Gizi dalam ASI

Dalam stadium laktasi komposisi ASI dibedakan menjadi tiga yaitu24:

1) Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang pertama kali keluar dari kelenjar

payudara pada hari pertama sampai ketiga yang mengandung tissue

debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari

kelenjar mamae. Merupakan cairan kuning yang kental yang kaya

akan antibodi akibat dari adanya tripsin inhibitor yang menyebabkan

hidrolisis protein kurang sempurna sehingga akan menambah kadar

antibody, mengandung banyak lekosit, sebagai purgative/ pencahar

mekonium, terdapat faktor-faktor perttumbuhan dan kaya akan

vitamin A. Total energi lebih rendah dibanding ASI matur yaitu 58

kal/ 100 ml kolostrum. Dalam 24 jam kolostrum yang dihasilkan

sekitar 150-300 ml.

2) ASI peralihan

Merupakan ASI peralihan sebelum menjadi ASI matur, yang

diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh dari masa

laktasi. Dibandingkan dengan kolostrum kadar proteinnya lebih

rendah tetapi kadar karbohidrat, lemak dan volumenya semakin

meningkat.

3) ASI matur

Merupakan ASI yang diproduksi setelah hari kesepuluh. ASI

matur ini tidak menggumpal jika dipanaskan. Kandungan gizinya


26

relative konsisten dan komposisinya berubah dari awal ke akhir masa

menyusui. Kadar air ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui.

Kadar air ASI yang diproduksi pada awal proses menyusui lebih

tinggi dibandingkan dengan kadar lemak (1-2 gr/dl), ASI ini disebut

dengan foremilk. Sedangkan ASI yang diproduksi pada akhir

menyusui disebut hindmilk dengan kadar lemak lebih tinggi (2-3 kali)

dibandingkan foremilk. Hindmilk kelihatan lebih putih dibandingkan

foremilk karena banyak mengandung lemak yang memberi banyak

energi bagi bayi. Hal ini merupakan alasan mengapa sebaiknya bayi

jangan menghentikan menyusui terlalu cepat, bayi sebaiknya

menyusui sampai terpenuhi semua yang dibutuhkan.

Sedangakan foremilk kelihatan lebih kebiruan, diproduksi

dalam jumlah lebih banyak dan mengandung lebih banyak protein,

laktosa dan nutrient lainnya. Karena bayi mendapat jumlah besar

foremilk, maka ia akan mendapatkan cukup air. Bayi tidak

memerlukan lagi air minum selain ASI sebelum berumur 4-6 bulan

walaupun bayi tinggal di daerah dengan cuaca panas.

Komposisi ASI berdasarkan kandungan zat gizinya24:

1) Protein

Bentuk paling banyak adalah whey-protein, alfa lactalbumin

dan lactoferin yang diserap dengan baik oleh tubuh dan bisa

memenuhi kebutuhan per unit berat badan. Komposisi protein

dalam ASI matur terdiri dari:


27

a) Lactoferrin protein berfungsi untuk mengikat fed dan

mempermudah absorsi Fe ke usus.

b) Laktoglobulin yang mengandung bahan aktif enzim

lactosintetase yang diperlukan untuk produksi lactose (sumber

energi utama)

c) Lisozim yang konsentrasinya kurang lebih 3000 kali dibanding

susu sapi yang berfungsi dalam sistem kekebalan bayi

d) Immunoglobulin ASI 90% berbentuk SigA (secretory igA)

yang berfungsi dalam sistem kekebalan bayi

e) Protein whey 65% dan casein β 35%, whey susu sapi berupa β-

lactoglobulin yang tidak ada dalam ASI sehingga menimbulkan

alergi susu sapi ( CMPA, Cow Milk Protein Allergy). Protein

susu sapi sebagian besar casein α (± 80%) sehingga

menggumpal dalam asam lambung dan sulit untuk dicerna.

f) Taurin yang berfungsi untuk perkembangan otak dalam bentuk

asam amino bebas.

2) Lemak

Lemak sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Total energi

ASI 50%-nya dari lemak, dan 98% lemak ASI berupa trigliserid

yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam

perbandingan sama, sedang pada susu sapi mengandung lebih

banyak asam lemak jenuh. Kandungan asam lemak essential dan


28

asam lemak tak jenuh akan mrmbantu perkembangan saraf dan

penglihatan.

3) Karbohidarat

Bentuk utama karbohidarat ASI adalah laktosa dan

merupakan 40% dari total energi ASI. Laktosa ini dapat diserap

secara efisien oleh bayi yaitu lebih dari 90%. Sedangkan sisa yang

tidak diserap akan difermentasi diusus yang berefek penuruanan Ph

usus untuk membantu penyerapan kalsium (untuk pertumbuhan

tulang).

4) Vitamin dan mineral

Kandungan vitamin dan mineral yang terdapat dalam ASI

adalah:

a) Vitamin A

Pada umumnya vitamin A cukup banyak dalam ASI. Vitamin

A berfungsi untuk pertumbuhan, perkembangan, deferensiasi

jaringan pencernaan dan pernafasan. Bayi yang disusui jarang

mengalami defisiensi vitamin A.

b) Vitamin D

Status vitamin D tergantung dari konsumsi ibu selama hamil

dan menyusui

c) Besi

Kandungan besi ASI tidak tergantung jenis makanan yang

dikonsumsi ibu, ibu yang anemia bukan merupakan


29

kontraindikasi untuk menyusui. Kandungan besi dalam ASI

lebih rendah dibanding PASI tapi dapat diserap secara efektif

oleh tubuh ( 20-50%) sedang absorbsi susu formula sekitar 4-

7%. Bayi yang mendapat ASI jarang menderita anemia

defisiensi Fe

d) Zinc

Kandungan dalam ASI lebih sedikit dibanding susu sapi, tetapi

dapat di absorbsi lebih baik (60%) dibanding susu sapi (45%)

dan susu formula (30%)

e) Kandungan vitamin E cukup dalam ASI terutama dalam

kolostrum dan ASI transisi.

B. Kerangka Teori
Pendidikan Ibu
Berat Pemberian Imunisasi Pemberian Vit. A Pemberian Makanan
Badan ASI dini
Pengetahuan Ibu
Lahir

Sosial Ekonomi
Pelayanan
Mikroorganisme
Kesehatan
Umur Jenis Kelamin /Agen

Status Gizi
Daya Tahan
Tubuh
Ventilasi
KEJADIAN
PENUMONIA
Adanya Perokok
BALITA
Adanya Pencemaraan Kepadatan
Pembakaran Udara Indoor Hunian

Letak Dapur

Jenis Lantai Pencemaraan Kepadatan Kepadatan


Udara Outdoor Kamar Rumah
Jenis Dinding

Gambar 1. Kerangka teori kejadian pneumonia menurut Depkes RI25


30

C. Kerangka Konsep
Variabel Independen: Variabel dependen:
Pemberian ASI Eksklusif Kejadian Pneumonia
1. Ya 1. Ya
2. Tidak 2. Tidak

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian pneumonia di

wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2018


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik pendekatan case

control. Case control suatu penelitian survei analitik yang menyangkut

bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospective. Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau

terjadinya pada waktu yang lalu.26

Kejadian di masa Penelitian di


Retrospektif
lalu mulai dari sini

Diberikan ASI
Eksklusif
Kelompok case
(Pneumonia)
Tidak diberikan
ASI Eksklusif

Diberikan ASI
Eksklusif
Kelompok control
(Tidak Pneumonia)
Tidak diberikan
ASI Eksklusif

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 3. Desain Penelitian

31
32

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.27 Populasi dapat juga

diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.26

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh balita usia 7-59 bulan

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah

yaitu sebanyak 3180 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi penelitian.27 Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel

dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu.27 Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara

megundi nomor rekam medik balita. Nomor rekam medik yang keluar

melalui undian, maka akan ditetapkan sebagai sampel. Adapun sampel

yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Data rekam medis lengkap yang meliputi: nomor rekam medis, identitas

balita, jenis kelamin balita, usia balita, diagnosa penyakit, pendidikan

ibu balita, pekerjaan ibu balita


33

b. Kriteria Eksklusi

Balita dengan kelainan kongenital (labioschizis dan palatoschizis),

jantung bawaan.

Perhitungan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

{𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2}2


𝑛1 = 𝑛2 =
(𝑃1 − 𝑃2)2

𝑂𝑅 × 𝑃2
𝑃1 =
(1 − 𝑃2) + (𝑂𝑅 × 𝑃2)

𝑃1
𝑃2 =
𝑂𝑅 (1 − 𝑃1) + 𝑃1
Keterangan:

Q = (1 – P)

Q1 = 1 – P1

Q2 = 1 – P2

n = besar sampel yang diperlukan

Zα = tingkat kemaknaan, dimana Zα = 1,96 (derajat kepercayaan 95%)

Zβ = tingkat kekuatan, dimana Zβ = 0,84 (kekuatan 80%)

OR = 3,09511

P = proporsi gabung { ½ (P1+P2)} = 0,14

P1 = proporsi paparan pada kelompok kasus = 0,20

P2 = proporsi paparan pada kelompok kontrol = 0,07

𝑛1 = 𝑛2

{1,96√2 × 0,14(1 − 0,14) + 0,84√0,20(1 − 0,20) + 0,07(1 − 0,07)}2


=
(0,20 − 0,07)2

{1,96√0,28 × 0,86 + 0,84√(0,20 × 0.8) + (0,07 × 0,93)}2


=
(0,13)2
34

{1,96√0,24 + 0,84√0,16 + 0,07}2


=
0.017

{(1,96 × 0,49) + (0,84 × 0,48)}2


=
0,017

{0.96 + 0, 40}2
=
0,017

{1,36}2
=
0,017

1.85
= = 108.8
0,017

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 109 balita untuk kelompok kontrol,

dan 109 untuk kelompok kasus.

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018- April

2019, dengan waktu pengambilan data bulan Februari 2019 sampai Maret

2019.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah

D. Variabel Penelitian dan aspek-aspek yang diteliti/ diamati

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen atau terikat.26 Variabel independen atau variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif.


35

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang


26
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian

pneumonia.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Instrumen Hasil Ukur Skala


1. Variabel Pemberian ASI Eksklusif Data 1. Ya (bila di Nominal
Independen: adalah memberikan hanya rekam rekam medis
ASI saja tanpa medis tercatat balita
Pemberian memberikan makanan dan mendapat ASI
ASI eksklusif minuman lain kepada bayi Eksklusif)
sejak lahir sampai 2. Tidak (bila
berumur 6 bulan, kecuali di rekam
obat dan vitamin oleh ibu medis balita
baik secara langsung, ASI tercatat tidak
perah, dan atau ASI donor mendapatkan
kepada bayinya, ASI Eksklusif)
berdasarkan rekam medik
di Puskesmas Koba
2. Variabel Balita yang didiagnosa Data 1. Pneumonia: Nominal
Dependen: pneumonia berdasarkan rekam bila di rekam
Kejadian rekam medik di medis medis
pneumonia Puskesmas Koba Puskesmas
Koba balita
pernah
didiagnosa
pneumonia
pada tahun
2018
2. Tidak
pneumonia; bila
di rekam medis
balita tidak
memiliki
riwayat
pneumonia
Karakteristik Balita dan Ibu
3. Jenis Jenis kelamin balita Data 1. Laki-Laki Nominal
kelamin berdasarkan rekam medik rekam 2. Perempuan
balita di Puskesmas Koba medik
36

4. Umur balita Untuk kasus: Usia bayi Data 1. 7-24 bulan Nomilnal
dengan satuan bulan pada rekam 2. 25-59 bulan
saat didiagnosa medik
pneumonia di Puskesmas
Koba pada tahun 2018
Untuk kontrol: usia bayi
dengan satuan bulan pada
saat terakhir datang ke
Puskesmas Koba untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan pada tahun
2018
5. Pekerjaan Pekerjaan di luar ruamah Data 1. Bekerja Nominal
Ibu yang memberikan rekam (wiraswasta,
penghasilan berdasarkan medik pegawai
rekam medik di swasta,
Puskesmas Koba PNS/TNI/
POLRI,
buruh)
2. Tidak
Bekerja
6. Tingkat Jenjang tingkat Data 1. Dasar (SD- Ordinal
Pendidikan pendidikan formal rekam SMP)
Ibu terakhir yang dicapai medik 2. Menenngah
oleh ibu dan tertulis di (SMA)
rekam medik 3. Tinggi
(Perguruan
TInggi)

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang

dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah

tersedia sebelum penelitian dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dokumentasi, yaitu cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga

buku tentang teori, pendapat dalil, atau hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah penelitian.27 Dalam penelitian ini data diambil

dari data rekam medis balita di Puskesmas Koba tahun 2018.


37

G. Alat Ukur/ Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah format

pengumpulan data dan master table. Format pengumpulan data berisi data

masing-masing balita yang terdiri dari nomor rekam medik, inisial balita,

umur balita, jenis kelamin balita, riwayat ASI eksklusif, pendidikan ibu dan

pekerjaan ibu. Master tabel adalah tabel yang dibuat untuk merekap data

yang telah ada di format pengumpulan data yang dibuat kolom-kolom dan

lajur-lajur, meliputi nomor, nomor rekam medis, umur balita, jenis kelamin

balita, riwayat pemberian ASI, pendidikan ibu, pekerjaan ibu.

H. Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Prosedur Tahap Persiapan

a. Peneliti mengajukan judul proposal skripsi.

b. Peneliti mengurus perizinan untuk melakukan studi pendahuluan dari

institusi pendidikan yang diajukan ke Dinas Kesehatan Bangka

Tengah dan ditembuskan ke Puskesmas Koba.

c. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke Dinas Kesehatan Bangka

Tengah dan Puskesmas Koba

d. Peneliti menyusun proposal skripsi dan konsultasi dengan dosen

pembimbing.

e. Peneliti melakukan seminar, revisi, dan pengesahan proposal.

f. Peneliti mengajukan ethical clearance di komisi etik Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta.
38

g. Peneliti mengurus perizinan dan administrasi sesuai dengan prosedur

yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Tengah yang akan diteruskan

ke Puskesemas Koba

h. Peneliti menyiapkan instrument penelitian antara lain: format

pengumpulan data, master tabel dan alat tulis.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti membentuk tim yang terdiri dari dua orang bidan yang

bekerja di Puskesmas Koba Kabupaten Bangka.

b. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan penyamaan

persepsi mengenai data yang harus didapatkan bersama tim.

c. Tim mengambil sampel secara simple random sampling dengan

mengundi nomor rekam medik yang sesuai kriteria inklusi dan

eksklusi.

d. Tim melakukan pengumpulan data

3. Tahap Penyelesaian

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengkodean,

penghitungan dan tabulasi secara komputerisasi. Dilanjutkan dengan uji

statistik dan penyusunan laporan keseluruhan skripsi dan penyajian hasil

penelitian.

I. Manajemen data

1. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul, kemudian diolah melalui beberapa

langkah sebagai berikut:


39

a. Editing (memeriksa data)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner tersebut.27 Kegiatan ini dilakukan dengan

pengecekan dan perbaikan terhadap data yang telah terkumpul dari

dokumentasi rekam medis rumah Puskesmas Koba.

b.Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan.27

1) Pemberian ASI Eksklusif

1 = Ya

2 = Tidak

2) Kejadian Pneumonia

1 = Pneumonia

2 = Tidak Pneumonia

3) Jenis Kelamin Balita

1 = Laki-Laki

2 = Perempuan

4) Umur Balita

1 = 7-24 bulan

2 = 25-59 bulan

5) Pekerjaan Ibu
40

1 = Bekerja (wiraswasta, pegawai swasta, PNS/POLRI/TNI,

buruh)

2 = Tidak bekerja

6) Tingkat Pendidikan Ibu

1 = Dasar (SD, SMP)

2 = Menengah (SMA)

3 = Tinggi (Perguruan Tinggi)

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Processing data adalah data dalam bentuk kode dimasukkan ke

dalam program atau software komputer.27Data identitas responden serta

data hasil identifikasi dimasukkan kedalam software komputer untuk

diolah.

d. Cleaning(Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning).27

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel dalam penelitian. Analisis

univariat dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan


41

distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan umur balita dan

jenis kelamin balita, karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendidikan

dan jenis pekerjaan, pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

pneumonia, dengan rumus:

𝑃= 𝑓/𝑛 𝑥 100%

Keterangan:

P = Persentase subyek pada kategori tertentu

f = Σ sampel dengan karakteristik tertentu

n = Σ sampel total

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara

variabel bebas yaitu pemberian ASI eksklusif dengan variabel terikat

yaitu kejadian pneumoni. Selain itu, analisa ini juga memberikan hasil

tentang pembuktian dari hipotesis yang telah disampaikan bahwa ada

hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia.

1) Uji chi-square

Pembuktian hipotesis menggunakan uji statistik chi-square

dalam program software statistik komputer dengan derajat kemaknaan

ρvalue = 0,05. Hasil uji statistik bermakna apabila ρvalue<0,05 yang

berarti ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian

pneumonia. Hasil tidak bermakna apabila hasil analisis menunjukkan

nilai ρ value> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian pneumonia.


42

Apabila syarat 𝑥2 tidak terpenuhi (terdapat sel (>20%) yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5), maka sebagai alternatif

akan digunakan uji fisher pada aplikasi computer.

Rumus perhitungan Chi-Square:

2
(0 − 𝐸 2 )
𝑥 =∑
𝐸

Keterangan:
X2 = Statistik chi square
Σ = Jumlah
0 = Nilai yang diamati
E = Nilai yang diharapkan
2) Uji OR (Odd Ratio)
Peneliti menggunakan tabel 2x2 untuk mendapatkan besarnya

Odd Ratio yang didapat dari hasil analisis hubungan pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian pneumonia. Berikut merupakan tabel 2x2

pemberian ASI dengan kejadian pneumonia.

Tabel 2. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian


Pneumonia

Kejadian Pneumonia
Pemberian ASI
Pneumonia Tidak Jumlah
Eksklusif
Penumonia
Ya a b a+b
Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Sumber: Sastroasmoro & Ismael, Tahun 2011

Keterangan:

Sel a= kasus yang mengalami pejanan.

Sel b = kontrol yang mengalami pejanan.


43

Sel c = kasus yang tidak mengalami pejanan.

Seld = kontrol yang tidak mengalami pejanan.

𝑎𝑥𝑑
Odds Ratio = 𝑏 𝑥 𝑐

Apabila OR = 1 maka tidak ada pengaruh pemberian ASI eksklusif

dengan kejadian pneumonia, jika OR < 1 maka pemberian ASI eksklusif

adalah faktor pencegah kejadian pneumonia, dan jika OR > 1 maka

pemberian ASI ekslusif adalah faktor penyebab kejadian pneumonia.

J. Etika Penelitian

Peneliti mengajukan ethical clearance pada Komisi Etik Penelitian

Kesehatan (KEPK) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah

(scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian. Secara garis

besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus

dipegang teguh, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti meminta

persetujuan kepada pihak Puskesmas Koba Kabupaten Bangka Tengah yaitu

Tata Usaha dengan menyerahkan surat izin penelitian. Peneliti menjelaskan

kepada pihak puskesmas tentang alur penelitian dan apa saja yang akan

dilakukan di rumah sakit tersebut dengan tetap mematuhi peraturan yang ada

di tempat penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)
44

a. Tanpa Nama (Anonim)

Pada penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama asli dari

pasien tetapi mencantumkan inisial dari nama pasien.

b. Kerahasiaan (Confidentiality)

Pada penelitian ini peneliti memberikan jaminan kerahasiaan, baik

informasi maupun hasil penelitian yang akan diperoleh nantinya. Peneliti

menjaga privasi dan kerahasiaan data rekam medis yang telah diambil

dengan tidak membicarakan kepada orang lain. Selain itu, hanya data-

data tertentu yang dilaporkan oleh peneliti dalam hasil penelitiannya.

3. Keadilan dan inklusivitas/ keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness)

Peneliti menerapkan sistem keadilan dan keterbukaan yaitu semua

balita yang memenuhi kriteria berhak menjadi subjek penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya dapat memberikan manfaat

semaksimal mungkin bagi masyarakat, termasuk bagi tenaga kesehatan.

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan, diharapkan bermanfaat bagi

tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan anak.


45

DAFTAR PUSTAKA

1. Who. Pneumonia. 2016. https://www.who.int/en/news-room/fact-


sheets/detail/pneumonia.
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Profil
Kesehat Indones 2017. 2018:100. doi:10.1037/0022-3514.51.6.1173
3. Belitung DKPKB. Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pangkal Pinang; 2017.
4. Tengah DKB. Profil Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah tahun 2017.
2018.
5. Maryunani An. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. 1st ed. Jakarta:
CV. Trans Info Media; 2010.
6. Maysyaroh, Tanuwidjaya S, Suryani YD. Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Rawat Inap RSUD Al-
Ihsan Bandung Periode Bulan Maret-April Tahun 2015. Prosding Pendidik
Dr. 2015;(ISSN:2460-657x):943-947.
7. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2013.
8. Razak. UNICEF Indonesia - Kisah Nyata - ASI eksklusif, artinya ASI,
tanpa tambahan apapun. 2012.
https://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.html.
9. UNICEF. UNICEF Indonesia - Pusat Media - ASI adalah penyelamat hidup
paling murah dan efektif di dunia. 2013:1.
10. Kesehatan K.
RISKESDAS_LAUNCHING_301018_edit271018_nowo_Edit Kaban_01-
1. 2018.
11. Choyron VAG, Raharjo B, Werdani KE. Hubungan Pemberian ASI
Ekslusif dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Pedan Klaten. J Kesehat Masy FIK UMS. 2015;3(1):1-9.
12. Hartati S, Nurhaeni N, Gayatri D. Faktor risiko terjadinya pneumonia pada
anak balita. J Keperawatan Indones. 2012;15(1):13-20.
13. Efni Y, Machmud R, Pertiwi D. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang. J
Kesehat Andalas. 2016;5(2):365-370. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
14. Widayat A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada balita
di wilayah puskesmas mojogedang ii kabupaten karanganyar. 2014.
15. Indonesia SPIKAFKU. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1985.
16. KEPMENKES_829_1999.pdf.
17. Mira I, Utara US. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Pneumonia
pada Bayi di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2017. 2018.
18. WHO. WHO | Pneumococcal disease. Who. 2013.
http://www.who.int/immunization/topics/pneumococcal_disease/en/.
19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia vitamin A.
20. Anwar A, Dharmayanti I, Teknologi P, Kesehatan I, Badan M, Kesehatan
P. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. 2013;(29):359-365.
21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kurang gizi.
46

22. RI KK. Kementerian Kesehatan RI, Pokok - Pokok Peraturan Pemerintah


No. 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 2012. Jakarta; 2012.
23. Ambarwati ER, Wulandari D. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press; 2010.
24. Sujiyatini, Djanah N, Kurniati A. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas Askeb
III. 1st ed. (Handy, ed.). Yogyakarta: Cyrillus Publisher; 2010.
25. Nugrahaeni DK. Konsep Dasar Epidemiologi. (Ester M, ed.). Jakarta:
EGC; 2011.
26. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. 23rd ed.
Bandung: Alfabeta; 2016.
27. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. revisi cet. Jakarta:
Rineka Cipta; 2012.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pneumonia. Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia . 2016

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia


2017. Kementerian Kesehtan RI. Jakarta: 2018.

3. Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Profil Kesehatan


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017. Dinkes Prov Kepulauan
Bangka Belitung. Pangkalpinang: 2018.

4. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah. Profil Kesehatan Kabupaten


Bangka Tengah Tahun 2017. Dinkes Kab. Bangka Tengah. Koba: 2018.

5. Maryunani, Anik. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kesehatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media; 2010.

6. Maysyaroh, Tanuwidjaya S, Suryani YD. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif


dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Rawat Inap RSUD Al-Ihsan
Bandung Periode Bulan Maret-April Tahun 2015. Prosding Pendidik Dr.
2015;(ISSN:2460-657x):943-947.

7. Roesli Utami, Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta, 2013.

8. UNICEF Indonesia. ASI Eksklusif, Artinya ASI, Tanpa Tambahan Apa Pun.
Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam
https://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.html. 2012.

9. UNICEF Indonesia. ASI Adalah Penyelamat HidupPaling Murah dan Efektif


di Dunia. Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam
https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html. 2013.

10. Kementerian Kesehatan Indonesia. Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian


Kesehatan Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
2018.

11. Coyron, Via Al Ghafini. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.

12. Hartati, Susi, Nani Nurhaeni dan Dewi Gayatri. Faktor Risiko Terjadinya
Pneumonia pada Anak Balita. Jurnal Keprawatan Indonesia Volume 15, No.
1, Maret 2012; hal 13-20

47
48

13. Efni Yulia, Rizanda Machmud dan Dian Pertiwi. Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air
Tawar Barat Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 5 No. 2 hal. 365-370.
2016

14. Widayat A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia pada balita di


wilayah puskesmas mojogedang ii kabupaten karanganyar. 2014.

15. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia. Imu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.

16. Kementerian Kesehatan Indonesia. Persyaratan Kesehatan Rumah Keputusan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/MENKES/ SK/VII/1999.
Kemenkes Indonesia.

17. Indrayani, Mira. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia


pada Bayi di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2017. Tesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2018.

18. WHO. Pnemococcal Disease. Diakses tanggal 13 Desember 2018 dalam


http://www.who.int/immunization/topics/pneumococcal_disease/en/

19. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menkes Canangkan Crash


Program Campak Diintegrasikan Bulan Pemberian Kapsul Vitamin A Dan
Obat Cacing. Diakses tanggal 20 Desember 2018 dalam
http://www.depkes.go.id/article/print/16080600002/menkes-canangkan-crash-
program-campak-diintegrasikan-bulan-pemberian-kapsul-vitamin-a-dan-
obat-cacin.html

20. Anwar, Athena. Ika Dharmayanti. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014

21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Status Gizi Pengaruhi Kualitas


Bangsa. Diakses tanggal 20 Desember 2018 dalam
http://www.depkes.go.id/article/view/15021300004/status-gizi-pengaruhi-
kualitas-bangsa.html

22. Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Kesehatan RI, Pokok - Pokok


Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 2012., Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta, 2012.

23. Ambarwati ER, Wulandari D. Asuhan Kebidaban Nifas. Yogyajarta: Mitra


Cendikia Press; 2010.
49

24. Sujiyatini, Djanah N, Kurniati A. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas Askeb III.
1st ed. (Handy, ed). Yogyakarta: Cyrillus Publisher; 2010.

25. Nugrahaeni, Dyan Kunthi. Konsep Dasar Epidemiologi.Jakarta: EGC, 2012.

26. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. 23rd ed.
Bandung: Alfabeta; 2016.

27. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. revisi cet. Jakarta: Rineka


Cipta; 2012.

Anda mungkin juga menyukai